Anda di halaman 1dari 2

Sitokin Penyebab Kemerahan

Interleukin-1 (IL-1) Interleukin-1 (IL-1) disimpan dalam bentuk inaktif dalam sitoplasma sel sekretori, dengan bantuan enzim diubah menjadi bentuk aktif sebelum dilepas melalui membran sel kedalam sirkulasi. Interleukin-1 (IL-1) dianggap sebagai hormon oleh karena mempengaruhi organ-organ yang jauh. Penghancuran interleukin-1 (IL-1) terutama dilakukan di ginjal. Interleukin-1 (IL-1) terdiri atas 3 struktur polipeptida yang saling berhubungan, yaitu 2 agonis (IL-1 dan IL-1) dan sebuah antagonis (IL-1 reseptor antagonis). Reseptor antagonis IL-1 ini berkompetisi dengan IL-1 dan IL-1 untuk berikatan dengan reseptor IL-1. Jumlah relatif IL-1 dan reseptor antagonis IL-1 dalam suatu keadaan sakit akan mempengaruhi reaksi inflamasi menjadi aktif atau ditekan. Selain makrofag sebagai sumber utama produksi IL-1, sel kupfer di hati, keratinosit, sel langerhans pankreas serta astrosit juga memproduksi IL-1. Pada jaringan otak, produksi IL-1 oleh astrosit diduga berperan dalam respon imun dalam susunan saraf pusat (SSP) dan demam sekunder terhadap perdarahan SSP.
Fagositosis Antigen Mikrobial dan Non-mikrobial

Memproses dan mempresentasikan Peran utama mekanisme pertahanan sebelum antigen antigen dipresentasikan pada sel-T Aktivasi sel-T Sel-T menjadi aktif hanya setelah kontak antigen pada permukaan monosit-makrofag Tumorisidal Umumnya disebabkan oleh TNF Sekresi dari : Interferon dan Mempengaruhi respon imun, anti virus, anti proliferatif IL-1 Efek primer pada hipotalamus untuk mengindusi demam, aktivasi sel-T dan produksi antibodi oleh sel-B IL-6 Induksi demam dan hepatic acute phase proteins, aktivasi sel-B dan stem cell, resistensi non spesifik pada infeksi IL-8 Aktivasi neutrofil dan sintesis IgE IL-11 Efek pada sel limfopoetik dan mieloid/eritroid, perangsangan sekresi T-cell dependent B-cell Tumor necrosis factor Aktivasi selular, aktivasi anti tumor Prostaglandin Beraksi sebagai supresi imun, mengurangi IL-1 Lisozim Zat penting bagi proses peradangan

Tabel Fungsi utama sistem Monosit-Makrofag Interleukin-1 mempunyai banyak fungsi, fungsi primernya yaitu menginduksi demam pada hipotalamus untuk menaikkan suhu. Peran IL-1 diperlukan untuk proliferasi sel-T serta aktivasi sel-B, maka sebelumnya IL-1 dikenal sebagai lymphocyte activating factor (LAF) dan B-cell activating factor (BAF). Interleukin-1 merangsang beberapa protein tertentu di hati, seperti protein fase akut misalnya fibrinogen, haptoglobin, seruloplasmin dan CRP, sedangkan sintesis

albumin dan transferin menurun. Secara karakteristik akan terlihat penurunan konsentrasi zat besi (Fe) serta seng (Zn) dan peningkatan konsentrasi tembaga (Cu). Keadaan hipoferimia terjadi sebagai akibat penurunan asimilasi zat besi pada usus dan peningkatan cadangan zat besi dalam hati. Perubahan ini mempengaruhi daya tahan tubuh hospes oleh karena menurunkan daya serang mikroorganisme dengan mengurangi nutrisi esensialnya, seperti zat besi dan seng. Dapat timbul leukositosis, peningkatan kortisol dan laju endap darah.

Tumor Necrosis Factor (TNF) Tumor necrosis factor ditemukan pada tahun 1968. Sitokin ini selain dihasilkan oleh monosit dan makrofag, limfosit, natural killer cells (sel NK), sel kupffer juga oleh astrosit otak, sebagai respon tubuh terhadap rangsang atau luka yang invasif. Sitokin dalam jumlah yang sedikit mempunyai efek biologik yang menguntungkan. Berbeda dengan IL-1 yang mempunyai aktivitas anti tumor yang rendah, TNF mempunyai efek langsung terhadap sel tumor. Ia mengubah pertahanan tubuh terhadap infeksi dan merangsang pemulihan jaringan menjadi normal, termasuk penyembuhan luka. Tumor necrosis factor juga mempunyai efek untuk merangsang produksi IL-1, menambah aktivitas kemotaksis makrofag dan neutrofil serta meningkatkan fagositosis dan sitotoksik. Meskipun TNF mempunyai efek biologis yang serupa dengan IL-1, TNF tidak mempunyai efek langsung pada aktivasi stem cell dan limfosit. Seperti IL-1, TNF dianggap sebagai pirogen endogen oleh karena efeknya pada hipotalamus dalam menginduksi demam. Tumor necrosis factor identik dengan cachectin, yang menghambat aktivitas lipase lipoprotein dan menyebabkan hipertrigliseridemia serta cachexia, petanda adanya hubungan dengan infeksi kronik. Tingginya kadar TNF dalam serum mempunyai hubungan dengan aktivitas atau prognosis berbagai penyakit infeksi, seperti meningitis bakterialis, leismaniasis, infeksi virus HIV, malaria dan penyakit peradangan usus. Tumor necrosis factor juga diduga berperan dalam kelainan klinis lain, seperti artritis reumatoid, autoimmune disease, dan graft-versus-host disease.

Microbiology & Immunology. 7th edition. San Francisco. Lange Medical Book Mc Graw Hill. 35-44. Peterson J.C. 2002. Interleukin-1. http:/www.rndsystem.com/imag.

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen25 halaman
    Jurnal Reading
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Kelainan
    Diagnosis Kelainan
    Dokumen282 halaman
    Diagnosis Kelainan
    Yosepha C. F. Lubis
    Belum ada peringkat
  • Bedah Kuretase
    Bedah Kuretase
    Dokumen4 halaman
    Bedah Kuretase
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Prosedur Alveolektomi
    Prosedur Alveolektomi
    Dokumen2 halaman
    Prosedur Alveolektomi
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bedah Kuretase
    Bedah Kuretase
    Dokumen4 halaman
    Bedah Kuretase
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Modul 5
     Modul 5
    Dokumen15 halaman
    Modul 5
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen11 halaman
    Makalah
    Redho Sara Pratiwi
    0% (1)
  • Supernumerary Teeth
    Supernumerary Teeth
    Dokumen9 halaman
    Supernumerary Teeth
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bakteri Plak
    Bakteri Plak
    Dokumen13 halaman
    Bakteri Plak
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Ulkus Traumatikus
    Ulkus Traumatikus
    Dokumen1 halaman
    Ulkus Traumatikus
    Redho Sara Pratiwi
    Belum ada peringkat