Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Menurut hasil pengamatan peneliti saat melakukan observasi di kelas XI.IPA 1 MAN Model Kota jambi menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar masih menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih berperan aktif berbicara didepan. Sedangkan siswa pasif, bahkan tidak jarang siswa menjadi bosan,mengantuk bahkan tertidur saat pelajaran fisika. Jika ditanya adakah yang ingin ditanyakan? Hanya sedikit siswa yang mau bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Ada 3 kemungkinan siswa tidak mau bertanya atau berpendapat, mungkin karena memang sudah paham,mungkin tidak paham sama sekali, sehingga tidak tahu apa yang harus ditanyakan, atau mungkin ingin bertanya namun takut dan malu untuk mengemukakannya. Sedangkan saat guru mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tidak banyak yang aktif dan berhasrat untuk menjawab pertanyaan dari guru. Mereka lebih senang diam dan menunggu guru untuk menjawab sendiri dibandingkan harus mengacungkan tangan. Dan ketika guru menginstruksikan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang berani hanya orang-orang yang sama. Hal inilah yang menjadi perhatian peneliti. Menurut Syaiful (2010:1), belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Menurut Mustaqim (1990:61), Belajar adalah suatu proses aktif, yang dimaksud aktif disini ialah, bukan hanya aktivitas yang Nampak seperti gerakan0gerakan badan, akan tetapi juga aktivitas-aktivitas mental,seperti proses berpikir, mengingat dan sebagainya.

Pandangan ini biasanya dikemukakan oleh para ahli psikologi Gestalt. Dengan kejadian seperti ini maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung maksimal. Jika kegiatan belajar mengajar tidak maksimal maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran,sehingga akan berdampak pada nilai ulangannya. Hal inilah yang menjadi masalah bagi guru, guru harus mengatasi bagaimana caranya siswa dapat ikut aktif dalam pembelajaran. Pendapat diatas didukung oleh E. Mulyasa (2002:32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Bedasarkan hal tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting, sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Oemar Hamalik (2005:172), belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan. Dalam pembelajaran, guru menyajikan permasalahan matematika dan mendorong siswa untuk mengidentifikasi permasalahan, mencari pemecahan, menyimpulkan hasilnya, kemudian mempresentasikannya. Tugas guru sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan. Ketika siswa menemukan permasalahan dalam menyelesaikan tugas, selain berinteraksi dengan guru, siswa juga dapat bertanya dan berdiskusi dengan siswa yang lain. Siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk

menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang dipelajari. Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang atif belajar tetapi di lain pihak, guru juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru ialah merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang mampu memancing keaktifan siswa dalam belajar. Menurut Anita Lie (2002: 8), salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Team-Games-Tournament (TGT). Tipe ini memiliki beberapa tahap proses. Tahap awal,siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suati materi yang dirancang guru sebelumnya. Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok dirangkai dalam suatu permainan agar suasana tidak terkesan membosankan. Dengan model ini, interaksi antara guru dan murid akan lebih sering terjadi sehingga diharapkan siswa tidak takut ataupun malu lagi untuk bertanya kepada guru. Bertolak dari hal diataslah peneliti ingin melakukan suatu penelitian tidakan kelas yang berjudul: Penerepan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-GamesTournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran fisika pokok bahasan usaha dan energi di kelas XI ipa 1, MAN Model Kota Jambi tahun 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain: 1. Siswa kurang memiliki keberanian bertanya atau berpendapat dalam pembelajaran fisika sehingga terkesan kaku. 2. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran. 3. Kurangnya respon siswa dalam menanggapi instruksi dari guru. 4. Siswa kurang berani mempresentasikan hasil diskusi mereka. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang diindentifikasi, penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar fisika pada pokok bahasan usaha dan energi di kelas XI ipa 1, MAN MODEL Kota Jambi tahun 2013/2014. D. Rumusan Masalah Bedasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-

Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar fisika siswa kelas XI ipa 1 MAN MODEL Kota Jambi pada pokok bahasan usaha dan energi? 2. Apakah hubungan antara keaktifan dengan hasil belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitan ini: 1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TeamsGames-Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar fisika siswa kelas XI ipa 1 MAN MODEL Kota Jambi pada pokok bahsan usaha dan energi. 2. Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas diharapkan: 1. Bagi guru: Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk mendapatkan alternative cara mengajar guna meningkatkan keaktifan belajar fisika melalui model TGT. 2. Bagi siswa: Dengan adanya penelitian ini mudah-mudahan dapat memicu atau menumbuhkan rasa cinta dengan mata pelajaran fisika, dan menghancurkan anggapan bahwa fisika itu menakutkan. Dengan penelitian ini, mudah-mudahan pelajaran fisika bisa menjadi lebih mengasyikkan, sehingga pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai