Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR MANAJEMEN INVESTASI SYARIAH

Posted: 18/01/2011 in Ekonomi Syariah


Kaitkata:investasi, investasi syariah, KONSEP DASAR MANAJEMEN INVESTASI
SYARIAH,manajemen, manajemen investasi syariah
0
I. PENDAHULUAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas kehendaknyalah sehingga
kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Juga
tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan keluarganya serta pengikutnya hingga akhir jaman..Amiin.
Berbicara mengenai manajemen investasi syariah, mungkin bagi kita umat Islam di
Indonesia masih terasa asing mendengar kata investasi syariah. Karena memang umat
Islam di Indonesia sudah akrab dengan yang namanya investasi tetapi secara umum yakni
investasi konvensional. Sebab memang investasi syariah ini baru dikenal oleh masyarakat
di Indonesia pada tahun 2000-an dengan didirikannya Jakarta Islamic Index (Bursa
Saham Syariah).
Berkenaan dengan hal tersebut diatas maka kami dalam hal ini akan mencoba membahas
mengenai Konsep Dasar Manajemen Investasi Syariah pada makalah kami yang berikut
ini. Yang dimana di dalamnya akan membahas mengenai teori manajemen investasi,
investasi dalam perspektif Islam, primsip-prinsip ekonomi Islam dalam Investasi,
bemtuk-bentuk investasi syariah, dan jenis investasi berdasarkan syariah. Dan kami
berharap dengan adanya makalah kami yang membahas mengenai Konsep Dasar
Manajemen Investasi Syariah maka rekan-rekan mahasiswa dan pembaca bisa lebih
memahami dan mendapat memberikan gambaran tentang investasi syariah

II. PEMBAHASAN
A. Teori Manajemen Investasi
Secara umum investasi berarti penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi di masa yang
akan datang. Dengan pengertian bahwa investasi adalah menempatkan modal atau dana
pada suatu asset yang diharapkan akan memberikan hasil atau akan meningkatkan
nilainya di masa yang akan datang. Dari sini, investasi berarti diawali dengan
mengorbankan potensi konsumsi saat ini untuk mendapatkan peluang yang lebih baik
atau besar di masa yang akan datang.
Berikut karakteristik investasi:
1

Modal sebagai penentu keputusan

Waktu yang tepat untuk mengambil keputusan

Karena investasi adalah hubungan keputusan pada pilihan keuangan atas modal/dana
dengan waktu.

1. Macam-macam Investasi
Real Investment
Real investment adalah investasi yang berhubungan dengan bisnis di sektor riil. Dimana
aspek ini lebih didominasi oleh industri perbankan.
Financial Investment
Sementara Financial Investment adalah investasi yang dilakukan pada aspek keuangan.
Seperti obligasi, saham, reksadana, dan pasar modal.
2. Konsep Dasar Investasi
Pengaruh Waktu dan Pilihan
Hasil investasi merupakan akibat dari pilihan investasi atau jenis atas modal yang
diinvestasikan dan jangka waktu investasinya.
Prinsip Compounding
Compounding adalah menempatkan kembali hasil investasi kedalam pokok untuk
mendapatkan hasil ganda.
Risk Return Trade Off
Keuntungan dari cash flows dan atau hasil penjualan harta atau aset investasi adalah
merupakan hasil investasi. Dimana risikonya terletak pada deviasi antara hasil yang
diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Hal inilah yang kemudian menjadikan konsep
dasar investasi. Yaitu semakin tinggi keuntungan berarti semakin tinggi risiko yang
mungkin akan dihadapi. Yang menjadikan investasi harus menentukan langkah
memaksimalkan keuntungan dengan menekan risiko serendah-rendahnya.
Pilihan yang Rasional
Dalam menentukan pilihan rasional seorang investor harus mencari hasil terbaik dengan
risiko terendah.

Diversifikasi
Pemikiran ini didasarkan pada prinsip peluang bisnis, yang menjelaskan bahwa setiap
usaha mempunyai peluang bisnis yang berbeda-beda.
Waktu Investasi
Penentuan waktu investasi adalah elemen yang paling kritis terhadap keberhasilan
investasi. Praktik penentuan waktu ada beberapa teori:
3

Waktu memulai investasi

Masa investasi

Waktu mengalihkan investasi

Strategi mengatasi permasalahan waktu adalah dengan melakukan investasi secara


berkala dengan nilai tertentu.

B. Investasi dalam Perspektif Islam


Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap harta ada zakatnya,
jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu
hikmah dari zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan hartanya.
Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya saja.
Dalam investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang
diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga
terbentuk setelah terjadinya mekanisme pasar.
Suatu pernyataan penting al-Ghozali sebagai ulama besar adalah keuntungan merupakan
kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan diri
pengusaha. Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan yang merupakan
kompensasi dari risiko yang ditanggungnya.

Ibnu Taimiah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari produk domestik dan impor.
Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam
jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan
pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran
dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga
yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT.

C. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Investasi


Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi
syariah (pihak terkait) adalah:
1.

Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara

mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.


2.

Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.

3.

Keadilan pendistribusian kemakmuran.

4.

Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.

5.

Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar

(ketidakjelasan/samar-samar).

Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan di pasar modal mengacu pada hukum
syariat yang berlaku. Perputaran modal pada kegiatan pasar modal syariah tidak boleh
disalurkan kepada jenis industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.
Pembelian saham pabrik minuman keras, pembangunan penginapan untuk prostitusi dan
lainnya yang bertentangan dengan syariah berarti diharamkan.

Semua transaksi yang terjadi di bursa efek harus atas dasar suka sama suka, tidak ada
unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Seperti gorengmenggoreng saham. Tidak ada unsur riba, tidak bersifat spekulatif atau judi dan semua
transaksi harus transparan, diharamkan adanya insider trading.

D. Bentuk-bentuk Investasi Syariah


1. Deposito Syariah
Dalam operasionalisasi di dunia perbankan, transaksi ini mempunyai karakteristik
tersendiri, yaitu:
Kedua belah pihak yang mengadakan kontrak antara pemilik dana dan mudharib
akan menentukan kapasitas baik sebagai nasabah maupun pemilik.
Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudharib untuk
diinvestasikan dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah.
Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan merupakan tujuan
mudharabah
Jenis usaha/pekerjaan diharapkan mewakili/menggambarkan adanya kontribusi
mudaharib dalam usahanya untuk mengembalikan/membayar modal kepada penyedia
dana. Jenis pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan masalah manajemen dari
pembiayaan mudharabah itu sendiri.
Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan pemilik dana, sehingga tidak
dapat ditarik sewaktu-waktu. Penarikan dana mudharabah hanya dapat dilakukan
sesuai dengan waktu yang disepakati (periode yang telah ditentukan). Penarikan dana
yang dilakukan setiap saat akan membawa dampak berkurangnya pembagian hasil
usaha oleh nasabah yang menginvestasikan dananya.

2. Pasar Modal Syariah

Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu
untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual langsung bertemu untuk
melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat pertemuan tersebut
disebut pasar. Namun dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan
transaksi antara pembeli dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus bertemu
dalam suatu tempat atau bertemu langsung, akan tetapi dapat dilakukan melalui sarana
informasi yang ada seperti sarana elektronika.
Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual
dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual
(emiten) dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal, sehingga
mereka berusaha untuk menjual efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor)
adalah pihak yang ingin membeli modal diperusahaan yang menurut mereka
menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek, dan di Indonesia dewasa
ini ada dua buah bursa efek yaitu Bursa Fek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES).
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari
waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu bagi emiten sangat
menguntungkan mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang bersifat
kepemilikan maupun yang bersifat hutang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan,
jangka waktunya lebih panjang jika dibandingkan dengan yang bersifat hutang.
Instrumen Pasar Modal Syariah
a. Saham Syariah
Menurut Dewan Syariah Nasioanal (DSN), saham adalah suatu bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham yang
memiliki hak-hak istimewa. Bagi perusahaan yang modalnya diperoleh dari saham
merupakan modal sendiri. Dalam struktur permodalan khususnya untuk perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas (PT), pembagian modal menurut undang-undang terdiri:
6

Modal dasar, yaitu modal pertama sekali perusahaan didirikan.

Modal ditempatkan, maksudnya modal yang sudah dijual dan besarnya 25% dari

modal dasar.
8

Modal disetor, merupakan modal yang benar-benar telah disetor yaitu sebesar

50% dari modal yang telah ditempatkan.


9

Saham dalam portepel yaitu modal yang masih dalam bentuk saham yang belum

dijual atau modal dasar dikurangi modal ditempatkan.


Prinsip Dasar Saham Syariah
10 Bersifat musyarakah jika ditawarkan secara terbatas.
11 Bersifat mudharabah jika ditawarkan kepada publik.
12 Tidak boleh ada pembeda jenis saham, karena risiko harus ditanggung oleh semua
pihak.
13 Prinsip bagi hasil laba-rugi.
14 Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi.
Jenis-jenis Saham
Saham Preferen
15 Mempunyai sifat gabungan antara saham biasa dan obligasi.
16 Hak preferen terhadap dividen: hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Dividen biasanya dinyatakan dalam
persen (%).
17 Hak dividen komulatif: hak untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya
yang belum dibayarkan.
18 Hak preferen likuiditas: mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan
dibandingkan dengan pemegang saham biasa bila terjadi likuidasi.
19 Dari penjelasan mengenai prinsip dasar saham syariah, maka saham preferen tidak
berlaku pada saham syariah.
Saham Biasa
20 Hak kontrol: memilih pimpinan perusahaan.

21 Hak menerima pembagian keuntungan.


22 Hak preemtive: hak untuk mendapatkan prosentasi kepemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.
Saham Treasury
23 Saham perusahaan yang pernah beredar dan dibeli kembali oleh perusahaan untuk
disimpan dan dapat dijual kembali.
24 Beberapa alasan kenapa ada saham treasury: a. Dapat diberikan sebagai bonus
kepada karyawan, b. Meningkatkan perdagangan, sehingga nilai pasar meningkat, c.
Mengurangi jumlah saham beredar untuk menaikkan laba per lembar saham, d. Untuk
mencegah perusahaan dikuasai oleh perusahaan lain.
Pedoman Syariah
25 Uang tidak boleh menghasilkan uang. Uang hanya boleh berkembang bila
diinvestasikan dalam aktivitas ekonomi.
26 Hasil dari kegiatan ekonomi diukur dengan tingkat keuntungan investasi.
Keuntungan ini dapat diestimasikan tetapi tidak ditetapkan di depan.
27 Uang tidak boleh dijual untuk mempeoleh uang.
28 Saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau partnership/musyarakah
dapat diperjualbelikan dalam rangka kegiatan investasi dan bukan untuk spekulasi
dan untuk tujuan perdagangan kertas berharga.
29 Instrumen finansial islami, seperti saham, dalam suatu venture atau perusahaan,
dapat diperjualbelikan karena ia mewakili bagian kepemilikan atas aset dari suatu
bisnis.
30 Beberapa batasan dalam perdagangan sekuritas seperti itu antara lain: a. Nilai per
share dalam suatu bisnis harus didasarkan pada hasil appraisal atas bisnis yang
bersangkutan, b. Transaksi tunai, harus segera diselesiakan sesuai dengan kontrak.
2. Obligasi Syariah
Perihal obligasi syariah sendiri, sebenarnya telah ada fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSN-

MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah dan fatwa No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang


Obligasi Syariah Mudharabah. Keduanya, dikeluarkan pada waktu bersamaan, 14
September lalu.
Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
pada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
Sementara pendapatan investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang obligasi
syariah harus bersih dari unsur nonhalal. Mengenai bagi hasil (nisbah) antara emiten dan
pemegang obligasi syariah, diatur bahwa nisbah keuntungan dalam obligasi syariah
mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan dengan ketentuan pada saat jatuh tempo, akan
diperhitungkan secara keseluruhan.
Kewajiban dalam syariah hanya timbul akibat adanya transaksi atas aset/produk (mal)
atau jasa (amal) yang tidak tunai, sehingga terjadi transaksi pembiayaan. Kewajiban ini
umumnya berkaitan dengan transaksi perniagaan dimana kondisi tidak tunai tersebut
dapat terjadi karena penundaan pembayaran atau penundaan penyerahan obyek transaksi
(mal atau amal). Dalam Islam pembiayaan dapat terjadi karena ada suatu pihak yang
memberikan dana untuk memungkinkan suatu transaksi. Pihak penjual dapat memberikan
pembiayaan dengan memberikan fasilitas penundaan pembayaran, sedangkan pihak
pembeli dapat memberikan pembiayaan dengan memberikan fasilitas penundaan
penyerahan obyek transaksi.
Jenis-jenis Obligasi
31 Obligasi Mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau
keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term
indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja
pendapatan yang dibagihasilkan.
32 Obligasi Ijarah. Dengan akad Ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost
plus basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.

