Anda di halaman 1dari 26

Klarifikasi Istilah

1. USG (Ultrasonografi) adalah diagnosis pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasonic berfrekuensi 1-10MHz untuk melihat organ internal. 2. ANC (Antenatal Care) adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dokter atau bidan kepada ibu hamil selama masa kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil agar mampu menghadapai persalinan , nifas , pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi (Manoaba, 1995) dan sekaligus memeriksa kelainan pada janin. 3. Second opinion adalah hak pasien atau dokter untuk mendapatkan pendapat dari dokter lain. 4. Kongenital adalah telah ada pada saat , biasanya sebelum kelahiran ; ditujukan untuk keadaan yang ditemukan pada saat lahir (Dorland, 2002) 5. Prognosis adalah ramalan kemungkinan perjalanan penyakit dan hasil akhir gangguan baik dengan atau tanpa pengobatan (Dorland, 1998)

Rumusan Masalah dan Analisis 1. Dasar anatomi manusia secara umum terutama sistem reproduksi Definisi Istilah anatomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ana dan tomos. Ana berarti habis atau ke atas dan tomos berarti memotong atau mengiris. Jadi anatomi berarti memotong sampai habis dan mengangkat ke atas. Maksudnya anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan cara menguraikan tubuh (manusia) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai kebagian yang paling kecil. Cara menguraikan tubuh manusia tersebut adalah dengan memotong atau mengiris tubuh (manusia) menggunakan skalpel atau mikrotom, kemudian diangkat, dipelajari, dan diperiksa dengan menggunakan mata biasa atau dengan bantuan mikroskop atau alat optik lain.

Gambar 1.1 Tampak depan tubuh manusia

Gambar 1.2 Tampak belakang tubuh manusia

Gambar 1.3 Organ Genitalia Feminina

Gambar 1.4 Organ Genitalia Maskulina

Penjelasan

: :

o Gambar 1.1 dan 1.2

Tubuh laki-laki dan perempuan tampak ventral. Terminologi anatomi umumnya merujuk pada posisi tegak dengan wajah menghadap ke depan, lengan berada di samping, telapak tangan mengarah ke badan atau ke depan, tungkai diletakkan berdampingan dengan kaki menghadap ke depan. Tubuh dibagi menjadi Caput, Collum, Torso (Truncus), Membrum Superius, dan Membrum Inferius. Truncus terdiri atas Thorax, Abdomen, Pelvis. Membrum Superius terdiri dari Brachium, Antebrachium, dan Manus. Membrum Inferius terdiri dari Femur, Crus, Pes. o Gambar 1.3 :

Organ genitalia feminina dapat dibagi menjadi 2 yaitu: a) Organ genitalia feminina bagian luar terdiri atas: Vulva,yaitu suatu celah paling luar dari alat kelamin wanita. Dapat di bagi menjadi 2, yaitu : Labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak dibagian luas dan membatasi vulva. Di depan lambium mayor terdapat tonjolan kecil yang disebut klitoris (kelentit). Pada klitoris terdapat jaringan erektil sehingga dapat berereksi seperti halnya penis pada laki- laki. Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak di bagian dalam dan membatasi vulva.Ke dalam vulva bermuara

dua saluran, yaitu saluran urine (uretra) dan saluran kelamin atau vagina. Vagina merupakan saluran akhir dari saluran kelamin. Terdapat sebuah lipatan kulit menutupi sebagian lubang vagina.Lipatan kulit tersebut disebut himen (selaput dara). b) Organ genitalia feminina bagian dalam terdiri atas : Ovarium, umumnya ovarium seorang wanita berjumlah sepasang. Bentuknya seperti telur, terdapat di dalam rongga badan, di daerah pinggang dan disebelah kiri dan kanan tulang kemudi. Di dalam ovarium terdapat kelenjar buntu penghasil hormon dan sel tubuh yang bertugas membentuk sel telur atau ovum. Sel tubuh penghasil sel telur ini disebut folikel. Fimbriae merupakan serabut/ silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium. Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/ membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae. Tuba fallopi meruapakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. Oviduct merupakan saluran telur berjumlah sepasang, yaitu kanan dan kiri. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk sperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin.Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding endometrium, miometrium, dan perimetrium. o Gambar 1.4 :

Organ Genitalia Maskulina dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Organ Genitalia Maskulina bagian dalam terdiri atas: Testis disebut juga gonad jantan. Berjumlah dua dan bentuknya bulat telur. Testis tersimpan di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Kantong ini terletak di luar rongga perut. Fungsi testis adalah sebagai alat untuk memproduksi sel- sel sperma dan juga memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Di dalam testis banyak terdapat pembuluh- pembuluh halus disebut tubulus seminiferus. Epididimis yaitu saluran yang keluar dari testis. Saluran ini panjang dan berkelok- kelok di dalam skrotum. Di dalam epididimis, sperma disimpan untuk sementara waktu dan menjadi masak sehingga dapat bergerak menuju vas deferens. Vas Deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Kalau epididimis merupakan saluran yang berkelok- kelok maka vas deferens merupakan saluran lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi vas deferens ini adalah pengangkut sperma dari epididimis menuju ke kantong sperma atau vesikula seminalis. Uretra adalah saluran yang terdapat di dalam penis. Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi. Uretra terdapat di dalam penis. Saluran ini mempunyai dua fungsi yaitu sebagai alat ekskresi dan saluran kelamin, yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani. Vesikula Seminalis disebut kantong mani atau kantong semen. Jumlahnya sepasang, tetapi terikat menjadi satu kantong. Dinding vesikula seminalis dapat menghasilkan getah berwarna

kekuningan yang banyak mengandung zat getah kelamin. Cairan ini yang mencukupi kebutuhan makanan bagi sel- sel sperma. Kelenjar Prostat menghasilkan getah yang dialirkan ke saluran sperma. Kelenjar Bulbouretra (Cowper) menghasilkan getah yang dialirkan ke uretra. Getah yang dihasilkan berupa lendir.Sperma yang dihasilkan oleh testis, setelah bercampur dengan getahgetah dari kelenjar kelamin akan membentuk suatu komponen

yang disebut semen. Pada saat terjadi perkawinan (kopulasi), semen dipancarkan keluar melalui uretra. b) Organ Genitalia Maskulina bagian luar terdiri atas: Penis merupakan alat kelamin luar yang penting untuk kopulasi. Kopulasi adalah hubungan kelamin antara pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan semen ke saluran kelamin wanita. Di dalam penis tedapat uretra, yaitu suatu saluran yang dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongganya banyak dan kaya pembuluh darah. Apabila karena sesuatu hal, rongga ini berisi penuh oleh darah maka penis akan tegang dan mengembang disebut ereksi. Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa.

2. Perkembangan janin Fertilisasi Pembuahan, proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom. Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu,suatu selubung glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang

diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin. Pada fertilisasi mencakup 3 fase: 1. penembusan korona radiata 2. penembusan zona pelusida 3. fusi oosit dan membrane sel sperma Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Embriogenesis Minggu pertama Gambar 1.1 : Dalam 24 jam setelah ovulasi (a), terjadi fertilisasi di ampula tubae fallopii (b). Kemudian, pronukleus ovum Gambar 1.1 Minggu pertama embriogenesis dan sperma bersatu dan

membentuk zigot (c). Pembelahan sel terus berlanjut (d-h) hingga

menghasilkan morula yang dihantarkan ke rongga uterus (h). Sekitar hari ke-5, morula Gambar 1.2 Blastokista berkembang menjadi

blastokista (i) yang tertanam pada mukosa uterus pada hari 5-6. Gambar 1.2 : Bagian-bagian

blastokista ada 3 yaitu embrioblas, trofoblas dan rongga blastokista. Minggu kedua Gambar 2.1 : Blastokista hari 8. Trofoblas telah berkembang menjadi sinsitiotrofoblas

(berinti

banyak)

dan

sitotrofoblas

(mononukleus). Pembelahan mitotik hanya Gambar 2.1 Blastokista hari 8 terlihat pada sitotrofoblas. menjadi

Embrioblas

berkembang

hipoblas (sel berbentuk kuboid) dan epiblas (sel berbentuk terbenam di silindris). stroma

Blastokista

endometrium sehingga stroma tampak edema dan vaskular. Gambar 2.2 : Blastokista hari 9. Pada trofoblas, terdapat vakuola di sinsitium. Vakuolavakuola membentuk tersebut lakuna. bersatu dan

Sehingga,

seringkali disebut stadium lakunar. Di kutub abembrional, muncul membran Gambar 2.2 Blastokista hari 9 tipis yang melapisi permukaan dalam sitotrofoblas (membran eksoselom). Membran membentuk ini bersama sac hipoblas primitif.

yolk

Blastokista semakin terbenam di dalam stroma endometrium dan defek

penetrasi di epitel telah ditutup bekuan fibrin. Gambar 2.3 : Blastokista hari 12. Lakuna trofoblas Gambar 2.3 Blastokista hari 12 telah berhubungan langsung dengan sinusoid ibu di stroma endometrium. Mesoderm ekstraembrional

berproliferasi dan mengisi ruang antara membran eksoselom dan bagian dalam trofoblas. Gambar 2.4 : Blastokista hari 13. Lakuna trofoblas

menyebar di kutub embrional dan abembrional dan sirkulasi

uteroplasenta dimulai. Terdapat vilus primer di sitotrofoblas. Hipoblas

memproduksi sel di bagian dalam membran eksoselom dan membentuk Gambar 2.4 Blastokista hari 13 yolk sac sekunder. Selama

pembentukan, sebagian besar rongga eksolem terlepas. Bagian terlepas

tersebut membentuk kista eksoselom. Selom ekstraembrional membentuk

rongga korion. Seiring terbentuknya pembuluh darah, tangkai penghubung menjadi korda umbilikalis. Minggu ketiga Gambar 3.1 : Terjadi gastrulasi yang ditandai

muncul garis primitif (tampak jelas pada 15-16 hari). Sel-sel epiblas bermigrasi ke arah garis primitif (b). Sel-sel tersebut mengalami invaginasi. Kemudian, sebagian sel menggeser hipoblas dan menciptakan endoderm embrional. Sebagian sel lain menjadi terletak di antara epiblas dan endoderm yang baru terbentuk untuk membentuk Gambar 3.1 Perkembangan minggu ketiga mesoderm. Sementara, sel-sel yang tertinggal di epiblas membentuk

ektoderm. Sel-sel prenotokord yang mengalami primitif invaginasi bergerak di lubang sampai

maju

mencapai lempeng prekordal. Sel-sel ini terselip di antara endoderm sebagai

lempeng terus

notokord. berlanjut

Perkembangan dengan arah

sefalokaudal. Perkembangan trofoblas pesat terutama pada vilus primer yang telah memperoleh inti mesenkim

tempat terbentuknya kapiler halus. Jika vilus telah terhubung dengan kapiler di lempeng korion dan tangkai

penghubung, sistem vilus telah siap menyalurkan nutrien dan oksigen

kepada mudigah. Minggu ketiga hingga kedelapan Lapisan Germinativum Ektoderm Gambar 4.1 : Lapisan germinativum ektoderm

memiliki bentuk seperti cakram yang lebih besar di bagian sefalik daripada kaudal. Gambar 4.1 Lapisan germinativum ektoderm 16 dan 18 hari Gambar 4.2 : Notokord dan mesoderm prekordal menginduksi untuk ektoderm dan di atasnya

menebal

membentuk

lempeng saraf. Lempeng saraf secara bertahap meluas ke arah garis primitif. Pada akhir minggu ketiga, tepi lateral lempeng saraf meninggi dan

membentuk lipatan saraf sedangkan Gambar 4.2 Lapisan germinativum ektoderm 19 dan 20 hari bagian tengah yang cekung menjadi alur saraf. Gambar 4.3 : Lipatan saraf menyatu dengan dimulai oleh regio servikal (somit kelima) dan meluas ke arah kranial dan kaudal

sehingga

terbentuk

tabung

saraf.

