F R A N K F U R T
A . M .
B U L L E T I N
MKIF Blatt
M A S Y A R A K A T
K A T O L I K
I N D O N E S I A
lanjutan
kita sudah sampai ke tingkat ini maka kita tidak akan tergesa-gesa menunjuk dan mengecam dosa-dosa orang, merobek-robek mereka seakan-akan mereka tidak mampu lagi hidup sebagai putera dan puteri Allah. Tidak. Dengan cinta kasih dan kerendahan hati kita terdorong untuk melihat apa yang baik dalam diri orang lain. Kita akan berusaha membuat apa yang baik dalam diri orang lain, memancar atau mengalir keluar sebagai saksi kasih dan rahmat Allah. Tetapi kerendahan hati tidak berarti kita tidak boleh mengkritik orang lain. Kerendahan hati tidak menghalangi Fransiskus mengoreksi saudaranya manakala mereka menyimpang dari Injil. Kerendahan hatilah yang membuat Fransiskus berani mewartakan Kabar Baik kepada semua orang yang dijumpainya. Bagi dia, Injil adalah sesuatu yang harus diwartakan. Injil adalah nyala lampu yang harus diletakkan di atas gantang agar menyinari banyak orang (Mat 5:15; Mrk 4:21; Luk 11:33). Tetapi cinta kasihlah yang menjadi jiwa dari persaudaraan; cinta kasihlah yang menjadi jiwa dari karya pewartaan Injil. Cinta kasihlah yang bisa menuntun orang menuju Allah. Cinta kasih harus menjadi arah dasar hidup kita dalam menghayati Injil. Kalau tidak, maka kesaksian hidup kita bisa hampa makna. Tanpa cinta kasih, pewartaan kita akan menjadi warta ego kita. Tanpa cinta kasih maka warta kita cenderung merusak citra Kristus dan bukan mewartakan atau memuliakan-Nya. Tanpa kerendahan hati, cinta kasih kita tidak menjadi nyata. Akar kokoh cinta kasih adalah kerendahan hati. Cinta kasih hanya condong kepada kerendahan hati. Cinta kasih menurut Paulus selalu sabar, lembut dan tidak pernah cemburu atau ingat diri (1Kor 13:1-13). Karena itu, setan takut pada orang yang rendah hati dan penuh cinta kasih. (*** Devosi Santo Antonius dan Renungan Masa Kini Fransiskus Borgias M.)
lanjutan
lama. Sebelum meninggal ia berpesan kepada kawannya untuk menyerahkan lukisan kepada salah satu gereja di Roma. Kawannya melihat lukisan itu indah, tetapi juga aneh. Tidak sebagaimana lukisan Bunda Maria yang pernah ia lihat, lukisan ini memberi suatu pesan khusus yang sulit dilupakan. Gambar ajaib itu memperlihatkan Bunda Maria sedang menggendong Kanak-kanak Yesus. Sikap dan wajah Yesus memperlihatkan rasa cemas. Yesus yang masih kecil nampaknya mencari perlindungan pada bunda-Nya. Tangan-Nya yang mungil menggenggam erat-erat tangan Bunda Maria. Mata Yesus menunjukkan rasa cemas. Keterkejutan dan usaha menyelamatkan diri secara tergesa-gesa nampak dari salah satu sandalnya yang tergantung dan hampir terlepas. Menurut pelukisnya, kemungkinan ia berasal dari pulau Kreta di Eropa Timur, ketika itu Yesus sedang bermain. Tiba-tiba datang dua orang malaikat. Pasti Yesus terkejut. Ia segera lari ke pangkuan bunda-Nya untuk mohon perlindungan. Bunda Maria juga sempat terkejut sebelum mengetahui apa yang terjadi. Ada alasan yang kuat mengapa Yesus kecil terkejut ketika melihat dua malaikat tersebut. Utusan Tuhan itu memperlihatkan secara jelas salib, paku-paku, lembing dan bunga karang yang penuh cuka dan empedu. barang-barang ini, seperti kita ketahui, kelak akan menjadi alat kesengsaraan Yesus ketika Ia memikul salib dan wafat di Kalvari. Sebagai anak kecil Yesus ketakutan. Ia merasa ngeri. Karena itu Ia memeluk Maria. Jari-jari-Nya gemetar dalam genggaman Bunda Maria yang aman. Dengan penuh kasih keibuan, Bunda Maria merapatkan Kanak-kanak Yesus lebih dekat ke tubuhnya. Dalam pelukan Maria, Yesus merasa aman. Kawan pemilik lukisan sangat menyukai lukisan Bunda Penolong Abadi; ia menyimpannya. Malam hari Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam suatu mimpi. Bunda Maria mengingatkannya untuk melaksanakan pesan kawannya sebelum meninggal, yaitu menyerahkan lukisan kepada gereja. Mimpinya disampaikan kepada isterinya, tetapi mereka masih tetap menyimpannya. Tak lama kemudian ia pun meninggal. Ia telah berpesan kepada isterinya untuk menyerahkan lukisan ke gereja. Namun demikian isterinya bertekad untuk tetap menyimpannya. Bunda Maria kembali mengingatkan keluarga itu melalui anak gadisnya, Ibu, aku melihat seorang wanita yang amat cantik. Ia berkata kepadaku, katakan kepada ibumu, Bunda Penolong Abadi minta supaya lukisan dirinya ditempatkan di salah satu gereja. Akhirnya lukisan diserahkan ke Gereja St. Alfonsus di Roma dan disimpan disana selama kurang lebih 300 tahun. Selama itu pula tempat tersebut menjadi terkenal karena mukjizat-mukjizat yang terjadi. Pada tahun 1798, di jaman Napoleon berkuasa, para imam diusir. Salah seorang imam sempat menyimpan lukisan Bunda Penolong Abadi di
lanjutan
sebuah kapel kecil dan lukisan itu pun terlupakan selama 70 tahun. Seorang bruder tua masih ingat riwayat lukisan itu. Ia menceritakannya kepada seorang anak kecil yang kemudian menjadi seorang imam Redemptoris. Ia menceritakannya pula kepada sesama imam hingga akhirnya berita ini terdengar juga oleh Paus. Paus memerintahkan agar lukisan tersebut diperlihatkan dan dihormati. Pada tahun 1866 lukisan Maria Penolong Abadi ditempatkan kembali secara resmi di Gereja St. Alfonsus, Roma. Lukisan Maria Penolong Abadi yang asli dilukis di atas kayu. Usianya kira-kira 500 tahun. Paus Pius IX berpesan kepada para imam Redemptoris, Perkenalkanlah dia ke seluruh dunia. Sejak itu lukisan Maria Penolong Abadi diperbanyak dan duplikatnya disebarkan ke seluruh dunia. Konsili Vatikan II dalam salah satu butir penghormatan kepada Maria memberikan nama Penolong Abadi (Perpetual Help). Pertimbangannya ialah karena nama itu secara ajaib menonjolkan dan menekankan pengasuhan keibuan yang dilakukan Maria terhadap Gereja yang kini masih berjuang di dunia. (AVE MARIA No. 9 Juli 1997; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia)