Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH TERBENTUKNYA SILA

DAN NILAI-NILAI PANCASILA

Oleh :

MOCHAMAD MIFTACHUL ARIF


101910201024
KELAS O

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2010/2011

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan
inayahNya sehingga makalah Sejarah Terbentuknya Sila dan Nilai-Nilai
Pancasila ini dapat terselesaikan. Di samping sebagai syarat memenuhi tugas
Pancasila, makalah ini saya susun guna menambah pengetahuan saya tentang
Sejarah Terbentuknya Sila dan Nilai-Nilai Pancasila itu sendiri. Dengan adanya
makalah ini diharapkan dapat membantu para siswa untuk lebih memahami
tentang asal terbentuknya, perkembangan dan nilai-nilai Pancasila itu sendiri yang
mana sebagai dasar negara kita. Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir kata saya selaku penulis mengucapkan terima kasih.

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ii

BAB 1

BAB 2

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ..................................................................

1.2

Rumusan Masalah .............................................................

1.3

Tujuan Penulisan ...............................................................

1.4

Manfaat Penulisan .............................................................

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah terbentuknya Sila Pancasila Dari Segi Bahan ..........

2.1.1 Sejarah Terbentuknya Sila Pancasila Berdasarkan


Kebudayaan Nenek Moyang ..................................

2.1.2 Sejarah Terbentuknya Sila Pancasila Berdasarkan

2.2

Agama ......................................................................

Perumusan Pancasila .........................................................

ii

2.3

Perkembangan Pancasila ...................................................

2.4

Nilai-Nilai yang Terkandung Pada Setiap Sila Dalam

11

Pancasila ............................................................................

12

2.4.1 Ketuhanan Yang Maha Esa ...................................

12

2.4.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ...................

13

2.4.3 Persatuan Indonesia ...............................................

14

2.4.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

2.5

dalam Permusyawaratan/Perwakilan .....................

15

2.4.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia . .

16

Implementasi Dari Masing-Masing Sila Dalam Pancasila

16

2.5.1 Ketuhanan Yang Maha Esa ...................................

16

2.5.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ...................

17

2.5.3 Persatuan Indonesia ...............................................

17

2.5.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

BAB 3

dalam Permusyawaratan/Perwakilan .....................

17

2.5.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia . .

17

PENUTUP
3.1

Kesimpulan .......................................................................

18

3.2

Saran ................................................................................

18

E. Daftar Pustaka ......................................................................................

19

iii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam hidup berbangsa dan negara dewasa ini terutama dalam masa
reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta
pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah
masyarakat internasional. Dengan kata lain bangsa Indonesia harus memiliki
nasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana
bukan melalui suatu kekuasaan atau hagemoni ideologi melainkan suatu
kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah bangsa.
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai
datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia.
Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalamperjalanan hidupnya berjuang
untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri
serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemkan jati dirinya, yang di
dalamnya tersimpul ciri khas sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu

rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip


(lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya sila dalam Pancasila?
2. Bagaimana proses perumusan Pancasila sebelum menjadi dasar negara
Indonesia?
3. Apa nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila dalam Pancasila?
4. Apa makna dari masing-masing sila dalam Pancasila?

1.3

Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui sejarah terbentuknya sila dalam Pancasila.
2. Mahasiswa mengetahui proses perumusan Pancasila sebelum menjadi
dasar negara Indonesia.
3. Mahasiswa mengetahui nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila
dalam Pancasila.
4. Mahasiswa mengetahui makna dari masing-masing sila dalam Pancasila.

1.4

Manfaat Penulisan

1. Memberi informasi kepada pembaca tentang sejarah terbentuknya dan


proses perumusan Pancasila.
2. Memberi informasi kepada pembaca tentang nilai-nilai yang terkandung
pada setiap sila dalam Pancasila beserta implementasinya.
3. Menambah wawasan tentang Pancasila sehingga diharapkan dalam
setiap tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2.1 Sejarah terbentuknya Sila Pancasila Dari Segi Bahan


2.1.1 Sejarah Terbentuknya Sila Pancasila Berdasarkan Kebudayaan Nenek
Moyang.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam periode neolithikum, di Indonesia berkembang kebudayaan


perunggu dan besi yang memberi corak istimewa zaman tersebut,
sehingga masa itu dikenal sebagai Abad Perunggu-Besi, bahkan oleh
sarjana-sarjana Perancis yang terkenal, L.Finot dan G. Coedes, disebut
sebagai Kebudayaan Indonesia. Dari zaman itu dikenal benda-benda
yang banyak berhubungan dengan upacara keagamaan serta memberi
kesan kuat adanya hubungan niaga dengan wilayah Asia Tenggara. Pada
saat itu pula berkembanglah suatu unsur kebudayaan yang berpusat
kepada adanya bangunan-bangunan batu besar (megalithicum) yang
bersangkut-paut dengan pemujaan roh-roh nenek moyang serta konsepsi
3

tentang dunia akhirat. Tradisi kebudayaan megalithik itulah yang kelak


terus hidup bertahan dalam periode sejarah di beberapa daerah yang agak
terpencil dalam hubungan lalu-linta dan menjadi landasan sila pertama
yaitu keTuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia


Suatu ciri kehidupan neolithicum yang penting ialah manusia telah
berhasil membebaskan diri dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya dari
menggantungkan diri pada alam sekelilingnya. Kecakapan bercocok
tanam yang menyertai zaman itu memberi kemungkinan penimbunan
persediaan makanan dan penyediaan bahan-bahan keperluan yang lain.
Pertanian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri, tetapi membutuhkan
kerjasama secara gotong-royong yang kemudian yang kemudian dalam
sejarah menjelma menjadi sifat Bangsa Indonesia. Nenek moyang kita
ketika bercocok tanam dan berburu tidak pernah membeda-bedakan
anggota sukunya. Hasil yang diperoleh dibagi rata tanpa ada yang kurang
dan lebih. Hal inilah yang dijadikan salah satu bahan pemikiran sila
pancasila yang ke-2 dan ke-5, yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan
beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia
Diperkirakan pada masa sekitar tahun 3000 SM berkembanglah di
Indonesia suatu tingkat kebudayaan neolitikum, yaitu kebudayaan
dengan pertanian sebagai unsur yang penting. Di dalam masyarakat
serupa itu hubungan seorang maupun orang sebagai kolektivitas dengan

lingkungan hidup sekelilingnya sangat erat. Maka dalam keadaan seperti


itu timbul pengaruh timbal-balik antara manusia dan lingkunganya.
Dapat pula dipahami, bahwa dalam taraf kebudayaan neolithicum
ini, desa sebagai kesatuan teretorial didiami oleh kelompok orang-orang
yang seketurunan, sehingga memungkinkan ikatan kekeluargaan atas
dasar persamaan tempat tinggal dan keturunan. Dengan cara demikian
itulah, suatu kesatuan teretorial dan consanguin (ikatan keluarga sendiri)
ini berkembang menjadi ikatan yang lebih besar dan akhirnya tumbuhlah
dari lingkungan hidup seperti itu semangat kebangsaan di kemudian hari,
seperti termaktub dalam sila ke-3 Pancasila, yaitu " Persatuan Indonesia".
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dan
Permusyawaratan/Perwakilan
Ikatan hidup nenek moyang kita yang makin besar itu, sudah
barang tentu memerlukan pimpinan yang bertugas memelihara ketertiban
hidup bersama. Orang yang memangku jabatan demikian dipilih di antara
mereka yang paling bijaksana, dan segala hal yang menyangkut
kepentingan umum biasanya diselesaikan melalui musyawarah. Dalam
keadaan inilah di mana pengkhususan lapangan kehidupan yang meliputi
tugas-tugas tertentu belum berkembang. Dapatlah dimaklumi apabila
pelaksanaan sesuatu itu atas tanggungjawab bersama pula. Di sinilah
nampak jiwa sila ke-4 Pancasila dalam bentuk sederhana.
2.1.2 Sejarah Terbentuknya Pancasila Berdasarkan Agama
1. KeTuhanan Yang Maha Esa

Muncul karena adanya rasa tanggung jawab bersama dari semua


golongan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
untuk secara terus menerus dan bersama sama meletakan landasan
moral, etika dan spiritual yang kokoh bagi Pembangunan Nasional
sebagai Pengamalan Pancasila. Bagi teologi Kristen itu berarti
mengembangkan pemikiran teologi yang pada satu pihak mempunyai
landasan yang kuat dalam Alkitab dan pada pihak lain dengan bertolak
dari Alkitab memberikan sumbangan yang dapat diterima oleh semua
golongan umat beragama dalam rangka tugas bersama tadi, sebagai
sumbangan pikiran yang memiliki kebenaran yang bersifat hakiki bagi
setiap manusia, apapun agamanya.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemudian terbentuknya Pancasila sila ke dua harus bisa
melindungi

hak-hak

asasi

manusia.

Menurut

T.B

Simatupang

mengatakan bahwa pengamalan sila ke dua adalah :


pada satu pihak menjamin, menghormati dan melindungi
martabat dan hak-hak asasi dan aspirasi-aspirasi manusia yang melekat
kepada dirinya sebagai makhluk yang luhur dan di pihak lain menjamin
pula adanya pencegahan, pengawasan dan koreksi terhadap penyalahgunaan oleh manusia terhadap mandat dan tanggung jawab yang di
terima dari Tuhan itu.
Hal ini berarti menuntut suatu kehidupan manusia yang betulbetul beradap yang selalu bertidak dengan hati-hati dan senantiasa
menghargai orang lain. Dengan demikian tindakan barbarisme yang
6

membabi buta tanpa menghargai hak-hak orang lain tidak berlaku dalam
negara

Pancasila.

Berdasarkan

hal

ini

maka

dibentuklah

sila

Kemanusiaan yang adil dan beradab.


3. Persatuan Indonesia
Kemudian pengamalan sila ketiga ... berarti menuntut adanya
hak dan kewajiban dan tanggung jawab yang sama bagi tiap warga
negara tanpa adanya diskriminasi. Sebab diskriminasi bertentangan
dengan peri kemanusiaan dan per keadilan. Diskriminasi bisa merusak
persatuan Indonesia yang selama ini telah terjalin erat. Oleh karena itu
dibentuklah sila persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dan

Permusyawaratan Perwakilan
Pengamalan sila ke-empat menuntut peran agama untuk ambil
bagian. Menurut beliau, tiap tiap agama memberikan landasan bagi
pertumbuhan demokrasi. Demokrasi membutuhkan kesiapan mental
yang mantap. Jika salah satu pihak kalah dalam suatu pesta demokrasi
maka pihak tesebut harus dengan lapang dada menerima kekalahan. Dan
dalam hal ini agama turut berperan besar dalam membentuk manusia
yang berjiwa besar. Sehingga terbentuklah sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam kebijaksanaan dan permusyawarakatan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pengamalan sila ke-lima beliau menuntut setiap agama untuk


tidak hanya bekerja dalam dimensi operasional tetapi juga struktural.
Karena menurut beliau selama ini pemikiran agama agama mengenai
7

keadilan hanya bersifat operasional saja dengan mengabaikan segi segi


struktural. Oleh karena itu dibentuklah sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

2.2

Perumusan Pancasila
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari
lima sila. Pancasila sebagai sebuah ideologi (rancangan pada mulanya)
merupakan sebuah pemikiran pribadi dari dua orang founding father
Indonesia yaitu Moh. Yamin dengan Ir. Soekarno.
Sejarah perumusan Pancasila berawal dari pemberian janji
kemerdekaan oleh penjajah Jepang kepada bangsa Indonesia yang saat itu
disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso pada tanggal 7
September 1944. Kemudian pemerintah Jepang membentuk BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 1 Maret 1945 yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
Anggota BPUPKI resmi dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari
berikutnya yaitu tanggal 29 Mei 1945, BPUPKI mulai bersidang. Sidang
berlangsung sampai tanggal 1 Juni 1945. Salah satu agendanya adalah
merumuskan dasar negara Indonesia merdeka. Dalam sidang tersebut,
beberapa anggota mengajukan usulan tentang dasar negara. Ada tiga tokoh
yang mengajukan gagasan tentang dasar negara Indonesia. Mereka adalah
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.
A. Usulan Sila Pancasila menurut M. Yamin
8

Mohammad Yamin merupakan orang pertama yang mengemukakan


gagasannya ketika berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Beliau mengajukan
usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan

4. Peri Kerakyatan

2. Peri Kemanusiaan

5. Kesejahteraan Rakyat

3. Peri Ketuhanan
Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga
terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan

yang

Dipimpin

oleh

Hikmat

Kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perlu dicatat bahwa usul lima azas dasar negara yang dikemukakan
oleh Muhammad Yamin secara lisan dan yang dikemukakan secara tertulis
terdapat perbedaan baik perumusan kata-katanya maupun sistematikanya.
Kenyataan mengenai isi pidato serta usul tertulis mengenai Rancangan UUD
yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin itu dapatlah meyakinkan kita
bahwa Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945 karena pada tanggal
29 Mei 1945 Muhammad Yamin telah mengucapkan pidato serta
menyampaikan usul rancangan UUD Negara Republik Indonesia yang berisi
lima azas dasar Negara. Bahkan lebih dari itu, perumusan dan sistematik
yang dikemukakan oleh Mr. Muh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 itu
9

hampir sama dengan Pancasila yang sekarang ini (Pembukaan UUD 1945).
Tiga sila yakni : Sila pertama, keempat, dan kelima baik perumusan maupun
tempatnya sama dengan Pancasila yang sekarang. Perbedaannya adalah
pada sila kedua dan ketiga, yang di dalam sistematik usul Muhammad
Yamin berbalikan dengan sistematik yang ada pada Pancasila sekarang.
Selain itu perumusan kedua Sila itupun ada sedikit perbedaan, yaitu
digunakannya kata Kebangsaan pada sila Kebangsaan Persatuan
Indonesia, dan digunakannya kata Rasa pada sila Rasa Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Kedua kata tersebut diatas yakni kata Kebangsaan
dan Rasa, sebagaimana diketahui di dalam Pancasila yang sekarang tidak
terdapat.
B. Usulan Sila Pancasila Menurut Soepomo
Dalam pidato pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan
pokok pokok pikiran seperti berikut :
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Mufakat dan Demokrasi.
4. Musyawarah.
5. Keadilan Sosial.
C. Usulan Sila Pancasila Menurut Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
10

3. Mufakat atau Demokrasi


4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut
Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi
Ekasila yaitu Gotong Royong.
Sukarno menyatakan dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 :
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca
Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman ahli
bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas
kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota
BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya
adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta
melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan
tanggal 20 Juni 1945.

