Anda di halaman 1dari 27

CBD I SEORANG ANAK DENGAN STATUS KONVULSIVUS, BRONKOPNEUMONIA DAN STATUS GIZI BAIK

Pembimbing : dr. Hartono, Sp.A dr. Slamet Widi, Sp.A dr. Z. Hidajati, Sp.A Dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A

Disusun oleh: Aisyah Ratna N 01.208.5585

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2013

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku Alamat : An. M. R : 2 tahun 1 hari : Laki-laki : Islam : Jawa : Sendangguwo RT 11/09

Nama Ayah Umur Agama Pendidikan Pekerjaan

: Tn. A : 23 tahun : Islam : SD : buruh

Nama Umur Pendidikan Agama Pekerjaan

: Ny. A : 18 tahun : Tidak pernah sekolah : Islam : Ibu rumah tangga

Bangsal No.CM Masuk RS

: ICU : 260155 : 16-07-2013

II. DASAR DATA 1. ANAMNESIS Alloanamnesa dengan ibu pasien dilakukan pada hari Selasa, tanggal 16 Juli 2013 pukul 08.30 WIB di ICU. a. Keluhan Utama : Kejang b. Keluhan Tambahan : demam, batuk, pilek c. Riwayat Penyakit Sekarang Sebelum Masuk RS 3 hari sebelum masuk RS anak mengalami batuk, dahak sulit dikeluarkan, pilek disertai sesak. Berak seperti biasa, 1 x/hari, warna kekuningan, konsistensi lembek, tidak ada darah dan lendir. Kencing lancar seperti biasa 3-4 x/hari, warna kuning jernih, jumlah cukup, tidak nyeri saat kencing. Nafsu makan dan minum mulai menurun. 1 hari sebelum masuk RS anak mengalami demam tinggi. Kemudian oleh ibunya dibawa ke balai pengobatan dan diberikan obat penurun panas. Setelah minum obat, demam turun tapi beberapa jam kemudian demam kembali tinggi. 0 hari sebelum masuk RS anak demam lebih tinggi dari sebelumnya, anak kejang 3x hari itu. Kejang pertama terjadi pukul 10.00, pasien kejang 1x, durasi sekitar 3 menit, pasien tidak sadar saat kejang, mata pasien melirik ke atas, kemudian kejang lagi selama 3 menit Kejang ketiga terjadi pukul 11.00, durasi kejang < 5 menit, mata pasien melirik ke atas, pasien tidak sadar. Pada pkl 01.00 dini hari kembali kejang durasi kejang < 15 menit kemudian oleh orangtuanya dibawa ke salah satu RS swasta. Saat kejang, pasien di berikan obat diazepam secara rectal oleh dokter jaga. Karena masalah biaya, pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Semarang. Selama

perjalanan sampai di IGD terjadi 2 kali kejang. Kejang berlangsung lebih dari 15 menit, saat kejang pasien tidak sadar, mata melirik keatas, lidah tergigit, setelah kejang pasien tidur. Riwayat terjatuh disangkal oleh ibu , riwayat tertusuk beda tajam disangkal oleh ibu

d. Setelah masuk rumah sakit : 1 hari, anak demam sudah turun, masih batuk, tidak ada sesak nafas, tidak berkeringat dingin, kaki dan tangan tidak dingin, berak dan kencing normal seperti biasanya. e. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah kejang sebelumnya Pasien belum pernah mondok sebelumnya

f. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan sekitar : Pasien tidak memiliki riwayat keluarga yang kejang saat demam.

f. Riwayat kehamilan dan pemeliharaan Prenatal Selama hamil, ibu rutin memeriksakan kandungnnya ke bidan dan obat-obatan yang diminum tablet tambah darah dan vitamin. Ibu mendapatkan suntikan TT sebanyak 2x. Ibu menyangkal adanya riwayat trauma, riwayat di pijat, riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis, riwayat minum jamu-jamuan selama kehamilan. Kesan : pemeliharaan prenatal baik

g. Riwayat Persalinan Bayi lahir dari ibu G1 P1 A0, hamil aterm. Bayi lahir secara spontan, ditolong oleh bidan. Bayi lahir langsung menangis dan berwarna merah. Berat badan bayi saat lahir 2500 gram, panjang badan 45 cm, ibu lupa lingkar kepala dan lingkar dada saat anak lahir. Kesan : neonatus aterm, vigrous baby.

h. Riwayat Keluarga Berencana Ibu pasien secara teratur mengikuti program Keluarga Berencana suntik 3 bulan sekali.

i. Riwayat Postnatal Ibu mengaku membawa anaknya ke Posyandu secara rutin dan mendapat imunisasi dasar lengkap.

j.

Riwayat Imunisasi BCG Hepatitis B Polio DPT Campak : 1x (1 bulan, scar (+) di lengan kanan atas) : 4x (0,2,4 dan 6 bulan) : 4x (0,2,4 dan 6 bulan) : 3x (2,4 dan 6 bulan) : 1x (9 bulan)

k. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak Riwayat pertumbuhan Berat badan saat lahir 2500 gram dan panjang badan saat lahir 48 cm. Berat badan sekarang 10 kg dan panjang badan saat ini adalah 83 cm. Riwayat perkembangan Tersenyum Tengkurap Gigi keluar Duduk Berdiri Jalan : ibu lupa : ibu lupa : 6 bulan : 7 bulan : 10 bulan (Normal: 2-3 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal : 6-7 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 9-12 bulan)

: 1 tahun 3 bulan

Sosialisasi : Tidak ada gangguan perkembangan anak dalam mental dan emosi anak. Saat ini anak berusia 2 tahun 1 hari. Interaksi dengan teman sebaya baik. Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak baik. l. Riwayat Makanan dan Minuman - ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan. - Mulai usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur susu. - Mulai usia 8 bulan, anak diberi tim saring dan buah (pisang). - Mulai usia 10 bulan, anak diberi nasi lunak. -Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makanan padat seperti anggota keluarga yang lain.

Jenis Makanan Nasi

Frekuensi dan Jumlah 3x/hari @ 1 piring


4

Sayur Daging/ayam Telur Ikan Buah Tempe/tahu

1-2x/hari, porsi tidak teratur 1-2x/minggu, porsi tidak teratur 1-2x/hari, porsi tidak teratur 1x/minggu @ 1 potong 2x/minggu, porsi tidak teratur 1x/hari @ 1 potong

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan cukup. m. Riwayat Keluarga Berencana Ibu pasien sedang mengikuti KB suntik 3 bulan sejak pasien berusia 6 bulan. n. Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien bekerja sebagai buruh. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 1 orang anak. Penghasilan per bulan Rp 800.000,Biaya pengobatan ditanggung pribadi. Kesan : Sosial ekonomi kurang. o. Data Perumahan a. Kepemilikan rumah b. Keadaan rumah : Rumah orangtua : Dinding rumah tembok, 3 kamar tidur, dengan 1

kamar mandi di dalam rumah terletak dekat dengan dapur c. Sumber air bersih ke selokan. d. Keadaan lingkungan : Jarak antar rumah saling berdekatan dan cukup padat. : Sumber air dari sumur, limbah buangan dialirkan

III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 16 Juli 2013, pukul 8.30 WIB di ruang ICU. Kesan umum : Compos mentis, tampak sakit sedang, rewel, gizi baik.

Tanda-tanda vital Tekanan Darah : Nadi : 128 x / menit, isi dan tegangan cukup
5

Pernapasan Suhu Status Internus Kepala Rambut Mata Hidung Telinga Mulut Leher Tenggorok Thorax o Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi o Paru-paru Inspeksi

: 40x / menit : 38,8 0C (axilla)

: Mesocephale. : Rambut hitam terdistribusi merata. : Oedem palpebra (-/-) sclera ikterik (-/-) conjungtiva anemis (-/-) : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-) : Discharge (-/-) : Bibir kering (-), bibir pucat (-). : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe : T1-T1, hiperemis (-), detritus melebar (-)

: Pulsasi ictus cordis sulit dinilai. : Ictus cordis tidak teraba. : Batas jantung sulit dinilai.

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).

