Anda di halaman 1dari 14

BAB I

A. Latar Belakang Indonesia saat ini mulai memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas, untuk itu diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, salah satunya peningkatan mutu pelayanan melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan Internasional. Dalam menjawab tantangan tersebut peningkatan kualitas pelayanan sangatlah penting agar rumah sakit mampu berkompetisi baik di tingkat regional, nasional bahkan Internasional. Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen baik dari dalam atau pun luar negeri, biasanya non pemerintah, melakukan assesment terhadap rumah sakit berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Begitu pentingnya akreditasi Rumah Sakit, karena juga untuk penentuan proses lebih lanjut tentang perijinannya. Semua yang tergabung di dalam tim akreditasi berjuang keras untuk memenuhi tuntutan seperti yang diharapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah karena telah memenuhi standar pelayanan dan managemen yang di tetapkan. Sebuah proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya mutu di rumah sakit, sehingga Rumah Sakit senantiasa berusaha meningkatkan akan mutu dan juga keamanan dari pelayanan kesehatan yang diberikannya. B. Tujuan Umum : Terwujudnya peningkatan mutu dan keselamatan pasien, melalui implementasi standar akreditasi yang berorientasi kepada pasien Khusus : 1. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi pelayanan berfokus pasien 2. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi dan elemen penilaian yang ada di standar akreditasi rumah sakit. 3. Meningkatnya implementasi program keselamatan pasien di rumah sakit

BAB II

A. Definisi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk pertama kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan diperbarui, yang terakhir diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan fungsi melaksanakan akreditasi di Indonesia. Akreditasi Rumah Sakit pertama kali dilaksanakan pada tahun 1995, dengan 5 pelayanan, kemudian pada tahun 1998 bertambah menjadi 12 pelayanan dan pada tahun 2001 menjadi 16 pelayanan. Namun sejalan dengan peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berfokus kepada pasien. Maka diperlukan perubahan paradigma akreditasi yang berfokus kepada provider menjadi akreditasi yang berfokus kepada pasien.

B. Manfaat Akreditasi Rumah Sakit (KARS) 1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit yang bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan pasien. 2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi lebih efisien. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk penyembuhan, pengobatan dan perawatan pasien. 3. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak pasien serta melibatkan merek adalam proses perawatan. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat atas pemberian pelayanan kesehatan. 4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan pada keselamatan dan mutu pelayanan. 5. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas. 6. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan. 7. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien.
8. Meningkatan Komunikasi Antara Staff

9. Meningkatan sistem & prosedur dalam rumah sakit. 10. Menciptakan lingkungan yang lebih aman 11. Kerjasama organisasi yang lebih baik 12. Menurunnya keluhan pasien & staf 13. Meningkatan kesadaran staf akan tanggung jawabny

C. Standar Akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 (empat ) kelompok sebagai berikut : 1. Standar Berfokus Kepada Manajemen (Management-centered Standards) a. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) Standar ini berbicara tentang proses yang digunakan Rumah Sakit untuk melakukan pengukuran, penilaian dan juga peningkatan dari performa kerjanya. Rumah Sakit diminta menggambarkan kegiatan-kegiatan peningkatan mutunya termasuk apabila ada perencanaan jenis layanan baru, proses pendokumentasian proses klinis dalam catatan medis pasien, penilaian outcome pelayanan, benchmarking eksternal dan juga proses pemilihan fokus area untuk peningkatan mutu.

b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Standar ini berbicara tentang metodologi Rumah Sakit untuk mendesain dan mengimplementasikan program untuk mengidentifikasi dan

menurunkan risiko bagi staf dan pasien untuk tertular dan menularkan infeksi. Standar ini juga akan menilai proses pelaporan kejadian infeksi di Rumah Sakit dan jenis-jenis surveilan yang dilakukan sehubungan dengan program-program PPI.

c. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP) Standar ini akan menilai efektifitas kepemimpinan yang ditinjau dari proses-proses berikut: Perencanaan dan desain jenis layanan baru atau modifikasi jenis layanan yang telah ada Pengarahan organisasi melalui pengembangan dan pemeliharaan kebijakan, penyediaan jumlah staf yang memadahi dan menentukan kualifikasi dan kompetensi dari staf

Integrasi dan koordinasi unit layanan Peningkatan performa Rumah Sakit

d. Manajemen Fasilitas dan Keamanan (MFK) Standar ini mengukur bagaimana Rumah Sakit memelihara lingkungan yang aman, fungsional dan efektif bagi pasien, staf, dan pengunjung lain. Standar ini juga akan menilai bagaimana kesiapan Rumah Sakit dalam hal penanganan kondisi darurat, masalah-masalah keamanan, keselamatan, pengelolaan alat medis, sarana dan prasarana Rumah Sakit, penanganan B3, dan pengelolaan sampah.

e. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) Standar ini berbicara tentang perencaan sumber daya manusia, khususnya mengenai program orientasi, pendidikan dan pelatihan staf, pengukuran kompetensi staf, penanganan perminataan akan staf baru, proses kredensial dan pengaturan kewenangan klinis dokter dan praktisi kesehatan lainnya.

f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) Standar ini berbicara tentang seberapa baik Rumah Sakit memperoleh, mengatur dan menggunakan informasi dalam proses penyediaan, koordinasi dan integrasi layanannya. Prinsip-prinsip manajemen informasi yang baik haruslah diaplikasikan dalam semua saluran komunikasinya, baik elektronik maupun tertulis.

2. Standar Berfokus Pada Pasien (Patient-centered Standards) a. Akses kepada Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) Standar ini berbicara tentang pemenuhan kebutuhan pelayanan pasien oleh Rumah Sakit, pengaturan alur pelayanan yang efisien untuk pasien, dan juga bagaimana memberikan proses perpindahan, rujukan, atau pemulangan pasien secara tepat.

b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) Standar ini menjabarkan bagaimana Rumah Sakit berkewajiban untuk menghormati dan melindungi nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut oleh pasien sekaligus mengingatkan Rumah Sakit akan kewajibannya untuk mematuhi peraturan perundangan yang berlaku, dan menginformasikan kepada pasien tentang tanggung jawab pasien dalam pengambilan keputusan di dalam proses layanannya. Standar ini juga mengatur mengenai hak-hak pasien di dalam surat ijin tindakan, penanganan complain dan juga bagaimana Rumah Sakit melindungi kerahasiaan dan privasi pasien.

c. Asesmen Pasien (AP) Standar ini mengatur asesmen pasien di seluruh unit layanan Rumah Sakit, mulai dari proses pengumpulan data pasien, pemeriksaan fisik dan penunjang, analisa data dan informasi pasien untuk kemudian dapat mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien dan pembuatan rencana perawatan lanjutan untuk pasien tersebut. Standar ini juga mengatur pelayanan radiologi dan laboratorium.

d. Pelayanan Pasien (PP) Standar ini mengatur aktifitas dasar pelayanan pasien termasuk proses prerencanaan dan koordinasi pelayanan perawatan, monitoring hasil dan modifikasi proses perawatan hingga kepada pelayanan lanjutan (follow up). Standar ini juga mengatur pelayanan di unit risiko tinggi

(ICU/HCU/ICCU), pelayanan gizi, manajemen nyeri dan layanan pasien terminal (end-of-life care).

e. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) Standar ini mengatur pelayanan sedasi (sedang hingga dalam), pelayanan anestesi dan pembedahan. Standar ini secara khusus mengatur tentang persiapan, monitoring, dan perencanaan perawatan pasca

sedasi/anestesi/pembedahan.

f. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) Standar ini mengatur sistem dan proses pemilihan, pengadaan,

penyimpanan, peresepan, penterjemahan, distribusi, penyiapan, penyerahan, administrasi, dokumentasi dan juga monitoring dari pemberian obat-obatan kepada pasien.

g. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Standar ini mengatur proses edukasi yang efektif kepada pasien dan keluarga dan juga bagaimana penggunaan metodologi edukasi yang menunjang proses edukasi tersebut, standar ini juga menilai kesiapan pasien untuk mendapatkan edukasi melalui penilaian jenis bahasa yang digunakan dan keinginan pasien untuk menerima edukasi.

3. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) Tujuan dari SKP adalah mempromosikan peningkatan mutu dalam kaitannya dengan keselamatan pasien. Sasaran di dalamnya menyoroti permasalahan utama dalam sistem layanan kesehatan dan juga memberikan solusi yang terbukti secara evidence based dan berdasar consensus internasional untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan keselamatan pasien. Sistem layanan Rumah Sakit akan didesain sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan layanan yang aman, berkualitas, dan memberikan juga solusi untuk keselamatan pasien di seluruh unit layanan Rumah Sakit tanpa terkecuali. 4. Sasaran Menuju Millenium Development Goals(MDGs) a. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) Standar ini menilai usaha-usaha Rumah Sakit dalam menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu, termasuk penyediaan layanan kegawatdaruratan selama 24 jam, pemberian ASI eksklusif, dan perawatan bayi metode kangguru pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah.

b. Penanggulangan HIV/AIDS Standar ini menilai usaha-usaha Rumah Sakit dalam penanggulangan kasus HIV/AIDS sesuai dengan pedoman rujukan ODHA dengan cara meningkatkan fungsi pelayanan VCT, pemberian ART, pelayanan PMTCT, infeksi oportunistik, dan mekanisme pelaporan kasus-kasus baru

HIV/AIDS.

c. Penanggulangan TB Standar ini sebagai jawaban atas kondisi darurat TB oleh WHO sejak tahun 1993 dan akan menilai pelayanan DOTS sebagai langkah efektif dan efesien dalam penganggulangan TB.

D. Tahapan Akeditasi Akreditasi terdiri atas tiga tahap,yaitu:


1. Tahap I yang dinilai adalah 5 pelayanan dasar yang meliputi:

Adm & Manajemen Pelayanan Medis Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan Keperawatan Rekam Medis

2. Tahap II pada tahap ini selain kelima pelayanan dasar di atas, juga meliputi 7

pelayanan lain:

Pelayanan Farmasi Pelayanan K3 Pelayanan Radiologi Pelayanan Laboratorium Pelayanan Kamar Operasi Pengendalian Infeksi Pelayanan Perinatal Risiko tinggi

3. Tahap III pada tahap ini keseluruhan yang dinilai ada 16 pelayanan. Selain 12

pelayanan yang telah disebutkan sebelumnya, juga meliputi 4 dari beberapa pelayanan berikut:

Pelayanan Anestesi & Reanimasi

Pelayanan Rehabilitasi Medis Pelayanan Gizi Pelayanan Intensif Pelayanan Sterilisasi Sentral Pemeliharaan Sarana Pelayanan Lainnya : Askes, JPKM, Bank Darah, klinik VCT

E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/PER/II/2011 Tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkanPeraturan Mentri Kesehatan tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);Undang-Undang Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 3. Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional; 4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

147/Menkes/Per/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit

BAB I : Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan : 1. Akreditasi rumah sakit dalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku. 2. Standar pelayanan rumah sakit adalah pedoman yang harus diikuti dalam menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan .

3.

Akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana akreditasi rumahs akit untukmengukur pencapaian dan cara penerapan standar pelayanan.

4.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan peorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

5.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat KARS adlah lembaga independen pelaksanaan akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non-struktural, dan bertanggung jawab kepada Menteri.

6.

Peraturan Internal Komisi Akreditasi Rumah Sakit adalah peraturan tentang pengorganisasian Komisi Akreditasi Rumah Sakit termasuk para surveior yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan

7.

Mentri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintah di bidang kesehatan.

BAB II : Kedudukan, Fungsi dan Tugas Pasal 2 KARS berkedudukan di ibu Kota Negara Pasal 3 (1) KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan,

pembimbingan dan pelatian serta monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akreditasi rumah sakit secara internasional. (2) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KARS mempunyai tugas : a. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi b. Menyusun rencana strategis akreditasi rumah sakit c. Menyusun peraturan internal KARS d. Menyusun standar akreditasi e. Menetapkan status akreditasi rumah sakit f. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta

pengembangan di bidang akreditasi dan mutu layanan rumah sakit; g. Mengangkat dan memberhentikan tenaga surveior

h. Membina kerja sama dengan institusi di dalam maupun luar negeri yang berkaitan dengan bidang akreditasi dan peningkatan mutu layanan rumah sakit; i. Melakukan sosialisasi da promosi kegiatan akreditasi j. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit; dan k. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi rumah sakit. (3) KARS dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dan Komite Akreditasi Nasional dalam melakukan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi dan untuk membina rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu layanannya. (4) Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) Perhipunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia mengikutsertakan asosiasi perumahsakitan lainnya.

F. Daftar Rumah Sakit Akreditasi Versi 2012

No.

Nama RS

Kepemilikan

Provinsi

Tanggal Survei

Lulus

Masa Berlaku

1.

RSUPN. Dr. Ciptomangunku sumo, Jakarta RS. Premier Pemerintah

DKI Jakarta

16 Juli 2012

LULUS PARIPURNA

16 Juli 2015

Bintaro, Tangerang RS. Royal Progress, Jakarta RS. Premier

Swasta

Banten

16 Juli 2012

LULUS PARIPURNA

16 Juli 2015 23 Agustus 2015 23 Agustus 2015 1 November 2015

Swasta

DKI Jakarta

23 Agustus 2012

LULUS PARIPURNA

Jatinegara, Jakarta RS. EKA,Tangerang

Swasta

DKI Jakarta

23 Agustus 2012 1

LULUS PARIPURNA

Swasta

Banten

November 2012

LULUS PARIPURNA

RS. Puri Indah 6 Pondok Indah, Jakarta RS. Santa 7 Maria, Pekanbaru Swasta Swasta

DKI Jakarta

21 November 2012 11

LULUS PARIPURNA

21 November 2015 11 Desember 2015

Riau

Desember 2012

LULUS PARIPURNA

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.

B. Saran Rumah Sakit yang belum terakreditasi diharapkan untuk merencanakan rumah sakitnya dilakukan akreditasi terutama akreditasi KARS. Dalam hal ini rumah sakit yang sudah terakreditasi KARS sudah terbukti bahwa pelayanannya lebih prima, adanya peningkatan mutu sumber daya manusia ketenagaan, administrasi dan komunikasi serta peralatan medis, hingga fasilitas penunjang lainnya yang lebih bermutu. Tentunya Rumah Sakit yang sudah terakreditasi KARS harus tetap mempertahankan mutu yang sesuai dengan standart KARS agar tingkat layanan yang di harapkan akan makin meningkat dan citra Rumah Sakit pada akhirnya pun ikut meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

http://buk.depkes.go.id/index. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id http://www.kars.or.id http://www.rspondokindah.co.id

Paper Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012 Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Koordinator : Agus Santoso S.Kp,.M.Kep

Disusun Oleh :

Jhefrin Indara N.

22020110141077

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

Anda mungkin juga menyukai