Selama proses penyatuan, ujung sefalik dan kaudal tabung saraf berhubungan langsung Gambar 4.3 Lapisan germinativum ektoderm 22 dan 23 hari dengan rongga amnion

melalui neurosporus, anterior/ kranialis dan posterior/ kaudalis. Gambar 4.4 : Penutupan neurosporus anterior terjadi sekitar hari 25 sedangkan neurosporus posterior sekitar hari 27. Sehingga, neurulasi tuntas.

Lapisan Germinativum Mesoderm Gambar 4.4 Lapisan germinativum ektoderm 25 dan 28 hari Gambar 4.5 : Sementara germinativum itu, sel-sel mesoderm lapisan terbagi

menjadi 2 lapisan. Pada sekitar hari ke17, sel-sel yang terletak dekat garis tengah berproliferasi dan membentuk lempeng bernama mesoderm paraksial. Ke arah lateral, mesodern membentuk lapisan tipis bernama mesoderm

lateral. Mesoderm lempeng lateral terbagi menjadi 2 bagian yaitu lapisan mesoderm parietal/ somatik (menutupi Gambar 4.5 Lapisan germinativum mesoderm amnion) dan lapisan mesoderm viseral/ splanknik (menutupi yolksac). Lapisanlapisan ini melapisi yang rongga

intraembrional

bersambungan

dengan rongga ekstraembrional di kedua sisi mudigah. Mesoderm

intermediat mesoderm paraksial. lempeng

menghubungkan lateral dan

Lapisan Germinativum Endoderm Gambar 4.6 : Diskus embrional mulai

menggelembung ke amnion dan

dalam rongga secara pelipatan

melipat Akibat

sefalokaudal.

sefalokaudal, semakin banyak rongga yang dilapisi endoderm yang masuk ke dalam tubuh mudigah. Di bagian anterior, endoderm membentuk foregut (usus depan). Di bagian kaudal,

endoderm membentuk hindgut (usus belakang. Terdapat midgut (usus

tengah) di antara foregut dan hindgut. Midgut berhubungan dengan yolk sac Gambar 4.6 Lapisan germinativum endoderm melalui duktus vitelinus. Duktus ini akan bertambah sempit Di seiring ujung

bertumbuhnya

mudigah.

sefalik, foregut diikat oleh membrana bukofaringealis bukofaringealis hingga pecah membrana untuk

membentuk hubungan langsung antara rongga amnion dan usus primitif pada minggu keempat. Usus belakang

berakhir pada membrana kloakalis hingga membrana kloakalis pecah untuk membentuk lubang anus pada minggu ketujuh. Akibat pertumbuhan somit, diskus embrional melipat ke arah lateral dan mudigah tampak bulat. Dinding terbentuk tempat tubuh ventral mudigah pada tangkai

sempurna yolk sac

kecuali dan

penghubung melekat. Midgut tetap berhubungan dengan yolk sac hingga duktus vitelinus mengalami obliterasi. Akibat pelipatan sefalokaudal dan lateral, sebagian alantois masuk ke dalam tubuh mudigah, tempat struktur membentuk kloaka. Bagian distal

alantois tetap berhubungan dengan tangkai penghubung. Pada minggu kelima, duktus yolk sac, alantois, dan pembuluh darah umbilikus terbatas di regio cincin umbilikus. Organogenesis

Turunan Lapisan Germinativum Ektoderm Organ dan struktur yang mempertahankan kontak dengan dunia luar: a) sistem saraf pusat b) sistem saraf tepi c) epitel sensorik telinga, hidung, dan mata d) kulit, termasuk rambut dan kuku e) hipofisis, kelenjar mamaria, kelenjar keringat, dan email gigi

Turunan Lapisan Germinativum Mesoderm -Mesoderm Paraksial Membentuk somitomer, sebagai penghasil mesenkim kepala, dan tersusun menjadi somit di segmen oksipital dan kaudal. Somit menghasilkan miotom (bakal jaringan otot), sklerotom (bakal tulang rawan dan tulang) dan dermatom (bakal jaringan subkutis kulit).

-Mesoderm Intermediet Membentuk sistem urogenital

-Mesoderm Lempeng Lateral Mesoderm lempeng lateral terbagi menjadi mesoderm parietal dan mesoderm viseral. Mesoderm parietal dan ektoderm di atasnya akan membentuk dinding tubuh lateral dan ventral. Lapisan viseral dan endoderm embrional akan membentuk dinding usus. Lapisan parietal akan membentuk membran mesotelial/ serosa yang akan melapisi rongga peritoneum, pleura, dan perikardium serta menyekresikan cairan serosa. Lapisan viseral akan membentuk membran serosa tipis yang membungkus semua organ.

TURUNAN LAPISAN GERMINATIVUM ENDODERM a) lapisan epitel untuk bagian dalam saluran cerna, saluran napas, dan kandung kemih. b) Parenkim tiroid, paratiroid, hati, dan pankreas. c) Lapisan epitel kavitas timpani dan tuba auditiva.

3. Diagnosis prenatal Diagnosis prenatal dapat dibagi menjadi 2 yaitu: Invasif : Teknik diagnostik yang melibatkan tusukan kulit atau pemasukan alat atau bahan asing ke dalam tubuh (Dorland, 2002). Contoh : o Chorionic Villus Sampling : Teknik diagnostik dengan cara memasukkan jarum secara transabdomen/ transvagina ke dalam massa plasenta dan mengaspirasi 5-30 mg jaringan vilus untuk kemudian dianalisis. o Amniosintesis : Teknik diagnostik invasif dengan cara memasukkan jarum ke dalam rongga amnion melalui dinding abdomen dan mengaspirasi 20-30 mL cairan. Cairan tersebut akan dianalisis untuk berbagai faktor biokimia. Non-Invasif : Teknik diagnostik tanpa adanya tusukan kulit atau pemasukan alat atau bahan asing ke dalam tubuh Contoh : : Teknik non-invasif dengan cara memantulkan gelombang suara berfrekuensi tinggi (1-20 MHz) ke jaringan sehingga menciptakan o USG (Ultrasonografi)

bayangan.

4. ANC Definisi ANC (Antenatal Care) adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kegawatan yang ditemukan (Depkes RI no.12 tahun 2004). ANC adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Fungsi ANC o Promosi kesehata selama kehamilan

o Mengidentifikasi pada wanita hamil dengan resiko tinggi dan merujuk bila perlu o Memantau kesehatan selama hamil Standar Pelaksanaan ANC 6 standar pelaksanaan ANC yaitu : 1. Pengukuran Berat Badan 2. Pengukuran Tekanan Darah 3. Pengukuran Uteri Tatalaksana ANC Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2002, ada 5 langkah pelaksanaan ANC yaitu: 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Umum 3. Pemeriksaan Laboratorium, biasanya pemeriksaan TORCH (Toxoplasma, Other, Rubella virus, Cytomegalo virus, Herpes Simplex viruses 4. Pemberian Obat-obatan 5. Penyuluhan Tinggi Fundus 4. Imunisasi TT 5. Pemberian Zat Besi 6. Uji Penyakit Menular Seksual

5. Status fertilitas Definisi Fertilitas adalah kemampuan untuk mengandung, atau menginduksi konsepsi. (Dorland, 2011).

Infertilitas adalah kurangnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan. (Dorland, 2011). Infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak.(Sarwono, 2000). Faktor penyebab infertilitas : o Infertilitas Disengaja Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi. o Infertilitas Tidak Disengaja

a) Pihak Suami, disebabkan oleh: Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia. Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio precox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %. b) Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal. Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH. Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus, kelainan rahim. Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba. Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien dengan endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum. Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang lebih 1020 %. Pemeriksaan Infertilitas o Syarat-Syarat Pemeriksaan Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:

a) Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan. b) Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang. c) Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini. d) Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit. 6. Kelainan kongenital Definisi Kelainan kongenital, cacat lahir dan anomali kongenital adalah istilahistilah sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku, fungsional dan metabolik yang sudah ada sejak lahir. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kelainan congenital dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Jenis Abnormalitas o Malformasi : Kelainan ini dapat menyebabkan hilangnya semua atau sebagian suatu sruktur. Disebabkan oleh faktor lingkungan dan/ atau genetik yang bekerja secara independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi berawal pada minggu ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan. o Disrupsi : Perubahan morfologi struktur sebuah organ yang sudah terbentuk dan disebabkan oleh proses destruktif. Contoh dari faktor-faktor perusak yang menyebabkan disrupsi adalah gangguan vaskular yang dapat menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan oleh pita amnion. o Deformasi : Kelainan yang terjadi karena adanya gaya mekanik yang mencetak janin dalam jangka waktu yang lama. Sebagai contoh, Clubfeet yang disebabkan oleh penekanan di rongga amnion.

o Sindrom o Sekuensi

: Kumpulan anomali yang terjadi secara bersamaan dan memiliki penyebab yang spesifik dan sama. : Mengacu pada anomali kongenital multipel yang terjadi akibat efek sekunder dari kesalahan tunggal suatu lokasi pada organogenesis. Kejadian pemicu mungkin berupa malformasi, disrupsi, atau deformasi

o Displasia

: Kelainan morfologis akibat kelainan pertumbuhan sel-sel ke dalam jaringan. Misalnya osteogenesis inperfecta, yaitu proses displasia yang mengenai serabut-serabut kolagen sehingga organ-organ tubuh yang banyak mengandung serabut kolagen akan mengalami gangguan.

o Asosiasi

: Kemunculan non acak dua atau lebih anomali yang timbul lebih sering dibandingkan jika terjadi hanya secara kebetulan, tetapi penyebab belum diketahui. Contohnya adalah asosiasi VACTERL (Vertebral, Anal, Cardiac, Tracheoesophageal, Renal, Limb.

Faktor Etiologi Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain: o Kelainan Genetik dan Khromosom. Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainankelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau unsur resesif. Contoh kelainan autosom yaitu sindrom Down (kelainan trisomi pada kromosom no. 21) dan sindrom Turner. o Faktor mekanik Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ juga akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh

deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfeet). o Faktor infeksi. Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh contohnya adalah infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada sistem saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia. o Faktor Obat Beberapa jenis obat yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayi. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide, obat antimual dan obat tidur, yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. o Faktor umur ibu a) Hamil usia 20-an tahun Usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran dan komplikasi lebih rendah. Namun, sedikit lebih tinggi terkena resiko preeclampsia yaitu gejala tekanan darah, pembengkakan dan tingginya jumlah protein di urin yang merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan janin. Awal usia 20 tahun lebih besar terkena resiko bayi lahir dengan bobot rendah. Bayi lahir dengan bobot rendah memiliki resiko cacat untuk kedepannya.

b) Hamil usia 30 Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun dan risiko melahirkan anak dengan cacat kromosom. Data American Society dor Reproductive Medicine, sepertiga usia 35 tahun mengalami masalah kesuburan dan juga lebih mudah mengalami keguguran dari pada wanita muda. Perempuan hamil diatas 35 tahun juga cenderung memiliki masalah preeclampsia, diabetes, prematur dan berat badan bayi rendah. c) Hamil di usia 40-an tahun Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang hamil di usia 30an tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom dan keguguran, rasionya adalah 1 banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun juga tiga kali lipat lebih besar mengalami diabetes selama kehamilan dan mungkin terjangkit fetal distress. o Faktor hormonal Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal. o Faktor radiasi Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat

mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda. o Faktor gizi Penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. o Faktor-faktor lain Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi

faktor

penyebabnya.

Masalah

sosial,

hipoksia,

hipotermia,

atau

hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui. Diagnosis Kelainan Kongenital Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat dilakukan pada pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan berdasarkan indikasi jika ibu mempunyai factor resiko: misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, riwayat adanya kelainan congenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang mendekati menopause. Pencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan

amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan kongenital yang dapat didiagnosis dengan cara ini misalnya: kelainan kromosom, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta meningocele. Pemeriksaan darah janin pada kasus

thallasemia.Untuk kasus hidrosefalus pemeriksaan dapat diketemukan pada saat periksa hamil (ANC). 7. Jenis dan factor prognosis Definisi Prognosis adalah suatu perkiraan kemungkinan perjalanan, durasi dan akibat dari suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dan patogenesis penyakit dan keberadaan faktor-faktor resikonya. Jenis Prognosis Terdapat 6 jenis prognosis yaitu: o Ad vitam : bergantung pada vitalitas tubuh/ pengaruh penyakit pada proses kehidupan, apakah cenderung pada kematian atau proses keadaan sehat/ seperti semula. o Ad fungsionam : bergantung pada fungsi suatu organ atau fungsi tubuh dalam melaksanakan tugasnya. o Ad sanationam o Bonam o Malam : suatu kekambuhan, penyakit akan kambuh atau tidak. : baik. : buruk.

o Dubia Faktor Prognosis

: tidak tentu/ ragu-ragu.

8. Hukum tentang abortus Definisi Abortus Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu (EKHK,). Abortus dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: o Spontaneous abortion (keguguran): gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami, tanpa tindakan yang disengaja. Dapat dibagi menjadi: 1. Abortus imminens: Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks. o Abortus Provokatus atau Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah: 1. Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya: 2. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. 3. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasanalasan lain. 4. Abortus Provokatus Kriminalis: aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

Hukum Aborsi o UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan:

a) Pasal 75 ayat 2 butir a menjelaskan aborsi dapat dilakukan jika mengancam nyawa ibu/janin, menyulitkan bayi itu hidup diluar kandungan. b) pasal 76 butir a: aborsi dapat dilakukan sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali o Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): a) Pasal 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian. b) Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. c) Pasal 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. d) Pasal 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. e) Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. f) Pasal 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

9. Analisis Skenario Ada berbagai macam kelainan kongenital pada tulang kepala janin. Beberapa di antaranya yaitu: Kelainan kraniofasial karena kelainan sel kritas neuralis. Kranioskisis. Pada sebagian kasus kranioskisis (kubah kranium gagal terbentuk), jaringan otak yang terpajan ke cairan amnion mengalami degenerasi sehingga terjadi anensefalus. Anak dengan kelainan berat sulit untuk bertahan hidup. Kraniosinostosis. Akibat penutupan prematur satu atau lebih sutura. Akondroplasia (ACH). Ditandai dengan tengkorak besar dengan bagian tengah wajah kecil, jari tangan pendek, dan kurvatura vertebrae. Diwariskan sebagai sifat dominan autosom.

Dari hasil analisis skenario, kami berpendapat bahwa kelainan kongenital belum dapat ditentukan karena masih memerlukan pemeriksaan lanjut. Namun, kami memiliki kecurigaan pada satu penyakit yaitu anensefalus karena terjadi kelainan pada tulang kepala janin dan hanya terlihat kantong kehamilan pada umur 5 minggu. Hal itu bisa saja disebabkan karena pada anensefalus, cairan amnion lebih banyak. Oleh karena itu, kami menyarankan agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan boleh atau tidaknya digugurkan. Kami berpendapat bahwa janin tersebut tidak boleh digugurkan karena telah berusia lebih dari 6 minggu kecuali apabila janin tersebut membahayakan nyawa ibu.

Anda mungkin juga menyukai