Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SEDERHANA FENOMENA INTERNASIONAL

KABUT ASAP HUTAN RIAU SELIMUTI SINGAPURA MALAYSIA

Nurjanah 1112113000109 Hubungan Internasional 2/D

Sumber Artikel: Koran Harian Jawa Pos, Edisi senin, 24 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, Hubungan

Internasional telah berkembang kepada lingkup yang lebih luas. Dari fokus terhadap sejarah diplomasi, kini meluas hingga hukum, organisasi, serta ekonomi internasional. Studi Hubungan Internasional merupakan ilmu yang

berperan besar dalam menganalisis Fenomena Internasional yang terjadi di dunia. Pendekatan serta konsep dasar yang terdapat dalam HI menjadi fondasi dalam analisa fenomena internasional. Fenomena internasional yang dimaksud adalah peristiwa yang melibatkan aktor negara maupun non-negara yang mampu mengadakan hubungan sehingga memberi dampak dalam dunia internasional. Sebagaimana dikatakan oleh Mokhtar Masoed dalam buku Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, fenomena internasional mempengaruhi dimensi kehidupan kita, sehingga perlu pemahaman yang lebih baik melalui pengetahuan HI. Hal ini dikarenakan HI memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan pada pengetahuan akademis maupun pada upaya perbaikan kehidupan manusia. Oleh karena itu, melalui studi HI ini, saya berusaha

menganalisa secara sederhana, fenomena Internasional tentang Kabut Asap Hutan Riau yang Menyelimuti Singapura Malaysia. Makalah ini terdiri dari tiga (3) bab, yaitu bab pendahuluan, pembahasan dan prespektif.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diperoleh rumusan masalah berikut: 1. Apa pengertian dari Hubungan Internasional? 2. Apa saja yang menjadi bagian penting dalam studi HI? 3. Bagaimana peristiwa Kabut Asap Riau yang Menyelimuti Singapura Malaysia dapat dikatakan sebagai fenomena internasional? 4. Bagaimana suatu fenomena internasional internasional tersebut dikategorikan menjadi suatu kajian studi HI?

BAB II PEMBAHASAN Untuk menganalisis peristiwa Kabut Asap Hutan Riau Selimuti Singapura Malaysia sebagai fenomena internasional serta studi kajian HI, tentu dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu tentang pengertian

Hubungan internasional itu sendiri. Adapun pengertian HI adalah studi tentang interaksi antara aktor HI yang perilakunya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan negara-bangsa.1 Berdasarkan pengertian tersebut, didapat bagian penting atau hal pokok yang terdapat dalam hubungan internasional, yaitu aktor (pelaku), interest (kepentingan) dan power (kekuatan).2 Aktor yaitu pelaku yang berperan dalam kelangsungan hidup Hubungan Internasional.3 Aktor dapat berupa negara maupun non negara. Mengacu pada pengertian HI diatas, peristiwa Kabut Asap Hutan Riau Selimuti Singapura Malaysia merupakan bentuk fenomena

internasional yang aktornya adalah negara yaitu Indonesia, Singapura dan Malaysia, yang perilakunya memberi pengaruh terhadap kehidupan lingkungan negara-negara tersebut. Perilaku yang dimaksud adalah Kebakaran hutan Riau di Indonesia yang memberi dampak pada Singapura Malaysia. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan lingkungan negara sebab asap kabut yang

menyelimuti kedua negara tersebut menghasilkan pencemaran udara yang mencapai angka serius. Pemerintah Malaysia pun mengumumkan dua kota di wilayah Johor dalam keadaan darurat karena asap tersebut. Indeks pencemeran udara yang tinggi ini tentu mengganggu aktivitas warga Singapura Malaysia.

Anak Agung B.P dan Yayan M.Y, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Jakarta: 2005, Remaja Rosdakarya) Hlm. 3 2 Actor dan Peran Aktor Dalam Hubungan Internasional, diakses pada 24 Juni 2013 Pukul 20.00 dari http://alief-iman-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-60635-umumAktor%20dan%20Peran%20Aktor%20dalam%20hubungan%20Internasional.html 3 Ibid

Fenomena internasional ini dapat dikategorikan sebagai studi kajian HI. Mengapa? Sebab, dampak pencemaran udara yang dirasakan oleh singapura Malaysia akan membetuk interaksi antar negara tersebut. Interaksi yang dimaksud adalah seperti Pemerintah Singapura dan Malaysia yang meminta adanya tindakan tegas dari pemerintah Indonesia mengenai polusi asap yang mengganggu kesehatan dan aktivitas warga. Kepala Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) pun bertindak menghadiri rapat darurat di Jakarta, membahas serta mencari solusi atas peristiwa ini. Indonesia sebagai pemilik hutan ini pun tidak tinggal diam. Berbagai penyelidikan dilakukan hingga diketahui terdapat delapan perusahaan pembakar lahan yang di investroi oleh warga Malaysia. Hujan buatan juga dilakukan oleh Indonesia. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI dalam kasus ini menyatakan permintaan maaf kepada kedua negara tersebut. Interaksi-interaksi tersebut merupakan interaksi yang membentuk hubungan internasional antar negara yang bersangkutan. Hubungan Internasional ini dapat dilihat dari kerjasama antara Indonesia Singapura dan Malaysia dalam mengembalikan keadaan lingkungan negaranya masing-masing. Salah satunya dapat dilihat dari Perdana Menteri Malaysia yang bekerjasama dengan Indonesia dengan menawarkan pesawat yang bisa digunakan untuk pengebom air serta kerjasama untuk menerapkan mekanisme hukum yang efektif falam menghukum pihak yang bertanggung jawab atas pembakaran hutan tersebut. Hal ini sejalan dengan asumsi dasar studi HI yaitu bahwa potensi bahaya dapat dikurangi daan kemungkinan untuk menciptakan

perdamaian dapat ditingkatkan, asalkan umat manusia mau melakukan sesuatu demi tujuan tersebut. Asumsi dasar ini berkaitan dengan peristiwa yang demi menciptakan perdamaian, maka para actor (Indonesia, Singapura & Malaysia) bekerjasama menindaklanjuti para tersangka,

meredam asap dengan membuat hujan buatan serta permemintaan maaf Indonesia kepada Singapura Malaysia. Sebagaimana disebutkan juga sebelumnya, esensi dari HI

mencakup aktor, kepentingan dan power. Dalam peristiwa ini, aktor yang dimaksud adalah Indonesia, Singapura dan Malaysia. Kepentingan yang dimaksud nasional) yaitu dalam kepentingan masing-masing kesehatan negara (kepentingan dengan

mensejahterakan

masyarakat

menghilangkan polusi asap yang menimpa negara-negara tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, Malaysia Singapura menggunakan power berupa pendesakan serta tuntutan-tuntutan kepada Indonesia. Begitu juga power Indonesia yang berupa tuntutan atas perusahaan pembakar lahan yang terdeteksi di investori oleh Malaysia serta permintaan kepada kedua negara untuk tidak membesarkan masalah asap . Selanjutnya, dalam hal ini, saya berusaha menjelaskan fenomena ini sebagai studi kajian HI melalui legal approach. Pendekatan ini didasarkan suatu asumsi bahwa konflik internasional terjadi karena tidak adanya hukum yang mengatur perilaku-perilaku negara.4 Sehingga, pendekatan ini menekankan pada formulasi kode hukum internasional yang mengikat semua negara di dunia sebagai cara yang paling efektif untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia.5 Kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh Indonesia bukanlah hal baru dalam dunia internasional. Pada tahun 2002, kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia berdampak pada kawasan Asia Tenggara hingga ke Australia. Peristiwa ini akhirnya merumuskan suatu panduan dan komitmen hukum secara bersama-sama yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang berjudul ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (persetujuan ASEAN tentang pencemaran kabut asap lintas batas) yang mengatur pendistribusian tanggung jawab dan penanganan pencemaran kabut asap pada kawasan regional Asia

4 5

Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Hubungan Internasional (Slide by Mr. kikiRizky) Hlm. 5 Ibid

Tenggara yang ditandatangani oleh 10 negara peserta ASEAN pada Juni 2002.6 Menanggapi kasus yang terjadi antara Indonesia Singapura dan Malaysia ini, hukum internasional belum berperan dalam penyelesaiannya. Hal ini dikarenakan para aktor yang belum menanggapi secara serius. Padahal, dalam hukum internasional, prinsip pertanggungjawaban negara memiliki tautan erat dengan eksistensi kedaulatan negara dalam hubungan internasional.7 Namun, kemungkinan Singapura untuk mengambil jalur hukum tetap ada. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Singapura K. Shanmugam. Menurutnya tugas utama negara adalah memastikan warga negara sehat&sejahtera. "Ada keterbatasan (dalam hukum internasional), tapi kami akan mengambil semua langkah, bahkan meskipun itu berarti tetangga kita terganggu," ungkapnya dalam whatindonews.com.8 Hukum internasional dalam fenomena internasional memiliki peran yang penting. Jika asap yang menyelimuti kedua negara tersebut tidak kunjung membaik, maka jalur hukum tidak dapat dipungkiri. Sebagai kajian studi HI, peristiwa ini dapat menimbulkan konflik internasional juga kerjasama internasional. Konflik ini dapat dilihat dari respon yang dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Singapura yang mendesak Pemerintah Indonesia dengan ancaman jalur hukum. Juga dapat dilihat dari Menteri Lingkungan hidup Indonesia yang menuntut Malaysia atas penginvestoran kepada para pelaku pembakaran hutan. Sedangkan dalam rangka kerjasama yaitu dalam bidang pengeboman air yang dibantu oleh pesawat Malaysia Singapura serta kerjasama dalam penyeledikan pelaku pembakaran oleh singapura

Deni Bram, 2011,Jurnal Hukum Pertanggung Jawaban Negara dalam Pencemaran Lingkungan Transnasional. Vol.2 No.11 , 2011, Hlm. 195 7 Ibid, Hlm. 199 8 Singapura Bawa Kabut Asap Ke Pentas Hukum Internasional, diakses pada 24 Juni 2013 pukul 22.00 dari http://whatindonews.com/id/post/4812

BAB III PENDAPAT (PRESPEKTIF)

Menurut saya, aktor dalam fenomena internasional ini memiliki serta menjalankan peran dengan baik dalam penyelesaiannya. Hal ini dapat dilihat dari Indonesia dengan kementerian Lingkungan Hidup nya yang menyelidiki secara serius para pelaku pembakaran hutan. Hingga didapat sejumlah delapan perusahaan yang ternyata di investori oleh warga Malaysia. Pelaksanaan pengeboman air, Pemberian sanksi serta pencabutan izin yang hendak dikeluarkan pemerintah Indonesia juga menjadi bukti keseriusan Indonesia dalam keterlibatannya pada kasus ini. Pemerintah Malaysia juga sigap dalam menghadapi kasus ini dengan menyatakan keadaan darurat hingga menutup sekolah-sekolah di Muar dan Ledang. Menurut saya, kesigapan Pemerintah Malaysia ini menjadi gambran pemerintahan yang benar-benar peduli terhadap rakyatnya. Jika dilihat dalam penanganan kasus pencemaran lingkungan transnasional ini, saya berpandangan bahwa akan lebih baik jika ditindak lanjuti dengan jalur hukum. Perumusan atas ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (persetujuan ASEAN tentang pencemaran kabut asap lintas batas) seharusnya kembali berperan dalam fenomena internasional ini. Sebab, dengan adanya peraturan yang mengatur pendistribusian tanggung jawab dan penanganan pencemaran kabut asap tersebut, akan menghasilkan keadilan bagi negara yang terlibat. Sebagaimana menurut Schwarzenber, pembagian Hukum

internasional sebagai law of coordination dengan merumuskan kerjasama antar negara untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dalam bidang ilmiah, kebudayaan, dan kesehatan akan membentuk kestabilan kelangsungan hidup hubungan internasional.

Anda mungkin juga menyukai