Anda di halaman 1dari 2

DEFEK SAAT CASTING PADA HASIL PRAKTIKUM Pada hasil praktikum didapatkan satu sayap yang terbentuk pada

nomer tiga. Adanya sayap (finning) disebabkan oleh pemanasan bumbung tuang yang terlalu cepat, sehingga bahan tanam menjadi retak (crack). Ketika alloy masuk ke dalam mould, alloy tersebut akan mengisi retakan-retakan sehingga terbentuklah sayap. Untuk mencegah timbulnya sayap pada hasil tuangan adalah dengan mencegah pemanasan bumbung tuang yang terlalu cepat. (Anusavice 2003, hal 308) Permukaan hasil praktikum juga didapatkan hasil permukaan kasar pada beberapa hasil yang didapat. Permukaan kasar tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu: 1. Jika w/p rasio semakin tinggi atau semakin cair bahan tanam, maka akan semakin kasar permukaannya. Seperti pada hasil yang kita dapat pada nomer satu, hasil casting dengan w/p rasio yang tinggi memiliki permukaan yang lebih kasar. 2. Logam campur yang terlalu panas juga bisa menjadi penyebab terbentuknya permukaan yang kasar. Logam yang terlalu panas akan merusak dinding mold sehingga hasil casting menjadi kasar (Annusavice 2003, hal 340). Porositas dapat terjadi pada permukaan dalam maupun luar dari hasil casting. Porositas bisa terlihat sebagai permukaan lubang pada casting. Bagian pecah pada investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi perlekatan di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan. Bubbling di casting muncul sebagai bulatan- bulatan banyak yang menempel pada permukaan dari casting. Ini mencerminkan adanya porositas pada investment, suatu masalah dimana dapat terisi alloy cair pada investment kosong tadi. Untuk memimalisir porosity maka ditambahkan flux. Zat yang disebut fluks biasanya ditambahkan untuk meminimalkan pembentukan oksida yang mempengaruhi pemanasan dan molding paduan dan mempengaruhi kualitas akhir dari casting (Mc Cabe 2008, hal 82).

Entrapped air porosity atau disebut juga back pressure porosity ini dapat menghasilkan cekungan yang besar akibat depresi. Hal ini disebabkan akibat udara dalam mould tidak dapat keluar melalui pori-pori dari investment atau karena gradient tekanan pada saat pemasangan sprue (Annusavice 2003, hal 346). Microporosity juga terjadi akibat dari penyusutan pada saat pengerasan tetapi umumnya hadir dalam casting fine-grain saat proses pengecoran ini terlalu cepat. Fenomena seperti ini dapat terjadi ketika pengerasan alloy terlalu cepat karena suhu mould terlalu rendah. (Anusavice 2003, hal 343) Dari hasil yang didapat, semua terdapat marginal gap. Adanya marginal gap disebabkan oleh distorsi hasil casting karena ekspansi bahan tanam yang kurang sempurna. (Anusavice 2003, hal 338). Begitu juga jika w/p ratio terlalu besar akan menyebabkan marginal fit tidak pas akibat adanya kekasaran dan bintil pada bagian dalam dari hasil casting. (Annusavice 2003, hal 306, 316)

Anda mungkin juga menyukai