Anda di halaman 1dari 31

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIKLAT MELALUI ACTIVE LEARNING TIPE FIRING LINE Oleh: Drs. Muh.

Syafrudin, MA (Widyaiswara Madya BDK Surabaya)

A. Hakikat Belajar Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu yang bersangkutan baik mencakup ranah-ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut para ahli: Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengemukakan : Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".1 Oemar Hamalik dalam bukunya perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem mengemukakan : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidup, berlangsungnya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, hal.2.

seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan, dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sebelumnya.2

Sardiman dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar mengemukakan : Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar meliputi rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.3

Dari pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas meskipun dari redaksi yang berbeda menunjukkan adanya kesamaan secara garis besar yaitu belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dimana perubahan yang terjadi menuju arah positif, kemajuan atau perbaikan. 1. Jenis-jenis Belajar a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) Slameto mengemukakan : Dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif. 4 Dalam hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan. b. Belajar dengan wawasan (learning by insight) G.A. Miller, sebagimana ditulis Slameto mengemukakan : Wawasan merupakan kreasi dari rencana penyelesaian yang mengontrol rencanarencana subordinasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk.5
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 154. 3 Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 21. 4 Slameto. Op.Cit. hal. 5. 5 Ibid, hal. 6.
2

Dalam hal ini menerangkan bahwa wawasan berorientasi pada perkembangan tingkah laku dalam menyelesaikan suatu persoalan. c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) Belajar jenis ini adalah Sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.6 Dalam pembelajaran ini subyek diminta untuk merespon secara berbeda-beda terhadap stimulasi yang berlainan. d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning) Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai peserta diklat menguasainya. e. Belajar insidental (incidental learning) Belajar disebut insidental apabila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.7 Cara belajar demikian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang mana jumlah frekuensi, prestasi dan motivasi tidak berpengaruh.

f. Belajar instrumental (instrumental learning) Cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas tingkat-tingkat kebutuhan.8 Salah satu bentuk belajarnya adalah pembentukan tingkah laku. Individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki dan sebaliknya. Sehingga akan terbentuk tingkah laku tertentu. Reinforcemen tidak harus berupa materi, tetapi bisa berupa tepuk tangan, bernyanyi bersama, dirayakan. g. Belajar intensional (intentional learning) Belajar yang mempunyai arah dan tujuan yang jelas serta ditentukan sebelumnya.
6 7

Ibid. Ibid. 8 Ibid, hal. 7.

h. Belajar laten (latent learning) Dalam belajar laten, perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara cepat. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu bentuk belajar insidental. i. Belajar produktif (productive learning) R. Berguis (1964) dalam bukunya Slameto mengemukakan : Belajar dengan transfer yang maksimum mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.9

j. Belajar verbal (verbal learning) Menurut Slameto : Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.10 Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

2. Teori-teori Belajar a. Teori Gestalt Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Hukum yang berlaku dalam pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu : 1) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya. 2) Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya. Dalam teori ini Koffka dan Kohler mengemukakan :

10

Ibid, hal. 8 Ibid.

Belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.11

Sifat-sifat belajar insight antara lain ialah : 1) Tergantung dari kemampuan dasar 2) Tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan 3) Timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.

b. Teori belajar menurut J. Bruner Di dalam proses pembelajaran Bruner mementingkan

partisipasi aktif dari tiap peserta didik dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning environment ialah lingkungan dimana peserta diklat dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru. Bruner menyatakan : Alangkah baiknya bila sekolah (tempat belajar) dapat menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.12

c. Teori dari R. Gagne Menurut Gagne setelah masa bayi manusia interaksi dengan lingkungan tugas selanjutnya adalah meneruskan sosialisasi dan tugas kedua adalah belajar. Dalam teori ini Gagne mengemukakan dua definisi : Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

11 12

Ibid, hal. 9 Ibid, hal. 11.

keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku; belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.13 Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut The domains of learning yaitu : 1) Keterampilan motoris (motor skill) Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan. 2) Informasi verbal Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu ini perlu inteligensi. 3) Kemampuan intelektual Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang disebut kemampuan intelektual. 4) Strategi kognitif Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan secara terus menerus. 5) Sikap Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. d. Purposeful Learning Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan dan yang :

13

Ibid, hal. 15.

1) Dilakukan peserta diklat sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain; 2) Dilakukan peserta diklat dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar mengajar di kelas; a) Purposeful learning oleh peserta didik sendiri Urutan purposeful learning tanpa bimbingan : (1) Memperhatikan situasi belajar. (2) Menetapkan tujuan, mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada pencapaian tujuan. (3) Mengadakan usaha-usaha pendahuluan yang mencakup

berpikir produktif dalam hubungan dengan tugas-tugas di dalam bidang: Kognitif Psikomotor, dan Afektif.

(4) Latihan untuk memperoleh kecakapan dan untuk mencapai tujuan. (5) Mengevaluasi tingkah laku sendiri. b) Belajar bertujuan di dalam situasi kediklatan Tingkat-tingkat belajar bertujuan dengan bimbingan dilakukan dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan peserta diklat dan guru dalam pembelajaran. Dengan penjelasan sebagai berikut : (1) Memperhatikan tugas yang akan dipelajari adalah penting dalam memulai tahap (urutan) kegiatan belajar. Pada waktu mengintroduksi pelajaran (atau unit), guru menarik perhatian peserta didik. Dan menuntut peserta diklat menggunakan lebih dari satu indera. (2) Penetapan tujuan itu penting untuk memulai dan mengarahkan kegiatan. Peserta diklat memerlukan

kesempatan dan bantuan dan memutuskan (menetapkan)

apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka akan dapat belajar dengan baik, kapan bahan tersebut akan dipelajari. Hal tersebut dapat ditentukan dengan diskusi. (3) Berusaha mencapai tujuan mencakup interaksi dengan orang-orang dan materi yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut dan cocok dengan sifat-sifat peserta diklat. Mula-mula peserta diklat mengamati dan meniru, kemudian berdiri sendiri. (4) Mengenal dan mengorganisasi komponen secara

berurutan adalah penting untuk mencapai tujuan. (5) Latihan (praktek) yang dilakukan dalam kondisi-kondisi tertentu (yang baik) adalah penting untuk mencapai tujuan dan untuk meningkatkan pekerjaan (performance) dalam kebanyakan bidang diklat. (2) Belajar yang sesuai dengan kecakapan sendiri, cara sendiri, dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat untuk

pencapaian tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada umumnya. Ada 2 cara untuk membantu peserta diklat agar belajar sesuai dengan keadaan individual tiap peserta diklat. (1) Peserta diklat dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai dan berdasar sifat-sifat peserta diklat tersebut. (2) Materi, perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk memungkinkan belajar secara independen agar peserta diklat dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya sendiri. (3) Menilai pekerjaan (performance) sendiri adalah penting dalam mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar dan dalam mencapai tujuan. Fasilitator memberitahukan kemajuan peserta diklat dan menolong mengatasi

kesalahan-kesalahannya.

(4) Pengembangan kecakapan yang mantap dan pengetahuan yang komprehensif menuntut pengalaman belajar yang produktif selama waktu yang cukup lama. (5) Penerapan pada situasi-situasi baru konsep-konsep,

prinsip-prinsip, keterampilan-keterampilan, dan hasil-hasil belajar lain yang baru diperoleh akan meningkatkan kemantapan (performance) penguasaannya.

e. Belajar dengan jalan mengamati dan meniru (observational learning and imitation) Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengambil dan meniru suatu model/ contoh/teladan. 1) Model yang ditiru Model yang diamati dan ditiru peserta diklat dapat digolongkan menjadi : a) Kehidupan yang nyata Misalnya; orang tua di rumah, guru di sekolah, dosen di kampus, widyaiswara dib alai diklat, dan orang lain dalam masyarakat.

b) Simbolik Termasuk dalam golongan ini adalah model yang

dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar. c) Representasional Termasuk dalam golongan ini adalah model yang

dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual terutama televisi dan vidio. 2) Pengaruh meniru Menurut Bandura dan Walters dalam bukunya Slameto

mengemumakan :

Penguasaan tingkah laku atau response baru, pertama-tama adalah hasil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan (kontinuitas) yang diamati. Kuat lemahnya response itu bergantung pada penguatan (reinforcement).14

