Anda di halaman 1dari 4

Nama: Septanti Azizah NIM: 2013/349045/KT/07530

Pencemaran Tanah

1. Pengertian Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa: Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tetapi akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No. 150 th. 2000 disebutkan bahwa Kerusakan/pencemaran tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam

tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. 2. Penyebab Sebagaimana pencemaran lainnya, pencemaran tanah merupakan dampak dari kegiatan manusia. Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik

Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa berupa limbah padat dan cair. 1. Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb. 2. Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, bahan bakar minyak jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah. Limbah industri

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair. 1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll. 2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam Limbah pertanian

Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida pemberantashama tanaman, misalnya DDT. Pestisida adalah zat atau campuran zat yang digunakan untuk membasmi hama. Pestisida dapat berwujud zat kimia, agen biologis (seperti virus atau bakteri), antimikroba, desinfektan atau perangkat yang digunakan untuk melawan hama apapun. Hama termasuk serangga, patogen tanaman, gulma, moluska, burung, mamalia, ikan, nematoda (cacing gelang) dan mikroba yang bersaing dengan manusia untuk memperoleh makanan, menghancurkan properti, menyebarkan penyakit atau menyebabkan gangguan

kesehatan. Meskipun ada manfaat untuk penggunaan pestisida, ada juga kekurangannya, seperti potensi toksisitas pada manusia dan organisme lain. Herbisida yang digunakan untuk membunuh gulma, terutama di trotoar dan jalur kereta api mirip dengan auksin dan sebagian besar dapat terdegradasi oleh bakteri tanah namun, jenis yang berasal dari trinitrotoluene (02:04 D dan T 02:04:05) sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian bahkan dalam konsentrasi rendah. Herbisida lain adalah Paraquat yang sangat beracun tapi konsentrasinya cepat menurun di tanah akibat aktivitas bakteri dan tidak membunuh fauna tanah. 3. Dampak Efek pada Kesehatan Manusia Tanah yang terkontaminasi atau tercemar secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia melalui kontak langsung dengan tanah atau melalui inhalasi kontaminan tanah yang telah menguap, ancaman yang berpotensi lebih besar ditimbulkan oleh infiltrasi kontaminan tanah ke akuifer air tanah yang digunakan untuk konsumsi manusia. Konsekuensi kesehatan dari paparan kontaminasi tanah sangat bervariasi tergantung pada jenis polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Paparan kronis kromium, timbal dan logam lainnya serta minyak bumi, pelarut, pestisida dan formulasi herbisida dapat bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kelainan bawaan, atau dapat menyebabkan ganggguan kesehatan kronis lainnya. Paparan kronis benzena pada konsentrasi yang cukup tinngi dapat menyebabkan leukemia. Mercury dan cyclodienes diketahui meningkatkan kerusakan ginjal, beberapa ireversibel, PCB dan cyclodienes dapat menyebabkan keracunan hati. Organofosfat dan carbomates dapat menyebabkan gangguan neuromuskuler (syaraf otot). Banyak pelarut diklorinasi menyebabkan perubahan hati, perubahan ginjal dan depresi dari sistem saraf pusat. Seluruh spektrum efek kesehatan lebih lanjut seperti sakit kepala, mual, kelelahan, iritasi mata dan ruam kulit dapat timbul akibat paparan bahan bahan kimia di atas. Pada dosis yang cukup, sejumlah besar kontaminan tanah dapat menyebabkan kematian dengan paparan melalui kontak langsung, inhalasi (terhirup) atau tertelan melalui air tanah yang terkontaminasi. Efek pada Ekosistem Kontaminan tanah dapat memiliki konsekuensi merugikan yang signifikan bagi ekosistem. Akibat utama pada lingkungan adalah menurunnya tingkat kesuburan tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan gangguan keseimbangan ekosistem karena tanaman sebagai produsen utama makanan pertumbuhannya terganggu. Perubahan kimia tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia berbahaya bahkan pada konsentrasi rendah sekalipun. Perubahan ini dapat terwujud dalam perubahan metabolisme mikroorganisme endemik dan arthropoda di lingkungan tanah yang tercemar. Hasilnya adalah terganggunya beberapa rantai makanan utama, yang pada gilirannya dapat memiliki konsekuensi besar bagi predator sebagai konsumen. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan yang lebih rendah sangat kecil, piramida tingkat bawah rantai makanan bisa terpapar bahan kimia asing, yang biasanya akan menjadi lebih terkonsentrasi pada tingkat rantai

makanan diatasnya. Kasus yang terkanal adalah penggunaan DDT dalam skala besar sejak tahun 1930, dengan puncaknya 72.000 ton digunakan pada 1970. Kemudian penggunaan turun karena dampak lingkungan yang berbahaya. Ditemukan di seluruh dunia pada ikan dan burung dan bahkan ditemukan di salju Antartika. DDT hanya sedikit larut dalam air tapi sangat larut dalam aliran darah. Ini mempengaruhi sistem saraf dan endokrin dan menyebabkan kulit telur burung kekurangan kalsium sehinnga mudah pecah. Hal ini dianggap bertanggung jawab atas penurunan jumlah burung pemangsa seperti elang peregrine ospreys dan pada tahun 1950. Dampak yang terjadi pada lahan pertanian memiliki karakteristik tertentu dari kontaminasi tanah. Kontaminan biasanya mengganggu metabolisme tanaman, sering menyebabkan penurunan hasil panen. Ini memiliki efek sekunder pada konservasi tanah, karena tanaman musiman tidak bisa melindungi tanah dari erosi tanah. Beberapa kontaminan kimia memiliki masa degradasi yang panjang dan dalam kasus lain bahan kimia turunan dapat terbentuk dari pembusukan kontaminan tanah primer. 4. Penanganan Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan onsite adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya.
Sumber : http://hanifweb.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai