Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS SMF ILMU KESEHATAN ANAK RS OTORITA BATAM BAB I STATUS PASIEN IDENTITAS Nama pasien Umur

Jenis Kelamin Agama Alamat rumah Tempat & tanggal lahir Orang Tua / Wali No. CM Tanggal masuk RS Ayah Nama Agama Alamat Pekerjaan Ibu Nama Agama Alamat Pekerjaan : An. Treti : 10 tahun : Perempuan : Islam : Pulau Kasu : Kasu, 09 Agustus 2002 : Tn. Mahmud : 00-33-06-45 : 20 Mei 2013 : Tn. Mahmud : Islam : pulau Kasu : Buruh : Ny. Langga : Islam : pulau Kasu : ibu rumah tangga

RIWAYAT PENYAKIT Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien pada tanggal 23 Mei 2013, pukul 19.00 WIB. KELUHAN UTAMA Bengkak pada kedua mata sejak 1 minggu smrs KELUHAN TAMBAHAN
1

Nyeri pada bagian belakang kepala RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT SEKARANG Satu minggu SMRS (Selasa 14/05/2013), pasien mengeluh bengkak pada kedua mata. Bengkak tersebut terjadi pada bagian bwah mata, tidak merah, tidak nyeri. Selain itu, pasien mengeluh nyeri pada bagian belakang kepala. Nyeri kepala dirasakan seperti tertekan. Tiga hari sebelum bengkak pada matanya pasien mengeluh pernah sakit menelan. Pasien menyangkal nyeri pada pinggang, sesak nafas, demam, muntah. Muntah kurang lebih 10x /hari. Pasien muntah terutama setelah diberi makan/minum, isi muntah adalah makanan yang diberikan, tidak memancur, dan tidak ada darah. Demam tidak terlalu tinggi, diukur dengan perabaan tangan, naik turun, diberikan obat oleh ibu pasien, dan tidak ada kejang. Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Koja. Menurut ibu pasien, saat itu pasien mudah menangis, bisa minum tetapi sering muntah, dan BAK jumlah normal dengan warna kuning tua keruh. Pasien menyangkal adanya batuk, pilek, maupun penggunaan obat jangka panjang. Pasien tidak pernah menderita penyakit flek. Pasien tidak dalam masa percobaan makanan baru, kondisi peralatan makan, rumah, dan lingkungan cukup bersih. Dalam keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama atau baru bepergian dari tempat lain. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT DAHULU Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Riwayat flek, alergi makanan, alergi obat disangkal. Pasien pernah kejang pada usia 3 bulan dengan kondisi demam. Pasien mengaku tidak pernah meminumkan obat sembarangan ke anaknya.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN KEHAMILAN KELAHIRAN Morbiditas kehamilan Perawatan kehamilan Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi Rutin periksa ke bidan Rumah Bidan Bidan Spontan Cukup bulan (9 bulan lebih)

Keadaan bayi

Berat lahir : 3000 gram Panjang : 50 cm Lingkar kepala : Langsung menangis Kulit merah Tidak ada kelainan bawaan

Kesan : Riwayat kehamilan dan kelahiran normal RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pertumbuhan gigi I Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri : 3 bulan : 6 bulan : 9 bulan Berjalan Bicara : 11 bulan : 10 bulan (belum lancar) : 7 bulan

Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan normal RIWAYAT MAKANAN Umur (bulan) 02 24 46 68 10 - 12 ASI/PASI Susu Formula Buah/Biskuit Nasi Tim

Umur di atas 1 tahun Jenis Makanan Nasi / Pengganti Sayur Daging Telur Ikan Tahu Tempe Susu Lain-lain Kesan : pola makan baik dan cukup bervariasi Frekuensi 3x sehari, 1 mangkuk kecil / kali 3x sehari Setiap hari Sering Jarang Sering Sering Hanya ASI saja Biskuit, roti, agar

RIWAYAT IMUNISASI Vaksin BCG DPT / DT POLIO CAMPAK HEPATITIS B Dasar (Umur) 1 bulan 2 bulan 4 bulan 2 bulan 4 bulan 0 bulan 1 bulan Ulangan (Umur) 6 bulan 6 bulan 9 bulan 6 bulan

Kesan : Imunisasi dasar pasien lengkap RIWAYAT KELUARGA Pasien merupakan anak pertama berjenis kelamin perempuan. Tidak ada lahir mati dan abortus. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien

RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN


Perumahan Keadaan rumah : : Tinggal di rumah kontrakan. Pasien tinggal berenam dengan paman, bibi, dan neneknya. Rumah 1 lantai dengan 3 kamar, ventilasi dan cahaya matahari yang kurang baik. Listrik berasal dari PLN dan air berasal dari PAM, kamar mandi berada di luar rumah. Tempat bermain pasien adalah di kamarnya Daerah / lingkungan : Lingkungan sekitar rumah cukup padat, saluran air kurang lancar, Sampah-sampah terkumpul pada tempat sampah dan dibersihkan oleh tukang sampah 2-3 hari sekali secara teratur.

Kesan : Perumahan dan lingkungan kurang baik dan cukup padat. RIWAYAT PENYAKIT LAINNYA Penyakit Alergi Cacingan Demam berdarah Demam tifoid Otitis Penyakit Difteria Diare Kejang Kecelakaan Morbili Penyakit Penyakit jantung Penyakit ginjal Penyakit darah Radang paru Tuberculosis

(-) (-) (-) (-) (-)

(-) (-) (+) (-) (-)

(-) (-) (-) (-) (-)


4

Parotitis

(-)

Operasi

(-)

Lain, batuk, pilek

(+)

PEMERIKSAAN FISIS Keadaan umum Kesadaran Tanda vital Frekuensi nadi Frekuensi napas Suhu tubuh Data antropometri : 140x per menit : 32x per menit : 37,0oC : - Berat badan - Tinggi badan - Lingkar kepala - Lingkar dada Status Gizi (CDC) - BB/U - TB/U - BB/TB : : : : 8/10 x 100 % = 80 % 75/77 x 100 % = 97 % 8/9,8 x 100 % = 81 % gizi kurang : : : : 8 kg 75 cm 45 cm 46 cm 14 cm : sakit ringan : compos mentis

- Lingkar lengan atas :

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien kurang. Kepala : Bentuk dan ukuran Rambut dan kulit kepala Mata tidak cahaya tidak Telinga Hidung Bibir Mulut kering.
5

: Normocephali : Hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut : Mata tidak cekung, konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik, reflek cahaya langsung +/+, reflek langsung sulit diperiksa. : Normotia, tampak serumen dan tidak tampak sekret. : Tidak ada deformitas, septum deviasi (-), sekret (-) : Tidak kering, tidak sianosis : Stomatitis (-), labioschisis (-), mukosa mulut tidak

Lidah Faring Leher Toraks : :

: tidak kotor, tidak tremor : tidak hiperemis (T1-T1) KGB tidak teraba membesar

Dinding toraks simetris Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi suara Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi

: Bentuk normal, tidak ada retraksi sela iga, iga vertikal, dalam keadaan statis dan dinamis

: Simetris dalam keadaan statis dan dinamis : Vokal fremitus simetris : Sonor pada paru kedua lapang paru : Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak terdengar nafas tambahan

: Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis teraba pada ICS V 1 cm medial garis sinistra, tidak teraba thrill : Batas jantung atas di ICS 2 garis parasternal sinistra Batas jantung kiri di ICS 5, 1 cm medial dari garis midclavicularis sinistra Batas jantung kanan di ICS 3,4,5 garis sternalis kanan

midclavicularis

Abdomen:

Auskultasi ada Inspeksi Palpasi Perkusi

: BJ I normal, BJ II normal, regular, tidak ada splitting, tidak murmur, tidak ada gallop : tampak distensi, tidak tampak vena collateral : tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit baik, supel : timpani
6

Auskultasi

: bising usus (+) normal : tidak ada kelainan : tidak teraba : perempuan : atas : akral hangat, sianosis (-), oedem (-), CRT <2 bawah : akral hangat, sianosis (-), oedem (-), CRT <2

Anus dan rectum Kelenjar getah bening Genitalia Anggota gerak

Pemeriksaan neurologis Kulit Refleks fisiologis Reflek patologis : Normal : (-)

Rangsang meningeal : (-) : tidak ada kelainan : warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik

Tulang belakang

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Hb Lekosit Hematokrit Trombosit GDS AGD pH pCO2 pO2 HCO3 BE O2 saturasi Elektrolit Na K Cl 20 November 2012 Pukul 20:46 11,1 g/dL 15.700/uL 32% 301.000/uL 74 mg/dl 7,345 24,5 mmHg 94,4 mmHg 13 meq/L -12,7 meq/L 97% 138 mmol/L 4,03 mmol/L 99 mmol/L Nilai Normal 11,2 15,7 g/dL 3.900 - 10.000/uL 34 - 45% 182.000 - 369.000/uL 60-100 mg/dl 7.35 - 7.45 32 - 45 mm Hg 95 - 100 mm Hg 21 - 28 mEq/L -2,5 2,5 mmol/L 96 - 100% 135-147 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L 94-111 mmol/L

RESUME
7

Pasien An. H, perempuan, 14 bulan, datang dengan keluhan BAB cair 20x / hr dengan volume gelas aqua/x, lendir (+), darah (-), ampas sedikit. Keluhan tambahan berupa demam naik turun yang timbul beberapa jam sebelum BAB cair dan muntah 5x /hari, darah (-) yang timbul berbarengan dengan BAB cair. Pasien rewel, ingin minum, dan masih bisa BAK. Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan gizi kurang, HR 140x/m, mata cekung (-), mulut kering (-), turgor baik, bising usus (+), CRT <2s. Pada pemeriksaan lab didapatkan kesan elektrolit normal, leukositosis (15.700 /uL) dan asidosis metabolic dengan kompensasi tidak sempurna (pH 7,345 ; pCO2 24,5 mmHg ; HCO3 13 meq/L; BE -12,7) DIAGNOSIS KERJA 1. Diare akut infeksi bakteri 2. Dehidrasi ringan/sedang 3. Asidosis metabolik dengan kompensasi tidak sempurna DIAGNOSIS BANDING 1. Diare akut malabsorbsi PENATALAKSANAAN IVFD RL Loading 100 cc Selanjutnya IVFD D5% (70cc) + Bicnat (20meq) 20tpm Injeksi Bicnat 10 meq bolus IV Anbacim 2 x 400 mg Sagestam 2 x 20 mg PCT Syr 3 x Cth 1 Fuzide 2 x Cth

PEMERIKSAAN ANJURAN Kultur Feses PROGNOSIS Ad vitam : Ad bonam


8

Ad functionam : Ad bonam

Ad sanationam : Ad malam

Follow up 21 November 2012 S (+) O : HR= 140 x per menit Kepala Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas Pemeriksaan AGD pH pCO2 pO2 HCO3 BE O2 saturasi Elektrolit Na K Cl 7,498 23,7 mmHg 93,0 mmHg 18,0 meq/L -5,2 meq/L 97,8% 138 mmol/L 3,62 mmol/L 100 mmol/L 7.35 - 7.45 32 - 45 mm Hg 95 - 100 mm Hg 21 - 28 mEq/L -2,5 2,5 mmol/L 96 - 100% 135-147 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L 94-111 mmol/L : Normocephali : CA -/- , SI -/- , Cekung (+) : normotia, septum deviasi (-), sekret (-), mulut kering : KGB tidak teraba membesar : BJ I normal, BJ II normal, regular, splitting (-), murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, BU (+) normal, turgor normal : akral teraba hangat, edema (-) 21 November 2012 Pukul 00:33 Nilai Normal P = 32 x per menit S = 37,8oC : Mencret (+) 20x/ hr, kuning, ampas sedikit, lendir (+), Muntah (+) 10x/ hr, demam

A P

: Diare akut dehidrasi ringan/sedang : IVFD RL 45cc/j Injeksi Anbacim 2 x 40 mg bolus i.v
9

Injeksi Amikasin 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Ranitidine 2 x 7 mg bolus i.v Puyer demam 3 x 1 Fuzide 3 x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc Interzinc 1 x Cth I

22 November 2012 S O : Mencret (+) 8x/ hr, kuning, ampas sedikit, lendir (+), Muntah (+) 2x/ hr, demam (+) : HR= 140 x per menit Kepala Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen bokong Ekstremitas Pemeriksaan FAECES Tinja Rutin: Warna Konsistensi Pus Mikroskopik Leukosit Eritrosit Epitel Amilum Serat Tumbuhan Amoeba Telur cacing Lain-lain Pemeriksaan : akral teraba hangat, edema (-) 21 November 2012 Pukul 11:29 Hijau Lunak Negatif 0-1 0-1 +1 Negatif Negatif Negatif Negatif Bakteri +2 21 November 2012 Nilai Normal
10

P = 32 x per menit

S = 37,8oC

: Normocephali : CA -/- , SI -/- , Cekung (-) : normotia, septum deviasi (-), sekret (-) : KGB tidak teraba membesar : BJ I normal, BJ II normal, regular, splitting (-), murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, BU (+) normal, Kemerahan di

Hb Lekosit Hematokrit Eritrosit MCV MCH MCHC Hitung Jenis: Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit Trombosit LED RDW AGD pH pCO2 pO2 HCO3 BE O2 saturasi Elektrolit Na K Cl

Pukul 13:36 10,6 9200 31 3,89 80 27 34 1 0 0 63 23 13 301.000 9 16,1 7,376 24,2 67,5 13,9 -11,3 93,5 138 3,25 112

11,2 15,7 g/dL 3.900 - 10.000/uL 34 - 45% 4,0-5,0 80-100 26-34 34 0-2 0-5 2-6 47-80 13-40 2-11 140.000 440.000 <15 11,6-14,8 7.35 - 7.45 32 - 45 mm Hg 95 - 100 mm Hg 21 - 28 mEq/L -2,5 2,5 mmol/L 96 - 100% 135-147 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L 94-111 mmol/L

A P

: Diare akut dehidrasi ringan/sedang : IVFD RL 45cc/j Injeksi Anbacim 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Amikasin 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Ranitidine 2 x 7 mg bolus i.v Puyer demam 3 x 1 Fuzide 3 x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc Interzinc 1 x Cth I
11

Biphanten zalp

23 November 2012 S O : BAB (+) 10x/ hr, cair, kuning, ampas sedikit, lendir (-), Muntah (-), demam (-) : HR= 128 x per menit Kepala Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas : Normocephali : CA -/- , SI -/- , Cekung (-) : normotia, septum deviasi (-), sekret (-) : KGB tidak teraba membesar : BJ I normal, BJ II normal, regular, splitting (-), murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, BU (+) normal : akral teraba hangat, edema (-) P = 32 x per menit S = 37,2oC

Pemeriksaan FAECES Tinja Rutin: Warna Konsistensi Pus Mikroskopik Leukosit Eritrosit Epitel Amilum Serat Tumbuhan Amoeba Telur cacing Lain-lain A P

22 November 2012 Pukul 13:01 Hijau Cair Negatif 0-2 0-1 +1 Negatif Negatif Negatif Negatif Bakteri +1

: Diare akut dehidrasi ringan/sedang : IVFD RL 45cc/j Injeksi Anbacim 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Amikasin 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Ranitidine 2 x 7 mg bolus i.v
12

S O

Puyer demam 3 x 1 Fuzide 3 x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc Interzinc 1 x Cth I Flagyl 3x Cth I

24 November 2012 : Mencret (+) 10x/ hr, kuning, ampas sedikit, lendir (-), Muntah (-), demam (-) : HR= 120 x per menit Kepala Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas A P : Normocephali : CA -/- , SI -/- , Cekung (-) : normotia, septum deviasi (-), sekret (-) : KGB tidak teraba membesar : BJ I normal, BJ II normal, regular, splitting (-), murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, BU (+) normal : akral teraba hangat, edema (-) P = 28 x per menit S = 36,5oC

: Diare akut dehidrasi ringan/sedang : IVFD RL 45cc/j Injeksi Anbacim 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Amikasin 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Ranitidine 2 x 7 mg bolus i.v Puyer demam 3 x 1 Fuzide 3 x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc Interzinc 1 x Cth I Flagyl 3 x Cth I

26 November 2012 S : Mencret (+) 5x/ hr, kuning, ampas sedikit, lendir (-), Muntah (-) 10x/ hr, demam (-)
13

: HR= 124 x per menit Kepala Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas : Normocephali

P = 24 x per menit

S = 36,5oC

: CA -/- , SI -/- , Cekung (-) : normotia, septum deviasi (-), sekret (-) : KGB tidak teraba membesar : BJ I normal, BJ II normal, regular, splitting (-), murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, BU (+) normal : akral teraba hangat, edema (-)

A P

: Diare akut dehidrasi ringan/sedang : IVFD RL 45cc/j Injeksi Anbacim 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Amikasin 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Ranitidine 2 x 7 mg bolus i.v Puyer demam 3 x 1 Fuzide 3 x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc Interzinc 1 x Cth I Flagyl 3 x Cth I

27 November 2012 S O : Bab 2x / hari, encer (-), kuning, ampas (+), lendir (-), Muntah (-), Demam (-) : HR= 120 x per menit Kepala Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen : Normocephali : CA -/- , SI -/- , Cekung (-) : normotia, septum deviasi (-), sekret (-) : KGB tidak teraba membesar : BJ I normal, BJ II normal, regular, splitting (-), murmur (-), gallop (-) : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, BU (+) normal
14

P = 22 x per menit

S = 36,6oC

Ekstremitas A P

: akral teraba hangat, edema (-)

: Diare akut dehidrasi ringan/sedang : IVFD RL 45cc/j Injeksi Anbacim 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Amikasin 2 x 40 mg bolus i.v Injeksi Ranitidine 2 x 7 mg bolus i.v Puyer demam 3 x 1 Fuzide 3 x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc Interzinc 1 x Cth I Boleh pulang Terapi Pulang: Cefixime 2 x Cth I Interzinc 1 x Cth I

ANALISA KASUS Pasien An. H, perempuan, 14 bulan, datang dengan keluhan BAB cair 20x / hr dengan volume gelas aqua/x, lendir (+), darah (-), ampas sedikit. Keluhan tambahan berupa demam naik turun yang timbul beberapa jam sebelum BAB cair dan muntah 5x /hari, darah (-) yang timbul berbarengan dengan BAB cair. Pasien rewel, ingin minum, dan masih bisa BAK. Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan gizi kurang, HR 140x/m, mata cekung (-), mulut kering (-), turgor baik, bising usus (+), CRT <2s. Pada pemeriksaan lab didapatkan kesan elektrolit normal, leukositosis (15.700 /uL) dan asidosis metabolic dengan kompensasi tidak sempurna (pH 7,345 ; pCO2 24,5 mmHg ; HCO3 13 meq/L; BE -12,7) Diagnosis pada pasien ini adalah diare akut infeksi bacterial, dehidrasi ringan/sedang, dan asidosis metabolic. Diagnosis diare akut infeksi bacterial ditegakkan atas dasar temuan:
15

1. Bab konsistensi cair 2. Frekuensi 10x / hr 3. Onset mendadak < 7 hr 4. Bau asam (-) 5. Lendir (+) 6. Leukositosis (15.700 /uL) 7. Perbaikan kondisi pasien setelah pemberian antibiotic Diagnosis Dehidrasi Ringan / Sedang ditegakkan atas dasar kondisi datang pasien dimana dari anamnesis didapatkan kondisi pasien rewel, air mata ada, ubun-ubun tidak cekung, banyak ingin minum, dan masih bisa BAK, sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu, mata cekung, mulut kering, turgor baik, akral hangat, dan CRT <2.

Ciri-Ciri diatas memenuhi kriteria dehidrasi ringan/sedang menurut WHO dan mendapat skor 4 (dehidrasi sedang) menurut system scoring Maurice King

16

Diagnosa asidosis metabolic ditegakkan karena pada anamnesa didapatkanbayi bernafas dengan cepat, dan dari pemeriksaan analisa gas darah didapatkan pH 7,345 (Asidosis), pCO2 24,5 (Kompensasi tidak sempurna), dan HCO3 13 (Asidosis Metabolik) Diagnosa banding diare akut akibat malabsorbsi dipilih karena memiliki ciri bab cair >3x / hari dan didapatkan eritema perianal yang dapat ditimbulkan akibat lecet karena penumpukan asam laktat pada tinja karena malabsorbsi laktosa. Akan tetapi, seharusnya diare akibat malabsorbsi tidak menyebabkan Leukositosis maupun adanya temuan bakteri pada FL. Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada kasus ini adalah kultur feses, dengan tujuan untuk mengethaui etiologi penyebab diare akut yang dialami oleh pasien. Pengobatan yang diberikan: Anbacim 2 x 40 mg /Cefuroxime acetyl (Cephalosporin) Broadspectrum bacterial infections Dosis: 10 15 mg/BB/day 80mg /day 2 x 40 mg Amikasin 2 x 40 mg (Aminoglikosida) Gram-negative bacterial infections (E.coli) Dosis: 18 mg/kgBB/hr 144mg / day 2 x 75 mg Ranitidine 2 x 7mg (Antasida) Dyspepsia prophylaxis Dosis: 1-2 mg/kgBB/hr 8-16mg/hr --14 mg/hr 2x7mg Puyer demam 3 x 1 / PCT + Diazepam Antipiretik + Antikonvulsant
17

Dosis PCT: 20 mg/kgBB = 160 mg Dosis DZP: 0,4mg/kgBB = 3,2 mg Fuzide 3 x Cth I / Nifuroxazide Diare karena kuman E.coli & Staph, kolopati spesifik & non spesifik pada dewasa & anak Dosis: 3x Cth I Nymiko 3 x 0,5 cc / Nystatin antimycotic Dosis: 4 x 1 mL Interzinc 1 x Cth I / Zn sulfate Diare ; Pelengkap cairan rehidrasi oral Dosis: 1 x CTH I Flagyl 3x Cth I / Metronidazole Infeksi bakteri anaerob Dosis: 7,5 mg/kgBB 3x /hr Untuk pasien ini (dehidrasi ringan/sedang), terapi yang sesuai menurut WHO adalah dengan TRO berupa cairan oralit sebanyak 600cc (75cc/kgBB) selama 3 jam, kemudian dievaluasi ulang tingkat dehidrasinya. Bila terjadi perbaikan, cukup berikan 80cc (10ml/kgBB) cairan oralit setiap BAB Bila kondisi memburuk, berikan TRP dengan RL sebanyak 240cc / 0,5 jam 560cc / 2,5 jam Melihat nilai BE pasien = -12,7; maka perlu diberikan koreksi dengan menggunakan larutan bicnat 33meq (1/3 x 12,7 x 8 meq) Berikan cairan maintenance RL sebanyak 800 cc / hari = 33cc/jam = 11,11~ 12 tpm makro

18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT PADA ANAK

PENDAHULUAN Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sekor kesehatan oleh karena rata rata sekitar 30 % dari jumlah tempat tidur yang ada di RS ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare.Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi antara lain infeksi virus,bakteri atau parasit. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi
19

serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit1.

DEFINISI Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya Nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lender dan darah(2). Pada bayi yang masih mendapat ASI tidak jarang frekuensi defekasinya lebih daripada 3-4 kali sehari; keadaan ini tidak dapat disebut diare, melainkan masih bersifat fisiologis atau normal. Kadang-kadang seorang anak defekasi kurang daripada 3 kali sehari, tetapi konsistensinya sudah encer; keadaan ini sudah dapat disebut diare. EPIDEMIOLOGI Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak terutama dibawah usia 5 tahun.Sebagai gambaran 17 % kematian anak di dunia ini disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyaebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42 % dibanding pneumonia 24%,untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2 % dibanding pneumonia 15,5 %.1 KLASIFIKASI Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare: 1. Pembagian diare menurut etiologi 2. Pembagian diare menurut mekanismenya: a. Gangguan absorbsi b. Gangguan sekresi 3. Pembagian diare menurut lamanya diare: a. Diare Akut yang berlangsung kurang dari 14 hari b. Diare Kronik yang berlangsung > 14 hari dengan etiologi non infeksi
20

c. Diare Persisten yang berlangsung > 14 hari dengan etiologi infeksi

CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO Cara penularan diare pada umumnya melaui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 f= finger,flies,fluid,field) 5.Adapun beberapa faktor dibawah ini dapat menjadi faktor resiko : Faktor umur Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Insidens tertinggi terjadi pada 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI.Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu dan kurangnya kekebalam aktif bayi. Infeksi asimptomatik Sebagian besar infeksi usus bersifat asimptomatik dan proporsi asimptomatik meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.Pada infeksi asimptomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu,tinja penderita mengandung virus,bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Faktor Musim Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis.Di daerah subtropik,diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas,sedangkan diare karena virus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau. Epidemi dan pandemi Vibrio cholera 0,1 dan Shigella dysentria1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia.
21

ETIOLOGI Dua puluh tahun yang lalu, baru sekitar 10-20% penyebab diare yang diketahui, tetapi dengan kemajuan teknologi di bidang laboratorium, pada saat ini lebih daripada 80% penyebab diare telah dapat diketahui. Beberapa penyebab diare pada manusia adalah sebagai berikut:

22

1. Golongan Bakteri a. Aeromonas hidrophilia b. Bacillus cereus c. Campylobacter jejuni d. Clostridium difficile e. Clostridium perfringens f. Escheria coli g. Salmonela spp. h. Shigella spp. i. Staphylococcus aureus j. Vibrio cholera k. Vibrio parahaemoliticus l. Yersinia enterocolitica 2. Golongan Virus a. Adenovirus b. Rotavirus c. Virus Norwalk PATOFISIOLOGI

d. Astrovirus e. Calicivirus f. Coronavirus g. Minirotavirus 3. Golongan Parasit a. Balantidium coli b. Capillaria philippinensis c. Cryptosporidium d. Entamoeba hystolitica e. Giardia lamblia f. Strongyloides stercoralis g. Faciolopsis buski h. Sarcocystis suihominis i. Trichuris trichiura j. Candida spp. k. Isospora belli

Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih.Menurut mekanisme diare maka dikenal 1,8 : a. Gangguan absorbsi atau diare osmotik Adanya bahan yang tidak diserap,menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel,air akan megalir ke arah lumen jejunum,sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus.Na akan mengikut masuk ke dalam lumen ,dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar na yang normal.Sebagian kecil cairan ini akan diabsorbsi kembali,akan tetapi laiinya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukose, sukrose, laktose,maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon sehingga terjadi diare. b. Malabsorbsi umum
23

Sel juga dapat rusak karena inflammatory bowel disease idiopatik akibat toksin atau oabt obat tertentu.gambaran karakterisitik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus halus adalah atrofi villi.Maldigesti protein lengkap,karbohidrat dan trigliserid diakibatkan insufisiensi eksokrin pankreas menyebabkan malabsorbsi yang signifikan dan mengakibatkan diare osmotik.Gangguan atau kegagalan eksresi pankreas menyebabkan osmotik. c. Gangguan sekresi atau diare sekretorik: Dikenal dua bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang menstimulasi seperti laksansia,garam empedu bentuk dihydroxi serta asam lemak rantai panjang.Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentarsi intrasel cAMP,cGMP atau Ca
++

kegagalan

pemecahan

kompleks

protein,karbohidrat,trigliserid

selanjutnya menyebabkna maldigesti,malabsorbsi dan akhirnya menyebabkan diare

yang selanjutnya

akan mengaktifkan protein kinase.Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion,akan menyebabkan Cl di kripta keluar.Di sisi lain terjadi peningkatan pomap natrium,dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl - .Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivasi NaK-ATPase.Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa.Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal.. d. Diare akibat gangguan peristaltik Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi,tetapi perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbsi.Baik peningkatan atau penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare.Penurunan motilitas dapt mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. e. Diare inflamasi Proses inflamasi di usus halus dan kolon dapat menyebabkan diare pada bebrapa keadaan.Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,tekan hidrostatik dalam pembulu darah dan limphatic menyebabkan air,elektrolit,mukus,protein seringkali sel darah merah dan sel dara putih menumpuk dalam lumen. f. Diare terkait imunologi

24

Diare akibat imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I,III dan IV.Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati,sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.Pada reaksi tipe I,alergen yang masuk tubuh menimbulkan respon imun dengan dibentuknya IgE yang selanjutnya akan diikat oleh reseptor spesifik ada permukaan sel mast dan basofil.Bila terjadi aktivasi akibat pajanan berulang dengan antigen spesifik,sela mast akan melepaskan mediator seperti histamin,ECF-A,PAF,SRA-A dan prostlagalandin. g. Diare akibat infeksi bakteri dan virus Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri 8.

MANIFESTASI KLINIS Gejala biasanya dimulai secara tiba-tiba, yaitu berupa kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, bising usus meningkat (perut keroncongan), kram perut dan diare dengan atau tanpa darah dan lendir. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Penderita juga bisa mengalami demam, tidak enak badan, dan kelelahan yang berlebihan..Adapun gejala khas diare dapat dibedakan berdasarkan penyebab timbulnya diare
melalui tabel berikut ini1,2 : 25

Gejala klinik Masa tunas Panas Mual muntah Nyeri perut Nyeri kepala Lamanya sakit Sifat tinja Volume Frekuensi Konsistensi Darah Bau Warna

Rotavirus 17-72 jam + Sering Tenesmus 5.7 Hari

Shigella 24-48 jam ++ Jarang Tenesmus kramp + >7 hari

Salmonella 6-72 jam ++ Sering Kolik tenesmus + 3-7 hari

ETEC 6-72 jam + 2-3 hari

EIEC 6-72 jam ++ Variasi

Kolera 48-72 jam Sering 3 hari

Sedang 5-10x/hari Cair Langu Kuning hijau

Sedikit >10x/hari Lembek Sering Merah hijau + Kejang

Sedikit Sering Lembek Kadang Busuk Kehijauan

Banyak Sering Cair + Tak berwarna

Sedikit Sering Lembek + Tidak Merah hijau

Banyak Terus menerus Cair Amis (khas) Seperti air cucian beras

Leukosit Lain lain

Anorexia

+ Sepsis

Meteorism Infeksi us sistemik

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas,hal ini dapat menyebabkan teradinya dehidrasi.Adapun derajat dehidrasi dapat dibedakan juga dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik,seperti digambarkan melaluit tabel berikut 1: Gejala Defisit cairan Kehilangan BB Rasa haus Kesadaran Tanpa dehidrasi 50 % <5 Minum Tidak Haus Baik, Sadar Dehidrasi sedang- Dehidrasi berat >100% >10 Sulit, tidak bisa minum Letargik, Menurun
26

ringan 50- 100% 5-10 Normal, Kehausan,ingin minum banyak Gelisah Rewel

Kesadaran

Denyut jantung Kualitas nadi Pernapasan Mata

Normal Normal Normal

Normal-meningkat Normal-melemah Cekung/sedikit

Takikardi,bradikardi,pada kasus berat Lemah,kecil,tidak teraba Sangat cekung

cekung Air mata Ada Berkurang Tidak ada Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2 detik Capillary refill Normal Memanjang Memanjang,minimal Extremitas Hangat Dingin Dingin,sianotik Kencing Normal Berkurang Minimal Selain itu, terdapat juga penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Dan penentuan derajat dehidrasi menurut system pengangkaan Maurice King

27

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium yang kadang kadang diperlukan pada diare akut1,3 : 1.Darah :darah lengkap,serum elektrolit,AGD,glukosa darah,kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika 2.Urine :urine lengkap,kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika 3.Tinja a.Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidk diperlukan.Tinja yang watery tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oelh enterotoksin virus,protozoa atau disebakan infeksi diluar saluran gastroinestinal.Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.Histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis garis darah pada tinja.Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi Salmonella, Giardia, Cryptosporodium dan Strongyloides. b.Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan informasi tentang penyebab diare,letak anatomis serta adanya peradangan mukosa.Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.Lekosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C jejuni, EIEC,C difficile,Y enterocolitica,V.parahaemolyticus dan kemungkinan Aemoronas atau P shigelloides.

28

PENATALAKSANAAN Diare adalah jenis penyakit yang bersifat self limiting atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan karena penyakit ini tergantung dari tingkat higiene yang masih rendah. Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut.Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Algoritme Pengobatan Diare A. Rencana Pengobatan A untuk diare tanpa dehidrasi Anak bisa dirawat dirumah dengan TRO . Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi ,seperti air tajin,larutan gula garam,kuah sayur sayuran dan sebagainya.Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun adalah 50-100 mk,1-5 tahun adalah 100-200 ml,5-12 tahun adalah 200300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml setiap BAB.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit.Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir atau gelas dengan tegukan yang sering.Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudiana mulai lagi perlahan lahan misalnya 1 sendok setiap 2 3 menit.Pemebrian cairan ini diberikan sampai dengan diare berhenti.Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan 1. B. Rencana Pengobatan B untuk diare dengan dehidrasi ringan sedang Penderita diare dengan dehidrasi ringan sedang harus dirwata di sarana kesehatan dan sgera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit.Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila penderita masih ingin minum harus diberi lagi.Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat dilakukan peroral,oralit dapat diberikan melalui NGT dengan volume yang sama dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam atau namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam
1,9

.Setelah 3 jam keadaan penderita

dievaluasi ,apakah membaik atau memburuk.Bila keadaan membaik pasien bisa diobati seperti terapi rencana A,namun bila keadaan anak bertamah berat harus masuk dalam rencana pengobatan dehidrasi berat .
29

C. Rencana Pengobatan C untuk diare dengan dehidrasi berat Penderita dengan dehidrasi berat harus dirawat di rumah sakit dan pengobatan yang baik adalah rehidrasi parenteral.Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedkiti harus diberi oralit sampai cairan infus terpasang.Disamping itu semua anak arus diberi oralit selam pemberian cairan intravena ( 5 ml?kgBB/jam),apabila dapat inum dengan baik,biasanya dalam 3-4 jam (untuk bayi) atau 1- 2 jam (untuk anak yang lebih besar).Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemebrian cairan iv.Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan RL dengan dosis 100ml/KgBB.Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB,dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB.Diatas 1 tahun jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Lakukan evaluasi tiap jam.Bila hidrasi tidak membaik,tetsan IV dapat dipercepat.Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar,lakukan evaluasi 9. a) Pengobatan simptomatik 1. Obat-obat anti diare : Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik saja, diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut semakin bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita 9. Adsorben : obat-obat adsorben seperti pektin, kaolin, bismuth subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi. Zink .Zink merupakan mikronutrien yang penting dalam tubuh. Pemberian zink selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat gizi buruk selama diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Zink diberikan pada setiap diare dengan dosis, untuk anak berumur kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per hari, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet zink 20 mg. Pemberian zink diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare sudah membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian diare selanjutnya selama 3 bulan kedepan c) Pengobatan cairan

30

Ada dua jenis cairan yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit diare, yaitu Cairan Rehidrasi Oral (CRO), dan Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP). CRO Pada tahun 2002 WHO mengumumkan CRO formula baru yang sesuai dengan rekomendasi tersebut dengan 75 meq/l natrium ,75 mmol/l glucose dan osmolaritas tital 245 mOsm/l.Adapun komposis oralit terbaru dapat digambarkan melalu tabel berikut 1 : Oralit baru osmolaritas rendah Natrium Klorida Glucose,anhydrous Kalium Sitrat Total osmolaritas Mmol/liter 75 65 75 20 10 245

CRP Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera. e. Antibiotik Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare
31

pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis
1

. Antibiotik pilihan Alternatif

Etiologi Kolera

Tetracyline 12,5 mg/kgbb 4x Erythromycin 12,5 mg/kgbb sehari dalam 3 hari Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 4 x sehari Pivmecillinam 20 mg/kgBB 4 x selama 5 hari 2 x sehari dalam 3 hari Ceftriaxone50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2- 5 hari