Pedoman Syariah
Tetapi, sebagai catatan, tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk
menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan berikut yang harus dipenuhi:
Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi
Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan
usaha yang bertentangan dengan syariah Islam di antaranya adalah:
33 Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
34 Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
35 Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan
minuman haram.
36 Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Peringkat Investment Grade:
37 Memiliki fundamental usaha yang kuat.
38 Memiliki fundamental keuangan yang kuat.
39 Memiliki citra yang baik bagi publik

3. Reksadana Syariah
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Sedangkan reksadana syariah adalah reksadana yang beroperesi menurut ketentuan dalam
prinsip syariah, baik dalam bentuk akad, pengelolaan dana dan penggunaan dana.Akad
antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang


dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu
diakibatkan karena kecurangan atau kelalain pengusaha, maka pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Dalam hal transaksi jual beli, saham-saham dalam reksadana syariah dapat diperjual
belikan. Saham-saham dalam reksadana syariah merupakan yang harta (mal) yang
dibolehkan untuk diperjual belikan dalam syariah.
Pedoman Syariah
Tidak adanya unsur penipuan (gharar) dalam transaksi saham karena nilai saham jelas.
Harga saham terbentuk dengan adanya hukum supply and demand.
Semua saham yang dikeluarkan reksa dana tercatat dalam administrasi yang rapih dan
penyebutan harga harus dilakukan dengan jelas.
E. Jenis Investasi Berdasarkan Syariah
1. Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)
Tabungan bagi hasil adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah.
Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara
produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai perbandingan bagi
hasil atau nisbah yang disepakati bersama.
Contoh perhitungan bagi hasil; Saldo rata-rata Bapa Huda bulan November 2004 sebesar
Rp 1 juta sedangkan saldo rata-rata tabungan seluruh nasabah Bank Syariah pada bulan
tersebut sebesar Rp 50 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar
50:50 dan pendapatan bank yang dibagihasilkan untuk tabungan sebesar Rp 1 juta maka
bagi hasil yang didapatkan oleh Bapa Huda adalah sebesar: (Rp 1 juta : Rp 50 juta X Rp
1 juta X 50% = Rp 10.000,00.

2. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah)


Deposito Bagi Hasil merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa
perorangan maupun badan. Produk ini menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah.
Dengan prinsip ini bank akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara
produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati
bersama sebelumnya.
Contoh ilustrasi perhitungan bagi hasil; Saldo rata-rata Bapa Huda bulan November 2004
sebesar Rp 10 juta sedangkan saldo rata-rata deposito seluruh nasabah bank syariah pada
bulan tersebut sebesar Rp 500 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank
sebesar 65:35 dan pendapatan bank syariah yang dibagihasilkan untuk deposito sebesar
Rp 10 juta maka bagi hasil yang didapatkan oleh Bapa Huda adalah: (Rp 10 juta : Rp 500
juta X Rp 10 juta X 65% = Rp 130.000,00.

3. Investasi Khusus (Mudharabah Muqayyadah)


Investasi khusus adalah suatu bentuk investasi nasabah yang disalurkan langsung kepada
pembiayaan tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi
hasil yang ditetapkan berdasarkan kesepatan antara bank, nasabah serta penasihat
keuangan jika diperlukan (dapat dinegosiasikan). Dana akan diinvestasikan kepada sektor
riil yang menguntungkan sesuai keinginan nasabah.
Contoh perhitungan bagi hasil; Bapa Huda menginvestasikan dana sebesar Rp 5 juta
dengan pilihan untuk pembiayaan kepada pedagang bahan bangunan. Bila pada bulan
berikutnya keuntungan investasi yang diterima bank dari pedagang bahan bangunan
sebesar Rp 2 juta sementara kesepakatan nisbah antara nasabah dan bank sebesar 65:35,
maka bagi hasil yang didapatkan Bapa Huda adalah sebesar: Rp 2 juta X 65% = Rp
1.300.000

Pendapatan bagi hasil yang diterima oleh deposan investasi khusus dalam hal ini akan
sangat bervariasi tergantung dari kinerja dari pedagang yang diberikan pinjaman, dimana
ada kemungkinan suatu saat apabila pedagang tersebut mengalami kerugian maka bisa
saja kita tidak mendapat bagi hasil alias 0.
Investasi Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal
Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham
perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity) maupun perusahaan
publik/terbuka. Cara paling mudah dalam melakukan investasi saham sesuai syariah di
BEJ adalah memilih dan membeli jenis saham-saham yang dimasukkan dalam Jakarta
Islamic Index (JII).
Reksadana Syariah
Dalam reksadana konvensional, pengaturan atau penempatan portfolio investasi hanya
menggunakan pertimbangan tingkat keuntungan. Sedangkan reksadana syariah selain
mempertimbangkan tingkat keuntungan juga harus mempertimbangkan kehalalan suatu
produk keuangan. Sebagai contoh bila reksadana syariah ingin menempatkan salah satu
jenis investasinya dalam saham, maka saham yang dibeli tersebut harus termasuk
perusahaan yang sudah dibolehkan secara syariah. Lebih mudahnya sudah termasuk
dalam jenis saham yang ada dalam daftar JII (Jakarta Islamic Index). Demkian juga jenis
investasi lainnya seperti obligasi, harus yang menganut sistem syariah.

III. KESIMPULAN
Manajemen Investasi Syariah adalah suatu kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek
untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok

nasabah sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kadiah syariat Islam. Di dalam melakukan
muamalah dalam hal investasi maka Islam telah mengatur bahwa ada beberapa hal-hal
yang tidak diperbolehkan yakni tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi
zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang
haram, tidak mendzalimi dan tidak didzalimi, keadilan pendistribusian kemakmuran,
transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha, tidak ada unsur riba, maysir
(perjudian/spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan/samar-samar). Sehingga tercipta suatu
iklim investasi yang saling menguntungkan antra satu dengan yang lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin, Didin, Manajemen Syariah dalam Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2003.
Santoso, Budi Totok, Triandaru Sigit, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2 ,
Salemba Empat, Jakarta, 2006
Kashmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya, Edisi Ke Enam PT Raja grafindo
Persada, Jakarta, 2002
Darmawi, Herman, Pasar Financial Dan Lebaga-Lembaga Finansial, Bumi Akasara,
Jakarta, 2006.

Udovitch, Abraham L., Kerjasama Syariah dan Bagi Untung Rugi dalam Sejarah Islam
Abad Pertengahan (Teori dan Penerapannya), Qubah, Kediri, 2008.

Disusun oleh Muhammad Adhika Nandiwardhana 040710420


1.1. Pengertian dan Tujuan Investasi Konvensional
Kata investasi merupakan adposi dari bahasa Inggris yaitu investment. Kata invest
sebagai kata dasar dari investment yang berarti menanam. Dalam Webster New
Collegiate Dictionary, kata invest didefinisikan sebagai to make use of for benefits or
advantages and to commit (money) in order to earn a financial return. Kemudian kata
investment diartikan sebagai the outlay of money use for income or profit. Dalam kamus
istilah Pasar Modal dan Keuangan kata investasi penanaman uang atau modal dalam
suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan (Arifin , 1999)
Pendapat yang lain yang diungkap Tandelilin, investasi diartikan sebagai komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya yang lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan
memperoleh keuntungan atau return dimasa datang. Jadi pada dasarnya sama yaitu
penempatan sejumlah kekayaan ntuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan dating
Selain itu investasi bisa berarti mengorbankan dollar saat ini untuk dollar masa dating
(Sharpe 1995). Berarti penanaman modal saat ini untu manfaat yang diperoleh dimasa
datang
Investasi pada intinya mengandung tiga unsur yaitu pengorbanan dimasa sekarang yang
bersifat pasti, ketidakpastian akan hasil (jumlahnya) dan ketiga harapan atau hasil dari
pengembalian lebih dimasa datang. Pengorbanan disini mempunyai 2 sifat yaitu tangible
asset seperti dana, dan intangible asset seperti pikiran
Investasi menghadapi dua, yaitu kepastian yaitu pengorbanan dimasa sekarang, sedang
harapan atau hasil dari pengembalian lebih dimasa dating merupakan suatu yang mungkin
tercapai. Mungkin juga tidak
Menurut ekonomi konvensional, motif atau tujuan daripada berinvestasi adalah berbeda.
Diantara lain, memenuhi kebutuhan likuiditas, menabung untuk pengeluaran yang lebih
besar, perencanaan pension, spekulasi. Menurut Tandelilin ada tiga hal, yaitu pertama
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang, kedua, mengurangi
tekanan inflasi, ketiga sebagai usaha menghemat pajak.
Kemudian Marzuki Usman (1989 : 3) menyebutkan faktor-faktor yang mendorong
seseorang dalam melakukan investasi antara lain karena adanya jaminan likuiditas,
income dan sekuriti
Pergulatan investor dalam ekonomi konvensional ini hanya menyangkut investasi yang
bersifat tangible saja dan hanya demi dimensi keduniaan yang motifnya hanya bersifat
mencari harta duniawi semata. Tidak menyentuh dimensi akhirat kelak.

1.2. Resiko Dalam Analisis Ekonomi Konvensional


Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Resiko
mempunyai hubungan positif dengan return yang diharapkan dari suatu investasi.
Sehingga semakin besar return yang diharapkan dari suatu investasi semakin besar pula
risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan keputusan
investasi, khususnya pada sekuritas saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber
yaitu dividend an capital gain, sedangkan risiko investasi saham tercermin pada
variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh
Gup (1998) mengemukakan risiko adalah penyimpangan dari expected return. Menurut
Jones (1996) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam
suatu investasi akan berbeda dengan expected return yang diharapkan. Kemudian
Brigham dan Gapenski(1999) mengungkapkan bahwa risiko adalah kemungkinan
keuntungan yang diterima lebih kecil daripada keuntungan yang diharapkan.
Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang
menyimpang dari yang diharapkan. Karena resiko menyentuh aspek dua dimensi, yaitu
menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Dari sini muncul
konsep ukuran penyebaran yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh
kemungkinan nilai yang akan kita peroleh menyimpang dari nilai yang diharapkan.
Ukuran ini dinyatakan sebagai variance yang merupakan ukuran untuk resiko total
Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis tradisional, resiko total dari berbagai asset
keuangan bersumber dari :
a. Interest Rate Risk. Resiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat
suku bunga. Perubahan ini berpengaruh negative terhadap harga sekuritas
b. Market Risk. Resiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam
keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas
c. Inflation Risk. Suatu faktor yang memengaruhi semua sekuritas adalah purchasing
powe risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi akan meningkat, karena lenders
membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power
d. Business Risk. Resiko yang ada karena melakukan bisnis tertentu
e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial perusahaan
f. Liquidity Risk. Resiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu dimana
sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa
perubahan harga yang signifikan, maka investasi dikatakan likuid, demikian sebaliknya
g. Exchange Rate Risk. Resiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena
fluktuasi kurs currency
h. Country Risk. Resiko yang menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada
political risk.
Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern membagi resiko total
menjadi dua bagian yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Resiko tidak
sistematis adalah resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas dan
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedang resiko sistematis adalah resiko
yang disebabkan fakto makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan diversifikasi Faktor-faktor unik pada resiko tidak sistematis
berbentuk mikro yaitu seperti : struktur modal, struktur aktiva, tingkat likuiditas, ukuran

perusahaan, serta kondisi dan lingkungan kerja. Sedang resiko sistematis yang tercermin
pada beta saham yang terpengaruh oleh fakto makro antara lain seperti : suku bunga,
inflasi, kebijakkan pajak dll.
1.3 Investasi dalam Perspektif Syariah
Definisi-definisi investasi yang telah dijelaskan di atas merupakan definisi yang
mendasarkan dari pada doktrin ekonomi konvensional sehingga wajar jika hanya
menyentuh aspek duniawi saja. Walaupun dalam definisi tersebut mengandung
ketidakkuasaan manusia untuk menentukan berhasil tidaknya dimasa depan, disinilah
sebenarnya ada unsur lain yang sangat menentukan, yaitu kuasaNya. Seperti yang
disebutkan dalam Al-Quran Al-Lukman 34 sebagai berikut :
34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat;
dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
[1187] Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan
diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan
berusaha.
Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi tadrij dan
trichotomy. Tadrij ialah gradasi dari tahapan diskursus(ilmu al yaqin), implementasi (ain
al yaqin) serta hakikat sebuah ilmu (haqq al yaqin). Bisa juga disebutkan 4 tingkatan
yaitu, syariat,thariqah,marifat dan terakhir hakikat. Menurut Scheller, trichotomy
pengetahuan menjelaskan 3 jenis pengetahuan yaitu pengetahuan instrumental,
pengetahuan intelektual, dan terakhir pengetahuan spiritual. Hal tersebut dapat diketahui
bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena
menggunakan norma-norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan
amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal ini diterangkan
pada surat Al Hasyr 18 sebagai berikut
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hitung dan intropeksilah diri kalian sebelum diintropeksi, dan lihatlah apa yang telah
kalian simpan (invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after here investment) sebagai
bekal kalian menuju hari perhitungan amal soleh pada hari kiamat untuk keselamatan diri
didepan Allah SWT
Hasil dari investasi tersebut akan diperoleh dan dinikmati baik di dunia maupun di
akhirat., yang merupakan tempat keabadian bagi semua makhluk. Kemudian perbuatan
manusia dipandang sebagai investasi maka ada yang sukses, dan tidak sukses bahkan ada

yang rugi sama sekali yang semuanya disebut resiko.


Islam memerintahkan pemeluknya untuk selalu berusaha agar sukses dan selalu
meningkatkan hasil dari investasi yang baik dan memerintahkan meninggalkan investasi
yang tidak menguntungkan. Hal ini sejalan dengan Hadist
Rasulullah SAW bersabda jadilah kamu orang yang pertama, janganlah kamu menjadi
orang kedua apalagi ketiga. Pertama, barang siapa yang hari ini lebih baik daripada
kemarin maka merek termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Kedua
barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka mereka termasuk orang-orang
yang merugi. Ketiga barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka
mereka termasuk golongan orang-orang yang celaka (HR Thabrani)
Al-Quran memerintahkan umat manusia dalam bekerja untuk mencari keuntungan baik
di dunia maupun di akhirat
105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan. (QS At-Taubah ayat 105)
14. dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan
yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS An-Nahl 14)

10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.12. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu
dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah
keberuntungan yang besar. (QS Ash-Shaff 10-12)
10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS AlJumuuah 10)
201. dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka"[127].202. mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.(Al Baqarah 201-202)
Menurut ajaran Islam terdapat investasi yang hasilnya (return) pasti akan diperoleh yaitu
investasi yang berwujud perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah. Investasi dalam ajaran Islam adalah semua perbuatan manusia
dalam kehidupan sehari-harinya termasuk aktivitas perekonomian. Investasi yang

melanggar syariah akan dibalas sebesar apa yang dia kerjakan. Sedang yang sesuai akan
mendapatkan return yang pasti di akhirat kelak dan kebaikkan serta kemuliaan dunia dan
akhirat.
145. sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi
Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS Ali Imran ayat 145)

37. dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan
kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalamal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa
yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi
(dalam syurga). (QS As Saba 37)
Dari uraian di atas, Muslim diperintah mencari keuntungan tidak saja hanya di dunia
melainkan diakhirat kelak. Ciri inilah yang membedakan investasi konvensional yang
hanya menyentuh aspek harta saja. Ekonomi Islam menggunakan investasinya untuk
tujuan Falah. Kemenangan dunia maupun akhirat.
1.4 Resiko, Gharar Dalam Investasi Syariah
Risiko yang dalam ekonomi islam disebut gharar secara etimologi bermakna
kekhawatiran atau risiko, dan gharar berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian,
dan atau kebinasaan Dan taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang gharar.
Dikatakan gharara binafsihi wa maalihi taghriran berarti 'aradhahuma lilhalakah min
ghairi an ya'rif (jika seseorang melibatkan diri dan hartanya dalam kancah gharar maka
itu berarti keduanya telah dihadapkan kepada suatu kebinasaan yang tidak diketahui
olehnya).
Gharar juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat ketidakyakinan (uncertainty). Jualbeli gharar berarti sebuah jual-beli yang mengandung unsur ketidaktahuan atau
ketidakpastian (jahalah) antara dua pihak yang bertransaksi, atau jual-beli sesuatu yang
obyek akad tidak diyakini dapat diserahkan.
Dalam bahasa Arab, gharar diterjemahkan sebagai risiko, sesuatu yang tidak pasti, atau
ketidakpastian (uncertainty), sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, Janganlah kalian
membeli ikan di dalam air (laut), karena perbuatan semacam itu termasuk gharar ( tidak
pasti). (HR. Ahmad). Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim, menjelaskan gharar sebagai "
things with unknownfate, so selling such things is maysir or gambling ". Dengan
demikian, transaksi jual-beli sesuatu yang tidak pasti (gharar) tersebut dilarang dalam
Islam, karena termasuk kategori perbuatan maysir atau perjudian (spekulasi).
Secara garis besar gharar dibagi menjadi dua bagian pokok dalam Satrio (2005), yaitu.
Gharar dalam sighat akad yang meliputi :
a. Baiataini fii baiah
Merupakan jual beli di mana dalam satu akad ada dua harga yang dalam praktiknya tidak

ada kejelasan akad (jahalah) atau harga mana yang akan diputuskan. Juga berlaku pada
transaksi dua akad yang bercampur tanpa adanya pemisahan
b. Bai al-hashah
Transaksi dimana penjual dan pembeli bersepakat atas jual beli suatu barang dengan
harga tertentu dengan lemparan batu kecil (hashah) yang dilakukan oleh salah satu pihak
kepada yang lain dan dijadikan pedoman atas berlangsungnya tidaknya sebuah akad atau
juga dengan meletakkan batu kecil itu di atas barang, dan juga jatuhnya batu dipihak
manapun yang mengharuskan orang tersebut bertransaksi
c. Bai al-mulamasah
Adanya mekanisme tawar-menawar antara dua pihak atas suatu barang dan apabila calon
pembeli menyentuh barang tersebut, maka dia harus membelinya baik sang pemilik
barang ridha atau tidak
d. Bai al-munabadzah
Penjual berkata, jika saya melemparkan barang ini kepada Anda maka itu berarti saya
jual barang ini kepada Anda dengan harga sekian dan sekian
e. Akad mualaq
Sebuah transaksi jual beli dimana jadi tidaknya transaksi tersebut tergantung transaksi
lainnya, mekanisme transaksi terjadi dengan instrumen pernyataan

f. Bai al-muzabanah
Jual beli kurma yang masih berada di pohon dengan beberapa wasaq buah kurma yang
telah dipanen
g. Bai al-mukhadarah
jual buah yang masih hijau (belum masak) yang masih berada dipohon sebelum layak
panen
h. Bai habal al-habalah
Jual beli janin yang masih berada pada kandungan induk
i. Dharwatu al-ghawash
Melakukan akad transaksi jual beli untuk barang temuan yang akan ditemukan
dikedalaman laut, sedangkan barang belum diketahui dapat atau tidaknya barang dapat
diserahkan kepada pembeli
j. Bai muhaqalah
Jual beli bahan makanan pokok seperti padi, dengan sejumlah takaran tertentu
k. Bai nitaj
Transaksi jual beli sesuatu yang dihasilkan dari binatang ternak sebelum dituai, seperti
menjual susu sapi yang diketahui berapa yang akan dihasilkan
l. Bai al-mudhaf
Kesepakatan untuk melakukan akad jual beli untuk waktu yang akan datang
Gharar dalam objek akad yang meliputi :
1. Ketidak tahuan dalam jenis objek akad
2. Ketidaktahuan dalam macam objek akad
3. Ketidaktahuan dalam sifat objek akad

