Vol 1-No 4
Vol 1-No 4
SuaraEL-Asah
Diterbitkan oleh:
EL-ASAHMINISTRY
Jl. Candi Gebang 52 Condong Catur
Yogyakarta 55283
Khotbah:
AROGANSI-AROGANSI
DALAM DOA
Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.
S
alam sejahtera saya sampaikan kepada bapak, ibu, dan
saudara- saudara sekalian! Doa dan harapan saya, semoga
bapak, ibu, dan saudara sekalian saat ini berada dalam
keadaan selamat, sehat, dan diberkati. Haleluyah! Haleluyah!
Waktu yang lalu saya telah menyampaikan firman Tuhan
tentang ritual-ritual doa, atau model-model, cara-cara, gaya-gaya,
kebiasaan-kebiasaan berdoa dari orang-orang munafik, dan orang-
orang yang tidak mengenal Allah, dan juga ritual-ritual lain yang
disakralkan. Saya berharap Firman Tuhan itu telah saudara
renungkan dan mengambil sikap terhadap ritual-ritual doa masa
kini. Saat ini saya masih akan melanjutkan berbicara mengenai
doa atau berdoa. Dan tema kita kali ini adalah: Arogansi-arogansi
di dalam doa.
Saudara-saudara sekalian! Berdoa, sebenarnya adalah saat
untuk bersujud dan merendah di hadapan Tuhan, saat untuk
mengakui kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita, saat untuk
mengintrospeksi dan mengoreksi hati dan pikiran serta seluruh
hidup kita. Berdoa sesungguhnya adalah waktu untuk memohon
belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan, waktu untuk berpasrah
diri kepada kehendak Bapa yang di Surga, dan waktu untuk
menyadari dan melihat betapa kecil dan hina, betapa rendah dan
tak berarti, serta betapa tak layaknya kita di hadapan Tuhan.
Akan tetapi dalam kenyataannya, di zaman modern ini yang
sering kali terdengar dan terlihat di dalam dan melalui kegiatan-
kegiatan berdoa justru sikap dan perilaku berdoa yang angkuh,
kata-kata rohani yang arogan, atau doa-doa yang tidak mengenal
diri. Fenomena arogansi-arogansi dalam doa terlihat dari banyak
kenyataan di mana doa sering menjadi bahan komersial melalui
oknum-oknum atau kelompok-kelompok tertentu yang bermuncul-
an di sana sini, dan memperkenalkan atau menawarkan diri
sebagai orang-orang yang memiliki karunia-karunia ini dan itu,
dan memiliki otoritas khusus dari Tuhan sehingga kalau mereka
berdoa katanya mujizat pasti terjadi. Ya, itu promosi mereka.
Saudara-saudara! Dewasa ini dalam banyak peritiwa, sangat
sering terdengar atau terlihat dengan jelas bahwa di tempat-tempat
berdoa, di tempat-tempat ibadah, justru praktek-praktek berdoa
yang sarat dengan roh kesombongan rohani, didemonstrasikan
dalam berbagai bentuk dan gaya. Dan yang lebih menyedihkan
lagi bahwa model, gaya, atau praktek berdoa yang arogan itu
malahan dianggap sebagai cara berdoa yang paling efektif, atau
model berdoa yang berbobot.
Saudara-saudara sekalian! Sebenarnya praktek-praktek berdoa
yang disertai dengan sikap arogan secara rohani, bukan baru
sekarang ini muncul di kalangan orang-orang beriman. Sikap atau
rohroh arogansi dalam berdoa sudah lama diungkapkan di dalam
Alkitab dan menjadi sasaran dikritik. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya sikap atau roh arogansi di dalam berdoa.
I. Emosi
Alkitab menunjukkan kepada kita beberapa nabi, atau
hamba Tuhan, yang pernah berdoa dengan sikap yang arogan
karena mereka tidak dapat menguasai emosi mereka. Mereka
II. Status
Bapak, ibu, serta saudara sekalian! Fakta bahwa status dapat
membuat sesorang menjadi sangat arogan di dalam berdoa kepada
Tuhan, ditunjukkan juga oleh Tuhan Yesus melalui sebuah ilustrasi
tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang datang ke bait Allah
untuk berdoa (Lukas 18:10-14). Farisi merupakan suatu gelar
keagamaan yang tinggi di dalam kalangan orang Yahudi, yaitu
orang yang ahli kitab. Paulus sebelum bertobat sangat bangga
dengan gelarnya sebagai seorang Farisi (Filipi 3:4-5). Gelar Farisi
itu memberi seseorang status sosial dan status religius yang
terhormat dan juga sakral di kalangan umat Israel, sehingga orang
yang menyandang gelar Farisi merasa lebih baik, lebih penting,
lebih suci dari pada semua orang. Bagaimana sikap doa dari orang
Farisi itu?
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya
Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti
semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah
dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku
(Lukas 811-12).
Saudara! Coba perhatikan sikap arogan orang yang berstatus
Farisi itu. Aku tidak sama seperti semua orang lain. Dengan melihat
statusnya sebagai Farisi atau ahli kitab, ia merasa lebih penting di
hadapan Tuhan dari pada semua orang, dan karena itu ia berpikir
bahwa ia memiliki otoritas yang lebih besar dalam berdoa atau
mendoakan orang dari pada semua orang lain. Selanjutnya; Aku
bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga
seperti pemungut cukai ini. Dalam statusnya sebagai Farisi, ia merasa
memiliki nilai-nilai moral yang lebih tinggi dari pada semua orang,
atau dalam bahasa Kristen, ia merasa lebih suci, lebih rohani dari
pada semua orang sehingga, sehingga ia beranggapan bahwa ia
lebih dekat kepada Tuhan dari pada semua orang. Oleh karena
Kesimpulan.
Saudara-saudara sekalian! Arogansi-arogansi di dalam doa
sudah menjadi fenomena di sepanjang sejarah peribadatan orang-
orang beriman. Sikap arogan bisa muncul dari dan di dalam doa-
doa hamba Tuhan, atau pemimpin umat Tuhan seperti Musa, bisa
muncul di dalam diri orang-orang yang memiliki status formal atau
non formal di dalam gereja. Doa-doa arogan bisa muncul dari
seorang nabi, rasul, pendeta, gembala, penginjil, guru, kaum awam,
jemaat yang lupa diri dan lupa akan sifat anugerah Allah.
Saudara-saudara sekalian! Jika saudara pernah mendengar
atau jika nanti di suatu saat saudara mendengar ada seseorang
atau suatu kelompok yang berkata bahwa kalau ia atau mereka
yang berdoa untuk saudara, Tuhan pasti menjawab, karena ia atau
mereka memiliki jabatan ini dan itu, memiliki karunia ini dan
karunia itu, atau mereka menceritakan bagaimana mereka telah
berjasa atau berprestasi di dalam mendoakan orang, itulah yang
disebut sikap dan roh arogansi dalam doa.
Suara EL-Asah Tahun I No. 4
Khotbah 13
TEOLOGIA:
SOTERIOLOGI
OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.
Bab III
PENTINGNYA KESELAMATAN
B
agi Allah, menyelamatkan orang-orang berdosa sangat penting
dalam rangka mengungkapkan tanggung jawab dan kasih-
Nya yang tak terbatas dan sempurna, sementara bagi manusia
keselamatan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi melalui cara yang lain, karena seluruh eksistensi manusia
telah mengalami kerusakan total. Paling sedikit ada tiga alasan
yang sangat prinsip mengapa keselamatan itu sangat penting.
1. Universalitas dosa
Dosa adalah sebuah realitas dalam hidup manusia.
Eksistensinya tidak mungkin dapat dihindari dengan cara dan jalan
2. Gentingnya Dosa.
Manusia modern memandang dan
memaknai dosa sebagai ketiadaan ke-
benaran, atau suatu situasi yang tanpa
kebaikan. Maksudnya, dosa hanyalah
situasi dan kondisi yang di dalamnya
tidak ada prinsip-prinsip kebenaran dan
tidak ada sifat-sifat kebaikan. Jika kebenaran dan kebaikan hadir,
maka dosa dengan segala sifatnya dengan sendirinya hilang.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dampak dosa dalam hidup
manusia hanyalah berupa kelemahan-kelemahan fisik dan psikis,
atau keterbatasan-keterbatasan fisikal dan intelektual manusia.
Kondisi kelemahan dan keterbatasan manusia tersebut kemudian
mengakibatkan kemiskinan. Tetapi apabila kebudayaan manusia
telah berkembang, dan manusia sudah mencapai tingkat tertentu
dalam pemahaman tentang nilai-niali kebenaran dan kebaikan,
dan kalau semua keterbatasan manusia sudah dapat diatasi dengan
bantuan sains dan teknologi, maka dosa dengan segala dampaknya
dengan sendirinya menghilang.
Alkitab memang mengakui bahwa semua sifat kefanaan atau
kelemahan, dan keterbatasan, serta kemiskinan, adalah akibat
langsung dari dosa. Akan tetapi Alkitab menegaskan bahwa dosa
tidaklah sesederhana yang yang digambarkan manusia modern.
Sebaliknya Alkitab menyatakan bahwa dosa sudah merupakan
sebuah kekuatan nyata yang mengancam eksistensi dan kontinuitas
hidup seluruh makhluk di alam ini, termasuk hidup manusia.
Karena dosa telah mengakar di dalam semua kebudayaan
manusia, baik kebudayaan primitif maupun yang sudah
berkembang. Dosa juga telah membaur di dalam dunia sains dan
teknologi, akibatnya baik sains maupun teknologi banyak kali justru
3. Kerusakan Total
Total depravity atau kerusakan total, adalah istilah yang
paling tepat dan alkitabiah untuk menggambarkan keadaan
manusia akibat dosa. Total depravity dapat dijelaskan sebagai
kerusakan seluruh dimensi hidup manusia, yaitu dimensi spiritual,
dimensi sosial, dimensi fisikal, dan dimensi ekonomi.
Pada dimensi spiritual, dosa menghancurkan secara total
akan keindahan-keindahan dalam hidup manusia yaitu
keharmonisan dan kebahagiaan, kedamaian, ketentraman, kasih,
dan kemesraan. Hubungan dan komuniksai yang harmonis antara
Sang Pencipta dengan manusia rusak. Rasa takut dan malu, serta
rasa tidak aman dan terancam menghantui manusia saat akan
bertemu dengan Penciptanya (Kejadian 3:8-10). Perasaan takut
dan tertekan karena karena kondisi tidak layak menyiksa jiwa
manusia (Yesaya 6:5). Nurani manusia dihancurkan sehingga di
dalam hati manusia hanya ada kecenderungan atau niat jahat yang
kemudian membuahkan perilaku hidup yang rusak serta jahat
(Kejadian 6:5-12). Rasio manusia juga rusak, dan kerusakan itu
sedemikian parah sehingga sapi dan keledai dianggap masih lebih
baik dari pada manusia (Yesaya 1:3). Yesaya menggambarkan
kondisi kerusakan total manusia sebagai busuk dari telapak kaki
sampai ke batuk kepala (Yesaya 1:6). Moral manusia telah rusak
total. Di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus
mengungkapkan fakta-fakta kerusakan total moral manusia. Fakta-
fakta kerusakan yang dimaksud yaitu; tidak ada lagi kemampuan
dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang jahat, tidak ada lagi kesadaran untuk memisahkan mana yang
pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas, manusia bahkan
lagi memiliki kesadaran akan norma-norma sopan santun (Roma
3:10-18).
Pada dimensi sosial, dosa menghancurkan keindahan
suasana hubungan antar manusia, dan juga hubungan manusia
dengan alam. Rasa solidaritas dan kebersamaan antar manusia
rusak. Menusia menyalahkan sesamanya, dan pada saat yang sama
mengadakan pembelaan atau pembenaran atas dirinya sendiri.
