Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Bicara mengenai pendidikan di Indonesia, mungkin akan muncul

pemikiran bahwa masih banyak permasalahan yang menyertainya. Dunia pendidikan sedang mengalami berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta tantangan untuk menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut mencakup : perkembangan masyarakat, informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukkan pentingnya upaya peningkatkan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa (nation character building). Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun model pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai macam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran di kelas yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain adalah dengan menerapkan model pembalajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan ketrampilan sosial. Pembelajaran kooperatif terdiri atas berbagai macam tipe, salah satunya adalah TGT ( Team Games Tournament ) yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam makalah ini. Melalui pembelajaran kooperatif (dengan tipe yang telah disesuaikan dengan materi pembelajaran), diharapkan guru dapat mengelola kelas lebih efektif.

B.

Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) itu? 2. 3. Apakah Tujuan Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT)? Bagaimana langkah-langkah Pembelajaran Tipe Team Games

Tournament (TGT)? 4. Apa kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT)? 5. Bagaimana solusi untuk mengatasi kelemahan Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT)? 6. Bagaimana aplikasi Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran matematika ?

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengertian Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) TGT ( Team Games Tournament ) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kasta atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam

kelompok

(teams),

permainan

(geams),

pertandingan (tournament) dan

perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model

pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Siswa Bekerja Dalam Kelompok-Kelompok Kecil Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat

menyenangkan. 2. Games Tournament Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah

jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya. 3. Penghargaan Kelompok Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.

B.

Tujuan Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Menurut Slavin (2008:30), perspektif motivasional pada pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch dalam Slavin (2008:31) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), yaitu: 1. Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. 2. Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya. 3. Individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal. Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008:35-37)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain

C.

Sintaks Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tuornament (TGT) adalah

sebagai berikut : 1. Tahap penyajian kelas (class presentation) Pada kegiatan ini, guru memperkenalkan materi pelajaran yang akan dibahas, yaitu dengan cara pengajaran langsung, diskusi atau dapat menggunakan cara yang lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi adalah dalam presentasi kelas ini berbeda dengan presentasi kelas biasa, karena presentasi kelas pada pembelajaran kooperatif tipe TGT yang disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan tentang teknik pembelajaran yang akan digunakan. Dengan demikian siswa harus

memperhatikan secara cermat selama presentasi kelas berlangsung. Siswa harus menyadari bahwa kecermatannya sangat menunjang untuk mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga dapat mendukung keberhasilan belajar selanjutnya dan pada akhirnya dapat membantu usaha mengumpulkan nilai bagi kelompok mereka. 2. Belajar dalam kelompok (teams) Kelompok disini merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, tekanannya terletak pada anggota kelompok, yaitu untuk melakukan sesuatu yang terbaik untuk kelompoknya dan dalam memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya selama belajar. Kelompok memberikan perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggotanya hingga setiap anggota merasa dihargai. Sebuah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dibentuk dengan beranggotakan empat sampai enam orang siswa, yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik berbeda, yaitu siswa berkemampuan akademik tinggi (pandai), sedang dan rendah. Selain itu dalam penempatan kelompok ini, guru sebaiknya mempertimbangkan kriteria heterogen lainnya, misalnya: jenis kelamin, latar belakang sosial, suku atau ras, atau yang lainnya. Perlu diperhatikan bahwa dalam penempatan kelompok ini siswa jangan sampai memilih sendiri untuk menentukan anggota kelompoknya.

Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. 3. Permainan (games tournament) Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, turnamen akademik haruslah didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk menguji pengetahuan yang telah dicapai setiap siswa. Soal turnamen ini biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Pada setiap pelaksanaan turnamen akademik, setiap meja turnamen dapat dilakukan oleh tiga atau empat orang siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang setara, dan setiap siswa mewakili kelompoknya masing-masing. Perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk turnamen ini adalah berupa lembar soal dengan jawabannya yang diberi nomor dan dilengkapi dengan setumpuk kartu bernomor untuk pengundian soal/pertanyaan turnamen. Siswa yang memperoleh giliran pertama mengambil satu kartu bernomor, lalu membaca pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yang terambil kemudian siswa tersebut berusaha menjawab pertanyaan yang ada. Apabila siswa tersebut tidak dapat menjawab, boleh menyatakan lewat dan kesempatan menjawab diberikan pada siswa yang mendapat giliran berikutnya. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama tadi berusaha menjawab dan siswa yang mempunyai kesempatan menantang pertama (giliran kedua) mempunyai jawaban yang berbeda, maka siswa giliran kedua boleh menantang, jika siswa tersebut tidak menantang maka kesempatan menantang dapat diberikan pada siswa yang mendapat giliran berikutnya. Siswa yang dapat menjawab dengan benar, maka dapat menyimpan kartu bernomor tadi sebagai bukti bahwa siswa tersebut dapat menjawab soal yang diberikan dengan benar. Pada akhir turnamen dilakukan perhitungan kartu yang telah dikumpulkan siswa untuk menentukan skor siswa dalam turnamen, penghitungan skor tersebut dilakukan sesuai dengan aturan pemberian skor dalam pembelajaran kooperatif TGT.

Adapun bagan dari penempatan meja tournament adalah sebagai berikut : TIM A D. A-1
Tinggi A-2 Sedang A-3 Sedang A-4 Rendah

Meja Turnamen

Meja Turnamen

Meja Turnamen

Meja Turnamen

B-1 Tinggi

B-2 Sedang

B-3 Sedang

B-4 Rendah

C-1 Tinggi

C-2 Sedang

C-3 Sedang

C-4 Rendah

TIM B

TIM C

Sedangkan untuk aturan permainan pada setiap meja turnamen adalah sebagai berikut : Pemain Pertama 1. Mengambil satu kartu dari tumpukan yang telah dikocok 2. Membaca soal tersebut 3. Mencoba menjawab soal tersebut

Pemain kedua 1. Ikut mencoba menjawab soal 2. Menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda ddengan pemain pertama 3. Lewat

Pemain Ketiga 1. Ikut mencoba menjawab soal 2. Menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda dengan pemain pertama atau pemain kedua 3. Mengambil dan membaca jawaban soal turnamen yang sesuai dan menentukan pemenangnya

4.

Perhargaan kelompok ( team recognition). Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel. Berikut adalah perhitungan poin permainan untuk tiga pemain (Sumber Slavin, 1995) Pemain dengan Top Scorer Middle Scorer Low Scorer Dengan keterangan sebagai berikut: Top Scorer (skor tertinggi), Middle scorer ( skor sedang / menengah ), Low Scorer ( skor terendah). Sedangkan untuk 4 pemain kriterianya yaitu Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer ( skor menengah tertinggi ), Low Middle Scorer ( skor menengah terendah), Low Scorer ( skor terendah). Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut. Kreteria (Rerata Kelompok) 30-39 40-44 45 ke atas Predikat Tim Baik (Good Team) Tim Sangat Baik (Great Team) Tim Super (Super Team) Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh 60 50 40

10

E.

Prinsip Penskoran Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada metode kooperatif tipe TGT ini memiliki prinsip yang sama seperti

metode pembelajaran kooperatif yang lain, yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu dan memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil. Dalam pembelajaran tipe TGT skor yang diperoleh merupakan skor (penghargaan) kelompok. Jadi, masing-masing individu dalam setiap kelompok harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan skor tertinggi bagi kelompoknya. Karena keberhasilan setiap individu inilah yang nantinya akan menentukan keberhasilan kelompoknya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen. Prinsip penghitungan skor (poin) dalam TGT ini adalah sebagai berikut: 1. Masing-masing kelompok games dan turnamen akan melakukan permainan yaitu dengan menjawab soal yang telah disediakan sebanyak-banyaknya. 2. Siswa ( baik pembaca maupun penantang ) yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapatkan tambahan skor, sedangkan jika jawaban penantang salah maka dikenakan denda yaitu mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada) 3. Siswa yang menjawab pertanyaan benar paling banyak mendapatkan skor 60 poin untuk kelompoknya. Berikut contoh perhitungan poin game dan turnamen dengan empat pemain menurut Slavin (1995):

11

4.

Setelah games turnamen selesai dilaksanakan, masing-masing perwakilan kembali ke kelompok asal kemudian menghitung rata-rata skor yang diperoleh.

5.

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan sesuai poin yang diperoleh. Setelah mengikuti game dan turnamen, setiap kelompok akan memperoleh poin. Rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen akan digunakan sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya.

F.

Kelebihan, Kelemahan dan Solusi dari Kelemahan Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain Motivasi belajar lebih tinggi Hasil belajar lebih baik Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Sedangkan Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan pembelajaran TGT adalah sebagai berikut: 1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

12

2.

Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3. 4.

TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5. 6.

Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain. Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok

untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, terdapat beberapa kelemahan serta solusi kelemahan dari pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT dalam

implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa, antara lain : a. Bagi guru 1) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok 2) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh 3) Didalam pembelajaran TGT, nilai kelompok tidak mencerminkan nilai dari masing-masing individu siswa. Kesulitan ini dapat diatasi dengan guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual

13

d. Guru membutuhkan banyak waktu untuk membuat perangkat pembelajaran, yang meliputi perangkat soal, jawaban, dan kartu skor Kelemahan ini dapat diatasi dengan cara guru dapat mengadopsi dari beberapa referensi sehingga memudahkan guru dalam menyediakan soal dan kunci jawabannya. e. Guru tidak dapat mengawasi secara maksimal untuk masing-masing meja turnamen Hal ini dapat diatasi dengan cara guru memaksimalkan penjelasan prosedur pelaksanaan TGT pada siswa agar siswa benar-benar memahami dan mengerti tata cara permainan sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat mengganggu jalannya turnamen. b. Bagi siswa 1) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. 2) Tidak efisien waktu dan belajar kurang efektif karena bersifat games Untuk mengatasi kelemahan ini, agar waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu ketika materi pembelajaran sudah disampaikan semuanya oleh guru

14

G.

Contoh Penerapan Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) dalam Pembelajaran Matematika RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Alokasi Waktu Pertemuan I. : SMP/MTs.... : VII / I : Matematika : 2 x 40 menit : Ketiga (III) : 2. Memahami bentuk aljabar, persamaan

Standar Kompetensi

dan pertidaksamaan linear satu variabel II. III. Kompetensi Dasar : 2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel Indikator : 2.3.4 Menentukan penyelesaian persamaan linear satu

variabel yang ekuivalen IV. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menentukan penyelesaian persamaan-persamaan linear satu variabel yang ekuivalen V. Materi Ajar Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel yang Ekuivalen Langkah-langkah penyelesaian persamaan linear adalah: a. Menambah kedua ruas dengan bilangan yang sama. b. Mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama. c. Membagi atau mengalikan kedua ruas dengan bilangan yang sama dan bukan nol. Suatu persamaan linear yang kedua ruasnya ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama akan menghasilkan persamaan linear yang setara (ekivalen) dengan persamaan linear semula. Contoh :

15

1. Ida dan Anis membeli buku. Ida membeli 5 bungkus sedangkan Anis membeli 2 bungkus. Banyak buku dalam setiap bungkus adalah sama. Jika Ida memberi adiknya sembilan buku dan sisanya sama dengan banyak buku Anis, berapakah banyak buku dalam setiap bungkus? Penyelesaian : Persamaan : (kedua ruas ditambah dengan 9)

(kedua ruas dikurang dengan )

(kedua ruas dibagi dengan 3)

Jadi, himpunan penyelesaian persamaan

adalah

2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 4x 3 = 3x + 5 jika x variabel pada himpunan bilangan bulat. Penyelesaian: 4x 3 = 3x + 5 4x 3 + 3 = 3x + 5 + 3 4x = 3x + 8 4x 3x = 3x 3x + 8 x=8 Jadi, himpunan penyelesaian persamaan 4x 3 = 3x + 5 adalah x = {8}. VI. Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT VII. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Kontekstual (kedua ruas dikurangi 3x) (kedua ruas ditambah 3)

16

VIII.

Metode Pembelajaran o Tanya Jawab o Diskusi Kelompok o Pemberian Tugas o Permainan

IX.

Langkah-Langkah Pembelajaran

Pendahuluan : 10 menit 1. Guru mengucapkan salam pembuka. 2. Guru mencek kehadiran siswa

3. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai oleh setiap siswa. 4. Guru menjelaskan secara singkat model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pendekatan kontekstual pada kegiatan belajar mengajar (KBM). TGT ada 5 tahap yaitu penyampaian materi, diskusi kelompok, games tournament, penghargaan kelompok dan evaluasi. o Apersepsi : Melakukan tanya jawab materi sebelumnya yaitu tentang pengertian persamaan linear satu variabel. o Motivasi : Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik akan terbantu dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan penyelesaian persamaan linear satu variabel yang ekuivalen. Kegiatan Inti : 60 menit 1. Guru meminta siswa membentuk kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 5 6 siswa (masyarakat belajar). (5 menit) Kegiatan penyajian materi :10 menit 2. Guru menyampaikan informasi atau materi pelajaran secara singkat penyelesaian persamaan linear satu variabel yang ekuivalen. (5 menit) 3. Guru menyampaikan informasi mengenai contoh penyelesaian persamaan linear satu variabel yang ekuivalen (pemodelan). Guru senantiasa bertanya untuk mengetahui sampai sejauh mana

pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan (bertanya). (5 menit)

