Anda di halaman 1dari 31

1

1. Identitas Penulis Nama NIM 2. Judul KTI


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KECUKUPAN PASOKAN ASI DI BPS SRI RAHAYU KERJO KARANGANYAR

: Diyah Ayu Kartikasari : 08.0.B.549

3. Latar Belakang Perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui. Kodrat yang diberikan kepada perempuan ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yakni rahim dan semua bagiannya, dan payudara untuk menyusui anaknya. Artinya, semua perempuan berpotensi untuk menyusui anaknya sama dengan potensinya untuk dapat mengandung dan melahirkan. Sayangnya, tidak semua perempuan bisa memahami kodratnya, entah karena pengetahuan yang kurang atau perepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui (Suradi, 2003) Berdasarkan survey yang dilakukan hellen keller international pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI Eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal kajian WHO yang dituangkan dalam kepmen No.450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan. Dan berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1997 dan 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI Eksklusif turun dari 49% menjadi 39%. Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki para ibu mengenai segala nilai plus ASI. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menggangap bahwa produksi ASI tidak

mencukupi kebutuhan makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kendala bagi ibu, yang akhirnya mencari alternative lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi lapar. Peningkatan produksi ASI seiring jumlah ASI yang dikeluarkan. Semakin tinggi kebutuhan bayi, ASI yang diproduksi akan semakin meninggkat pula (Prasetyono,2009) Menurut Bahiyatun tahun 2009 seorang bayi dapat mengosongkan satu payudara dalam waktu 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam aktu dua jam. Fenomena diataslah, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang Hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang lama dan frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar. 4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang menyusui dengan kecukupan pasokan ASI di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar? 5. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Setelah dilakukan penelitian diharapkan dapat mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI di BPS Sri rahyu, Kerjo, Karanganyar . b. Tujuan khusus 1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui. 2) Mengidentifikasi kecukupan pasokan ASI. 3) Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI. 6. Manfaat Penelitian

a. Manfaat aplikatif Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI, maka diharapkan di tempat tersebut bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik lagi. b. Manfaat Teoritis 1) Dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya dan menambah referensi yang telah ada. 2) Dapat menambah informasi pengetahuan dan wawasan bagi tenakes tentang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI. 7. Tinjuan Teori a. Landasan teori 1) Pengetahuan a) Pengertian Pengetahuan Pengetahuan (knowladge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar manjawab pertanyaan what misalnya apa arti manusia, apa alam dan sebagainya (Notoadmodjo,2005) Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha, jadi penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, agar meningkat pula pencapaian usaha mereka (Arikunto, 2006) b) Tingkatan Pengetahuan Tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu sebagai berikut:

(1)

Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

(2)

Memahami (comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan meramalkan dan sebagainya.

(3)

Aplikasi (application) Aplikasi yaitu sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

(4)

Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompok kan dan sebagainya.

(5)

Sintesis (syntesis)

Yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. (6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi Penilaian-penilaian yaitu itu kemampuan berdasarkan untuk suatu melakukan yang justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. kriteria ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmojo, 2007). 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadmojo tahun 2005 adalah: a) Tingkat pendidikan Tokoh pendidikan abad 20 M, J. Languelt yang dikutip Notoadmojo tahun 1998 mengidentifikasi bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, pelindung, dan b) Pengalaman Mempelajari situasi yang berkaitan dengan nilai sendiri dalam menggambarkan pandangan. c) Kebudayaan Kebudayaan d) Usia Menurut Huclock (1998) yang dikutip Nursalam (2001) semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih dalam berfikir dalam logis dan segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya. dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kapada kedewasaan.

e) Informasi Adalah keseluruhan makna yang dapat diartikan sebagai pengetahuan seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognital baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk mengubah kesadaran masyarakat terhadap suatu hal involusi yang berpengaruh terhadap perilaku. f) Minat Minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. g) Lingkungan Lingkungan adalah denah di luar dam mempengaruhi system tersebut. 3) Konsep Dasar Nifas a) Pengertian nifas Nifas (peurperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006) Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer,2005) Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain: (1) Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPEIGO,2002). (2) masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Bahiyatun. 2009) b) Pembagian masa nifas. Menurut Sulistyowati tahun 2009, nifas dibagi dalam beberapa periode:

(1)

Puerperium dini Merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

(2)

Puerperium intermedial Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

(3)

Remote puerperium Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, dan tahun.

c) Tujuan asuhan masa nifas Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah: (1) Memulihkan kesehatan umum penderita (a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan (b) Mengatasi anemia (c) Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi (d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah. (2) (3) (4) (5) Mempertahankan kesehatan psikologis Mencegah infeksi dan komplikasi Memperlancar pembentukan Air Susu Ibu (ASI) Mengajarkan ibu untuk melaksanakn perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik,

sehingga

bayi

dapat

mengalami

pertumbuhan

dan

perkembangan yang normal.(Bahiyatun. 2009) d) Perubahan masa nifas yang mempengaruhi kejadian (1) Involusi adalah pulihnya alat-alat kandungan Menurut sarwono (2009) involusi alat-alat kandungan adalah sebagai berikut: (a) Uterus Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih dua jari dibawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah avokad gepeng berukuran panjang kurang lebih lima belas senti meter, lebar dua belas senti meter dan tebal kurang lebih sepuluh senti meter. Dinding uterus itu sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas luka implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian yang lain. Pada hari ke 5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas sympisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas sympisis. Pertama bekas inplantasi plasenta merupakan satu luka kasar dan menonjol kedalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian placenta yang tertinggal. Sesudah dua minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm. otot-otot uterus berkontraksi segera post patum. Pembuluhpembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Kedua after pain, mulesmules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadangkadang sangat mengganggu selama 2-3 postpartum. Perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang

menyusui. Perasaan sakit itupun timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah di dalam kavum uteri. Ketiga kontraksi, intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna. Setelah bayi lahir, hemostastis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah infra miconerium oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus (Jensen,2002). keempat yaitu lokhea, secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina di masa nifas.ada beberapa macam-macam lokhea yaitu lokhea rubra yang mengandung darah dan debris desi dua serta debis trofoblastik aliran menyembur menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari. Lokhea serosa, terdari dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi baru lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih dan lokhea alba, berwarna putih kekuning-kuningan mengandung leukosit, lendir service dan jaringan nekrosis. Berlangsung sampai 6 minggu setelah bayi baru lahir. (b) Serviks Perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera postpartum bentuk service agak mengga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antar korpus dan service uteri terbentuk semacam cincin. Warna service sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensi lunak. Segera setelah janin di lahirkan, tangan pemeriksa meraih dapat dimasukan ke

10

dalam kavum uteri. Setelah dua jam hanya dapat dimasukan 2-3 jari, dan setelah satu minggu, hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam menangani kala uri. (c) Vagina Setelah proses persalinan, vagina menegang dan menggaga terbuka di introitus. Ukuran berkurang kembali oleh vaginal rugae sekitar post partum minggu ketiga. Selaput darah yang koyak sembuh melalui farmasi berat, meninggalkan beberapa etiket jaringan. (d) Endometrium Perubahan yang terjadi adalah timbulnya thrombosis degenerasi dan nekrosisi di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama nifas kira-kira 2-5 mm setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata, regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2-3 minggu. (e) Ligament-ligament Ligament-ligament dan diagfragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur ciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandunganya turunsetelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kotor. (f) Hemokonsentrasi Pada saat hamil di dapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume ddarah pada ibu relative akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat

11

menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vatium kordis. Untung keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari ke 3sampai 15 hari postpartum. e) Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. (Prasetyo,2009) (1) Mekanisme menyusui Bayi yang sehat mempunyai 3 reflek instrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui. Pertama, reflek mencari (rooting reflek) yaitu payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek pada bayi. Kedua, reflek menghisap (sicking reflek) yaitu tehnik menyusui yang baik adalah apabila aereola mamae sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak bisa dilakukan pada ibu yang aereola mamaenya membesar. Ketiga, reflek menelan (sucking reflek) yaitu pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap (tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. (2) Kegiatan laktasi Menurut prasetyo (2009) cara menyusui yang benar adalah posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan). Bayi datang dari arah bawah, sehingga bayi mendongak dengan hidung bayi berhadapan dengan putting payudara. Dagu bayi ditempelkan pada payudara, dan pipi bayi tampak mengelembung. Bibir bawah, dagu atau pipi bayi dirangsang dengan payudara. Tindakan ini bertujuan agar mulut bayi

12

terbuka lebar. Ibu tidak boleh menekan kepala bayi atau membenamkan seluruh bagian wajah bayi ke payudara, sehingga bayi sulit bernafas. Ibu memastikan bahwa mulut bayi beraada pada posisi sedemikian rupa, sehingga gusinya mengigit daerah aereola atau disekaliling putting payudara ibu. Aereola bagian atas mesti terlihat lebih luas daripada bagiam bawah. Saat itu, mulut bayi terbuka lebar, sedangkan bibir bawahnya terputar keluar. Posisi badan ibu ketika menyusui, posisi ibu tidur miring, ini posisi yang baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan dengan melalui operasi sesar, yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup payudara ibu, oleh karena itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Posisi badan ibu duduk jga baik untuk menyusui dengan ibu duduk tegak lurus dan pangkuan rata, serta kaki menjejak ke tanah secara rata serta rileks, ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat badan bayi, dan agar bayi sejajar payudara ibu. Ibu mengendong bayi mengunakan lengan kanan bila menyusui dengan payudara kiri, demikian pula sebaliknya. Pada posisis ini, kepala, leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus dan dengan kepala agak terangkat ke belakang. Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan putting payudara. Menyentuhakan mulut bayi pada payudar, menunggu mulut bayi terbuka lebar, ketika mulut bayi terbuka lebar, ibu mengarahkan mulut bayi kepayudara hingga sebagian besar aereola mamae masuk ke dalam mulutnya, bila bayi menyusu dengan baik, ibu bisa memindahkan bayi ke lengan sebelah.

13

f) Manfaat pemberian ASI menurut Sulistyowati(2009) antara lain: (1) Manfaat bagi ibu (a) Membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinan. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membantu rahim berkontraksi dengan cepat dan susu memperlambat perdarahan (hisapan putting

merangsang dikeluarkanya hormone oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim. (b) Mempercepat pulih atau turunya berat badan yang bertambah selama hamil. (c) Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinanya untuk menjadi hamil. (d) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying kepada buah hatinya. (2) Manfaat bagi bayi Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupanya dengan baik. ASI yang bersama pertama keluar (kolostrum) mengandung anti body yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk segera minum ASI pada jam pertama sesudah lahir, ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi selain itu ASI juga mudah dicerna oleh bayi. 4) a) Konsep dasar frekwensi menyusui Frekwensi menyusui Sebaiknya menyusui bayi tanpa di jadwalkan melainkan on demand, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhanya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (misal, kencing) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara dalam 5-7 menit

14

dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Suradi, 2003) Pada awalnya, bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik. Hal ini disebkan oleh isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui ASI tanpa dijadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul. Kegiatan menyusu bayi dimalam hari akan sangat berguna bagi ibu yang bekerja. Hal ini akan memacu produksi ASI dan mendukung keberhasilan penundaan kehamilan. (Bahiyatun, 2009) b) Rutinitas pemberian ASI Aktifitas pemberian ASI, tentu cukup menyita waktu ibu di minggu-minggu pertama. Tapi ini bukan masalah, ini semua proses belajar sebagai ibu baru yang akan berubah seiring pertumbuhan bayi. Walaupun bayi yang menentukan kapan saatnya minta ASI, tapi pelan-pelan ibu bisa menciptakan rutinitas yang sesuai untuk berdua. (1) Hari pertama Bayi mungkin hanya terlihat antusian minta ASI beberapa jam setalah lahir, kemudian setelah itu istirahat atau tidur lagi. Tapi ibu perlu rajin memberikan ASI beberapa kali dalam sehari. (2) Hari kedua Karena ibu dan bayi masih sama-sama memahami kebiasaan masing-masing, maka sebagai panduan berilah ASI setiap 1,5 jam sampai 3 jam sekali atau sekitar 8 sampai 12 kali pemberian ASI dalam 24 jam. (3) Hari ke tiga dan ke empat Semakin rutin member ASI, maka produksi ASI pun meningkat sehingga payudara ibu akan terasa penuh. Keadaan ini akan