Menurut teori ini yang penting adalah bagaimana response itu mula-mula dipelajari. a) Modeling effect Dengan jalan mengamati dan meniru, peserta didik

menghubungkan tingkah laku dari model dengan response yang baru bagi dirinya, response yang pertama kali dilakukannya. Jelas, model itu harus menunjukkan tingkah laku yang baru bagi peserta didik tetapi dapat dilakukan oleh peserta diklat tersebut. b) Disinhibitory effect Dengan mengamati dan meniru suatu model, seorang peserta diklat dapat memperlemah atau memperkuat response-response terlarang yang telah dimiliki. c) Eliciting effect Dengan mengamati dan meniru suatu model, peserta diklat menghubungkan tingkah laku dari model dengan responseresponse yang telah dimilikinya. Dengan begitu responseresponse itu ditimbulkan. Misalnya kerja bakti, memberikan uang derma, makan-makanan yang biasanya tidak dipilih. 3) Beberapa faktor yang mempengaruhi peniruan a) Konsekuensi dari response yang dilakukan (hadiah dan hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan seperti pengaruh hadiah). b) Sifat-sifat peserta diklat
14

Ibid, hal. 21.

10

Peserta diklat yang suka meniru biasanya adalah yang : i. Mempunyai rasa kurang harga diri ii. Kurang kemampuannya iii. Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama seperti dalam model. iv. Berada dalam suasana perasaan tertentu karena tekanan dari luar atau karena obat (drugs).

f. Belajar yang bermakna (Meaningful learning) 1) Tipe-tipe belajar Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu : a) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning). b) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning) Di dalam reception learning semua bahan yang harus dipelajari diberikan dalam bentuknya yang final (bentuk yang sudah jadi) dalam bahan yang disajikan (expository material). Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus dipelajari dipresentasikan dalam bentuk yang final, beberapa bagian harus dicari, diidentifikasikan oleh pelajar sendiri. Kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam struktur kognitif yang telah ada, disusun kembali, diubah untuk menghasilkan struktur kognitif yang baru. Menerima dan menemukan (reception dan discovery), adalah langkah pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah usaha mengingat atau menguasai apa yang dipelajari itu agar kemudian dapat dipergunakan. Jika seseorang berusaha menguasai informasi baru itu dengan jalan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahuinya, terjadilah belajar yang bermakna. Jika

11

seseorang hanya berusaha mengingat informasi baru itu, terjadilah menghafal (rote learning). 2) Struktur dan proses internal Menurut Ausubel dan Robinson dalam bukunya Slameto: Struktur kognitif itu bersifat piramidal bagian puncaknya yang sempit berisi konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum, bagian tengah yang agak luas berisi sub-sub konsep yang kurang umum dan bagian dasar yang paling luas berisi informasi-informasi yang khusus.15

3. Prinsip-prinsip Belajar a. Kebermaknaan Motivasi belajar akan tumbuh apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tentu bagi diri peserta didik. Kebermaknaan bersifat persenal karena dirasakan sebagai suatu yang penting bagi diri seseorang. Pelajaran akan sangat lebih bermakna jika

fasilitator/widyaiswara mampu mengemas dengan baik, diantaranya : 1) fasilitator/widyaiswara berusaha menghubungkan dengan masa lampau/pengalaman yang mereka miliki sebelumnya, karena para peserta diklat telah memiliki schemata (prior knowledge) dan pengalaman kerja. 2) fasilitator/widyaiswara mengemas pembelajaran semenarik

mungkin dan nilai tertinggi bagi peserta diklat berarti bermakna baginya. b. Modelling Dalam buku perencanaan mengajar berdasarkan pendekatan sistem Oemar Hamalik mengemukakan : Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh peserta didik jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model
15

(teladan),

bukan

hanya

dengan

menceramahkan/

Ibid, hal. 25.

12

menceritakannya secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, peserta didik dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru.16

Dari paparan di atas hal- hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut : 1) fasilitator/widyaiswara menetapkan aspek-aspek penting dari tingkah laku yang akan ditunjuk sebagai model. 2) Peserta diklat mampu meniru model yang di pertunjukkan. 3) Model harus diamati sebagai pribadi yang lebih tinggi dari pada peserta didik. 4) Disajikan dalam teknik mengajar atau kterampilan-keterampilan sosial. c. Komunikasi Terbuka Sebagian besar peserta diklatk lebih suka bila penyajian pemebelajaran fasilitator/widyaiswara terbuka terhadap pengawasan peserta diklat. Hal ini meluaskan ruang fikir dan gerak peserta didik dalam menggali kompetensi yang dimiliki-kesempatan seperti sebagai wahana menyalurkan minat peserta diklat untuk belajar lebih baik. Jika hal itu dapat dilakukan, berarti peserta diklat akan menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari apa disampaikan

fasilitator/widyaiswara.

d. Prasayarat Apa yang dipelajari oleh peserta didik sebelumnya merupakan faktor penting yang menentukan berhasil atau gagalnya peserta diklat dalam belajar. Peserta diklat yang berada dalam kelompok yang berprasyarat akan mudah mengamati prasyarat pada peserta diklat, fasilitator/widyaiswara dapat melakukan analisis terhadap tugas, topik
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 157.
16

13

dan tujuan-tujuan yang dicapai. Bertitik tolak dari keadaan peserta diklat tersebut, fasilitator/widyaiswara akan lebih mudah

menyesuaikan materinya sehingga membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi di kalangan peserta diklat. e. Novelty Dalam prinsip ini fasilitator/widyaiswara dituntut untuk lebih kreatif karena dituntut untuk menyajikan sesuatu yang berbeda, baru dan menarik peserta diklat. Peserta didik lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Sesuatu gaya dan alat yang baru/masing-masing bagi peserta didik akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar.17

f. Praktek yang aktif dan bermanfaat Praktek secara aktif berarti peserta diklat mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Usahakan peserta diklat aktif dengan : 1) Menjawab atau memberikan respons sebanyak mungkin terhadap pertanyaan fasilitator/widyaiswara. 2) Peserta diklat diminta menyusun/menata kembali informasi yang diperoleh dari bacaan. 3) Sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. fasilitator/widyaiswara dapat menggunakan beberapa metode untuk mengaktifkan peserta diklat diantaranya dengan Tanya jawab, diskusi, simulasi, tutorial, dll. g. Latihan terbagi Jangka waktu yang pendek lebih disenangi peserta diklat dalam belajar. Dengan demikian akan lebih meningkatkan motivasi peserta diklat belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus
17

Ibid, hal. 159.

14

dalam jangka waktu yang panjang. Karena hal ini akan melelahkan dan menjenuhkan peserta diklat. h. Kurangi secara sistematik paksaan belajar Tahap awal dalam belajar peserta diklatk perlu diberikan paksaan atau pemompaan. Namun bagi peserta diklat yang sudah mulai menguasai pelajaran maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan pada akhirnya peserta diklat dapat belajar sendiri. Hindari belajar berdasarkan pemompaan saja tapi jangan dihilangkan dengan segera karena mungkin peserta diklat mendapat kekeliruan. i. Kondisi yang menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan merupakan kondisi belajar yang menarik. Maka fasilitator/widyaiswara dapat melakukan dengan cara berikut : 1) Awali pembelajaran dengan ice breaker atau kuis 2) Jangan mengulang hal yang diketahui karena dapat menyebabkan kejenuhan. 3) Suasuana fisik kelas jangan sampai membosankan. 4) Hindarkan frustasi 5) Hindarkan suasana kelas yang emosional. 6) Menyiapkan tugas-tugas yang menantang. 7) Hasil yang dicapai peserta diklat diumumkan dalam kelas. 8) Berikan hadiah/reword terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh peserta diklat.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar a. Kemampuan pembawaan Tidak dapat dipungkiri bahwa pembawaan sangat berpengaruh terhadap kemampaun belajar. Tetapi bukan berarti pebawaan tidak dapat dirubah. Pembawaan bisa kalah dengan kebiasaan. Pembawaan hanyalah salah satu dari faktor keberhasilan belajar. b. Kondisi fisik orang yang belajar

15

Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya. Menurut penelitian kondisi fisik mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Hal ini menjadi hal yang umum dan sudah diketahui.