11

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia


Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang
dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik
Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yang
dikenal sebagai Panitia Sembilan. Panitia sembilan ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum
Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.
2.3

Perkembangan Pancasila
A. Pancasila I (menurut sidang BPUPKI)
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan.
3. Mufakat atau domokrasi.
4. Kesejahteraan social.
5. Ke-Tuhanan.
B. Pancasila II (Menurut Piagam jakarta)
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. Pancasila III (menurut sidang PPKI), dan dipakai sampai sekarang.
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

12

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.4

Nilai-Nilai yang Terkandung Pada Setiap Sila Dalam Pancasila

2.4.1 Ketuhanan Yang Maha Esa


Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI bukan sebagai
Negara Agama dan bukan pula sebagai Negara Sekuler, tetapi NKRI ingin
dikembangkan sebagai Negara Beragama.
Sebagai bukan negara-agama, NKRI tidak menerapkan hukum
agama tertentu sebagai hukum positif, artinya: (1) ideologi negara tidak
berasal dari ideologi agama tertentu, (2) Kepala Negara tidak harus berasal
dari Kepala Agama tertentu, (3) konstitusi negara tidak dari Kitab Suci
agama tertentu.
Sebagai bukan negara sekuler, NKRI tidak memisahkan urusan
negara dari urusan agama, artinya: (1) keputusan negara harus didasarkan
pada ajaran agama-agama, (2) suara terbanyak dalam lembaga MPR, DPR,
dan lain sebagainya harus dilandaskan pada kesesuaiannya dengan ajaran
Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai negara beragama, NKRI mendasarkan pengelolaan negara
pada hukum positif yang disepakai oleh bangsa (MPR, DPR+Pemerintah)
yang warga negaranya beragam agama, sementara negara pun tidak boleh

13

mencampuri urusan aqidah agama apapun, tetapi negara wajib melindungi


agama apapun.
Di sini terkandung tekad bahwa mereka

yang ber-Aliran

Kepercayaan tidak diwajibkan (secara hukum positif) untuk beragama,


tetapi mereka dibina oleh Negara (Pemerintah dan Masyarakat) untuk: (1)
tidak menjadi atheis, (2) tidak membentuk agama baru, atau (3) sedapat
mungkin memilih salah satu agama yang resmi diakui Negara (karena lebih
banyak kedekatan ajarannya).
2.4.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Di dalamya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI merupakan Negara
ber-HAM (kemanusiaan), Negara ber-Hukum (yang adil), dan Negara berBudaya (yang beradab).
Sebagai negara yang ber-HAM, NKRI ingin mengembangkan
dirinya sebagai negara yang melindungi dan menegakkan HAM bagi warga
negaranya. HAM yang dimaksud adalah yang sesuai dengan hukum positif
Indonesia dan budaya bangsa Indonesia. Contoh, karena hukum positif
Indonesia bersumber pada Ketuhanan Yang Maha Esa, maka HAM seperti
euthanasia (seperti di Selandia Baru, Belanda) atau aborsi (seperti di
Irlandia Utara dan Skotlandia) tidak bisa diundang-undangkan (tidak bisa
dijadikan hukum positif di Indonesia).
Sebagai negara yang ber-Hukum, NKRI ingin melindungi dan
mengembangkan: (1) supremasi hukum, (2) persamaan di muka hukum, (3)
menegakkan

HAM,

dan

(4)

14

membudayakan

kontrol

publik/sosial/masyarakat atas jalannya pemerintahan yang baik dan bersih


(good governance).
Sebagai

negara

yang

ber-Budaya/Adab,

NKRI

ingin

mengembangkan: (1) cipta, yang dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan


teknologi, (2) karsa, yang dapat melahirkan moral dan etika, (3) rasa, yang
dapat melahirkan seni dan estetika, serta (4) karya, yang dapat melahirkan
karya-karya monumental dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana
diketahui, keempatnya itu merupakan unsur dari budaya/adab.
2.4.3 Persatuan Indonesia
Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI menyatakan diri
sebagai negara yang diikat oleh persatuan dan kesatuan. Nilai persatuan
berprinsip

pada

bersatu

dalam

keberagaman/keberbedaan/

ketidaksamaan/heterogenitas. Sementara, nilai kesatuan berprinsip pada


bersatu dalam keseragaman/ketidakberbedaan/kesamaan/homogenitas.
Nilai-persatuan sebagai faktor penopang dan pemberi peluang nilainilai demokratisasi, penegakkan HAM, madanisasi, dan partisipasi
(singkatnya kedaulatan rakyat). Sementara, nilai-kesatuan sebagai faktor
penopang dan pemberi peluang nilai-nilai otokratisasi, militerisasi, etatisasi,
dan mobilisasi (singkatnya kedaulatan negara).
Sila ketiga ini dengan demikian lebih akan mengedepankan dan
memprioritaskan NKRI sebagai negara yang berjiwa civil society.
2.4.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

15

Di dalamnya terkandung makna bahwa NKRI menerapkan asas


kerakyatan; asas ini sebagai landasan penerapan kedaulatan rakyat.
kedaulatan rakyat ini sebagai basis demokrasi dan prinsip-prinsip demokrasi
itu bersifat universal bagi bangsa-bangsa beradab di dunia.
Jadi, NKRI merupakan negara demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat,
rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
fisis/jasmaniah;

sementara

kebijaksanaan

adalah

pemimpin

yang

berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang
bersifat psikis/ rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu
lebih mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa
(bijaksana).
Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai Negara
demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa
melalui sistem musyawarah (government by discussion).
2.4.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Di dalamnya terkandung makna keadilan-sosial atau pemerataanbersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan distributif), bukan keadilan
bagi segolongan/pemerintah/penguasa.

Dengan demikian, secara filsafat (hakikat) kelima-sila tersebut


dipahami sebagai sistem nilai yang mencakup/meliputi (satu kesatuan nilai
Pancasila), yaitu bahwa Sila-1 melandasi Sila-sila ke-2, 3, 4, 5; Sila ke-2
melandasi Sila-sila ke-3, 4, 5; Sila ke-3 melandasi Sila-sila ke-4, 5; dan Sila

16

ke-4 melandasi Sila ke-5. Sehingga, sebagai contoh, bila berbicara


Demokrasi Pancasila misalnya, maka dapat dipahami bahwa Sila ke-4
(negara demokrasi) itu yang dilandasi oleh Sila ke-1 (norma agama), yang
menjunjung tinggi Sila ke-2 (HAM, negara hukum, negara budaya), yang
mengutamakan Sila ke-3 (persatuan dan kesatuan bangsa), dan yang untuk
kepentingan Sila ke-5 (keadilan sosial bagi seluruh rakyat).

2.5

Implementasi Dari Masing-Masing Sila Dalam Pancasila

2.5.1 Ketuhanan Yang Maha Esa


Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
2.5.2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
2.5.2 Persatuan Indonesia
Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rela berkorban demi bangsa dan negara.

17

Cinta akan Tanah Air.


2.5.4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan budaya musyawarah sampai tercapai kata mufakat
2.5.5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Menghormati hak-hak orang lain.
Menghargai orang lain.
Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum.

BAB 3
KESIMPULAN

3.1

Kesimpulan
1. Asal nilai-nilai Pancasila tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri
atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materealis
Pancasila.
2. Pancasila yang sah dan benar termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
karena disamping mempunyai kedudukan Konstitusional juga disahkan
oleh suatu Badan yang mewakili seluruh bangsa Indonesia (PPKI) yang
berarti disepakati oleh seluruh rakyat Indonesia.

18

3. Sila-sila

dari

Pancasila

merupakan

satu

kesatuan

yang

saling

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

3.2

Saran
1. Sebaiknya sebagai warga negara Indonesia harus mengetahui sejarah
terbentuknya Pancasila agar tumbuh jiwa Pancasila di dalam dirinya.
2. Seyogyanya

sebagai

warga

negara

Indonesia

dapat

mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara.

Daftar Pustaka

Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Offset.


Astrid, S. Susanto Sunario. 1999. Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua
puluh Satu. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam
Sistem Hukum Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: CV Pantjuran
Tudjuh.

19

http://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila sebagai dasar falsafah


negara Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai