Anda di halaman 1dari 2

Reward Siska melihat seseorang terpelanting ke sisi jalan.

Mobil di depannya itu telah menabrak seseorang dan kabur begitu saja. Ia lihat sekeliling. Kosong tak ada siapapun. Ia takut sekali untuk turun dari mobilnya dan membopong si korban ke mobilnya. Bagaimana kalau si korban sudah meninggal? Bagaimana kalau si korban meninggal di mobilku? Bagaimana kalau si korban masih hidup? Bagaimana kalau si korban punya anak istri? Bagaimana kalau aku turun aku dirampok? Bagaimana.... Melawan pikirannya yang terus berpikiran negatif, ia turun dari mobilnya dan membopong si korban masuk ke dalam mobilnya. Ini kesempatanku menolong seseorang. Siapa tahu aku dapat balasan dari Yang Maha Kuasa... Pak, izinkan saya nolong bapak ya.... Siska sebenarnya takut salah membopong si korban. Takut salah pegang. Takut yang dipegang adalah sebuah luka. Darah berceceran. Ia tak peduli gaunnya terkena bercak darah. Beruntungnya Siska tak ada siapapun yang merampoknya. Karena pakaiannya sekarang terlalu seronok untuk berada di jalanan sendirian malam-malam. Ia langsung menancap gas mobilnya dan melaju kencang menuju rumah sakit terdekat. Rio, kita ke rumah sakit persahabatan sekarang! Terdengar suara ibunya yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Rio masih berkutat dengan laptopnya. Ada apa memangnya, Ma? Papa jadi korban tabrak lari! Untung ada yang nyelametin, Ri. Rio terkejut, bangkit dari kursinya. Bukannya tadi papa pergi karena ada meeting mendadak?! Iya malam ini memang ada meeting mendadak, tapi panjang lah ceritanya. Nanti di mobil mama ceritain. Kita berangkat dulu! Rio penasaran akan ceritanya. Namun raut muka ibunya yang sangat khawatir dan ingin menangis itu mengurungkan niatnya. Di perjalanan, ibu memulai ceritanya. Tadi ada telpon dari nomor papa. Tapi terdengarnya suara wanita. Kedengarannya kayak wanita berumur gitu. Mama udah deg-degan siapa yang menelpon tadi. Kok mama tau dia berumur atau belum? Memangnya siapa, Ma? Nggak tau mama lupa nanya siapa namanya. Dia cerita pas lagi nyetir, mobil depan dia nabrak seseorang dan lari. Tabrak lari. Dia langsung turun dan bopong korban ke rumah sakit. Astaghfirullahaladzim, Ri. Korbannya papa. Nauzubillah min dzalik. Eh tapi alhamdulillah ada yang nolongin papa. Kira-kira siapa ya, Ma? Malem-malem bopong bapak-bapak? Cewek lagi. Dia sendirian? Nggak tau, Ri. Udah ngebut ya, Ri. Mama khawatir sama papa. Sesampainya di rumah sakit, Rio dan ibunya menuju kamar yang sudah diberitahu oleh wanita yang menelpon tadi. Di kamar nomor 30, Rio dan ibunya mendapati seorang gadis seumuran Rio dengan gaun putih selutut dengan renda merah penuh bercak darah sedang duduk di kursi, merebahkan kepalanya di tempat tidur. Terlihat ayahnya penuh lilitan perban sana-sini. Di sebelah kepala gadis itu terlihat kunci mobil dengan gantungan kunci yang ada fotonya. Rio mendekatkan dirinya pada gadis itu. Gadis itu tertidur. Wajahnya sedikit tertutup oleh rambut panjangnya yang terurai bebas. Ia perhatikan kunci mobil yang sepertinya milik si gadis. Begitu terkejutnya ia menemukan foto dirinya dengan seorang gadis yang sangat ia kenal. Yang masih sangat ia cintai. Yang tergantung di kunci mobil milik si gadis. Jantung Rio berdebar kencang. Ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah si gadis. Begitu bergetarnya hati Rio. Di hadapannya, tertidur seorang gadis yang begitu merajai hatinya. Gadis itu tertidur pulas. Rio memandangi wajahnya yang begitu cantik saat tertidur. Ia begitu gemetar melihat bercak-bercak darah yang begitu jelas di atas gaun putih yang dikenakannya. Kamu kenal gadis ini, Ri? Rio terdiam sejenak. Dia gadis sunda yang begitu mama benci. Jadi, dia Siska yang selalu kamu ceritakan itu? Rio mengangguk. Mama tau, dia langsung memintaku untuk putus dengannya saat mendengar mama tidak suka aku bersanding dengan gadis sunda. Dia hancur sekali waktu itu, Ma. Begitu juga dengan Rio. Mama kenapa sih begitu keukeuhnya menyuruhku mencari gadis betawi? Memangnya ada apa dengan mama sampai sebegini....kerasnya? Mamanya terdiam lalu membuang muka. Bangunin dia, Ri. Kita tanya kronologisnya benar-benar......... Mama! Spontan Rio meninggikan volume suaranya. Lalu ia rendahkan lagi. Ma....lihat dia, Ma. Aku harap mama ngerti kenapa a ku begitu mencintai Siska. Dua bulan yang lalu kita putus. Aku nggak tau sekarang dia udah milik orang lain atau belum.... Oke sekarang mama nggak akan ngelarang-ngelarang kamu lagi....... Rio menarik kursi di pojokan ke sebelah kursi Siska. Rio mengecup dahi Siska. Ia begitu merindukan Siska. Ia harap, dengan masih tergantungnya foto ia dan siska di kunci mobil siska, siska masih sendiri. Mamanya hanya tersenyum kecil memandang anak laki-laki paling kecilnya ini sudah dewasa. Perlahan, Siska membuka matanya. ...Ri...Rio?! Belum sadar sepenuhnya, Rio langsung memeluk Siska erat. Makasih banget ya udah nolongin papaku. Siska menjadi sadar sepenuhnya saat menyadari ada seorang wanita berumur yang sedang memandangnya. Itu ibunya Rio. Terjadi kontak mata yang awkward. Ibunya tersenyum simpel. Rio melepaskan pelukannya. Wajah Siska sekarang begitu dekat dengan wajahnya. Kamu nggak apa-apa kan, Sis? Rio mencium pipi Siska. Siska hanya diam bingung kenapa Rio bisa berada di sini. Kamu kenapa masih kelayapan malem -malem begini. Perempuan, sendirian lagi. Pakai gaun juga. Nyeker pula. Habis dari acara apa sih, sayang? Wajah Siska memerah dipanggil seperti itu. Aku.... Siska mengucek matanya. Habis dari acara kontak jodoh. Entahlah tadi acara ngobrol awkward sama cowo pilihan ayah. Kata ayah, kalau sebulan ke depan aku belum punya pasangan, aku akan dipasangkan. Entah dengan siapa. Kamu kan pacar aku, Sis! Dulu. Sekarang? Bukannya mama kamu..... Dari sofa, ibunya menyahut, Anggep aja mama nggak pernah ngomong kayak gitu. Rio dan Siska tersenyum bahagia. Aku berantakan sekali ya? Gaun satu-satunya ini. Aku juga nyeker karena...aku nggak bawa running shoes-ku. Nggak ada sendal jepit ataupun sendal hotel di mobil. Tekanan batin aku pakai high heels. Mana bisa bantu ayah kamu masuk ke mobil pakai high heels. All hail nyeker!

Jadi kamu beneran sendirian bopong papa? Kok kamu kuat banget bopong papa? Habis putus dari kamu kerjaanku itu fitness terus. Sedih banget soalnya. Cari pelampiasan. Kelihatan berotot nggak sih aku ini? Enggak. Makin ramping makin enak dipeluk. Ahaahahaha! Kamu tau nggak itu papa aku? Nggak tau, lah. Kan aku belum pernah ketemu mama papa kamu. Di sana sepi nggak ada orang. Untung papa kamu masih agak sadar. Tapi di mobilku ayahmu kehilangan banyak darah. Besok saatnya nyuci mobil, hehehehehe! Rio menemukan plester dengan kapasnya di siku dalam lengan kanan Siska. Dan kamu donorin darah buat papaku? Iya. Kok bisa kebetulan darahku cocok sama papa kamu. Diambil darah rasanya agak pusing sedikit. Baru pertama kali soalnya. Yah sudahlah aku senang bisa nolong orang. Dan ada reward-nya langsung. Mendapatkan dirimu kembali, Rio. Siska mengecup pipi Rio, lalu tersenyum bahagia.

Anda mungkin juga menyukai