Anda di halaman 1dari 3

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah yang lain.

Namun bukan berarti manusia itu sempurna. Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sering kali kita tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepada kita.Kita sering mengeluh padaNYA kenapa kita tidak diberikan kecantikan, ketampanan, kecerdasan, kekayaan, dan lain sebagainya, yang tidak kita miliki sedangkan orang lain memilikinya.Dulu saya selalu mengeluh,mengeluh dan mengeluh, kenapa Allah berbuat tidak adil kepada saya, saya merasa tidak nyaman dalam hidup saya, segala sesuatu yang saya lakukan bahkan dengan pengorbanan yang cukup besar pun hasil yang saya dapat sungguh mengecewakan. Saya merasa iri dengan orang lain yang selalu mudah dalam mendapatkan sesuatu bahkan tanpa pengorbanan. Saya berfikir apa hal ini karena faktor keberuntungan? Jika memang benar lalu mengapa saya tidak mendapatkan keberuntungan itu? Kenapa orang lain yang mendapatkannya? Saat menggalami kegagalan saya merasa putus asa dan merasa bahwa diri saya penuh dengan kekurangan, sama sekali tidak memiliki kelebihan. Saya selalu ingin mencari tahu kenapa Allah menggariskan jalan hidup saya seperti ini. Sejalan dengan waktu saya sedikit demi sedikit menemukan jawaban atas itu, saat saya berhasil dalam melakukan sesuatu dengan pengorbanan sendiri dan saya belajar dari kegagalan yang pernah saya alami ternyata rasanya sangat berbeda dengan sesuatu yang didapat tanpa dengan adanya pengorbanan. Dengan begitu saya justru merasa kasihan terhadap orang-orang yang berhasil tanpa sebuah kesan sama sekali dan justru merakalah yang sebenarnya belum mendapat nikmat dari Allah, dan saya percaya bahwa apapun yang diberikan Allah kepada kita itu adalah yang terbaik untuk kita. Tanpa adanya kegagalan kita tidak akan bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi.Akan tetapi sebenarnya kita memiliki kelebihan tersendiri yang entah kita sadari atau tidak. Selama ini kita tidak menyadari bahwa apa yang diberikan Allah itu adalah pribadi dari diri kita dan pribadi itu merupakan hadiah yang terbungkus, ada yang terbungkus indah dan sangat mempesona, namun ada juga yang terbungkus dengan kertas biasa dan sudah rusak. Tapi sebenarnya bungkus dari hadiah itu tidaklah penting, dan kita sering kali terkecoh akan hal itu. Kita menganggap bahwa bungkus yang indah pastilah isinya akan indah pula padahal belum tentu, dan justru bungkus yang dari kertas biasa isinya jauh lebih indah dan bermakna dinadingkan dengan bungkus yang indah, saya pernah membaca sebuah cerita tentang benih padi yang sungguh sangat membuat saya sadar bahwa Allah memberikan cobaan kepada kita pastilah memiliki maksud tertentu. Sekilas cerita benih padi yang pernah saya baca:

Pada suatu musim tanam, seorang petani menyelenggarakan pacara selamatan. Ia mengambil padi untuk hiasan dalam upacara dan sebagian benih lagi untuk ditanam. Biji padi yang dijadikan benih ternyata iri dan cemburu serta berkeluh kesah kepada pak Tani. Pak Tani tidak adil,mengapa hanya sebagian teman kami yang dijadikan hiasan? Lihat mereka dikagumi dan dipuji-puji banyak orang,sedangkan kami tak dihiraukan. Pak Tani mendengar keluh kesah mereka namun tidak menjawab, tetapi justru melemparkannya keberbagai penjuru sawah yang becek, kotor dan berbau kotoran hewan. Benih padi menjadi semakin sedih. Beberapa hari kemudian Pak Tani menegok sawahnya dan menyapa benih padi. Selamat pagi, apa kabarmu? Benih padi justru menjawab Pak Tani mengapa kita di buang ke tanah kotor dan berbau? Apa salah kami? Kami kedinginan, kepanasan tetapi kau biarkan kami. Lihat wajah kami jadi rusak dan banyak serat akar tumbuh pada tubuh kami. Tolong angkat kami. Pak Tani menjawab Aku akan menolongmu. Tetapi Pak Tani tidak mengangkat atau memmbersihkan benih padi itu. Berhai-hari bahkan berbulan-bulan, ia tetap membiarkan benih padi itu tetap tinggal di tanah kotor dan berbau. Dibiarkannya juga akarnya semakin banyak tumbuh, bahkan yang tumbuh bukan hanya akar tetapi juga batang dan daun. Benih padi semakin kurus kering, akar dan daunnya semakin lebat hingga benih itu lenyap tak berbekas. Sawah itu kini menguning penuh dengan tanaman padi yang berbulir lebat. Banyak orang lewat mengaguminya dan memmbutuhkannya. Ketika Pak Tani mendatangi sawahnya, ia menyapa Benih padi bagaimana kabarmu? Benih padi yang telah berbulir lebat berkata Terima Kasih Pak Tani atas pertolonganmu
Dalam cerita tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa manusia diberi cobaan dalam menjalani bukan karena Allah tidak suka ataupun benci terhadap kita namun itu karena Allah ingin menjadikan kita sebagai makhluk yang lebih baik lagi dan lebih mulia dihadapanNYA. Musibah yang telah terjadi kepada kita itu adalah teguran untuk kita dan

dapat dijadikan untuk intropeksi diri karena justru saat kita terkena musibah posisi kita jauh lebih dekat dengan Allah dibanding dengan saat kita hidup penuh dengan kemakmuran. Saat kita merasa iri atau cemburu atas kenikmatan yang dimiliki orang lain, lihatlah bahwa masih banyak orang berada dibawah kita,mereka tegar dalam menjalani hidup, bahkan lebih tegar dari kita. Kita tidak mensyukuri apa yang kita dapat sekarang. Untuk itu yakinlah bahwa kenikmatan itu pastilah ada untuk kita, hanya saja belum diberikan kepada kita. Untuk itu kita harus berusaha agar mendapatkan kenikmatan itu dengan cara-cara yang diridhoi Allah SWT. Saat doa kita belum terkabulkan oleh Allah itu bukan karena Allah tidak ingin mengabulkannya hanya saja mungkin kita belum pantas untuk menerima itu semua, karena apa yang kita nilai baik belum tentu baik menurut Allah. Untuk itu kita harus yakin jika suatu saat Allah pasti akan mengabulkannya entah itu membutuhkan waktu yang teramat lama maupun dengan cepat,dan entah itu di dunia maupun nanti ketika kita di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai