Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana yang disebabkan oleh api yang tidak terkendali. Kebakaran dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan jatuhnya korban jiwa. Seperti yang telah diketahui kebakaran disebabkan oleh segitiga api, yaitu bahan bakar, panas dan udara. Untuk mencegah kebakaran dan peledakan adalah dengan memisahkan salah satu unsur dari segitiga api. (Marsh dan McLennan dalam Crowl dan Louvar, 2002) .Pada umumnya industri yang menggunakan bahan bakar liquid dalam jumlah yang besar biasanya mereka menyimpan bahan bakar tersebut pada tangki. Baik di dalam tanah maupun di atas tanah. Dan untuk menyimpan tangki bahan bakar tersebut harus dilakukan upaya untuk mengendalikan bahaya. (Skinner dalam Crowl dan Louvar, 2002). Sebagai contoh kasus kebakaran tangki yang pernah terjadi di tangki PERTAMINA no 24 di Plumpang yang terbakar saat pengisian. Diduga kebakaran terjadi karena pada saat pengisian uap bahan bakar tercampur dengan oksigen dan kemudian terjadi gesekan elektrostatik dan terjadilah kebakaran dan meledak.(Kristanti dan Hasits, 2009) Sebagai contoh kasus industri yang menggunakan bahan bakar dan menyimpannya dalam jumlah besar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap Di PJB unit Gresik yang prosesnya menggunakan boiler untuk menghasilkan uap air yang nantinya uap tersebut akan menggerakkan turbin untuk menghasilkan tenaga listrik. Boiler yang digunakan merupakan boiler yang menggunakan bahan bakar HSD (High Speed Diesel) . Sehingga dari proses produksi yang besar dari PT. PJB unit Gresik maka penggunaan bahan bakar HSD (High Speed Diesel) yang digunakan juga dalam kapasitas besar pula. Untuk itu di area PT. PJB unit Gresik disediakan tangki -tangki besar untuk menampung bahan bakar HSD (High Speed Diesel). Jumlah tangki-tangki penyimpanan bahan bakar HSD (High Speed Diesel) terdapat 5 buah tangki
1

berkapasitas 20000 KL merupakan bahan yang bersifat flammable sehingga untuk proses penyimpanan dan proses penyalurannya harus dilakukan upaya pengendalian bahaya. Bahaya yang mungkin terjadi adalah bahaya kebakaran pada tangki HSD (High Speed Diesel). Dan untuk mencegah timbulnya kebakaran adalah memutuskan salah satu aspek dari segitiga api. Dalam hal ini tindakan yang akan dipilih adalah pengontrolan kandungan oksigen dalam tangki dengan cara mengurangi kandungan oksigen yang ada di dalam tangki (Marsh dan McLennan dalam Crowl dan Louvar, 2002). Karena bahan bakar memiliki flammable range di udara yaitu persentase uap bahan bakar di udara, memiliki nilai batas bawah atau LFL (Lower Flammability Limits ) dan nilai batas atas UFL (Upper Flammability Limits ) dimana pada batas itu uap bahan bakar bercampur dengan oksigen yang cukup akan dapat terbakar jika ada sumber pemicu api. Kandungan oksigen dalam udara yaitu 21%, dengan konsentrasi sebesar itu jika bercampur dengan uap bahan bakar HSD (High Speed Diesel) maka akan terjadi flammability range di dalam tangki (Crowl dan Louvar, 2002). Udara dapat masuk ke dalam tangki karena tangki terdapat saluran udara. Udara juga dapat masuk dalam tangki karena proses pengisian bahan bakar, pengosongan tangki dan proses pembersihan tangki. Sistem inerting adalah memasukkan gas yang bertujuan untuk menekan konsentrasi oksigen sampai dengan di bawah konsentrasi minimum atau di bawah LOC ( Limiting Oxygen Concentration). Dengan keadaan konsentrasi oksigen di bawah LOC (Limiting Oxygen Concentration ) maka kondisi flammable pada tangki dapat dihindari. Gas yang dapat digunakan dalam proses inerting antara lain : nitrogen, CO2, dan steam (uap air). Dan gas yang akan digunakan pada sistem inerting disini adalah Nitrogen. Pemilihan gas nitrogen (N2) adalah gas ini lebih ekonomis dari segi kebutuhan gas yang akan digunakan pada sistem inerting, nitrogen memiliki massa molekul yang kecil sehingga pada perhitungan jumlah gas atau massa gas yang digunakan pada inerting lebih ekonomis dibanding dengan menggunakan gas lainnya (Crowl dan Louvar, 2002).

Oleh sebab itu setiap industri yang menyimpan bahan bakar liquid dalam jumlah besar harus mengendalikan bahaya kebakaran dengan sistem inerting . Dan sebelum melakukan sistem inerting pada tangki perlu diketahui dengan teknik apa yang sesuai dengan tangki bahan bakar yang ada. Dan untuk itu perlu adanya simulasi inerting tangki bahan bakar liquid yang mengestimasikan kebutuhan nitrogen dan teknik purging apa yang paling efisien. Untuk melakukan simulasi inerting tersebut, perlu adanya suatu media yang berupa program informasi perhitungan kebutuhan nitrogen dan jumlah siklus serta memberikan pertimbangan teknik apa yang paling efisien untuk sistem inerting pada tangki bahan bakar dengan menggunakan program Microsoft Visual Basic

1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Berapakah nilai LOC (Limiting Oxygen Concentration) bahan bakar yang disimpan dalam tangki dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 2. Berapakah jumlah siklus dan kebutuhan nitrogen pada teknik Vacuum Purging, Pressure Purging, Vacuum Pressure Purging, Pressure Vacuum Purging dan Sweep Through Purging dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0

1.3 Tujuan Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk membuat sistem informasi mengenai sistem inerting yang meliputi : 1. Menentukan nilai LOC material bahan bakar yang disimpan dalam tangki dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0

2. Menentukan jumlah siklus dan kebutuhan nitrogen pada teknik Vacuum Purging, Pressure Purging, Vacuum Pressure Purging, Pressure Vacuum Purging dan Sweep Through Purging dengan menggunakan Mircosoft Visual Basic 6.0

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1. Bagi mahasiswa Sebagai kompetensi dasar yang nanti dapat diterapkan lebih lanjut didalam dunia industri. 2. Bagi Institusi Sebagai tambahan bahan literatur / referensi bagi semua civitas akademika khususnya yang ada di PPNS-ITS. 3. Bagi Industri Membantu operator memilih teknik purging yang membutuhkan gas nitrogen paling sedikit.

1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah: 1. Perancangan perangkat lunak ini menggunakan bahasa alogaritma dengan media Microsoft Visual Basic 6.0. 2. Studi kasus perancangan perangkat lunak sistem inerting adalah tangki penyimpanan HSD (High Speed Diesel) di PJB unit Gresik 3. Bahan bakar yang akan dimasukkan ke database adalah material yang tergolong dalam senyawa hidrokarbon alkana, alkena dan alkuna. 4. Gas inert yang digunakan adalah Nitrogen murni. 5. Hanya menentukan kebutuhan nitrogen dan jumlah siklus pada masing masing teknik purging.

Anda mungkin juga menyukai