Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Carut marut dunia pendidikan yang telah membawa rusaknya sistem pendidikan di negara Indonesia ini, ditambah lagi oleh kian membesarnya perdagangan pendidikan demi luas, kepentingan segelintir orang sehingga mengorbankan masyarakat secara lebih merupakan sebuah malapetaka bangsa. Dengan kata lain hak seorang miskin

untuk mendapatkan pendidikan murah dan layak pun menjadi isapan jempol belaka. Ini belum lagi berbicara tentang keseriusan pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap pendidikan di negiri ini. Pasar menentukan siapa yang layak dan berhak mendapatkan pendidikan. Ketimpangan dalam dunia pendidikan semakin runyam, bermasalah, dan rumit ketika di tumpuki oleh banyak persoalan pendidikan lain nya. Sebut saja, penyelenggara pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi tidak memilki profesionalisme tinggi. Pendidik selalu kaku dan kontekstual dalam menyampaikan materi pelajaran dalam kelas sehingga pendidikan dalam kelas pun selayaknya pendidikan dalam dunia militer. Perbaikan konsep pendidikan dan politik pendidikan yang berorientasi pada anggaran pendidikan pun menjadi satu tanggung jawab yang tidak dapat ditinggalkan maupun diabaikan karena perbaikan ini menyangkut masa depan bangsa dan arah bangsa mendatang. Perbaikan pendidikan selayak nya tetap berlandaskan pada UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang undang dan pasal 4 yang berbunyi negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekuran-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara dan daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaran pendidikan nasional.

1.2 Tujuan Penulisan Penulisan Meet the Expert (MTE) ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan . tentang Carut Marut Sistem Pendidikan di Indonesia.

1.3 Batasan Masalah Pada Meet The Expert (MTE) ini akan dibahas tentang Carut Marut Sistem Pendidikan di Indonesia. 1.4 Metode Penulisan Penulisan MTE ini menggunakan berbagai sumber kepustakaan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Kurikulum Pendidikan di Indonesia Pada Era Reformasi dan Makna Kebebasan Guru Dalam Pembelajaran di Era Otonomi Pendidikan Menurunnya kualitas pendidikan di tanah air semakin berkembang dengan pesatnya. Padahal, pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan secara menyeluruh. Dan hal ini dipertegas dalam UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 4 yang menyebutkan: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Barangkali pemicu utama dari persoalan tersebut adalah peran serta kebijakankebijakan pemerintah yang kurang memihak dunia pendidikan. Butuh kerja keras banyak tangan demi menghadirkan solusi rendahnya kualitas ini. Terlepas dari semuanya, dua dari sekian banyak faktor penyebab kualitas yang rendah pada pendidikan di tanah air ini adalah kebijakan kurikulum dan manajemen pendidikan. Sekian banyak pergantian kurikulum tetap saja tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Ditambah lagi manajemen pendidikan di hampir setiap lembaga pendidikan yang amburadul.

Menurut Agus Suwigno, kurikulum memang bukan satu-satunya penentu mutu pendidikan. Ia juga bukan perangkat tunggal penjabaran visi pendidikan. Meskipun demikian, kurikulum menjadi perangkat yang strategis untuk menyemaikan kepentingan dan membentuk konsepsi dan perilaku individu. Sedangkan untuk manajemen pedidikan, ternyata

masih banyak yang beranggapan bahwa manajemen pendidikan tidaklah mempunyai peran dalam dunia pendidikan karena persepsi yang keliru bahwa domain manajemen adalah bisnis. Banyak penyelenggara pendidikan yang bahkan masih belumk melihat perlunya manajemen dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalaupun diterapkan, manajamen pendidikan nasional sementara ini secara keseluruhan masih bersifat sentralistis sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa periode perkembangan yang dinamis dan memperlihatkan kompleksitas hubungan antara pendidikan dan politik. Setiap
3

periode ditandai oleh adanya infiltrasi politik terhadap sistem penyelenggaraan pendidikan dan implikasi sistem pendidikan terhadap dinamika politik. Sketsa penyelenggaraan pendidikan di negeri ini dapat dibagi menjadi enam periodeperkembangan.

Periode pertama adalah periode awal atau periode prasejarah yang berlangsung hingga pertengahan dari Jepang tahun 1800-an. Periode kedua adalah periode kolonial Belanda yang berlangsung hingga tahun 1945. Periode ketiga adalah periode pendudukan dari tahun 1942 hingga tahun 1945.

tahun 1980-an yang

berlangsung

Periode keempat adalah periode Orde Lama yang berlangsung dari tahun 1945 hingga tahun 1966. Periode kelima adalah periode orde baru yang berlangsung dari tahun 1967 hingga tahun 1998.Periode keenam adalah periode reformasi yang dimulai pada tahun 1998, seiring dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru.

2.1.2 Definisi

Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang harus dibuat dengan pertimbangan berbagai aspek demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu. Aspekaspek tersebut meliputi pendidik, peserta didik dan masyarakat.

2.1.3 Perkembangan

Konsep

Kurikulum

Konsep kurikulum yang terdapat dalam dunia pendidikan di Indonesia haruslah sesuai dengan perkembangan zaman agar lulusan yang dihasilkan adalah lulusan yang berkualitas dan tidak bertolak belakang dari tujuan pendidikan nasional. Perubahan zaman

mengakibatkan perubahan kurikulum itu sendiri. Dan dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah terjadi enam kali perubahan kurikulum. Yakni, pada rentang waktu tahun 1945-1949 dikeluarkan Kurikulum 1947. Tahun 1950-1961, ditetapkan Kurikulum 1952. Kurikulum terakhir pada masa Orde Lama adalah Kurikulum 1964.

Meskipun begitu, perubahan kurikulum nasional kebanyakan hanya menitikberatkan pada perubahan konsep tertulis saja seperti bukubuku pelajaran dan silabus tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di tingkat sekolah. Apalagi banyaknya kepentingan politik dan

ekonomi yang mewarnai kurikulum nasional menambah semakin sulit tercapainya sasaran utama pendidikan di Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Penyelenggaraan

pendidikan

di

Indonesia

telah

mengalami

beberapa

periode

perkembangan yang dinamis dan memperlihatkan kompleksitas hubungan antara pendidikan dan politik. Setiap periode ditandai oleh adanya infiltrasi politik terhadap sistem penyelenggaraan pendidikan dan implikasi sistem pendidikan terhadap dinamika politik. Sketsa penyelenggaraan pendidikan di negeri ini dapat dibagi menjadi enam periode perkembangan, diantaranya periode era reformasi. Periode era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, yang muncul Kurikulum 2004 yang dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pada tahun 2006 dilengkapi dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi (Sisko) yang memandu sekolah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pintu otonomi pendidikan nasional telah dibuka lebar oleh pemerintah Indonesia. Berbagai perangkat peraturan dan kebijakan di bidang pendidikan telah dibuat, baik berkait dengan sistem manajemen pendidikan, maupun rencana pembaharuan kurikulumnya. Pembaharuan-pembaharuan itu berimplikasi terhadap kemerdekaan guru dalam mengkreasi proses pembelajaran di kelas.

Proses mengajar dan belajar yang sesuai dengan tuntutan otonomi pendidikan di atas adalah proses yang demokratis dan kooperatif. Untuk membuat guru mampu mengajar secara lebih demokratis, koperatif dan berkompeten seperti idealisme tripilization, pemerintah dan bangsa Indonesia masih harus bekerja keras memperbaiki komponen pendidikan yang lain, seperti kualitas dan mentalitas guru, sarana dan prasarana pembelajaran. Tanpa sentuhan komponen yang lain sebagai bagian dari suatu sistem pendidikan nasional, perubahan pembaharuan itu hanya akan menjadi kebijakan yang tidak efektif dan efisien.

2.2 Politisasi Pendidikan Indonesia Pendidikan Orde Lama Secara tegas pendidikan Orde Lama dibawah kepemimpina Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap pendidikan. Konsep pemerintahan Soekarno yang berasaskan sosialisme manjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk, dijalankan dan dilakoni sedemikian rupa demi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia dimasa mendatang. Yang pasti konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan prinsip dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas sosial apapun. Orde Lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat yang berdiri diatas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antar
5

sesama warga negara, termasuk dalam bidang pendidikan. Didalam kampus ditandai kebebasan akademis yang luar biasa ditandai dengan fragmentasi politik yang begitu hebat dikalangan mahasiswa. Mahasisiwa bebas beorganisasi sesuai dengan pilihannya atau keinginan nya. Pada tahun 1945 setelah masa kemerdekaan dilewati, pendidikan nasional mulai meletakkan dasardasar nya. Walaupun segalanya masih serba terbatas, pendidikan di gratiskan, uang spp sama sekali di tiadakan. Kala itu diberlakukan undang-undang nomor 4 tahun 1950 jo UU No 12 tahun 1954 untuk mengatur system pendidikan nasional. Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan, selanjutnya pemerintah mengambil langkah langkah strategis lainnya yakni mendirikan universitas disetiap provinsi. Mencermati sejumlah kebijakan yang dilahirkan pada Orde Lama, maka pendidikan pada saat itu mendapat ruang dan tempat yang cemerlang bagi pendidikan anak-anak bangsa di negri ini. Tidak ada kepentingan politik sektoral tertentu untuk menjadi pendidikan sebagai alat negara maupun kaum dominan di elit lapis atas. Tidak ada politik telingkung dan menelingkung terhadap setiap hak warga Negara Indonesia untuk mendapatkan hak nya dalam pendidikan. Tidak ada tekanan politik apapun agar masyarakat Indonesia tidak belajar. Justru terkesan bahwa masyrakat wajib dan harus mendapatkan pendidikan sebagai bagian proses menuju kemerdekaan sesungguhnya. Pertanyaan nya adalah adakah sisi-sisi kelemahan saat Orde Lama menggelar ssitem pendidikan tersebut? Yang jelas masih ada nuansa pendidikan kolonialisme yang dibangun saat itu sebab diakui atau tidak, bangsa Indonesia pada saat itu mengalami transisi sangat tinggi baik secara politik, budaya maupun ekonomi. Ketika pendidikan dijadikan alat paling utama mengubah bangsa, maka ini diniscayakan akan mengubah bangsa itu. Pendidikan Orde Baru Soekarno lengser dari tampuk kekuasaan dan Soeharto naik menjadi presiden, maka disitulah Orde Baru mulai melahirkan kebijakan-kebijakan, termasuk pula dalam bidang pendidikan. Orde Baru berlangsung sejak tahun 1968-1998. Dalam era ini dikenal era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang signifikan dengan adanya inpres pendidikan dasar. Akan tetapi sayang sekali inpres pendidikan dasar belum ditindak lanjuti dengan peningkatan kualitas akan tetapi baru meningkatkan kuantitas. Selain itu sistem ujian negara yang disebut Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional telah berubah menjadi bomerang yaitu penentuan kelulusan siswa menurut rumus-rumus tertentu.
6

Pada masa Orde Baru muncul gejala yaitu tumbuhnya perguruan tinggi swasta dalam berbagai bentuk. Hal ini berdampak pada mutu perguruan tinggi negeri semakin menurun walaupun di bentuk kopertis sebagai bentuk birokrasi baru. Pendidikan yang digenggam Orde Baru tidak mampu memberikan ruang selebar-lebarnya bagi pencerdasan kehidupan. Lebih mengenaskan lagi pendidikan Orde Baru juga telah malakukan kesaahn besar yakni dengan menggelar ideologi penyeragaman sehingga kemajuan pendidikan menjadi mampet. Tidak ada ruang sedikit pun bagi berkembangnya keragaman pikiran ideologi, suara hingga tindakan selama masa Orde Baru berkuasa selama 32 tahun. Orde Baru mencetak manusia yang melempem terletak pada tidak adanya pendidikan lingkungan sehingga masyarakat khusunya para ahli penddikan gerah. Pada masa Orde Baru juga kesalah pahaman dan kerancauan memaknai kurikulum hanya sebagai materi pelajaran adalah dua hal yang di tuding pula sebagai penyebab kegagalan sistem pendidikan. Diakui atau tidak karena pendidikan di muarakan pada pembangunan ekonomi maka yang terjadi adalah produk-produk pendidikan tidak memiliki kepekaan social yang tinggi karena yang dikejar dalam dunia pendidikan adalah setelah mereka mencari ilmu atau mengenyam pendidikan maka mereka harus bekerja dan mengahasilkan uang sebanyak -banyaknya serta melangsungkan kehidupan nya secara masing-masing. Strategi penting Orde Baru untuk guna melahirkan tenaga terdidik antirealitas adalah sebagai berikut: Pelarangan adanya buku-buku aliran kiri seperti sosialisme maupun marxisme. Segala bentuk kelompok diskusi yang berbau kajian sosial kritis pun dilarang. Buku-buku yang mananamkan indoktrinasi Orde Baru terhadap kaum mudamuda bangsa justru diperbolehkan berkembang luas. Salah satu hal yang mengerikan pada masa Orde Baru adalah hilangnya kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat betul-betul dipasung sedemikian ganas oleh rezim Orde Baru. Pendidikan Orde Reformasi Salah satu gerbang utama yang telah memaksa Soeharto yang disebut Orde Baru lengser dari tampuk kekuasaan selama 32 tahun adalah peristiwa Reformasi yang digelar oleh mahasiswa tanggal 21 mei 1998.10 Hal tersebut berpengaruh terhadap segala sendi kehidupan termasuk dunia pendidikan. Penguasa Reformasi pun berupaya memformulasi arah kebijakan pembangunan pendidikan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004. Ini kemudian dipertegas dalam UUD 45 pasal 31 ayat 4 yang berbunyi negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurang nya 20% dari anggaran pendapatan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah agar memenuhi kebetuhan penyelenggaraan pendidikan
7

nasional. Adanya sejumlah kebijakan pendidikan yang telah dilahirkan masa Orde Reformasi masih menjadi sebuah teori belaka yang tidak mampu dijalankan yang betul betul menyentuh kehidupan rakyat Indonesia. Awal muncul kebijakan otonomi pendidikan menjadi harapan bersama bahwa pendidikan bisa ditangani setiap daerah yang mengetahui secara persis persoalanpersoalan lokalitas yang terjadi diwilayah nya sehingga tujuan pendidikan betul-betul sesuai yang dikendaki. Karena adanya otonomi daerah yang menyebabkan timbul nya raja-raja kecil maka tujuan pendidikan disetiap lokalitas tertentu kemudian di arahkan sesuai dengan kepentingan politis raja kecil. Dalam bahasa inggris kata autonomy berasal dari bahasa yunani otonomia berarti sendiri. Sedangkan nomos berarti hukum atau aturan. Oleh karena nya Moh Yamin, Kondisi Negara Pasca 21 Mei 1998 dalam Suara Pembahruan 22 Mei 2008 desentralisasi adalah melepaskan diri dari pusat.11 Desentralisasi pendidikan yang di dengungdengung kan amanat Reformasi belum mampu di jalan kan secara serius oleh pemerintah . Desentralisasi adalah hanya pencitraan semata politik pemerintah terhadap publik agar terkesan reformis dan demokratis, padahal itu merupakan kebohongan publik. Pada masa pemerintahan sekarang yaitu pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono anggaran pendidikan sebesar 20% di APBN 2009, sebagai mana amanat undang-undang menjelang akhir kepemimpinan nya, masih sebatas rancangan yang belum tentu bisa di realisasikan. Bila di Orde Baru uang negara di korupsi oleh elit penguasa, maka di era Reformasi uang negara yang berada pada kas daerah pun rentan untuk dikorupsi oleh raja-raja kecil.12 Ini sebuah persoalan yang sangat

mengkhawatirkan. Ini belum lagi berbicara mengenai dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang sangat rentan sekali di grogoti oleh tikus-tikus pusat dan daerah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

2. http://sawali.wordpress.com/2013/06/05/perubahan-kurikulum-di-tengah-mitosglobalisasi/ 3. http://spitod.wordpress.com/2013/06/05/perubahan-kurikulum-pendidikan-daninkonsistensi-pemerintah/
4. http://sawali.info/2013/06/05/perubahan-kurikulum-dan-martabat-bangsa/ 5. http://sawali.info/2013/06/05/menggugat pendidikan Indonesia/

Anda mungkin juga menyukai