17

Kegiatan kelompok : 15 menit 4. Guru meminta setiap kelompok mengerjakan LKK dan menjelaskan secara singkat serta memberi bimbingan cara mengerjakan LKK (konstruktivis dan inquiri). (15 menit) Kegiatan tournament : 20 menit 5. Guru meminta siswa melakukan tournament yaitu setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk ke meja tournament. Siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang tersedia di meja tournament secara bergantian, salah satu dari mereka sebagai pembaca soal dan satu lagi sebagai pembaca kunci jawaban, yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar berhak memegang kunci jawabannya, dan mendapat poin. Apabila soal sudah dijawab atau semua anggota kelompok tidak dapat menjawab soal tersebut. Kegiatan penghargaan kelompok: 3 menit 6. Guru mengumumkan dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik. Kegiatan evaluasi (Penilaian Autentik) : 7 menit 7. Guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi tentang penyelesaian persamaan linear satu variabel yang ekuivalen secara individu. (6 menit) 8. Guru meminta siswa mengumpulkan jawaban dari soal evaluasi yang diberikan. (1 menit) Penutup : 10 menit 1. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa tentang penyelesaian persamaan linear satu variabel yang ekuivalen. 2. Guru meminta siswa menyimpulkan pelajaran, kemudian guru memperjelas kesimpulan yang disampaikan oleh siswa (Refleksi). 3. Guru megucapkan salam penutup. X. Alat dan Sumber Belajar - Sumber Belajar : Buku Kontextual Teaching and Learning Matematika Buku Pegangan Belajar Matematika

18

Buku Mateamatika Konsep dan Aplikasinya Lembar Kerja Kelompok (LKK) - Alat XI. Penilaian Teknik : tugas indivudu Bentuk instrumen : uraian Contoh Instrumen Yana membawa 7 kantong berisi kue dan Dina membawa 5 kantong berisi kue. Kemudian Yana diberi ibunya 3 kue sedangkan Dina diberi kakaknya 9 kue keranjang apel. Banyak kue dalam setiap kantongan adalah sama. Berapakah banyak kue dalam setiap kantongan? Kunci jawaban : Persamaan : (kedua ruas dikurang dengan 3) : Spidol, Papan Tulis, dan Media (Alat Peraga)

(kedua ruas dikurang dengan

(kedua ruas dibagi dengan

Jadi, himpunan penyelesaian persamaan

adalah

19

BAB III PENUTUP A. 1. Kesimpulan Pembelajaran Team Games Trournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kasta atau ras yang berbeda. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tuornament (TGT) adalah sebagai berikut : a. b. c. d. 3. Tahap penyajian kelas (class precentation) Belajar dalam kelompok (teams) Permainan (geams tournament), Perhargaan kelompok ( team recognition).

Kelebihan dari Pembelajaran TGT antara lain : a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas b. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran dengan tipe TGT lebih mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa e. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit) sehingga mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. f. Motivasi belajar lebih tinggi, karena dalam pembelajaran tipe TGT sangat berpengaruh dalam meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. Sehingga hasil belajar lebih baik. g. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau

20

perlakuan lain. Akibatya semakin meningkatnya keterlibatan siswa dalam belajar bersama, kebaikan budi, kepekaan dan toleransi yang ada dalam diri siswa 4. Kelemahan dan Solusi Kelemahan dari pembelajaran TGT antara lain : a. Bagi guru 1) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok 2) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh 3) Didalam pembelajaran TGT, nilai kelompok tidak mencerminkan nilai dari masing-masing individu siswa. Kesulitan ini dapat diatasi dengan guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual 4) Guru membutuhkan banyak waktu untuk membuat perangkat pembelajaran, yang meliputi perangkat soal, jawaban, dan kartu skor Kelemahan ini dapat diatasi dengan cara guru dapat mengadopsi dari beberapa referensi sehingga memudahkan guru dalam menyediakan soal dan kunci jawabannya. 5) Guru tidak dapat mengawasi secara maksimal untuk masingmasing meja turnamen Hal ini dapat diatasi dengan cara guru memaksimalkan penjelasan prosedur pelaksanaan TGT pada siswa agar siswa benar-benar memahami dan mengerti tata cara permainan sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat mengganggu jalannya turnamen. b. Bagi siswa

21

1) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. 2) Tidak efisien waktu dan belajar kurang efektif karena bersifat games Untuk mengatasi kelemahan ini, agar waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu ketika materi pembelajaran sudah

disampaikan semuanya oleh guru

B. 1.

Saran Dalam pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran TGT sebagai metode mengajarnya. Model pembelajaran TGT sangat bermanfaat, karena dapat meningkatkan interaksi sosial siswa karena di dalam TGT dituntut untuk saling bekerja sama dan saling memberi motivasi kepada temannya. Selain itu, TGT juga berfungsi sebagai variasi model pembelajaran, supaya siswa tidak jenuh ataupun bosen dengan kegiatan pembelajaran klasik. 2. Yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

22

Anda mungkin juga menyukai