Shigella dysentery

Amoebiasis

Metronidazole 10 mg/kgBB 3x selama 5 hari (10 hari pada kasus berat) Metronidazole 5 mg/kgBB

Giardiasis 3 x selama 5 hari f.Probiotik 10 Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s diarrhea. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi. KOMPLIKASI
32

a.Dehidrasi dan gangguan elektrolit Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pemasukan air.Adapun gangguan elektrolit yang tersering adalah sebagai berikut : Hipernatremia 1,2 Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/ l memerlukan pemantauan pemantauan berkala yang ketat.Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan.Penurunan kadar natrium secara cepat secara cepat sangat berbahaya oeleh karena dapat menimbulkan edema otak.rehidrasi oral atau NGT menggunakan oralit adalah cara erbaik dan paling aman.Koreksi dengan rehidrasi iv dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45 % saline 5 % dextrose selama 8 jam Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi.Periksa kadar natrium plasma selam 8 jam.Bila normal lanjtukan dengan rumatan,bila sebaliknya lanjutan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasam stelah 8 jam.Untuk rumatan gunakan 0,18 % 5 % dextrose,perhitungkan untuk 24 jam.Tambahkan 10 mmol KCL pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing.Selanjutnya pemberian diet normal dapat diberikan.Lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB/setiap BAB samapi diare berhenti. Hiponatremia Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam,dapat terjadi hiponatremi (Na < 130 mol/l)>hiponatremi dapat terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedem.Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi.Bila tidak berhasil koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai RL atau normal saline.Kadar Na koreksi (meq/l) = 125 kadar Na serum pasien x 0,6x BB.separu diberikan dalam 8 jam ,sisianya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 meq/L. Hiperkalemia Disebut hiperkalemi jika K > 5 meq/l,koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10 % 0,5 1 ml/kgBB pelan pelan dalam 5 10 menit dengan monitor detak jantung.

33

Hipokalemia Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia. Dikatakan hipokalemi bila K < 3,5 meq/l,koreksi dilakukan menurut kadar K,jika kalium 2,5-3,5 meq/l diberikan peroral 75 meq/kgBB/hr dibagi 3 dosis.Bila K < 2,5 meq/l maka dapat diberikan secara iv drip(tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.Dosisnya : (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 meq/kgBB/jam) diberikan dama 4jam,kemudian 20 jam berikutnya adalah ( 3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 meq x BB).Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot,paralitik ileus,gangguan ginjal dan aritmia jantng.Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kaliyum selama diare dan sesudah diare berhenti.

b.Gangguan keseimbangan asam basa Gangguan keseimbangan asam basa terjadi karena beberapa hal sebagai berikut 6 : Kehilangan natrium bicarbonat (NaHCO3) bersama tinja Ketosis kelaparan Produk produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikluarkan (oleh karena anuria atau oliguria) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke intrasel Penimbunan asam laktat karena anoreksia jaringan

Penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ) Gambaran laboratorium berupa penurunan PH serum dan penurunan kadar HCO3 dan PCO2.Untuk mengatasi asidosis ini dapat dikoreksi dengan biknat dengan rumus : 0,3 x BB x BE. c.Gangguan sirkulasi
34

Dapat terjadi shock hipovolemik akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi Hipoksia Asidosis yang bertambah berat dapat mengakibatkan perdarahan pada otak,kesadaran menurun dan jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.

KESIMPULAN Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibiotika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi.Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati penyakit penyerta. 1,6,9

DAFTAR PUSTAKA
1. S. Mohamad ,dkk.Diare Akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi.Jilid I.Ikatan dokter Anak Indonesia.2012, hal:87- 133. 2. Berhams ,Kliegman RM,Jenson HB.Nelson Textbook of Pediatrics : Diarrhea Acut.17 th Ed.Philadelphia : W.B Saunders Company; 2004. 3. Rudolph A.M,Hoffman J.I.E,Rudolph C.D.Rudolphs Pediatrics.20 Company; 1996,pg : 234-244 4. Diagnosa diare dan klasifikasi diare .Accesed on September 2012
th

Ed.Appleton

and Lange : Diarrhea on Gastroenterology and Nutrition.Simon AND Schuster

http://www.medicastore.com/med/index.php
5. Diare Akut pada Anak.Acessed on September 2012 : http://eprints.undip.ac.id/29133/3/Bab_2.pdf

6. Vanessa S,dkk.Diarrhea acut on Gastroenterology: Clinical pediatrics dietettics.third edition.Blacked publishing : 2008,pg 90-92
35

7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I 2004 ; 49-52 8. Gary r,dkk.Diarrhea Food and Nutrition on Paediatrics Emergency Medicine.third edition.Mc Graw Hill Medical,New York : 2009,pg : 571-578
9. Tatalaksana Diare.Accesed on September 2012 : http://etd.eprints.ums.ac.id/14952/3/3._Bab_I.pdf 10. Probiotik pada diare .Accesed on,September 2012 :

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13307113123.pdf PROBIOTIK PADA DIARE.accesed 11. Cahyadi E, Gastroenteritis. http://emedicine.com/EMERG/topic380.htm Accesed on September 2012 12. Sunoto. Penyakit Radang Usus: Infeksi Dalam: Markum AH, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Balai penerbit FKUI: Jakarta; 2002. P 448-66

36

Anda mungkin juga menyukai