Adam menuduh Hawa sebagai penyebab dari segala malapetaka
yang terjadi dan menimpa dirinya (Kejadian 3:12). Hawa tidak
tinggal diam, ia pun membela diri dan menyalahkan satu makhluk
paling cerdik yang diciptakan Allah sebagai oknum yang paling
tepat untuk dipersalahkan. Hawa juga merasa dijadikan sebagai
korban dari makhluk ciptaan Allah sendiri (Kejadian 3:13).
Kerusakan total merambah ke dalam dimensi ekonomi.
Tanah tempat manusia mencari nafkah rusak terkutuk - sehingga
ketika manusia mengolah tanah untuk mencari rezeki, yang
tumbuh adalah duri dan rumput duri. Akibatnya manusia harus
bekerja dengan bersusah payah, dan berjerih lelah seumur
hidupnya untuk bisa mendapatkan nafkah (Kejadian 3:17-19).
Kerusakan yang ditimbulkan
oleh dosa di dalam dimensi
ekonomi demikian parah
sehingga manusia makan roti
hasil jerih payahnya pun
masih disertai dengan tetesan
air mata (Mazmur 80:6).
Akumulasi dari semua
kerusakan total di dalam
seluruh dimensi kehidupan
Mempersiapkan diri
untuk Diberkati
OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.
I. Berdayatahan
Roh Kudus memberi daya ta-
han pada Yesus untuk menanggung
penderitaan fisik di padang gurun
selama 40 hari berupa cuaca dingin
yang mencekam di malam hari, dan
panas terik yang membakar di siang hari, serta menahan lapar
karena berpuasa. Beberapa contoh:
A. Roh Kudus memimpin Stefanus dengan cara memberi daya
tahan sampai mati Kisah Para Rasul 7:54-60.
B. Roh Kudus memimpin Petrus dan Yohanes dengan memberi
sukacita saat disesah Kisah Para Rasul 5:40-41.
C. Tubuh yang fana lemah ini akan bangkit atau memiliki
kekuatan daya tahan bila dipimpin oleh Roh Kudus Roma
8:11.
D. Konkulsi
Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus akan selalu memiliki
cir-ciri yang jelas, yaitu berdayatahan dalam menghadapai
penderitaan-penderitaan secara fisik, memiliki temperamen yang
dingin atau sifat-sifat suci atau tidak emosional, dan memiliki ke-
mampuan menjawab setiap masalah hidupnya dengan mengguna-
kan wawasan, gagasan, dan solusi berdasarkan kebenaran-
kebenaran tertulis di dalam Alkitab.
(Bersambung ke edisi mendatang)
-oo0oo-
Oleh-oleh dari
Mataram
Oleh: Drs. Johanes Poerwadi
K
etika pada bulan Januari 2007 saya berkunjung kembali
ke Mataram, setelah saya tinggalkan dalam waktu yang
cukup lama, ada perasaan terkejut tetapi juga bangga saat
saya beribadah di GPdI Mataram yang terletak di Jl. Pariwisata.
Saya mendapati bahwa gedung gereja dari tampak luarnya masih
sama tetapi begitu kita masuk ke dalamnya, ada satu perubahan
besar. Sekarang ruang ibadah itu sudah full AC, di kiri kanan
mimbar dipasang layar LCD, dan dihiasi dengan asesories indah
sehingga seperti di ruang pertemuan sebuah hotel berbintang.
Di antara 400-500 jemaat itu, saya mulai menemukan wajah-
wajah yang tidak lagi asing bagi saya karena ada banyak mantan
anak-anak sekolah minggu yang pernah saya ajar. Sungguh saya
sangat senang bertemu mereka kembali dan melihat kesetiaan
mereka untuk tetap beribadah di gereja ini.
Pada bulan Maret lalu saya kembali berkunjung ke gereja
ini, dan seperti kunjungan lalu, saya menerima banyak undangan
makan dari teman-teman seperjuangan ini. Salah satu undangan
itu datang dari Keluarga Bp. Ang Kim Hok, yang anaknya 9 orang,
dan cucu 16 orang, dengan mantu-mantunya, maka jumlah
keluarga besarnya adalah 44 orang.
Saya mengenal keluarga Koh Hok sudah lama, selain
merupakan jemaat awal, anak-anaknya adalah murid-murid
-oo0oo-
NARKOBA DAN
KESEHATAN
Oleh: Dr. Adieli Zega
PENDAHULUAN
ewasa ini, penyalahgunaan narkoba sudah semakin
DEFINISI
Istilah narkoba yang kita
kenal sekarang ini disebut dengan
Narkotika dan Obat Berbahaya.
Namun yang tepat adalah
Narkotika, Psikotropika dan
bahan Adiktif lainnya (NAPZA).
Dalam ilmu Kedokteran istilah
obat berbahaya adalah obat-obatan
yang tidak boleh dijual bebas oleh
karena pemberiaannya dapat
membahayakan bila tidak melalui
pertimbangan medis, seperti penggunaan antibiotika, obat-obat
jantung, darah tinggi dan sebagainya. Seharusnya jenis-jenis
4. Ketergantungan Psikologik
Suatu keadaan yang menimbulkan perasaan puas dan nikmat
sehingga mendorong seseorang untuk mengulang kembali
untuk mendapatkan sensasi tersebut dan menimbulkan
perasaan tidak senang bila menghentikannya.
5. Sindroma putus zat
Tanda atau gejala berupa keluhan fisik yang spesifik yang
timbul setelah dilakukan penghentian atau pengurangan zat
yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh individu.
6. Intoksikasi/keracunan
Kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat
yang dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.
7. Toleransi
Peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama
semakin banyak, untuk mendapatkan efek yang sama.
C
ai Yong dikenal juga sebagai Cai Bojie. Ia terkenal sebagai
sastrawan besar dari Wilayah Qi, Provinsi Henan pada masa
Dinasti Han Timur (202 Sebelum Masehi 220 Setelah
Masehi). Ia dikenal sangat menjunjung tinggi moral dan
menegakkan keadilan. Ia suka membaca, matematika, astronomi
dan bermain musik. Untuk mendidik putrinya Cai Wenji, ia khusus
menulis sebuah esei berjudul Pelajaran untuk Perempuan.
Ia tidak keberatan bila putrinya
berdandan bagus dan bersolek. Pada
kenyataannya, ia percaya perempuan
seharusnya berdandan sederhana agar
mereka tampil lebih pantas, dan harus
menjaga rambutnya bersih serta meng-
kilap. Di lain pihak, ia menekankan lebih
penting bagi seorang perempuan untuk
mengolah kecantikan dalamnya daripada
memperelok kecantikan luarnya. Ia
percaya bahwa kecantikan yang sesung-
guhnya datang dari dalam. Orang jaman
sekarang bilang inner beauty.
Dalam Pelajaran untuk Perempuan, Cai Yong menulis,
Seperti kepala dan wajah, hati juga membutuhkan perawatan.
Kotoran akan muncul bila kamu lalai mencuci wajahmu dalam
sehari. Pikiran buruk akan memasuki hatimu jika lalai melatih ke-
baikan dalam sehari. Setiap orang tahu bagaimana mempercantik
wajah, tetapi tidak setiap orang tahu mengembangkan kebaikan.
Dimanakah tempatnya???
Untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan itu
tidaklah mudah. Perlu perjuangan. Ibarat sebuah berlian, dimana
untuk mendapatkan kilauan yang cemerlang, harus terus diasah
dan ditempa sehingga kemilauan yang dihasilkan terpancar dari
dalamnya.
Begitu juga hidup ini. Kita harus rendah hati. Seringkali kita
merasa minder dengan keberadaan diri kita. Sering kali kita berkata,
Ah... gue mah belum jadi orang. Tinggal aja masih ama ortu,
ngontrak, dll.
Kita harus ingat, bahwa yang menentukan masa depan kita
adalah Tuhan. Dan kita harus menyadari bahwa jalan Tuhan
adalah jalan kita. Tuhan akan membuat semuanya INDAH pada
waktunya.
Yang penting disini adalah hikmat. Barangsiapa yang
bijaksana dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dalam
hidup ini.
Oh ya..., dimanakah para malaikat menyimpan kebahagiaan
itu? DI HATI YANG BERSIH.................
-oo0oo-