4. Ketidak tahuan dalam ukuran dan takaran objek akad


5. Ketidaktahuan dalam zat objek akad
6. Ketidak tahuan dalam waktu akad
7. Ketidakmampuan dalam penyerahan barang
8. ketidakmampuan dalam penyerahan barang
9. Melakukan akad atas sesuatu yang tidak nyata adanya
10. Tidak adanya penglihatan atas objek akad
Sangat penting sekali untuk melakukan penajaman akan perbedaan pengertian diantara
keduanya. Akan repot apabila segala transaksi yang punya resiko diharamkan apabila
secara sederhana disamakan dengan gharar
Bisnis adalah pengambilan resiko, karena resiko selalu terdapat dalam aktivitas ekonomi,
sebagaimana prinsip dasar dalam bisnis, yaitu no risk no return. Selain itu karena alasan
riba, prinsip ini juga membawa implikasi penolakan terhadap bunga dalam pinjaman dan
juga sekuritas yang dianggap bebas resiko. Jika secara sederhana risiko disamakan
dengan ketidakpastian (gharar) dan dilarang, maka hal ini akan menjadi rumit.
Brigham and Houston (2000) mendefinisikan resiko sebagai peluang bahwa beberapa
kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi.. Jones (1996) mendefinisikan risiko
sebagai the probability of adverse outcomes.
Islam mengajarkan bahwa sangat tidak adil apabila dalam transaksi investasi, sisi dari
ketidakpastian harus ditanggung bersama oleh pihak-pihak yang bertransaksi untuk
menghindari adanya eksploitasi, predatori, dan intimidasi. Ketiga ini adalah karakteristik
riba yang diharamkan oleh Islam
Resiko dalam investasi timbul seiring adanya ketidakpastian waktu dan besarnya return
yang akan diterima oleh investor. Adanya ketidakpastian dalam mengharapkan return
tidak dilarang oleh Syariah dan tidak termasuk dalam judi maupun gharar
Jadi setelah penjelasan resiko, dapat diambil kesimpulan bahwa gharar adalah transaksi
yang mana timbul karena kurangnya informasi (asimetris information).dan kedua tidak
adanya objek (walaupun dalam hal ini ada yang membolehkan dengan objek yang secara
aktual belum ada)
Pada umumnya resiko dalam transaksi saham di pasar modal diukur dengan Beta Saham,
tetapi besaran tersebut tidak mampu memberikan petunjuk mana transaksi yang bukan
gharar. Dengan demikian menjadi catatan penting dimana kesediaan menanggung resiko
merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, tetapi resiko yang boleh dihadapi adalah
resiko yang melibatkan pengetahuan dan kejelasan informasi, serta sebagai sebuah game
of skill, bukan sebagai game of chance.
Oleh karena itu upaya pengelolaan resiko dalam manajemen investasi melalui
diversifikasi dan pemanfaatan instrumen pasar modal, seperti sekuritas saham, obligasi
dapat diteliti lebih lanjut untuk mencegah praktik riba,judi dan gharar.
Landasan hukum prinsip keuangan Islam tersebut akan memberikan jalan bagi para
investor yang ingin konsisiten menggunakan prinsip-prinsip Islam dalam menilai secara
kritis instrumen-instrumen investasi keuangan yang tersedia dipasar. Dengan penilaian
yang kritis tersebut tidak lantas menolak seluruh yang ada karena anggapan semuanya
tidak islami, tetapi sebaliknya juga tidak menerima semuanya begitu saja modifikasimodifikasi yang dilakukan tanpa melalui substantif yang kritis dan mendalam. Meskipun

demikian, tetap terbuka peluang untuk melakukan perbaikan dan inovasi yang
memberikan tawaran baru demi kesejahteraan dan kemashalatan umat manusia.
Daftar Pustaka

Huda, Nurul. Mustafa Edwin Nasution.2007. Edisii Revisi Investasi pada Pasar Modal
Syariah. Jakarta : Prenada Media Group
Nafik H.R, Muhammad. 2008. Bursa Efek dan Investasi Syariah, Kajian Pelanggaran
Prinsip-Prinsip Syariah Pada Transaksi Bursa Efek Konvensional. Surabaya : CIEBERD
dan Amanah Pustaka
Brigham, Eugene F. And Joel Houston (2000). Fundamental of Financial Management.
7th edition. The Dryden Press, New York.
Diposkan oleh Ahmad Dika di 16.10
TEORI INVESTASI IASLM
April 30, 2013
ANISSA ARDHIANI
1110084000061
a.

Teori Investasi

Pengertian Investasi menurut para ahli, menurut Jack Clark Francis.,Investment: Analysis
and Management 5th edition, McGraw- Hill inc., Singapore, 1991, Hal 1) Investasi
adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa
yang akan datang. Kemudian salah satu ahli ekonomi konvensional, Frank Reilly ( Reilly,
Frank & Brown, Kelth C., Investment Analysis and Portofolio Management, 7th edition,
Thomson South-Western Inc., US, 2003, Hal 5) mengatakan bahwa investasi adalah
komitmen satu dollar dalam satu periode tertentu, akan mampu memenuhi kebutuhan
investor di masa yang akan datang dengan (1) waktu dana tersebut akan digunakan (2)
tingkat inflasi yang akan terjadi, (3) ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan
datang.
Menurut Wikipedia, Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi
suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.
Investasi merupakan salah satu indikator penting di dalam kaitannya dengan pendapatan
nasional.
INVESTASI DALAM PANDANGAN ISLAM
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan
meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan

sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk memenuhi
sebagian perintah Allah seperti infaq, zakat, pergi haji, dan lain sebagainya.
Memperoleh harta adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan salah satu aspek
dari muamalah. Kaidah fiqih dari muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan
kecuali yang diharamkan/dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunah. Islam tidak
memisahkan ekonomi dengan agama, sehingga manusia tetap harus merujuk kepada
ketentuan syariah dalam beraktivitas termasuk dalam memperoleh harta kekayaan.
Konsekuensinya, manusia dalam bekerja, berbisnis, ataupun berinvestasi dalam rangka
mencari rezeki harus memilih bidang yang halal walaupun dari sudut pandang keduniaan
memberikan keuntungan yang lebih sedikit dibandingkan dengan bidang yang haram
(Nurhayati & Wasilah, 2008: 70). Perhitungan untung atau rugi harus berorientasi jangka
panjang, yaitu mempertimbangkan perhitungan untuk kepentingan akhirat, karena
kehidupan dunia hanya sementara dan kehidupan yang kekal adalah di akhirat.
LANDASAN SYARIAH

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(Qs AtTaubah : 34)

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya


di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia
kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.[1](QS: Al
Baqarah:261)

URGENSI TEORI INVESTASI


1 a. Teori Konvensional
Investasi akan dilakukan apabila pendapatan dari investasi tersebut (prospected yield)
lebih besar dari suku bunga, Investasi dalam suatu barang modal adalah menguntungkan
apabila biaya (ongkos bunga lebih kecil dari hasil pendapatan yang diharapkan dari
investasi itu. Dengan demikian unsur-unsur yang diperhitungkan dalam investasi adalah:
a. tingkat ongkos

b. tingkat bunga
c.tingginya hasil pendapatan yang diterima. Apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut
berubah, maka akan mengakibatkan berubahnya perhitungan profitabilita.
2 b. Teori J.M Keynes
J. M Keynes mendasari teori permintaan investasi atas konsep efisiensi marjinal kapital
(marginal efficiency of capital atau MEC), MEC dapat diartikan sebagai tingkat
perolehan bersih yang diharapkan (expected net rate of return) atas pengeluaran kapital
tambahan. Tepatnya, MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan
yang diharapkan di masa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan
3 c.
Teori Dana Internal
Teori dana internal tentang investasi (internal funds theory of investment) mengatakan
bahwa stok kapital dan investasi yang diinginkan, bergantung pada tingkat keuntungan.
Beberapa penjelasan tentang hal ini telah dikemukakan oleh sejumlah ahli diantaranya
adalah Jan Tinbergen yang mengatakan bahwa keuntungan yang terjadi (realized profits)
secara akurat merefleksikan keuntungan yang diharapkan (expected profits),
maka investasi memiliki hubungan positif dgn realized profit.
Jadi, singkatnya teori ini mengatakan stok kapital dan investasi yang diinginkan
ditentukan oleh keuntungan.
TEORI INVESTASI
Perhitungan Investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional. Yang
dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan / kontruksi,
maupun persediaan barang jadi yang masih baru.
Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung selama satu internal
periode tertentu. Tetapi investasi akan memengaruhi jumlah barang modal yang tersedia
(capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar
pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
4 Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan
Yang tercangkup dalam invesatasi barang modal (capital goods) dan bangunan
(construction) adalah pengeluaran pengeluaran untuk pembelian pabrik-pabrik, mesinmesin, peralatan-peralatan produksi dan bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang
baru. Karena daya tahan barang modal dan bangunan pada umumnya lebih dari setahun,
seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed
investment).
5 Investasi persediaan
Berdasarkan pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi lebih banyak

daripada target penjualan. Misalnya, sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan tahun
2.000 adalah 50.000 unik. Tidaklah berarti produksinya harus 50.000 unit juga.
Umumnya produksinya melebihi tingkat penjualan. Sebut saja 60.000 unit. Selisih 10.000
unit merupakan persediaan, untuk mengatisipasinya berbagai kemungkinan. Tentu saja
investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan / keuntungan.
Marginal efficiency of capital (MEC),Invetasi, dan tingkat bunga
Yang dmaksud dengan marginal efficiency of capital (MEC) atau efisiensi modal marjinal
(EMM) adalah tingkat pengembalian yang di harapkan (expected rate of return) dari
setiap tambahan barang modal.
2. Marginal efficiency of capital (MEC) dan marginal efficiency of investment (MEI)
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional dapat
di turunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaanperusahaan yang ada dalam perekonimian tetapi ada beberapa ekonom yang tidak
sependapatan dengan cara penurunan kurva MEC. Padahal jika permintaan barang akan
modal secara nasional meningkat, logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya
kenaikan permintaan akan investasi tidak sebesar lurva MEC . kurva yang lebih relevan
adalah kurva yang marginal efficiency of investment (MEI) atau efisiensi investasi
marginal (EIM)
Jadi,dapat disimpulkan bahwa Investasi (Penanaman Modal) adalah pengeluaran atau
perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi
atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat.Dan Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa
Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan
ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung
risiko dari penanaman modal.
Kriteria Investasi
Minimal ada 4 kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu :
6 Payback Period
Payback period (periode pulag pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik
impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin
baik. Kendatipun kita harus mempertimbangkan criteria payback ini. Sebab, ada investasi
yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (>5 tahun).

7 Benefit / cost ratio (B/C Ratio)


B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan disbanding hasil
output yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (Cost). Output yang
dihasilkan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1 maka B = C yang dihasilkan
sama dengan biaya yang dikeluarkan.
8 Net Present Value (NPV)
Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung
menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih
inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV >
0, sebab nilai sekarang dari permintaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari
biaya total.
9 Internal Rate of return ( IRR )
Internal rate of return ( IRR ) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihirung pada
saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat
pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak rencana
investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian
investasi yang di inginkan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya
12%, proposal invastasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
PENGGOLONGAN INVESTASI :
10 Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat
deposito, comercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya. Investasi
juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi,warrant, opsi,
dan yang lainnya.
11 Investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian aset produktif,
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang lainnya.
PERAN INVESTASI DALAM PEREKONOMIAN
Jangka Pendek: mempengaruhi output dan kesempatan kerja melalui dampaknya terhadap
permintaan agregat.
Jangka Panjang: berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui dampaknya
terhadap output potensial dan penawaran agregat.

Er: Expected Return

I: Interest

Is(PenawaranInvestasi)=Ip(swasta)+Ig(pemerintah)+ Iso (Investasi social)


Id(PermintaanInvestasi)= I0( Investasi autonomous) + h(Er) sensitifitas thdp Er
KURVA INVESTASI KONVENSIONAL

Dimana X adalah tingkat bunga, Y adalah tingkat investasi, dan R adalah tingkat religion.
Bunga di perekonomian konvensional merupakan indikator penting investasi, ketika suku
bunga tinggi investasi akan turun, karena orang cenderung lebih memilih menyimpan
uangnya di bank dan mendapatkan bunga/keuntungan tanpa mengerjakan aktivitas
ekonomi (investasi). Sedangkan, ketika tingkat bunga rendah investasi akan naik.

TEORI INVESTASI IASLM

12 a.
Ontologi
Ontologis dari konsep Kaffah adalah Islam. Bahwa sistem kehidupan yang ada pada diri
manusia, di lingkungan sekitar, dan alam semesta berawal dari konsep Islam. Dengan
kata lain konsep penciptaan awal adalah Islam
(alif:sin:lam:mim)
13 b.
Epistemologi
Islam dimaknai sebagai suatu sistem yang holistic, komprehensif, atau menyeluruh. Islam
yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemology dari konsep institusi keuangan yang
sedang dikembangkan yaitu Kaffah.
Institusi keuangan yang kaffah merupakan epistemology yang muncul karena
beranggapan bahwa konsep dasar kehidupan adalah Islam dan Islam dianggap sebagai
suatu sistem.
14 c.
Aksiologi
Diawali dari ontologis berupa Islam sebagai alasan kehidupan termasuk ekonomi,
kemudian epistemology yang digunakan adalah Kaffah sebagai suatu sistem dalam
institusi keuangan dan terakhir adalah aksiologi yang lebih sederhana berupa penerapan
dalam pengembangan institusi yaitu adanya keseimbangan dari 2 hal yang merupakan
hubungan antara fungsi horizontal dan struktur vertical.
Dalam ekonomi konvensional, teori investasi dihubungkan dan sangat bergantung dengan
peran bunga yang dimana bunga tersebut merupakan indikator fluktuasi yang terjadi di
investasi dan tabungan. Ketika bunga (bunga simpanan dan bunga pinjaman) tinggi maka
kecenderungan tabungan akan meningkat, sementara investasi relatif turun. Begitu
sebaliknya, ketika bunga rendah, maka tabungan akan menurun dan investasi akan
meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi dalam aktivitas tabungan
dan investasi dalam konvensional didominasi oleh motif keuntungan (returns) yang bisa
didapatkan dari keduanya.
Sedangkan dalam perspektif ekonomi Islam, investasi tidak hanya bertujuan mencari
keuntungan (profit) semata. Kegiatan mengembangkan uang untuk mendapatkan
keuntungan adalah motivasi yang menjadi dorongan utama para investor. Dalam kegiatan
bisnis, semangat ini dapat dicapai dengan investasi yang berpegang pada prinsip syariah
Islam. Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah Islam, sebab setiap harta
ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh
zakatnya. Sedangkan harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali
keuntungannya saja. Suatu pernyataan penting Al-Ghozali sebagai ulama besar adalah
keuntungan merupakan kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman
keselamatan diri pengusaha. Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan
yang merupakan kompensasi dari risiko yang ditanggungnya. Ibnu Taimiah berpendapat
bahwa penawaran bisa datang dari produk domestik dan impor. Perubahan dalam
penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang
ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan pendapatan. Besar

kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan.
Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi
merupakan kehendak Allah SWT.
Prinsip prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi
syariah (pihak terkait) adalah : Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi
zatnya maupun cara mendapatkannya, Tidak mendzalimi dan didzalimi, Keadilan
pendistribusian kemakmuran, Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha, Tidak ada
unsur riba, maysir (perjudian,spekulasi) dan gharar (ketidakjelasan/samar-samar).
Ada beberapa faktor yang mendominasi motif dalam Islam :
1 Akibat implementasi mekanisme zakat maka asset produktif yang dimiliki seseorang
pada jumlah tertentu (memenuhi batas nisab zakat) akan selalu dikenakan zakat, sehingga
hal ini akan mendorong pemiliknya untuk mengelolanya melalui investasi. Dengan
demikian melalui investasi tersebut pemilik asset memiliki potensi mempertahankan
jumlah dan nilai assetnya. Berdasarkan argumentasi ini, aktifitas investasi pada dasarnya
lebih dekat dengan prilaku individu (investor/muzakki) atas kekayaan atau asset mereka
daripada prilaku individu atas simpanan mereka. Sejalan dengan kesimpulan bahwa
sebenarnya ada perbedaan yang mendasar dalam perekonomian Islam dalam membahas
prilaku simpanan dan investasi, Dalam Islam investasi lebih bersumber dari harta
kekayaan/asset daripada simpanan yang dalam investasi dibatasi oleh definisi bagian sisa
dari pendapatan setelah dikurangi oleh konsumsi.
2 Aktivitas investasi dilakukan lebih didasarkan pada motivasi sosial yaitu membantu
sebagian masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki kemampuan berupa
keahlian (skill) dalam menjalankan usaha, baik dilakukan dengan bersyarikat
(musyarakah) maupun dengan berbagi hasil (mudharabah). Jadi dapat dikatakan bahwa
investasi dalam Islam bukan hanya dipengaruhi faktor keuntungan materi, tapi juga
sangat dipengaruhi oleh faktor syariah (kepatuhan pada ketentuan syariah) dan faktor
sosial (kemashlahatan ummat
KURVA INVESTASI IASLM

Dimana X adalah zakat & motivasi sosial , Y adalah Tingkat Investasi, dan R adalah
religion yang bermakna setiap tindakan atau investasi yang sesuai prinsip syariah
menambah pahala atau kemaslahatan orang banyak
SKEMA INVESTASI SYARIAH
Terdiri dari :
a. Skema Bagi Hasil ( Musyarakah/ Join Venture & Mudharabah (Full financing)
b. Skema Jual beli ( Murabahah)
c. Skema Sewa ( Ijarah)
d. Skema Sewa dan Jual beli

Aneka investasi Islami yang dapat dipilih sebagai berikut : (1) investasi ke dalam produk
keuangan seperti produk bank Islam, tabungan / deposito, asuransi, pasar modal,
reksadana, saham, dan obligasi; (2) investasi ke dalam property dengan skema jual beli
maupun hasil sewa; (3) investasi ke dalam logam mulia / emas dan batu mulia melalui
skema jual beli; dan (4) investasi ke dalam usaha yang dijalankan dengan prinsip syariah
baik yang dikelola sendiri ataupun menitipkan modal pada usaha pihak lain
Masuk pada makna investasi di sektor keuangan tentu aktivitas ini lebih dekat dengan
motivasi spekulasi dan capital gain. Prilaku investasi seperti ini tentu akan memberikan
wajah atau corak ekonomi yang berbeda, bahkan konsekwensi terhadap interaksi dalam
mekanisme ekonomi juga akan sangat berbeda dengan sistem ekonomi non-spekulasi
(syariah). Dan yang pasti teori-teori yang terbangun dari analisa prilaku dan
kecenderungan dalam mekanisme perekonomian konvensional tentu akan berbeda
dengan perekonomian Islam (atau bahkan bertolak belakang). Jadi perlu ditegaskan
kembali, bahwa dalam perekonomian Islam spekulasi dalam segala bentuknya atau
menanamkan dana atas motif profit atau return dalam bentuk bunga (interest rate)
bukanlah investasi.
Dalam aplikasi investasi sektor riil konvensional juga lazimnya memang berbeda dengan
aplikasi syariah. Di konvensional aktifitas investasi lekat dengan konsep bunga dimana
setiap investasi yang terjadi diasumsikan selalu berakhir untung (positif). Investasi
konvensional tidak mengakomodasi kemungkinan rugi. Berbeda dengan syariah, system
ini menggunakan konsep bagi hasil dimana asumsi dasarnya adalah kefitrahan usaha yang
dapat untung dan dapat pula rugi. Hubungan investasi dengan tingkat bunga ini bukannya
tak memiliki kelemahan, fungsi I = Io gi sudah banyak dianalisa dan diungkapkan
kelemahan-kelemahannya oleh
pakar-pakar ekonomi konvensional itu sendiri. Dan bahkan beberapa pakar memiliki
bukti empiris atau kesimpulan dalam beberapa artikel ilmiah mereka bahwa hubungan
investasi dan tingkat bunga sangatlah lemah
Nilai nilai moral berikut ketentuan ketentuan hukum syariah Islam dapat dilihat
modelnya atau realisasinya jika ia diwujudkan dalam prilaku prilaku ekonomi. Dan
sebenarnya proses memadankan prilaku ekonomi manusia dengan nilai moral dan
ketentuan hukum syariah Islam inilah yang merupakan titik krusial dalam teori prilaku
ekonomi Islam. Proses tersebut bahkan sewajarnya menjadi asumsi dasar atas bangunan
teori ekonomi Islam. Dimana teori investasi dalam perspektif Islam lebih mengutamakan
kesejahteraan masyarakat banyak atau keseluruhan tidak hanya berdasarkan pencapaian
profit semata.

Anda mungkin juga menyukai