15

membuat bayi anda tampak lebih kenyang karena mendapat cukup ASI. Ibu juga bisa melihat perubahan kotoran bayi. (4) Hari ke lima sampai ke dua puluh delapan Pada saat ini, biasanya ibu dan bayi akn merasa lebih rileks dan nyaman dalam pemberian ASI. Karena rutinitas sudah muali terbentuk dan dapat memberikan ASI 8 sampai 12 kali pemberian ASi dalam 24 jam. (Lee, 2009) Ibu harus memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk member ASI nya pada bayi setiap atau sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkanya selama siklus tidurnya. Pada hari ke tigs setelah lahir, sebagian besar bayi menyusui setiap2-3 jam . (Bahiyatun, 2009) 5) a) Konsep dasar kecukupan pasokan ASI Pengertian kecukupan Cukup :dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan Kecukupan:perihal cukup, tidak kurang (kamus besar bahasa Indonesia edisi ke tiga, 2001) Pasok:pengadaan persediaan, pembekalan, suplai Pasokan:dipasokan, disuplai (kamus besar bahasa indonesai sdisi ketiga,2002) b) Penentuan kecukupan pasokan susu Jika bayi puas sesudah setiap periode menyusui tidur 2-4 jam, dan pertambahan berat sesuai, pasokan susunya cukup. Bayi yang tidur dangkal memerlukan banyak kontak tubuh dengan ibu selama bulan-bulan pertama. Ibu dari bayi yang bangun dan berjaga-jaga ini jangan diduga mempunyai paokan susus yang kurang. Namun jika bayi menyusu dengan kuat dan mengosongkan kedua payudara secara sempurna tetapi tampak tidak puas sesudahnya, gelisah, dan bangun sesudah 1-2 jam, dan gagl

16

menambah berat secara memuaskan, pasokan susu mungkin tidak cukup. (Behrman, 2000)

6) a) b) c) d) e) f) g) 7)

Tanda bayi cukup ASI Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningkuningan dengan bentuk berbiji Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam Payudara ibu merasa lunak dan kosong setiap selesai menyusui Ibu dapat merasakan rasageli karena aliran ASI, setiap kalli bayi mulai menyusu. Bayi bertambah berat badannya. (Bahiyatun,2009) Cara memperbanyak produksi ASI a) Menyusui bayi setiap 2 jam(siang dan malam hari) dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap payudara b) Bangunkan bayi, lepas baju yang menyebabkan rasa gerah, dan duduklah selama menyusui. c) Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarka suara menelam yang aktif. d) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui. e) Tidurlah besebelahan dengan bayi. f) Petugas kesehatan harus mengawasi ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penenmpelan

17

g) Yakinlah bahwa ibu dapat memproduksi ASI lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut 8) Pengeluaran ASI Bila ASI berlebihan sampai keluarmemancar, sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu sebelum menyusui. Hal ini untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Tindakan pengeluaran ASI juga dilakukan pada ibu yang bekerja yang menyimpan ASI untukbayinya dirumah disebabkan ASI yang merembes karena payudara penuh, untuk bayi yang mempunyai masalah menghisap (misalnya,berat badan lahir rendah), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI, atau ibu sakit sehingga tidak dapat langsung menyusui bayinya. b. Kerangka konsep Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2005) Tingkat Pengetahuan terdiri dari komponen : Tahu Paham Tingkat Pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui Dengan Criteria : Baik Kurang 55% : 76 100% : Cukup : 56 75 % Kecukupan pasokan ASI Dengan Kriteria : Cukup : > 50 % Tidak cukup : 50 %