c. Kondisi psikis peserta diklat Faktor ini bisa meliputi fisik dan non fisik. Maka perlu dijaga supaya kondisi psikis orang yang belajar dipersiapkan sebaik-baiknya, supaya dapat membantu belajar. Apalagi peserta diklat yang diasramakan, meninggalkan keluarga adalah keadaan yang peling tidak mengenakkan bagi hamper semua peserta diklat, oleh karena itu hindari stress. d. Kemauan belajar Adanya kemauan dapat mendorong belajar dan sebaliknya tidak adanya kemauan dapat memperlemah belajar. Di dalam individu yang belajar harus ada dorongan dalam dirinya, yang dapat mendorong ke suatu tujuan yang berarti kemauan belajar ini sangat erat hubungannya dengan keinginan dan tujuan individu. e. Sikap terhadap fasilitator/widyaiswara, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri. Sikap yang baik, ramah mengenal peserta didik, ini akan menjadi dorongan bagi peserta diklat untuk menyukai

fasilitator/widyaiswaranya. Sikap peserta didik terhadap mata diklat juga sangat penting. Mata pelajaran yang disenangi akan lebih lancar dipelajari dari pada yang kurang disenangi. Maka dari itu perlu adanya kurva belajar. Sebuah grafik yang dapat menggambarkan kemajuan belajar peserta diklat. Sehingga jika ada komponen yang tidak sesuai segera diketahui dan diperbaiki. f. Bimbingan Dalam belajar, seseorang membutuhkan bimbingan, bimbingan diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga peserta diklat tidak mengalami kegagalan. Bimbingan dapat diberikan sebelum

16

ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefektifan bimbingan ini tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar. Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan adanya putus asa.

5. Langkah-langkah Dalam Belajar Belajar apapun perlu proses untuk mencapai tahap-tahap tertentu. Adapun langkah-langkah belajar efektif adalah dengan mengetahui : a. Diri sendiri. b. Kemampuan belajar. c. Proses belajar berhasil, anda gunakan dan dibutuhkan. d. Minat dan pengetahuan atas mata pelajaran yang anda inginkan. Salah satu sistem belajar yang bisa dipakai untuk belajar secara efektif adalah MURDER yang meliputi : Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review. a. Mood suasana hati Ciptakan selalu mood positif pada peserta didik yang mendukung untuk belajar. b. Understand Pemahaman Tandai informasi bahan belajar yang tidak dimengerti dalam pokok bahasan tertentu. Fokuskan peserta didik pada pokok bahasan tersebut atau melakukan beberapa latihan untuk membahas pokok bahasan tersebut.

c. Recall Ulang Setelah belajar satu pokok bahsan berhentilah dan ulangi bahan dari pokok bahasan tersebut dengan kata-kata yang peserta didik buat sendiri untuk mempermudah. d. Digest Telaah. Kembalilah kepada pokok bahasan yang tidak dimengerti peserta didik dan pelajari kembali keterangan yang ada.

17

e. Expand Kembangkan. Kembangkan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk pemantapan. f. Review Pelajari kembali Peserta didik diminta kembali mempelajari pelajaran yang sudah dipelajari.

B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata-kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Adapun pengertian motivasi menurut beberapa pendapat : Sunhaji dalam buku manajemen madrasah mengemukakan : Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.18

Dari berbagai pengertian motivasi yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan, motivasi merupakan dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu. Teori behaviorisme dalam bukunya Martinis Yamin

mengemukakan : Motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons sedangkan apabila dikaji dengan teori kognitif motivasi

18

Sunhaji. 2006. Manajemen Madrasah. Yogyakarta : Grafindo Litera Media. hal. 64.

18

merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit. Melibatkan kerangka berfikir peserta didik terhadap berbagai aspek perilaku.19

Kemampuan seseorang untuk melakukan tugas tertentu dengan usaha maksimal itulah yang disebut dengan motivasi. Dalam teori harapan kemampuan mencurahkan energi adalah motivasi. Teori harapan mencurahkan energi adalah motivasi memiliki tiga asumsi pokok, yakni : a. Harapan hasil (out come expectency) Setiap orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan memperoleh hal tertentu. b. Valence (valency) Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. c. Harapan usaha (effort expectory) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai beberapa sulit mencapai hasil tersebut.20

2. Teori-teori Motivasi Berbagai pakar mengetengahkan pandangannya tentang motivasi. Pandangan para pakar tentang motivasi tersebut melahirkan berbagai teori motivasi. Winkel sebagaimana dikutip dalam buku Martinis Yamin mengemukakan: Motivasi dengan kekuatan mesin kendaraan. Mesin yang berkekuatan tinggi menjamin lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan kendaraan membawa muatan yang berat. Namun motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan daya daya belajar, tetapi juga memberi arah yang jelas.21 Mc. Cleland dalam buku Martinis Yamin mengemukakan : Banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yaitu: kebutuhan
19 20

Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 81. Ibid. 21 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 83.

19

prestasi (need for achievement). Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for fower).22 Daniel Golemen dalam bukunya kecerdasan emosional (1996) mengemukakan : Bahwa kemampuan motivasi diri seseorang akan bertahan menghadapi frustasi, mengendali dorongan hati dan menjaga beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan bersimpatik.23 Maslow dalam bukunya Hamzah B. Uno mengemukakan : Bahwa kebutuhan manusia secara herarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati dan kebutuhan aktualisasi diri.24

Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.

3. Macam-macam Motivasi Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik lebih kuat dari pada ekstrinsik. a. Motivasi ektrinsik Motivasi yang tumbuh tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri. Yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar Sadirman mengemumakan : Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
22 23

Ibid, hal. 84. Ibid. 24 B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 6.

20

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.25 Perlu diketahui bahwa peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Jadi memang motivasi bukan sekedar simbol dan seremonial. Motivasi intrinsik berisi tentang : 1) Penyesuaian tugas dan minat. 2) Perencanaan yang penuh variasi 3) Umpan balik atas respons peserta didik. 4) Kesempatan respons peserta didik yang aktif. 5) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. v. Motivasi Ekstrinsik Motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adnaya

rangsangan dari luar. Dimana bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Hamzah B. Uno mengemukakan : Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.26 Motivasi ekstrinsik berisi tentang : 1. Penyesuaian tugas dengan minat. 2. Respons yang penuh variasi 3. Respons peserta diklat 4. Kesempatan peserta diklat yang aktif 5. Kesempatan peserta diklat untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya 6. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
25 26

Sadirman. Op.Cit. hal. 87. Hamzah,B. Uno. Op.Cit. hal. 4.

21

4. Memotivasi peserta diklat dalam belajar Bandura dalam bukunya Martinis Yamin mengemukakan : Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, motivasi akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang.27 a. Belajar melalui model Dalam teori belajar sosial Albert Bandura menekan belajar melalui fenomena model, dimana seseorang meniru perilaku orang lain yang disebut belajar, yaitu ; belajar atas kegagalan dan keberhasilan orang. Dan pada akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya akan matang karena melihat pengalaman-pengalaman yang dicoba orang lain. b. Belajar Kebermaknaan Belajar bermakna merupakan cara belajar memotivasi peserta diklat, di dalam materi yang disampaikan mengandung makna tertentu bagi peserta diklat. Kebermaknaan itu bersifat personal, dimana materi tersebut mengandung makna bagi seluruh peserta diklat,

fasilitator/widyaiswara menyampaikan materi dengan mengaitkan materi dengan pengalaman peserta diklat pada masa lampau. Dan bagaimana mengatasi untuk masa ke depan. c. Melakukan Interaksi Interaksi antara peserta diklat dengan fasilitator/widyaiswara adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada peserta diklat. Interaksi memberitahukan pesan, pengetahuan, dan fikiran-fikiran dengan maksud menggugah partisipasi seseorang komunikasi sehingga persoalan yang dibicarakan menjadi milik dan tanggung jawab bersama. Cara mengkomunikasikan materi dan menimbulkan motivasi peserta diklat;
27

Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 86.

22

1) Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada peserta diklat agar mendapat perhatian peserta diklat. 2) Tunjukkan hubungan-hubungan kunci agar peserta diklat benarbenar memahami apa yang sedang diperbincangkan. 3) Jelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan menggunakan media internasional sehingga lebih memperjelaskan masalah yang sedang dibahas. 4) Hindarilah pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada di luar jangkauan fikiran peserta. Kecuali kita menggunakan alat bantu tertentu. 5) Usahakan agar peserta mengajukan pertanyaan atau pernyataan agar terjadi komunikasi secara timbal balik. d. Penyajian Menarik Disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang belum pernah dikenal peserta diklat sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar. Alat-alat tersebut tidak mesti mewah, dapat dibuat dari material yang ada di lingkungan tempat diklat. e. Temu Tokoh Temu tokoh diharapkan akan memberikan semangat/ dorongan kepada peserta diklat bahwa berprestasi tidaklah mudah didapat akan tetapi melalui kerja keras. Kisah-kisah nyata yang disampaikan oleh tokoh yamg kita undang atau dikunjungi tadi, bukanlah suatu pekerjaan yang sukar bagi mereka dan semua orang dalam melakukannya. Kegigihan itu hendak kita transfer kepada peserta diklat agar tidak mudah putus asa dalam melekukan perbaikan dan atau pembaharuan di tempat kerjanya. f. Mengulangi kesimpulan materi. Setelah materi pelajaran disampaikan fasilitator/widyaiswara didepan kelas dan kemudian umpan balik dari peserta. Informasi tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipanggil (Recall) dari

23

simpanannya dalam memori panjang menurut Gagne proses belajar seperti ini adalah proses belajar yang paling kritis. Waktu memberi tugas ini situasi kelas kondusif dan rileks. g. Observasi Lapangan/Studi Lapangan Belajar tidak mesti di dalam kelas, belajar juga dilaksanakan di luar kelas. Studi ini bertujuan untuk mengintegrasikan antara pengetahuan secara teoritik dengan praktek di lapangan sehingga dapat

mempertajam pemahaman peserta diklat untuk kemudian dapat diterapkan dalam peningkatan mutu kerja di tempat kerja masingmasing.. kegiatan ini juga dapat merangsang mereka untuk berbuat karena peserta membuktikannya sendiri.

5. Indikator Motivasi Motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hamzah B. Uno mengemukakan hakikat belajar adalah : Dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang

belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.28

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : h. Adanya hasrat dan keinginan berhasil i. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar j. Adanya harapan dan cita-cita masa depan k. Adanya penghargaan dalam belajar l. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
28

Hamzah, B. Uno. Op.Cit. hal. 23.

24

m. Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang peserta diklat dapat belajar dengan baik.

B. Active Learning (Pembelajaran Aktif) Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta diklat sehingga semua peserta dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi mereka. Active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta diklat agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian peserta berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Pada pembelajaran aktif pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Dalam bukunya Mel Silberman mengemukakan : Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategistrategi pembelajaran yang komprehensif yang meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran.29

Dalam hand Out PLPG Fakultas Negeri Malang dikemukakan : Active learning adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memperdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif. Pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan menggunakan otak untuk memahami dan memecahkan masalah yang sedang dipelajari.30

Dalam pembelajaran aktif ada berbagai pemecahan kebekuan, agar pembelajaran yang berlangsung benar-benar aktif, diantaranya : 1. Team bulding (pembentukan tim)
29

Silberman, Mel. Dalam Hidayah, Khoirudin. 2002. Active Learning, Yogyakarta : Pustaka Madani, hal. xxii. 30 Pendidikan dan Latihan Profesi Guru,2009. UIN Malang, hal. 53.

25

Membantu peserta diklat menjadi lebih terbiasa satu sama lain menciptakan suatu semangat kerjasama dan saling ketergantungan. 2. On the spot assessment (penilaian di tempat) Mempelajari tentang perilaku-perilaku peserta diklat, pengetahuan dan pengalaman peserta diklat. 3. Immediate learning involvment (keterlibatan belajar seketika) Menciptakan minat awal dalam pokok bahasan. Active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons peserta didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dalam metode active learning setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. 1. Firing Line (garis tebak) Tipe firing line merupakan salah satu dari 101 tipe yang terdapat dalam bukunya Mel Silberman Active Learning. Hamruni dalam buku strategi dan model-model pembelajaran aktif menyenangkan mengemukakan : Firing line adalah strategi yang diformat menggunakan pergerakan cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan bermain peran yang menghendaki pergantian secara terus menerus dari kelompok. Peserta didik mendapat kesempatan untuk merespons secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan/ tipe tantangan yang dimunculkan.31

Adapun langkah-langkah (sintaks) sederhana active learning tipe firing line : a. Menentukan tujuan dengan garis lingkaran, diantaranya :

31

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 285.

26

Peserta diklat dapat mengetes atau melatih satu sama lain. Peserta diklat mampu memerankan peran situasi yang ditugaskan kepadanya. Peserta diklat dapat mengajar satu sama lain. Peserta diklat dapat mewawancarai yang lain untuk memperoleh pandangan dan opini. a. Memisahkan kursi-kursi itu kedalam kelompok-kelompok tiga sampai lima pada setiap baris. b. Membagi kepada setiap X sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia akan mengintruksikan kepada peserta diklat Y dihadapannya untuk merespons. c. Memberi kartu yang berbeda kepada setiap anggota X dari satu kelompok. d. Memulai tugas pertama setelah periode waktu yang singkat umumkan bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi ke kiri atau ke kanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X. Perintahkan teman X atau kekanan dalam kelompok. Jangan pindahkan Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang berbeda yang telah tersedia.32

2. Kelebihan Firing Line a. Dalam belajar peserta diklat melibatkan lebih dari satu inderanya. Proses pembelajaran setidaknya melibatkan indera penglihatan dan pendengaran. Memerlukan vokal atau berbicara. Karena dalam hal ini peserta diklat dituntut aktif dan seimbang. b. Keterpaduan antara olah pikir, olah fisik dan olah rasa. Peserta diklat diarahkan untuk mampu bertanya dan menjawab untuk melaksanakan peserta diklat perlu berfikir dan berusaha

menyiapkannya. Olah fisik dilakukan dengan berpindah dari kelompok yang lain untuk memberi dan mendapatkan informasi. Peserta diklat lebih semangat, merasa belajarnya bebas tapi pasti dan terarah. Selain itu terdapat olah rasa. Peserta diklat akan mendapatkan makna dalam
32

Silberman, Mel dan Hidayat, Khoirudin. 2002. Op.Cit, hal. 213.

27

hatinya, perasaan nyaman atau tidak ketika berada dalam kelompok yang berbeda-beda. Keterpaduan ini akan menjadi belajar lebih bermakna. c. Kerjasama yang baik dan kebermaknaan belajar Dalam belajar yang dilaksanakan berkelompok pastilah memerlukan kerjasama. Hal ini dilakukan dengan tujuan kelompok tersebut akan menjadi yang terbaik. Sehingga kesan pembelajaran semakin bermakna yang diperoleh dalam proses kerjasama dalam kelompok. d. Merangsang peserta diklat untuk selalu bersaing sehat dalam belajar. Tidak dapat dipungkiri dalam kelas pastilah terdapat kompetisi atau persaingan. Dengan pembelajaran nyaman, aktif menyenangkan, terarah dan pasti peserta didik akan merasakan telah mendapat sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya sehingga kebutuhannya akan belajar merasa dipenuhi. Dengan demikian mereka terangsang untuk mendapatkan kepuasan hati tersebut.

3. Kelemahan Firing Line Disamping memiliki kelebihan firing line juga memiliki kelemahan, diantaranya : a. Memerlukan waktu yang lebih. b. Bagi peserta diklat yang pemalu, kurang vokal dan kurang aktif (fisik) tipe ini kurang sesuai. Sebagaimana ketentuan-ketentuan di atas yang harus dipenuhi.

28

DAFTAR PUSTAKA Academic Jurnal for Islamic Education, 2003. Reformasi Pendidikan Nasional, Cirebon, STAIN.

B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara.

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta : UIN Sunan Kali Jaga.

Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, 2009. UIN Malang.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Silberman Mel, 2002. Active Learning, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT Rineka Cipta. Sunhaji, 2006. Manajemen Madrasah, Yogyakarta : Grafindo Litera Media.

Yamin Martinis, 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat : Gaung Persada Pres

29

30

31

Anda mungkin juga menyukai