: Pergerakan hemithorax dextra = hemithorax sinistra, Retraksi (-)

Palpasi dilakukan Perkusi

: Pemeriksaan stem fremitus dekstra dan sinistra tidak dapat

: Sonor seluruh lapangan paru : vesikuler

Auskultasi : Suara Dasar

Suara Tambahan : rhonki basah halus nyaring (+/+), wheezing (-/-), hantaran (-/-) Abdomen o Inspeksi o Auskultasi o Perkusi o Palpasi muskular (-) Hepar : tidak teraba
6

: datar : Bising usus (+) normal : Timpani (+), pekak alih(-), pekak sisi(-) : Supel, nyeri tekan pada regio epigastrium (-), defance

Lien Genitalia Anorektal Ekstremitas

: tidak teraba : Laki-laki, fimosis (-) : Dalam batas normal Superior -/-/-/<2 Inferior -/-/-/<2

Akral dingin Akral sianosis Oedem CRT

Kulit : petechie (-) Pemeriksaan Neurologis : 16 Juli 2013 PGCS (Pediatric Glasgow Comma Scale): Eye 4 Verbal 4 Motor 5 13 normal - mata membuka spontan - menangis dan mudah ditenangkan - melokalisasi nyeri

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 16 Juli 2013 pukul 7.00 WIB Darah Hb Leukosit Trombosit Hematokrit Kimia Klinik Glukosa Darah Sewaktu Natrium Kalium Calsium : 109 mg/dL : 116,0 mmol/L : 5,10 mmol/L : 1,16 mmol/L : 12,0 gr/ dl : 16.900/ mm3 : 339.000/mm3 : 32,50 %

Serologi Widal S.typhi O S.typhi H negative negative

V. PEMERIKSAAN KHUSUS Data Antropometri : Status Gizi Anak laki-laki usia 2 tahun 1 hari Berat badan Tinggi badan : 10 kg : 83 cm

Pemeriksaan status gizi ( Z score ) : WAZ = BB median = 10 12,6= -2 (Normal) SD 1,3 HAZ = TB median = 83 87,6= -0,79 (Normal) SD 3,30 WHZ = BB median = 10 11.5 = -1,6 (Normal) SD 0,9

Kesan : Keadaan gizi anak baik dengan perawakan normal.

VI. RESUME 3 hari sebelum masuk RS anak mengalami batuk dahak sulit dikeluarkan, pilek disertai sesak. Berak seperti biasa, 1 x/hari, warna kekuningan, konsistensi lembek, tidak ada darah dan lendir. Kencing lancar seperti biasa 3-4 x/hari, warna kuning jernih, jumlah cukup, tidak nyeri saat kencing. Nafsu makan dan minum mulai menurun. 1 hari sebelum masuk RS anak mengalami demam tinggi. Kemudian oleh ibunya dibawa ke balai pengobatan dan diberikan obat penurun panas. Setelah minum obat, demam turun tapi beberapa jam kemudian demam kembali tinggi. 0 hari sebelum masuk RS anak demam lebih tinggi dari sebelumnya, anak kejang 3x hari itu. Kejang pertama terjadi pukul 10.00, pasien kejang 1x, durasi sekitar 3 menit, pasien tidak sadar saat kejang, mata pasien melirik ke atas, kemudian kejang lagi selama 3 menit Kejang ketiga terjadi pukul
8

11.00, durasi kejang < 5 menit, mata pasien melirik ke atas, pasien tidak sadar. Pada pkl 01.00 dini hari kembali kejang durasi kejang < 15 menit kemudian oleh orangtuanya dibawa ke salah satu RS swasta. Saat kejang, pasien di berikan obat diazepam secara rectal oleh dokter jaga. Karena masalah biaya, pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Semarang. Selama

perjalanan sampai di IGD terjadi 2 kali kejang. Kejang berlangsung lebih dari 15 menit, saat kejang pasien tidak sadar, mata melirik keatas, lidah tergigit, setelah kejang pasien tidur. Riwayat terjatuh disangkal oleh ibu , riwayat tertusuk beda tajam disangkal oleh ibu Kesan umum :

Compos mentis, tampak sakit sedang, rewel, gizi baik..

Tanda-tanda vital Tekanan Darah : Nadi Pernapasan Suhu Status Internus Mata Telinga Mulut Tenggorok Thorax o Paru-paru Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra = hemithorax sinistra, Retraksi (-) Palpasi dilakukan Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru : vesikuler : Pemeriksaan stem fremitus dekstra dan sinistra tidak dapat : Oedem palpebra (-/-) sclera ikterik (-/-) conjungtiva anemis (-/-) : Discharge (-/-) : Gusi berdarah (-), bibir kering (-), bibir pucat (-). : T1-T1, hiperemis (-), detritus melebar (-) : 128 x / menit, isi dan tegangan cukup : 40x / menit : 38,8 0C (axilla)

Auskultasi : Suara Dasar

Suara Tambahan : rhonki basah halus myaring (+/+), wheezing (-/-), hantaran (-/-) Abdomen
9

o Inspeksi o Auskultasi o Perkusi o Palpasi muskular (-)

: datar : Bising usus (+) normal : Timpani (+), pekak alih(-), pekak sisi(-) : Supel, nyeri tekan pada regio epigastrium (-), defance

Hepar : tidak teraba Lien : tidak teraba

Pemeriksaan Neurologis : 16 Juli 2013 PGCS (Pediatric Glasgow Comma Scale): Eye 4 Verbal 4 Motor 5 13 normal - mata membuka spontan - menangis dan mudah ditenangkan - melokalisasi nyeri

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 16 Juli 2013 pukul 7.00 WIB Darah Hb Leukosit Trombosit Hematokrit Kimia Klinik Glukosa Darah Sewaktu Natrium Kalium Calsium : 109 mg/dL : 116,0 mmol/L : 5,10 mmol/L : 1,16 mmol/L : 12,0 gr/ dl : 16.900/ mm3 : 339.000/mm3 : 32,50 %

VII. DIAGNOSIS BANDING 1. Kejang Cerebral o Akut sesaat Infeksi


10

Ekstrakranial o KDK o KDS

Intrakranial o Meningitis o Ensephalitis o Abses Otak

o Kronik berulang Non Cerebral o Tetani o Tetanus 2. Febris 2 hari ISPA Bawah o Bronkopneumonia Simpleks Spesifik Nonspesifik Epilepsi

Dupleks Spesifik Nonspesifik

o Bronchitis o Bronkiolitis Atas o Sinusitis o Faringitis o Tonsilitis o Laringitis Demam Dengue Chikungunya 3. Status gizi baik
11

VIII. DIAGNOSIS SEMENTARA I. II. III. Status konvulsivus Bronkopneumonia Status gizi baik

IX. THERAPI Tx/ : O2 2 lt/menit dengan kanul nasal bila perlu Parenteral : - infus RL 12 tpm - Injeksi fenitoin 100 mg IV bolus (pelan), 12 jam kemudian beri Injeksi fenitoin 3 x 20 mg (maintenance) - Injeksi cefotaxim 3 x 250 gr - Injeksi dexametason 3 x 1/3 amp - Natrium 3% 165,81 166 cc o 1/3 = 55 cc 6 jam o 2/3 = 111 cc 18 jam Po : Paracetamol 3 x 1 cth Salbutamol 0.5 mg Ambroxol 4 mg Luminal 2 x 20 mg Diet : Program : Evaluasi KU dan TTV Awasi tanda kejang X. PROGNOSA Quo ad vitam : Ad bonam
12

Terapi medikamentosa :

m.f pulv 3x1 No XII

Kalori : 1000 kkal/hari Protein : 24 gr/hari

Quo ad fungsionam : Ad bonam

Quo ad sanationam : Ad bonam

XI. USULAN IX. NASEHAT 1. Segera beri obat penurun panas dan kompres air hangat jika anak mengalami demam. 2. Menyediakan termometer. 3. Segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat jika panas tidak turun. 4. Jika anak mengalami sesak napas segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. 5. Hindarkan dari orang yang menderita batuk lama atau pilek. 6. Hindari dari polutan udara. 7. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan. Cek Eletrolit ulang X-Foto Thorax Lumbal Pungsi (atas indikasi) EEG (atas indikasi) Uji provokasi bronkus Uji mantoux (atas indikasi) Kultur sputum (atas indikasi)

13

KEJANG DEMAM Sebelum kita memahami definisi mengenai kejang, perlu kita ketahui tentang seizure dan konvulsi .Yang dimaksud dengan seizure adalah cetusan aktivitas listrik abnormal yang terjadi secara mendadak dan bersifat sementara di antara saraf-saraf diotak yang tidak dapat dikendalikan. Akibatnya, kerja otak menjadi terganggu.Manifestasi dari seizure bisa bermacam-macam, dapat berupa penurunankesadaran,gerakan tonik (menjadi kaku) atau klonik (kelojotan), konvulsi danfenomenapsikologis lainnya. Kumpulan gejala berulang dari seizure yang terjadi dengan sendirinya tanpa dicetuskan oleh hal apapun disebut sebagai epilepsi (ayan).Sedangkankonvulsi adalah gerakan mendadak dan serentak otot-otot yang tidak bias dikendalikan, biasanya bersifat menyeluruh. Hal inilah yang lebih sering dikenal orang sebagai kejang.Jadi kejang hanyalah salah satu manifestasi dari seizure.11 Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis, yang akan lebih mudah bila serangan terjadi di hadapan kita. Sangatlah penting untuk membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang atau serangan yang menyerupai kejang.

A. Definisi Kejang demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh( suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 1,2,3 Mengenai definisi kejang demam ini masing-masing peneliti membuat batasan-batasan sendiri, tetapi pada garis besarnya hampir sama. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian
14

pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.1,2 Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam ialah 38C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya saat kejang tidak diketahui.1 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi usia kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam.6 B. Klasifikasi Umumnya kejang demam ini dibagi menjadi dua golongan. Kriteria untuk penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekaman otak,dan lainnya.12 Klasifikasi menurut Prichard dan Mc Greal12. Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu : 1. kejang demam sederhana 2. kejang demam tidak khas. Kejang demam sederhana 1. kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yangkejang sama seperti yang kanan. 2. Usia penderita antara 6 bulan- 4 tahun. 3. Suhu 1000F ( 37,780C) atau lebih 4. Lamanya kejang berlangsung selama kurang dari 30 menit 5. Keadaan neurologi ( fungsi saraf ) normal dan setelah kejang juga tetap normal 6. EEG (electro encephalography-rekam otak) yang dibuat setelah tidak demam adalah normal. Di Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FK UI-RSCM Jakarta, kriteria diagnosis kejang demam sederhana ialah:3 1.Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun. 2.Kejang hanya berlangsung sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
15

3.Kejang bersifat umum. 4.Kejang timbul setalah 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 5.Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. 6.Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan. 7.Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.2 Klasifikasi kejang demam menurut Fukuyama12. Fukuyama membagi kejang demam menjadi 2 golongan : 1. kejang demam sederhana 2. kejang demam kompleks Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut, yaitu : 1. di keluarga tida ada riwayat epilepsy 2. sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun 3. serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6bulan 6 tahun 4. lamanya kejang demam berlangsung tidak lebih dari 20 menit 5. kejang demam tidak bersifat fokal 6. tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang 7. sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan 8. kejang demam tidak berulang dalam waktu yang singkat. Bila kejang demam tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka digolongkan sebagai kejang demam jenis kompleks. C. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Namun kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Selain itu terdapat faktor resiko lain, seperti riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
16

perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Demam dapat muncul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang disebabkan oleh banyak macam agent, antara lain :12 Bakteri Penyakit pada Tractus Respiratorius Pharingitis Tonsilitis Otitis Media Laryngitis Bronchitis Pneumonia Pada Gastro Intestinal Tract : Dysenteri Baciller ,Shigellosis Sepsis. Pada tractus Urogenitalis : Pyelitis Cystitis Pyelonephritis Virus Terutama yang disertai exanthema : Varicella Morbili Dengue D. Patofisiologi Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang didapat dari proses metabolisme sel. Sel-sel otak dikelilingi oleh membrane yang dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K + di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut Potensial Membran Sel Neuron.Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi
17

danenzim Na-K-ATP ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane sel dipengaruhi oleh: 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler 2. Rangsangan yang datangnya mendadak, baik rangsangan mekanis, kimia, maupun aliran listrik dan sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologi dari membrane karena penyakit atau kelainan turunan. Sebuah potensial aksi akan terjadi akibat adanya perubahan potensial membrane sel yang didahului dengan stimulus membrane sel neuron. Saat depolarisasi, channel ion Na+ terbuka dan channel ion K + tertutup. Hal ini menyebabkan influx dari ion Na+, sehingga menyebabkan potensial membran sel lebih positif, sehingga terbentuklah suatu potensial aksi. Dan sebaliknya, untuk membuat keadaan sel neuron repolarisasi, channel ion K +harus terbuka dan channel ion Na+harus tertutup, agar dapat terjadi efluks ion K +sehingga mengembalikan potensial membran lebih negative atau ke potensial membrane istirahat. Renjatan listrik akan diteruskan sepanjang sel neuron. Dan diantara 2 sel neuron,terdapat celah yang disebut sinaps, yang menghubungkan akson neuron presinaps dan dendrite neuron post sinaps. Untuk menghantarkan arus listrik pada sinap sini,dibutuhkan peran dari suatu neurotransmitter. Ada dua tipe neurotransmitter, yaitu : 1. Eksitatorik, neurotransmiter yang membuat potensial membrane lebih positif dan mengeksitasi neuron post sinaps 2. Inhibitorik, neuritransmiter yang membuat potensial membrane lebih negative sehingga menghambat transmisi sebuah impuls. Sebagai contoh : GABA (GammaAminobutyricAcid ). Dalam medis sering digunakan untuk pengobatan epilepsy dan hipertensi.Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah focus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung kepada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat epileptogenik sedangkan lesi di serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang. Ditingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut : Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan.

18

Kelainan polarisasi ( polarisasi berlebih, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam repolarisasi ) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi GABA.1 Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.3 Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi , kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.3 Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kadang kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15menit) biasanya disertai terjadinya apne, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy iuntuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapni, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas ototdan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.3 Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksemia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edem otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.3 Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejangyang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi.3

19

D. Manifestasi klinis Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengna kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunansaraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain.1,2,3,5 Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik bilateral ,tonik, klonik, fokal atau akinetik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mataterbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan semakin berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.1,2,3,4,5 Sebagian kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsunglebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak kembali terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan cedera otak ataukejang menahun adalah kecil.4 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada penderita yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis terjadi pada sebagian kecil penderita, ini biasanya terjadi pada penderita dengan kejang lama atau berulang baik umum atau fokal. Gangguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam sederhana. IQ lebih rendah ditemukan pada penderita kejang demam yang berlangsung lama dan mengalami komplikasi. Risiko retardasi mental menjadi 5 kali lebih besar apabila kejang demam diikuti terulangnya kejang tanpa demam. E. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan jika didapatkan karakteristik khusus pada anak. yaitu: 1,2,3,4,5,6,7 1. Pungsi lumbal 2. EEG 3. Pemeriksaan Laboratorium 4. Pemeriksaan Imaging

5. Pemeriksaan imaging (CT Scan atau MRI)


20

Penatalaksanaan

21

BRONKOPNEUMONIA A. Pengertian Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,2002:57). Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005) Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley&Wong,2000) Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus). (Arief Mansjoer) Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2009) Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah bronkus dan sekitar alveoli. B. Etiologi atau predisposisi Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.Nettina, 2001:628) antara lain: 1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella. 2. Virus : Legionella pneumonia 3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
22

4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru 5. Terjadi karena kongesti paru yang lama. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001:628)

C. Patofisiologi Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut: 1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit D. Manifestasi Klinik Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).

23

E. Penatalaksanaan 1. Oksigen 1-2 liter per menit 2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang nasogastrik dengan feeding drip 3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transport muskusilier 4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000) F. Pemeriksaan Penunjang Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara: 1. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684). b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435) c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684) d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684) 2. Pemeriksaan radiologi a) Rontgenogram thoraks Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).

24

I. Komplikasi Komplikasi dari bronchopneumonia adalah : 1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang 2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura. 3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang 4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial 5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (Whaley Wong, 2006)

25

DAFTAR PUSTAKA 1. Behrman, Kliegman, Arvinka. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Edisi15. EGC. Jakarta: 2000; Vol 3.

2. S, Soetomenggolo; Taslim; Ismail,S. Buku Ajar Neurologis Anak Cetakan Kedua. BP. IDAI. Jakarta: 2000; Hal 244-251. 3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 2. Ilmu Kesehatan Anak Bagian IKA FK UI. Jakarta: 1985; Hal 847-855. 4. Mansjoer, A; Suprohaita; Wardhan, W.I; Setiowulan, W.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi Ketiga. Media Aesculapius. FK UI. Jakarta: 2000; Hal434-437. 5. Mangunatmadja, Irawan; Hot Topics in Pediatrin II. Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia RS. DR Cipto Mangunkusumo. Balai Penerbit FKUI: 2002 6. Ismael Sofyan; dkk; Konsensus Penanganan Kejang Demam; Unit kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anank Indonesia. Jakarta : 2005 7. http://aappolicy.aappublication.org/cgi/content/abstract/pediatrics; 8. http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=febrile%20convulsion 9. www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pd 10. http://www.scribd.com/doc/46491709/Referat-Kejang-Demam 11. http://www.scribd.com/doc/60533552/Referat-Kejang-Demam 12. Lumbantobing, M,S; Kejang Demam (Febrile Convulsions) ; Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta : 2002 13. Sastroasmoro, S, dkk, Panduan Pelayanan Medis Departmen IlmuPenyakit Anak. Cetakan Pertama. RSUP Nasional Dr Ciptomangunkusumo.Jakarta: 2007; Hal 252

26

Anda mungkin juga menyukai