Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak azasi yang dimiliki setiap manusia dan mempertahankan tubuh

tetap dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh setiap ahli dalam bidang pengobatan, dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian. Dokter gigi yang teliti dan bijaksana akan melindungi kesehatan mulut pasiennya dan bukan hanya bertindak sebagai tukang yang memperbaiki gigi yang rusak. Kita harus melayani pasien dengan standard profesi, standard prosedur operasional serta kebutuhan medik pasien. Diagnosis adalah pengenalan suatu penyakit. Kadang-kadang diagnosisi cukup dinyatakan dalam pernyataan singkat saja. Akan tetapi , dalam kebanyakan kasus, diagnosis harus meliputi juga perluasan penyakit, lokasi dan karakteristik lain dari penyakit tersebut. Agar dapat menegakkan diagnosis dengan benar dokter gigi memerlukan informasi yang lengkap meliputi riwayat penyakit dan kebiasaan pasien, melakukan pemeriksaan yang lengkap dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi penyakit yang tidak dapat diperiksa secara klinis. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, dokter gigi harus mencegah atau menahan proses penyakit dan merestorasi bagian yang hilang. Dalam menganalisis masalah gigi harus dibedakan antara kedua sasaran tersebut, Barangkali ini berkaitan dengan kontrol faktor-faktor yang menyababkan penyakit sehingga aspek-aspek preventif dari pelayanan gigi memiliki makna yang terbesar. Tidak baik membuat suatu restorasi yang bagus dan mahal pada suatu situasi yang akan menghancurkannya dalam waktu yang singkat. Hanya dengan tindakan pencegahan dan restorasi yang simultan, pelayanan kesehatan yang maksimal dapat diberikan. Dalam pencapaian restorasi yang maksimal perlu diperhatikan pertimbangan kesesuaian kavitas dan bahan tumpatan pilihan sesuai dengan indikasi bahan dan keadaan lesi. DESKRIPSI TOPIK Seorang pasien perempuan usia 45tahun, mantan peragawati datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan gigi-gigi depan atas sering ngilu terutama minum dingin. Tidak ada riwayat

kelainan medis. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bayangan hitam pada mesial bagian palatal gigi 22 dan 23, hasil tes sondasi dan termal (+), perkusi dan palpasi (-). Hasil foto radiografis terlihat karies dentin pada mesial gigi 22 dan 23,kelainan periapikal (-). Ketika dijelaskan kepada pasien bahwa ada giginya yang rusak pasien tidak percaya karena satu bulan yang dia baru dilakukan pemeriksaan rutin oleh dokter gigi perusahaan suaminya dan dikatakan semua giginya dalam keadaan baik. Pada saat itu, pasien dokter gigi tersebut banyak yang sudah menunggu dan dokter gigi tersebut tidak melakukan pemeriksaan penunjang lainnya. Saat ini, dokter gigi perusahaan tersebut sedang keluar kota sehingga pasien datang ke dokter gigi lain. Pertanyaan: 1. Apakah hasil pemeriksaan dari drg sebelumnya menyalahi kode etik kedokteran gigi ? Jelaskan jawaban saudara! 2. Mengapa drg sebelumnya tidak dapat mengidentifikasi kelainan pada gigi 22 dan 23 ? Jelaskan jawaban saudara! 3. Jelaskan tata cara pemeriksaan sehingga dapat ditegakkan diagnosis kasus gigi 22 dan 23! 4. Jelaskan teknik radiografis yang dapat membantu menegakkan diagnosis kasus gigi 22 dan 23! 5. Jelaskan klasifikasi karies pada gigi 22 dan 23 menurut kalsifikasi Black dan klasifikasi Mount and Hume! 6. Sebutkan bahan restorasi apa yang paling sesuai untuk kasus gigi 22 dan 23, serta jelaskan alasan memilih bahan restorasi tersebut! 7. Jelaskan sifat-sifat keuntungan dan kerugian dari bahan restorasi yang dipilih untuk kasus gigi 22 dan 23! 8. Jelaskan prosedur kerja,alat dan bahan yang dipakai untuk restorasi gigi 22! 9. Jelaskan prosedur kerja, alat dan bahan yang dipakai untuk restorasi gigi 23! 10. Gambarkan dan jelaskan desain preparasi yang dilakukan untuk kasus gigi 22 dan 23!

BAB II ISI RADIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA Radiografi periapikal berguna untuk menunjukkan gigi geligi secara individual dan jaringan di sekitar apeks gigi. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal,

status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik, yaitu: a. Paralleling technique Pada teknik ini film ditempatkan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar dengan sumbu gigi. Tubehead diarahkan pada sebelah kanan gigi dan film secara sejajar. Prinsip kejajaran antara tubehead, gigi dan film pada teknik paralleling. b. Bisecting angle technique Pada teknik ini tidak mempergunakan pegangan film (film holder) sehingga untuk memposisikan film pada rongga mulut menggunakan jari pasien. Sudut antara sumbu gigi dan sumbu film kirakira membagi mentally. Peletakan salah satu sisi film pada insisal gigi sehinggat terbentuk vertical angulation. Kedua radiografi periapikal ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Pada tehnik paralleling sedikit terjadi kesalahan seperti distorsi dibandingkan teknik bisecting angle, namun dengan penggunaan pegangan film ( film holder) sering membuat pasien merasa tidak nyaman. Berikut perbandingan antara teknik paralleling dan bisecting angle. Prinsip pada teknik paralleling: Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi Sentral x-ray tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap paralel dengan aksis panjang gigi

Keuntungan: Tanpa distorsi Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi yang sesungguhnya Mudah dipelajari dan digunakan Mempunyai validitas yang tinggi

Kerugian: Sulit meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut

yang kecil. Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi kenyamanan.

KLASIFIKASI KARIES MENURUT BLACK DAN MENURUT MOUNT AND HUME

Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang sering terjadi pada gigi, yaitu: 1. Kelas I

Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior 2. Kelas II

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat pada permukaan halus di bawah titik kontak yang sudah dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips. 3. Kelas III

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Kavitas bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil. 4. Kelas IV

Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke insisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi. 5. Kelas V

Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa mengenai sementum.

Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terdapat pada permukaan gigi beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri atas 3 site, yaitu: 1. Site 1

Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anterior maupun posterior. 2. Site 2

Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior. 3. Site 3

Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan gingiva.

Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu: 1. Size 0

Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal dari demineralisasi berupa white spot. 2. Size 1

Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan dengan peningkatan remineralisasi struktur gigi. 3. Size 2

Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentuk berukuran sedang dan masih menyisakan struktur email yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk menyokong restorasi. 4. Size 3

Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp atau incisal edgenya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusi dengan baik dan kurang mampu menyokong restorasi. 5. Size 4

Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti kehilangan cusp lengkap atau incisal edge. Karies hampir atau sudah mengenai pulpa.

Pada kasus, karies pada gigi 22 yaitu karies dentin pada mesial gigi adalah kelas I pada klasifikasi Black dan site 1 size 2 pada klasifikasi menurut Mount and Hume. Sedangkan gigi 23 yaitu karies dentin telah mencapai bagian proksimal gigi sehingga merupakan kelas III pada klasifikasi Black dan site 2 size 2 menurut klasifikasi Mount an Hume. RESIN-MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT Sejak adanya kemunculan resin komposit aktivasi sinar, banyak praktisi mulai mengeluhkan sifat dari material semen ionomer kaca yang tidak ideal. Namun karena sifatnya yang mampu menghasilkan fluor dan sistem adhesifnya yang baik, semen ionomer kaca masih tetap digunakan. Oleh sebab itu beberapa pabrik meneliti untuk memperbaharui karakteristik yang dimiliki GIC dengan menggabungkannya dengan resin komposit, dimana proses polimerisasi yang digunakan mengunakan aktivasi sinar biru yang kemudian disebut sebagai resin modified GIC (RMGIC). RMGIC juga dikenal dengan hybrid GIC atau Light-curing

Bahan ini memiliki komposisi khas terdiri dari 1) asam poliakrilik atau modifikasinya yang mengandung champorquinone, 2) monomer yang dapat mengeras bila disinar, seperti hydroxyethyl methacrylate (HEMA) , 3) ion-ion leachhable glass dan 4) air RMGIC memiliki reaksi pengerasan dengan mekanisme ganda yaitu reaksi asam-basa semen ionomeer kaca konvensional yang lambat diawali pada saat pencampuran dan proses polimerisasi yang serupa dengan yang terjadi pada resin komposit dengan aplikasi sinar. Secara umum bahan RMGIC memiliki kekuatan compressive dan tensile strength yang lebih tinggi daripada semen ionomer kaca konvensional dan mampu menahan beban yang moderate. Selain itu, layaknya yang memiliki kandungan GIC, bahan ini juga mamou menghasilkan fluor yang mampu menghambat karies. Pada pengujian histopatologi, pulpa dapat menerima dengan baik penempatan semen ionomer kaca modifikasi resin. Perbedaan utama GIC dengan RMGIC adalah adanya penambahan resin dan fotoinisiator kedalam bahan konvensional sehingga bahan modifikasi tersebut dapat disinar segera setelah penumpatan kavitas. Penyinaran ini akan memberikan ketahanan bahan terhadap penyerapan air dan mempermudah penanganan secara klinis karena restorasi akan cukup stabil keseimbangan airnya sehingga restorasi dapat dibentuk dan dipoles segera setelah mengeras. Indikasi perawatan dengan bahan RMGIC adalah 1) daerah yang tidak menerima beban oklusi yang berlebihan seperti daerah servikal, akar gigi, gigi desidui, kavitas klas III , permukaan oklusal tanpa antagonis, permukaan proksimal molar. 2) Pada kasus dengan prioritas perlindungan yang tinggi terhadap pulpa seperti permukaan oklusal gigi molar muda, restorasi pencegahan 3) pada kasus yang membutuhkan pelepasan fluor 4) pada perawatan yang membutuhkan perlekatan yang kuat tapi dengan prosedur sederhana 5) restorasi sementara yang memeberikan estetis yang baik misalnya mahkota sementara selama perawatan saluran akar gigi anterior. RMGIC memiliki perbaikan keunggulan yang baik dalam hal working time, beberapa karakteristik lainnya termasuk estetik . Selain itu, bahan ini juga tahan terhadap dehidrasi dan retak selama proses pengerasan dibandingkan denga GIC. Namun demikian, GIC konvensional tidak sebaik resin komposit dalam hal estetik dan RMGIC tidak disarankan dalam hal restorasi yang mengutamakan nilai estetik yang tinggi dikarenakan kandungan resin yang dimiliki dalam

jumlah yang banyak. Selain itu keterbatasan kekuatan yang dimiliki bahan ini dan keausan yang dimiliki mengindiksikan bahan ini untuk digunakan pada restorasi yang memiliki beban tekanan yang rendah (tidak untuk restorasi klas I,klas II posterior ataupun klas IV). Pada kasus, untuk lesi yang terjadi pada gigi 22 dan 23 menggunakan bahan restorasi semen ionomer kaca modifikasi resin (RMGIC). Hal ini dikarenakan pada posisi atau lokasi lesi yang tidak membutuhkan atau menerima tekanan yang kuat dan nilai estetik tidak menjadi hal prioritas karena tidak terdapat pada bagian fasial. 1. Preparasi kavitas

Preparasi kavitas untuk bahan RMGIC tidak memerlukan persyaratan preparasi konvensional tetapi cukup mengambil struktur gigi yang terkena karies. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengambilan dentin yang lunak dengan melakukan eskavasi dengan baik, dengan menggunakan bur diamond bulat atau tappered. Pada kavitas dengan ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 0,5mm perlindungan pulpa dilakukan dengan pelapisan Ca(OH)2. 2. Pencocokan Warna

Warna yang spesifik dipilih untuk bagian gigi yang akan direstorasi

3.

Pemakaian dentin conditioner

Dentin conditioner yang digunakan adalah asam poliakrilik 10%. Waktu pengaplikasian tidak boleh lebih dari 20 detik karena dapat menyebabkan demineralisasi pada dentin dan enamel serta membuka tubulus dentin. Kemudian dicuci selama 30 detik untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

4.

Pencampuran

Perbandingan powder dan liquid 1:2. Pencampuran dilakukan secara perlahan sampai konsistensi yang homogen tercapai.

5.

Pemempatan bahan dan pembentukan anatomis gigi

Penumpatan kavitas dilakukan dengan menggunakan siringe. Kemudian ditempatkan langsung ke kavitas dengan cepat karena ionomer bereaksi secara kimia dengan ion kalsium di dalam struktur gigi.

6.

Pengerasan dengan sinar

Penyinaran dilakukan selama 20-40 detik dengan memperhitungkan bayangan yang diperoleh, jarak dari restorasi serta untuk menjamin pengerasan restorasi. 7. Pemolesan

Pemolesan dilakukan segera setelah pengerasan dengan sinar. Semprotan dengan udara harus dilakukan terus menerus. Penghalusan permukaan dapat dilakuakn dengan bur diamond yang sangat halus dan silikon point yang halus untuk mendapatkan kecemerlangan yang lebih baik. 8. Varnishing

Sebagai ketahanan klinis terhadap sensitivitas air sehingga dapat mempertahankan reaksi kimia.

Anda mungkin juga menyukai