- Aplikasi Faktor yang - Analisa mempengaruhi - Sintesis pengetahuan : 1. 2. 3. n 4. 5. 6. Usia Informasi Minat Pendidikan Evaluasi Pengalaman Kebudayaa

18

Keterangan : : diteliti : tidak diteliti

c. Hipotesa Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Frekuensi Menyusui Dengan Kecukupan Pasokan ASI di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar. 8. Metode Peneletian Metode penelitian ini adalah cara memecahkan masalah menurut metode keilmuan yang akan digunakan dalam penelitian(Notoadmojo,2001). Pada bab ini disajikan antara lain, desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sample, sampling,identifikasi variable, definisi operasional, pengumpulan data dan analisis data, alat ukur, etika penelitian, keterrbatasan. a. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nurslam,2003) Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dimana pada penelitian ini menekankan pada waktu pengukuran data variabel dependen dan independen dilakukan hanya satu kali, pada saat itu saja, yang bertujuan untuk mengetahui ada

19

tidaknya hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI di BPS. b. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar c. Populasi, Sampel Dan 1) Populasi Menurut Budiman tahun 2008 mengatakan populasi, disebut juga universe adalah sekelompok individu yang tinggal di wilayah yang sama yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas BPS. 2) Sampel Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005) Kriteria sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Ibu nifas yang sedang menyusui di BPS Sri rahayu b) Ibu nifas yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan menjadi peserta penelitian c) Ibu yang bisa membaca dan menulis d. Pengumpulan Data dan Analisis Data 1) Instrument Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu proses penelitian (Nursalam, 2008) Pengumpulan data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan. Untuk instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah questioner. Questioner yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengedarkan satu daftar pertanyaan formulir-formulir kepada sejumlah obyek yang

20

mendapatkan jawaban-jawaban informasi dan sebagainya (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup artinya angket berbentuk pilihan dimana pilihan jawaban telah tersedia. 2) Teknik Pengolahan Data a) Editing Dalam penelitian ini proses editing digunakan dalam memilah-milah responden berdasarkan karakteristiknya. Kegiatan dalam editing ini diantara lain : mengecek nama dan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, termasuk kelengkapan lembaran instrument barang kali ada yang terlepas atau sobek dan mengecek macam isian data. b) setiap kategori dalam variabel. Kode yang digunakan yaitu RI untuk responden satu, R2 untuk responden dua, R3 untuk responden tiga, dan seterusnya. c) Tabulasi Tabulasi adalah proses penyusunan data kedalam bentuk label. Pada tahap ini data dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun kedalam suatu pola formal yang telah dirancang. Setelah data terkumpul melalui angket, kemudian ditabulasi dan dikumpulkan sesuai dengan variabel yang diteliti, untuk variabel pengetahuan responden pada kuesioner untuk memudahkan jawaban dari masing-masing diberikan skore, tiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan apabila jawaban salah diberi skor 0. Kemudian di interpretasikan secara deskriptif dengan menggunakan kriteria sesuai dengan jumlah jawaban yang benar, yaitu : 1. Tinggi : 8 10 Koding Koding adalah tahap dimana penelitian memberi kode pada

21

2. 3. Kemudian menggunakan memberikan untuk kuesioner score untuk

Sedang : 4 7 Rendah : 1 3 menilai juga, kecukupan dimana pasokan pengamat jawaban ASI, juga untuk

masing-masing

memudahkan pengolahan, tiap point yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Setelah didapat nilai kemudian frekuensi yang muncul dibandingkan dengan skor tertinggi dikalikan 100% dan hasil berupa persentase. Adapun rumus yang digunakan adalah :

Keterangan : N : nilai yang didapat Sp : skor yang diperoleh Sm : Skor yang maksimum Setelah sampai pada hasil presentase, kemudian di interpretasikan secara deskriptif dengan menggunakan kriteria kualitatif, kriteria tersebut adalah : Untuk tingkat pengetahuan tentang lama dan frekuensi menyusui : 1. 2. 3. Untuk kecukupan pasokan ASI 1. 2. Analisis Data Dalam analisis data kami menggunakan penilaian pada masingmasing instrument. Setelah itu dilakukan uji Mann Whitney (U) Cukup : > 50% Tidak cukup : 50% Baik : 76% - 100% Cukup Kurang : 56% - 75% : 55%

22

dengan program SPSS dimana digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal dan nominal. Untuk testrank dengan tingkat kemaknaan = 0,05 bila hasil < 0,05 maka H 0 diterima yang berarti H1 ditolak yaitu tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang lama dan frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI. 5. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan checklist. Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoadmojo, 2005) Jenis kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disewakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

6. a. Pada Responden

Etika Penelitian Lembar Persetujuan Penelitian Diberikan Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek tersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai haknya. b. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi nama inisial atau nomor kode tertentu. c. Confidentiality (rahasia)

23

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.

7. Pengumpulan Data a. Desain Penelitian

Metode Penelitian dan Teknik

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian analitik dimana nanti hasilnya sudah tidak hanya berhenti pada taraf menguraikan atau pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf pengambilan kesimpulan yang berlaku secara umum serta menerangkan hubungan sebab akibat dan biasanya sudah ada hipotesisnya. Penagmbilan keputusan dengan menggunakan uji statistik (Taufiqurrohman, 2009). Desain penelitian yang dipakai adalah Cross Sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional atau pengumpulan data sekaligus pada saat (Point time approach). Artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoadmojo, 2005). b. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah di BPS Sri rahayu, kecamatan Kerjo, kabupaten Karanganyar. c. 1) Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

24

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009) Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar. 2) Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu nifas di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar. Kriteria sampel penelitian ini adalah ibu nifas yang sedang menyusui, bersedia menjadi responden, dan bisa membaca serta menulis. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dikatakan purposive sampling karena dalam penentuan sampel menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007) Karena keterbatasan waktu, situasi dan biaya dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 30 responden dimana menurut Sugiyono (2009) sampel minimal suatu penelitian adalah 30. d. Kriteria Retriksi : 1) Kreteria inkulsi a) Semua ibu nifas dan menyusui yang berada di BPS Sri rahayu, Kerjo, Karanganyar. b) Semua ibu nifas yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan menjadi peserta penelitian. c) Ibu nifas yang bisa membaca dan menulis. 2) Kreteria eksklusi a) Ibu nifas yang tidak bersedia menjadi responden. b) Ibu nifas yang tidak mengisi lembar kuesioner dengan lengkap. c) Ibu nifas yang tidak melayani persalinan. e. Definisi Operasional 1. Variabel bebas

25

Adalah variabel yang bila berada bersama-sama dengan variabel lain dapat mempengaruhi perubahan variabel lain (Taufiqurrohman, 2009). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui. Dengan ketentuan sebagai berikut (Riwidikdo, 2008) : a) Baik : bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD b) Cukup: bila nilai mean -1 SD x mean + 1 SD c) Kurang : bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean - 1 SD Suatu pengukuran adalah skala ordinal dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui yang diisi oleh responden (Tauqirrohman, 2009). 2. Variabel terikat Adalah variabel yang berubah nilainya karena pengaruh variabel bebas (Taufiqurrohman, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecukupan pasokan ASI dengan skala pengukuran (Riwidikdo, 2008): a. Baik c. Kurang SD f. Instrumen. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan checklist. Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dan checklist untuk mengetahui kecukupan pasokan ASI ibu nifas kepada anaknya. Kuesioner dan checklist dalam penelitian ini dirancang oleh peneliti sendiri dan sebelumnya telah dilakukan Uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Untuk setiap pertanyaan mendapat skor 0 (nol) untuk jawaban yang salah dan skor 1 (satu) untuk jawaban yang benar. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang : bila nilai responden yang diperoleh (x) > Mean + 1 SD : bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean - 1 b. Cukup : bila nilai mean -1 SD x mean + 1 SD

26

sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau tanda-tanda tertentu. Checklist adalah daftar yang berisi pertanyaan yang akan diamati. Responden memberikan jawaban dengan memberi check () sesuai dengan hasil yang diinginkan. Untuk setiap poin yang benar sempurna skornya 2 (dua), poin benar tidak sempurna skornya 1 (satu) dan poin salah skornya 0 (nol) (Notoadmojo, 2005). g. Teknik Analisa Data 1) Pengolahan data Agar analisis menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam mengolah data (Riyanto, 2009): a) Editing yaitu melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten. b) Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. c) Processing yaitu melakukan entry data dari kuesioner ke dalam program komputer, salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS for Window. d) Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. 2) Analisa data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik univariate maupun bivariat. a) Analisis univariate untuk menggambarkan karakteristik responden yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi masingmasing variabel. Variabel yang di analisis secara univariate dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, variabel pengetahuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang sadari dan variabel kemampuan untuk mengetahui tingkat kemampuan ibu untuk praktek sadari (Notoadmojo, 2005).

27

b) Analisis bivariate dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini variabel yang yang berkorelasi adalah variabel pengetahuan dengan variabel kemampuan (Notoadmojo, 2005). Analisis data dalam penelitian ini, mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Kelebihan teknik ini bisa digunakan untuk menganalisis sampel yang jumlah anggotanya lebih dari 30, dan dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi parsial. Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :

A B N ( N 1) 2
: koefisien korelasi kendal tau yang besarnya (-1<0<1) : jumlah rangking atas : jumlah rangking bawah : jumlah anggota sampel

Dengan keterangan : A B N

Untuk uji signifikasi dilakukan dengan rumus :


z=

2( 2 N + 5) 9 N ( N 1)

Selanjutnya z hitung dibandingkan harga z tabel dengan taraf kesalahan 5%. Apabila z hitung lebih besar dari z tabel, maka koefisian korelasi yang ditemukan adalah signifikan (Ho ditolak, Ha diterima). Sebaliknya jika z hitung lebih kecil dari z tabel maka Ho diterima, sedangkan Ha ditolak. (Sugiyono, 2007).

28

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan mengenai hubungan tingat pengetahuan ibu nifas tentang frekuensi menyusui dengan kecukupan pasokan ASI di BPS Ny. Hj. Sutinah Yoewono Pulo Jombang pada bulan Mei 2010, didapatkan hasil sebagai berikut : 1. 2. 3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Frekuensi Menyusui di BPS Ny. Hj. Sutinah Yoewono yaitu sebagian besar Baik Kecukupan Pasokan ASI di BPS Ny. Hj. Sutinah Yoewono yaitu sebagian besar Cukup Ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Frekuensi Menyusui Dengan Kecukupan Pasokan ASI di BPS Ny. Hj. Sutinah Yoewono, Amd. Keb Gentengan Pulo Jombang B. Saran 1. Bagi Peneliti Lebih meningkatkan pengetahuan mengenai karya tulis ilmiah, statistik metodologi penelitian, khususnya untuk penelitian analitik.

29

2.

Bagi masyarakat Ibu nifas diharap lebih memperhatikan tentang masalah menyusui, dan mampu memenuhi kebutuhan bayinya sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun.

3.

Bagi institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan kepustakaan dan sebagai bahan bacaam askeb IV, sehingga bias menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.

4.

Bagi tempat penelitian Bagi bidan BPS diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, terutama pada ibu nifas. Untuk petugas kesehatan diharapkan lebih banyak memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menyusui dengan ASI.

30

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak vol. 1. Jakarta : EGC Chandra, Budiman. 2008. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC Lee, Naurah. 2009. Cara Pintar Merawat Bayi 0 12 bulan. Yogyakarta : CV. Solusi Distribusi Mansjoer, Arief. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Media, Yulfira. 2007. Pengetahuan, Persepsi Dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian ASI atau ASI Eksklusif. http://www.litbang.depkes.go.id/media/ index.php?option=content&task=vivi&id=109&Itemid=31

31

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku . Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prasetyo, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press Saifuddin, Abdul. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP Sarwono, Prawirohardjo. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI Suradi. 2003. Management Laktasi. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai