Anda di halaman 1dari 40

Khotbah 1

Salam sejahtera dalam kasih Yesus,


Puji Tuhan, kami kembali berjumpa dengan Anda melalui
buletin ini. Terima kasih atas tanggapan Anda melalui SMS yang
telah Anda kirimkan, yang sayangnya tidak bisa kami muat dalam
buletin ini, namun kami sangat terdorong untuk menjadi lebih baik.
Dalam Suara EL-Asah nomor ini selain artikel-artikel tetap,
Anda bisa membaca artikel tentang Narkoba yang saat ini begitu
banyak menelan korban. Artikel ini sangat berguna untuk kita
pelajari agar tidak ada lagi korban di relasi terdekat kita. Artikel
ini akan dimuat secara bersambung dan ditulis oleh dr Adieli Zega
yang saat ini sedang studi S2 di UGM Jogjakarta.
Kami berharap semua artikel ini akan memperdalam
wawasan, kedewasaan, dan sikap kritis Anda. Selamat membaca,
Tuhan memberkati.

SuaraEL-Asah
Diterbitkan oleh:
EL-ASAHMINISTRY
Jl. Candi Gebang 52 Condong Catur
Yogyakarta 55283

Telp./Fax 0274 880 868


Mobile Telp: 0274 7187900
e-mail: stanssa@yahoo.com
HP: 081328027900

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


2 Khotbah

Khotbah:

AROGANSI-AROGANSI
DALAM DOA
Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.

S
alam sejahtera saya sampaikan kepada bapak, ibu, dan
saudara- saudara sekalian! Doa dan harapan saya, semoga
bapak, ibu, dan saudara sekalian saat ini berada dalam
keadaan selamat, sehat, dan diberkati. Haleluyah! Haleluyah!
Waktu yang lalu saya telah menyampaikan firman Tuhan
tentang ritual-ritual doa, atau model-model, cara-cara, gaya-gaya,
kebiasaan-kebiasaan berdoa dari orang-orang munafik, dan orang-
orang yang tidak mengenal Allah, dan juga ritual-ritual lain yang
disakralkan. Saya berharap Firman Tuhan itu telah saudara
renungkan dan mengambil sikap terhadap ritual-ritual doa masa
kini. Saat ini saya masih akan melanjutkan berbicara mengenai
doa atau berdoa. Dan tema kita kali ini adalah: Arogansi-arogansi
di dalam doa.
Saudara-saudara sekalian! Berdoa, sebenarnya adalah saat
untuk bersujud dan merendah di hadapan Tuhan, saat untuk
mengakui kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita, saat untuk
mengintrospeksi dan mengoreksi hati dan pikiran serta seluruh
hidup kita. Berdoa sesungguhnya adalah waktu untuk memohon
belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan, waktu untuk berpasrah
diri kepada kehendak Bapa yang di Surga, dan waktu untuk

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Khotbah 3

menyadari dan melihat betapa kecil dan hina, betapa rendah dan
tak berarti, serta betapa tak layaknya kita di hadapan Tuhan.
Akan tetapi dalam kenyataannya, di zaman modern ini yang
sering kali terdengar dan terlihat di dalam dan melalui kegiatan-
kegiatan berdoa justru sikap dan perilaku berdoa yang angkuh,
kata-kata rohani yang arogan, atau doa-doa yang tidak mengenal
diri. Fenomena arogansi-arogansi dalam doa terlihat dari banyak
kenyataan di mana doa sering menjadi bahan komersial melalui
oknum-oknum atau kelompok-kelompok tertentu yang bermuncul-
an di sana sini, dan memperkenalkan atau menawarkan diri
sebagai orang-orang yang memiliki karunia-karunia ini dan itu,
dan memiliki otoritas khusus dari Tuhan sehingga kalau mereka
berdoa katanya mujizat pasti terjadi. Ya, itu promosi mereka.
Saudara-saudara! Dewasa ini dalam banyak peritiwa, sangat
sering terdengar atau terlihat dengan jelas bahwa di tempat-tempat
berdoa, di tempat-tempat ibadah, justru praktek-praktek berdoa
yang sarat dengan roh kesombongan rohani, didemonstrasikan
dalam berbagai bentuk dan gaya. Dan yang lebih menyedihkan
lagi bahwa model, gaya, atau praktek berdoa yang arogan itu
malahan dianggap sebagai cara berdoa yang paling efektif, atau
model berdoa yang berbobot.
Saudara-saudara sekalian! Sebenarnya praktek-praktek berdoa
yang disertai dengan sikap arogan secara rohani, bukan baru
sekarang ini muncul di kalangan orang-orang beriman. Sikap atau
roh–roh arogansi dalam berdoa sudah lama diungkapkan di dalam
Alkitab dan menjadi sasaran dikritik. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya sikap atau roh arogansi di dalam berdoa.

I. Emosi
Alkitab menunjukkan kepada kita beberapa nabi, atau
hamba Tuhan, yang pernah berdoa dengan sikap yang arogan
karena mereka tidak dapat menguasai emosi mereka. Mereka

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


4 Khotbah

menyandang status atau jabatan-jabatan rohani yang sakral, dan


idealnya mereka harus mengungkapkan doa-doa atau permohonan
secara pantas dari hati yang dipenuhi dengan Roh Kudus, akan
tetapi karena dorongan emosi yang tidak terkendali, akhirnya
mereka berdoa dengan sangat emosional. Dan doa-doa yang
emosional seperti itu, tanpa disadari oleh yang bersangkutan, pada
umumnya sangat arogan.
Doa-doa yang emosional sepintas lalu biasanya terdengar
seperti atau sama dengan doa-doa yang diurapi dengan Roh Ku-
dus, atau seolah-olah doa yang penuh iman. Tetapi setelah kita
menyimak ungkapan-ungkapan, atau kata-katanya, kita baru
sadar bahwa doa-doa itu melampaui kepantasan seorang hamba
Tuhan memohon kepada Tuhan, atau tidak sesuai dengan norma-
norma etika dan kesopanan manusia terhadap Tuhan. Pendoa-
pendoa yang arogan karena emosional, biasanya lupa diri. Ia lupa
bahwa ia hanyalah seorang manusia dan bukan Tuhan, lupa
bahwa ia dalam posisi memohon sehingga doa-doanya bukan lagi
memohon atau meminta, tetapi sebaliknya memerintah, mendesak,
memaksa, atau mengancam Tuhan.
Saudara-saudara sekalian! Masih ingatkah saudara bagaimana
sikap Musa dan bagaimana kalimat-kalimat doanya pada saat ia
berdoa memohon pengampunan dosa untuk bangsa Israel? Ketika
itu Musa sangat emosional melihat situasi
bangsa Israel yang menyembah pada anak
lembu emas. Emosi Musa demikian tidak
terkendali, sampai-sampai loh batu yang ada
di tangannya, dan yang berisi firman Tuhan
dilemparkan ke patung sapi itu dan pecah.
Persis sama halnya ketika seorang suami, atau
istri sedang marah besar lalu melemparkan
piring/gelas kepada orang yang dimarahi.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Khotbah 5

Musa tidak hanya emosi ter-


hadap Israel, tetapi juga terhadap
Tuhan. Perhatikan isi doa Musa di
bawah ini:
Lalu kembalilah Musa meng-
hadap TUHAN dan berkata: “Ah,
bangsa ini telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah
emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa
mereka itu, dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam
kitab yang telah Kautulis.” (Keluaran 32:31-32).
Doa emosional Musa ini sangat sarat dengan roh arogansi.
Selanjutnya, berdoa dengan emosional menggiring Musa untuk
melihat dan menilai dirinya sesuai dengan perasaannya. Ia melihat
dirinya menyandang status sebagai pemimpin umat, maka ia
berpikir bahwa dirinya lebih penting, lebih bernilai dari pada umat
Israel. Musa berpikir bahwa ia adalah pemimpin yang dipilih oleh
Tuhan, maka ia juga menganggap bahwa dirinya sangat diperlu-
kan oleh Tuhan, bahkan lebih diperlukan dari pada semua orang
lain.
Dari mulut orang yang dikuasai emosi dan merasa diri
menyandang status dan jabatan rohani yang penting ini keluarlah
doa-doa yang sarat dengan roh arogansi. Kiranya Engkau meng-
ampuni dosa mereka itu, dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku
dari dalam kitab yang telah Kautulis.”
Saudara-saudara! Jika kita membaca doa Musa ini sepintas
lalu, kita mendapat kesan seolah-olah Musa menunjukkan sikap
hati seorang pemimpin rohani yang patriotik (bersifat pahlawan)
yang rela berkorban demi membela orang banyak, namun itu
hanyalah kesan emosinal. Sebaliknya jika kita menyimaknya
dengan rasio alkitabiah, cara Musa berdoa atau memohon ini

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


6 Khotbah

sesungguhnya sangat arogan. Mengapa? Ia berdoa dengan cara


mengancam dan memaksa Tuhan. Coba saudara simak kata-kata
dalam doa Musa ini; kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu,
dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang
telah Kautulis.
Coba saudara simak arogansi-arogansi di dalam doa per-
mohonan Musa hamba Tuhan ini: Pertama, doa ini bersikap
mengancam Tuhan. Sebab sesungguhnya yang dimaksud Musa yaitu:
jika Tuhan tidak mengampuni Israel, maka Musa yang akan keluar
dari keanggotaan keluarga Allah. Atau dalam pengertian sederhana,
kalau Tuhan tidak mengampuni Israel, maka Musa yang akan
meninggalkan Tuhan. Kedua, doa Musa ini juga menunjukkan sikap
memaksa Tuhan. Musa berdoa dengan memaksa Tuhan untuk
memilih, apakah Tuhan mengampuni Israel dan Musa tetap menjadi
pemimpin, atau Tuhan tidak mengampuni Israel dengan resiko Tuhan
kehilangan Musa. Ketiga, doa Musa ini memberi syarat kepada Tuhan.
Dengan mengatakan: jika, Musa menetapkan syarat bagi Tuhan;
yaitu jika Tuhan mau tetap mempertahankan Musa, maka syaratnya,
Tuhan harus mengampuni Israel.
Nabi Elia – yang dalam teologia Kristen disetarakan dengan
Musa – juga pernah mengungkapkan doa secara emosional. Saat
ia menghadapi konsekuensi dari tindakannya membunuh nabi-
nabi baal, ia kecewa terhadap Tuhan, lalu ia berdoa: katanya:
Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini
tidak lebih baik dari pada nenek moyangku (1 Raja-raja 19:4). Sikap
arogansi dalam doa Elia ini yaitu; dia mendesak dan memaksakan
kehendaknya pada Tuhan. Elia ingin mati, dan dia mendesak
Tuhan untuk mengambil nyawanya pada saat itu juga; Sekarang,
ya TUHAN, ambillah nyawaku. Doa emosional ini sangat arogan
karena Elia berbicara kepada Tuhan seolah-olah dia yang memiliki
otoritas penuh atas hidupnya. Dia mau menentukan sendiri berapa
lama dia harus hidup; Cukuplah itu! Doa yang arogan ini mau

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Khotbah 7

mengajari Tuhan dalam menentukan waktu yang tepat untuk mati;


Sekarang, ya TUHAN, bukan besok. Elia bahkan berdoa seolah-
olah dia lebih mengetahui apa terbaik, yang Tuhan harus lakukan
terhadap Elia pada itu juga; Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku!
Bahwa Musa dan Elia mendapatkan posisi yang khusus di
dalam teologia Alkitab, dan dalam penilaian Tuhan, hal itu tidak
menghapus atau menutupi fakta bahwa kedua nabi tersebut adalah
manusia biasa, sama seperti kita, yang juga melakukan banyak
kesalahan (Yakobus 5:17).
Murid-murid Yesus juga pernah mengungkapkan doa
emosinal yang sangat arogan. Ketika orang-orang Samaria menolak
kedatangan Yesus ke kota itu, murid-murid bereaksi untuk berdoa
memohon supaya Tuhan mengirim api dari sorga untuk membakar
Samaria; “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api
turun dari langit untuk membinasakan mereka? (Lukas 9:54). Murid-
murid berpikir dengan dan melalui doa mereka bisa seenaknya
mengatur, atau memerintahkan Tuhan untuk mengirim api dari
langit. Dengan berdoa supaya Tuhan membakar Samaria, murid-
murid menganggap orang Samaria hanya seperti sekam yang bisa
dibakar setiap saat sesuai keinginan mereka. Murid-murid berpikir
kalau mereka memohon api dari sorga untuk membinasakan orang
Samaria, Tuhan pasti mengabulkannya. Bukankah ini doa yang
arogan?
Bapak, ibu serta saudara-saudara sekalian! Kiranya kita selalu
sadar bahwa berdoa kepada Tuhan itu adalah memohon, meng-
harap akan kemurahan dan belas kasih dari Allah. Siapa pun kita
– jangan emosional di dalam berdoa. Sebab sifat emosional
menimbulkan arogansi di dalam doa. Akibatnya, ketika berdoa
seseorang tidak lagi bersikap memohon, berharap, dan menanti
kemurahan Tuhan, tetapi dengan sikap arogan mendesak,
memaksa, mengancam, mengatur, dan mendahului Tuhan.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


8 Khotbah

II. Status
Bapak, ibu, serta saudara sekalian! Fakta bahwa status dapat
membuat sesorang menjadi sangat arogan di dalam berdoa kepada
Tuhan, ditunjukkan juga oleh Tuhan Yesus melalui sebuah ilustrasi
tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang datang ke bait Allah
untuk berdoa (Lukas 18:10-14). Farisi merupakan suatu gelar
keagamaan yang tinggi di dalam kalangan orang Yahudi, yaitu
orang yang ahli kitab. Paulus sebelum bertobat sangat bangga
dengan gelarnya sebagai seorang Farisi (Filipi 3:4-5). Gelar Farisi
itu memberi seseorang status sosial dan status religius yang
terhormat dan juga sakral di kalangan umat Israel, sehingga orang
yang menyandang gelar Farisi merasa lebih baik, lebih penting,
lebih suci dari pada semua orang. Bagaimana sikap doa dari orang
Farisi itu?
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya
Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti
semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah
dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku
(Lukas 811-12).
Saudara! Coba perhatikan sikap arogan orang yang berstatus
Farisi itu. Aku tidak sama seperti semua orang lain. Dengan melihat
statusnya sebagai Farisi atau ahli kitab, ia merasa lebih penting di
hadapan Tuhan dari pada semua orang, dan karena itu ia berpikir
bahwa ia memiliki otoritas yang lebih besar dalam berdoa atau
mendoakan orang dari pada semua orang lain. Selanjutnya; Aku
bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga
seperti pemungut cukai ini. Dalam statusnya sebagai Farisi, ia merasa
memiliki nilai-nilai moral yang lebih tinggi dari pada semua orang,
atau dalam bahasa Kristen, ia merasa lebih suci, lebih rohani dari
pada semua orang sehingga, sehingga ia beranggapan bahwa ia
lebih dekat kepada Tuhan dari pada semua orang. Oleh karena

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Khotbah 9

itu ia berkeyakinan bahwa doanya pasti lebih didengar, diperhati-


kan oleh Tuhan dari pada semua doa orang lain.
Lebih jauh ia berkata: aku berpuasa dua kali seminggu.........
Karena statusnya sebagai ahli kitab, orang ini merasa memiliki nilai-
nilai spiritualitas yang lebih tinggi. Ia berpuasa dua kali seminggu.
Dengan puasa itu ia merasa bahwa kekuatan doanya, atau otoritas
rohaninya jauh lebih besar, dan lebih hebat dari pada semua orang.
Begitu tingginya arogansi yang disebabkan oleh status itu, sehingga
Farisi – ahli kitab – itu sangat meremehkan ketika ia melihat ada orang
lain yang berdoa; bukan juga seperti pemungut cukai ini.
Farisi mengira dengan berdoa demikian yaitu; memper-
kenalkan statusnya, menjelaskan betapa tingginya nilai-nilai moral
dan spiritualnya, serta menyatakan bahwa ia memiliki keunggulan
kapasitas rohani, Tuhan akan kagum dan menjawab doa-doanya.
Dapat juga dikatakan bahwa sang ahli kitab bermaksud mempe-
ngaruhi hati Tuhan dengan cara mengungkapkan semua yang
baik, semua yang benar, dan semua keunggulan yang ada pada
dirinya. Ia tentu sangat yakin bahwa statusnya sebagai Farisi
ditambah lagi dengan berbagai kriteria rohani yang dia miliki, doa-
doanya akan menggoncang hati Tuhan dan membuka pintu-pintu
berkat.
Tetapi ternyata semua anggapan, perkiraan, perasaan, dan
juga keyakinan si ahli Taurat atau ahli doa itu meleset seratus
delapan puluh derajat, bahkan Tuhan tidak mempedulikan satu
kata pun dari doa-doanya. Yesus berkata orang ini pulang ke
rumahnya dengan tidak dibenarkan...

III. Jasa dan Prestasi


Bapak, ibu, dan saudara-saudara sekalian! Sikap arogan di dalam
berdoa juga bisa muncul dari orang-orang yang merasa telah
berprestasi atau merasa telah berjasa di dalam pelayanan kepada
Tuhan. Yesus pernah menyatakan demikian:

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


10 Khotbah

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan


masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu,
dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat
demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! (Matius 7:20-23).
Di sini Yesus mengandaikan ada tiga kelompok orang yang
datang berdoa dengan berseru-seru; Tuhan......Tuhan...... Ketiga
kelompok tersebut merasa sebagai orang-orang yang sangat ber-
prestasi, atau berjasa dalam memperkenalkan Nama Yesus.
Kelompok pertama; mereka menganggap diri telah berjasa untuk
Nama Yesus melalui nubuatan-nubuatan mereka; Tuhan kami telah
bernubuat demi Nama-Mu. Bernubuat artinya menyampaikan pesan-
pesan atau firman Tuhan, berkhotbah, bersaksi, atau menyebarkan
Injil. Kelompok kedua, mereka menganggap diri telah berjasa bagi
Nama Yesus dengan mengusir setan; Tuhan kami mengusir setan
demi nama-Mu.. Siapa mereka ini? Mungkinkah mereka adalah
pendoa-pendoa peperangan rohani yang merasa sudah melakukan
doa-doa peperangan, dan telah berhasil mengusir setan-setan dari
berbagai lokasi??? Mungkinkah mereka adalah tim pengusir setan-
setan teritorial? Atau mungkinkah mereka adalah pendoa-pendoa
pelepasan yang merasa telah melepaskan banyak orang dari
cengkeraman setan??? Kelompok ketiga, mereka merasa telah
berjasa meninggikan Nama Yesus dengan mengadakan banyak
mujizat; Tuhan kami mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga.
Apakah mereka ini adalah orang-orang yang merasa memiliki
karunia-karunia mujizat? Mungkinkah mereka adalah kelompok-
kelompok yang selalu mengkomersialkan mujizat-mujizat, doa
mujizat, khotbah mujizat, pelayanan mujizat, ibadah mujizat???

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Khotbah 11

Orang-orang ini merasa mendapatkan karunia-karunia


khusus dari Tuhan, dan merasa telah berjasa atau berprestasi bagi
Nama Tuhan. Mereka menganggap diri memiliki cara-cara berdoa
yang lebih berwibawa dari pada cara berdoa orang-orang lain.
Mereka berdoa dengan gaya meng ‘claim’ – menuntut – kepada
Tuhan. Menuntut janji-janji Tuhan, menuntut kuasa Tuhan, me-
nuntut berkat Tuhan, menuntut suatu lokasi atau daerah, me-
nuntut mujizat, dan banyak tuntutan lainnya. Perhatikan ungkap-
an tuntutan mereka; Bukankah kami telah..... kami telah....... dan kami
telah..... Oleh karena mereka merasa telah berjasa, merasa sebagai
orang yang khusus di hadapan Tuhan, maka mereka menuntut –
atau mendesak supaya Tuhan menjawab doa-doa mereka; Kami
telah ..maka Tuhan harus...kami adalah..... maka Tuhan harus.....
Saudara-sauadara sekalian! Apakah saudara melihat sikap atau
roh arogan di dalam doa-doa yang mengclaim seperti ini? Apakah
saudara bisa menyimak betapa angkuhnya gaya berdoa dengan
meng ‘claim’ Tuhan? Sepintas kita mendengar doa-doa seperti ini
seolah-olah doa yang penuh iman, tetapi jika saudara melihatnya
dari kacamata Alkitab, doa-doa seperti ini hanya bisa terungkap
dari orang-orang yang dikuasai oleh roh arogansi rohani.
Coba saudara bandingkan dengan apa yang dikatakan atau
diajarkan oleh Yesus tentang cara berdoa. Di dalam doa Bapa kami
terdapat ungkapan: jadilah kehendak-Mu di bumi. Ungkapan ini
mendahului permohonan akan roti, pengampunan, dan kelepasan
dari yang jahat: ... datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di
bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami
yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami
juga mengampuni orang yang bersalah kepada kam... (Matius 6:9-13).
Artinya, kalau seseorang memohon sesuatu dari Tuhan, jangan
mengkleim, jangan mendesak, jangan menuntut, atau jangan
memaksakan kehendaknya, tetapi menyerahkan pada kehendak
Bapa, jadilah kehendak-Mu.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


12 Khotbah

Yesus sendiri, walaupun Ia mengetahui diri-Nya sebagai


Anak Tunggal Bapa, tetapi Ia tidak pernah meng ‘claim’, atau
menuntut, atau mendesak Bapa-Nya untuk melakukan sesuatu.
Ketika Ia berdoa di Taman Getsemani, Ia memohon: “Ya Bapa-Ku,
jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah
kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:42).
Rasul Paulus menegaskan bahwa Tuhan tidak punya ke-
harusan dalam memberi atau menjawab doa-doa kita. Paulus
menantang para pendoa yang merasa berjasa atau berprestasi bagi
Tuhan dengan mengatakan: Siapakah yang pernah memberikan
sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? (Roma
11:35). Jadi, jika ada orang yang berdoa dengan mengclaim, me-
nuntut supaya Tuhan menjawab doa-doanya, jelas orang tersebut
didorong oleh roh arogan, dan mungkin juga orang yang ber-
sangkutan sesungguhnya belum mengenal Allah.

Kesimpulan.
Saudara-saudara sekalian! Arogansi-arogansi di dalam doa
sudah menjadi fenomena di sepanjang sejarah peribadatan orang-
orang beriman. Sikap arogan bisa muncul dari dan di dalam doa-
doa hamba Tuhan, atau pemimpin umat Tuhan seperti Musa, bisa
muncul di dalam diri orang-orang yang memiliki status formal atau
non formal di dalam gereja. Doa-doa arogan bisa muncul dari
seorang nabi, rasul, pendeta, gembala, penginjil, guru, kaum awam,
jemaat yang lupa diri dan lupa akan sifat anugerah Allah.
Saudara-saudara sekalian! Jika saudara pernah mendengar –
atau jika nanti di suatu saat saudara mendengar – ada seseorang
atau suatu kelompok yang berkata bahwa kalau ia atau mereka
yang berdoa untuk saudara, Tuhan pasti menjawab, karena ia atau
mereka memiliki jabatan ini dan itu, memiliki karunia ini dan
karunia itu, atau mereka menceritakan bagaimana mereka telah
berjasa atau berprestasi di dalam mendoakan orang, itulah yang
disebut sikap dan roh arogansi dalam doa.
Suara EL-Asah Tahun I No. 4
Khotbah 13

Bapa ibu dan saudara-saudara sekalian! Sebenarnya jika


seseorang berdoa kepada Tuhan seharusnya orang itu memohon
dengan sikap merendahkan diri. Ia harus melupakan semua atribut
atau status dan jabatan rohaninya. Ia harus melupakan jasa-jasa
dan prestasi yang telah dilakukan dalam pelayanan.
Ingatlah dan sadarilah baik-baik bahwa di dalam konteks
berdoa, setiap orang berada dalam posisi memohon, mengharap,
dan bergantung hanya pada kerelaan atau kesudian Allah. Apapun
status dan jabatan rohani seseorang di dalam gereja; nabi, rasul,
penginjil, guru, gembala, pendeta, majelis, pendoa syafaat, dll...
dan betapa pun besarnya jasa serta prestasi yang seseorang di dalam
pelayanan, semua itu tidak membuat doa-doanya lebih penting,
atau lebih efektif, atau lebih berwibawa, atau lebih didengar oleh
Tuhan. Status dan prestasi tidak memberi nilai tambah pada doa-
doa seseorang, karena Tuhan menilai hati manusia, dan bukan
statusnya serta jasa-jasanya.
Akhirnya, kita harus kembali ke dalam prinsip-prinsip
Alkitab, bahwa Allah menjawab doa-doa kita sesuai dengan
kehendak-Nya, dan berdasarkan belas kasihan-Nya kepada kita.
Otoritas doa tidak terletak pada siapa yang berdoa atau
mendoakan. Kewibawaan sebuah doa tidak dipengaruhi oleh sta-
tus, jabatan, prestasi, dan jasa seseorang. Jika saudara memiliki
masalah yang perlu didoakan saudara tidak harus menunggu,
atau mencari seseorang atau suatu kelompok yang menganggap
atau yang mengaku diri memiliki karunia, jabatan, atau otoritas
dalam berdoa. Jangan petaruhkan hidupmu pada anggapan-
anggapan dan pengakuan-pengakuan arogan seperti itu.
Saudara dapat berdoa sendiri dengan segala kerendahan hati
dan dengan sikap penyerahan pada kehendak Allah, karena Allah
menjawab doa-doa kita sesuai dengan rasa belas kasihan dan

(bersambung ke halaman 26)

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


14 Dari Anda untuk Anda

Dari Anda Untuk Anda

Pemabaca yang terhormat!


Kami sungguh merasa sangat berbahagia mendapatkan
kesempatan untuk menjumpai dan melayani Anda melalui buletin
Suara El-Asah. Kami akan berusaha semaksimal mungkin
untuk selalu menyajikan yang terbaik demi kebaikan Anda.
Misi kami melalui Suara EL-Asah adalah:
Mencerdaskan, Mendewasakan, dan Membangun Daya Kritis
Jemaat. Dengan misi ini kami berkomitmen untuk mengunjungi
dan melayani Anda dengan setia.
Suara EL-Asah tidak dijual! Namun kami juga
sangat menyadari akan keterbatasan-keterbatasan kami, terutama
dalam hal biaya pendistribusian. Kami tentu berharap bahwa Anda
tidak akan keberatan untuk membantu kami sehingga Buletin ini
bisa sampai ke tangan Anda secara berkesinambungan.
Bila Anda berkenan, Anda bisa mengirimkan Persembahan lewat:
• BRI, Yogyakarta Cik Ditiro, No. Rek. 0029-01-066220-50-7
a.n. Samuel Tandiassa. (bebas biaya pengiriman)
• BNI UGM Yogya, No. Rek. 0038671590, a.n. Samuel Tandiassa.
(ada biaya pengiriman)
• Bank Mandiri Sudirman, Yogyakarta No. Rek. 137-00-0005211-
4, a.n. Siany Irawati. (ada biaya pengiriman)
Persembahan Anda akan kami gunakan kembali untuk
mengirim Suara El-Asah kepada Anda! Dari Anda untuk
Anda!.
NB: Kami sangat menghargai bila Anda bersedia memberi informasi melalui
SMS ke no 0813 280 27900, setelah Anda mengirimkan Persembahan,
dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal, dan jumlah.

Terima kasih, Tuhan memberkati. Doa kami mengiringi Anda.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Teologia 15

TEOLOGIA:

SOTERIOLOGI
OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.

Bab III
PENTINGNYA KESELAMATAN

B
agi Allah, menyelamatkan orang-orang berdosa sangat penting
dalam rangka mengungkapkan tanggung jawab dan kasih-
Nya yang tak terbatas dan sempurna, sementara bagi manusia
keselamatan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi melalui cara yang lain, karena seluruh eksistensi manusia
telah mengalami kerusakan total. Paling sedikit ada tiga alasan
yang sangat prinsip mengapa keselamatan itu sangat penting.

1. Universalitas dosa
Dosa adalah sebuah realitas dalam hidup manusia.
Eksistensinya tidak mungkin dapat dihindari dengan cara dan jalan

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


16 Teologia

apa pun. Alkitab mengungkapkan fakta-fakta mengenai realitas


dan akibat, serta proses penyebaran dosa sampai akhirnya men-
cengkram alam semesta ini.
Dosa masuk ke dalam dunia dan menjangkau seluruh
manusia melalui satu orang, yaitu Adam (Roma 5:12). Ketidak
taatan satu orang telah membuat semua manusia jatuh ke dalam
dosa, dan menempatkan semua munusia di bawah hukuman dan
murka Allah (Roma 5:18-19). Keberdosaan seorang Adam
mengakibatkan semua manusia telah kehilangan kemuliaan Al-
lah atau kehilangan kualitas Ilahi, sekaligus memutuskan hubungan
antara manusia dengan Allah (Roma 3:23). Pada akhirnya, segala
makhluk – termasuk manusia - menjadi fana dan takluk kepada
kesia-siaan (Roma 8:20-23).
Dosa bukan hanya sebuah fenomena insidental yang muncul
hanya pada saat-saat tertentu di tempat-tempat tertentu. Dosa
bukan hanya suatu asumsi atau suatu keyakinan religius. Dosa
sudah merupakan sebuah realitas yang memanifestasikan diri
melalui dan dalam berbagai situasi serta peristiwa, menyebabkan
alam semesta dengan segala isinya mengalami kefanaan. Kefanaan
yang dimaksud yaitu bahwa semua mahkluk hidup pada akhirnya
akan mati. Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak fakta
dosa yang tak terbantahkan.
Kekuatan dosa telah memposisikan segala mahkluk hidup
di alam semesta ini selalu berada di bawah bayang-bayang maut,
sementara mahkluk-mahkluk hidup itu sendiri tidak berdaya untuk
menghidar atau menolak maut, bahkan mahkluk yang rasional
sekalipun, yaitu manusia, tidak bisa memilih ataupun tawar
menawar kecuali menerima realitas kefanaan dirinya, yaitu mati
(Mazmur 31:11; 39:6; Yesaya 40:6-7; Ibrani 9:27). Singkatnya maut
dan sifat kefanaan adalah realitas kekuatan dosa yang telah
mencengkram alam semesta dengan segala habitatnya. Seluruh
proses hidup segala makhluk menuju ke sebuah titik akhir yang

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Teologia 17

pasti dan sama, yaitu kematian. Dengan demikian setiap makhluk


selalu berada dalam posisi menunggu.

2. Gentingnya Dosa.
Manusia modern memandang dan
memaknai dosa sebagai ketiadaan ke-
benaran, atau suatu situasi yang tanpa
kebaikan. Maksudnya, dosa hanyalah
situasi dan kondisi yang di dalamnya
tidak ada prinsip-prinsip kebenaran dan
tidak ada sifat-sifat kebaikan. Jika kebenaran dan kebaikan hadir,
maka dosa dengan segala sifatnya dengan sendirinya hilang.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dampak dosa dalam hidup
manusia hanyalah berupa kelemahan-kelemahan fisik dan psikis,
atau keterbatasan-keterbatasan fisikal dan intelektual manusia.
Kondisi kelemahan dan keterbatasan manusia tersebut kemudian
mengakibatkan kemiskinan. Tetapi apabila kebudayaan manusia
telah berkembang, dan manusia sudah mencapai tingkat tertentu
dalam pemahaman tentang nilai-niali kebenaran dan kebaikan,
dan kalau semua keterbatasan manusia sudah dapat diatasi dengan
bantuan sains dan teknologi, maka dosa dengan segala dampaknya
dengan sendirinya menghilang.
Alkitab memang mengakui bahwa semua sifat kefanaan atau
kelemahan, dan keterbatasan, serta kemiskinan, adalah akibat
langsung dari dosa. Akan tetapi Alkitab menegaskan bahwa dosa
tidaklah sesederhana yang yang digambarkan manusia modern.
Sebaliknya Alkitab menyatakan bahwa dosa sudah merupakan
sebuah kekuatan nyata yang mengancam eksistensi dan kontinuitas
hidup seluruh makhluk di alam ini, termasuk hidup manusia.
Karena dosa telah mengakar di dalam semua kebudayaan
manusia, baik kebudayaan primitif maupun yang sudah
berkembang. Dosa juga telah membaur di dalam dunia sains dan
teknologi, akibatnya baik sains maupun teknologi banyak kali justru

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


18 Teologia

menjadi alat untuk merusak manusia. Dengan demikian, solusi


terhadap masalah dosa tidak mungkin dicapai melalui proses
evolusi kebudayaan, atau dengan cara meningkatkan kemampuan
manusia di bidang sains dan teknologi.
Eksistensi dosa disebut sangat genting, karena dosa telah
merenggut hidup seluruh makhluk, dan mencampakkannya ke
dalam berbagai penderitaan, termasuk merusak alam tempat hidup
bagi segala mahkluk. Kegentingan situasi hidup manusia yang
diakibatkan dosa dapat dirunut mulai dari Taman Eden. Pertama-
tama, dosa menimbulkan ketegangan dalam hubungan Sang
Pencipta dengan manusia. Pada satu sisi karena dosa, manusia
dihantui dan sangat tertekan oleh perasaan takut untuk bertemu
dengan Allah, bahkan manusia merasa terancam (Kejadian 3:8-
10). Sedangkan pada sisi yang lain, Sang Pencipta, yang karena
otoritas dan kewibawaan perintah-Nya dilanggar, bertindak tegas,
dengan cara menghukum, dan mengusir atau menghalau manusia
keluar dari Taman Eden (Kejadian 3:23-24).
Di dalam keadaan terusir tersebut manusia masih harus
menerima sanksi-sanksi sepanjang hidupnya berupa penderitaan-
penderitaan dalam mencari nafkah, saat melahirkan, dan
klimaksnya, manusia akan mati (Kejadian 3:17-17). Manusia
sebagai makhluk hidup yang demikian mulia dan agung karena
menyandang citra dan gambar Allah, harus berakhir dengan
hanya menjadi segumpal debu yang terbuang (Kejadian 3:19). Dosa
telah menghancurkan nilai hidup manusia menjadi sia-sia, bahkan
menjadikannya sama dengan nilai hewan (Pengkhotbah 3:18-21).
Dan Sang Pencipta pun menetapkan sebuah hukum bahwa setiap
makhluk hidup akan berakhir pada kematian, sebab upah dosa
adalah kematian (Roma 6:23). Dalam pandangan Allah, pada
dasarnya semua manusia dianggap sudah mati karena dosa,
meskipun secara fisik manusia hidup (Efesus 2:1).

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Teologia 19

Dosa genting, karena ia adalah suatu realitas yang tidak dapat


dijinakkan, atau dihindari dengan cara apapun. Disebut genting
karena ia telah menghancurkan seluruh keindahan dalam hidup
manusia, menghancurkan harapan-harapan manusia tentang
masa depan yang abadi, dan melemparkan manusia ke dalam
jurang kesia-siaan, akhirnya manusia menjadi debu kembali.

3. Kerusakan Total
Total depravity atau kerusakan total, adalah istilah yang
paling tepat dan alkitabiah untuk menggambarkan keadaan
manusia akibat dosa. Total depravity dapat dijelaskan sebagai
kerusakan seluruh dimensi hidup manusia, yaitu dimensi spiritual,
dimensi sosial, dimensi fisikal, dan dimensi ekonomi.
Pada dimensi spiritual, dosa menghancurkan secara total
akan keindahan-keindahan dalam hidup manusia yaitu
keharmonisan dan kebahagiaan, kedamaian, ketentraman, kasih,
dan kemesraan. Hubungan dan komuniksai yang harmonis antara
Sang Pencipta dengan manusia rusak. Rasa takut dan malu, serta
rasa tidak aman dan terancam menghantui manusia saat akan
bertemu dengan Penciptanya (Kejadian 3:8-10). Perasaan takut
dan tertekan karena karena kondisi tidak layak menyiksa jiwa
manusia (Yesaya 6:5). Nurani manusia dihancurkan sehingga di
dalam hati manusia hanya ada kecenderungan atau niat jahat yang
kemudian membuahkan perilaku hidup yang rusak serta jahat
(Kejadian 6:5-12). Rasio manusia juga rusak, dan kerusakan itu
sedemikian parah sehingga sapi dan keledai dianggap masih lebih
baik dari pada manusia (Yesaya 1:3). Yesaya menggambarkan
kondisi kerusakan total manusia sebagai ‘busuk dari telapak kaki
sampai ke batuk kepala’ (Yesaya 1:6). Moral manusia telah rusak
total. Di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus
mengungkapkan fakta-fakta kerusakan total moral manusia. Fakta-
fakta kerusakan yang dimaksud yaitu; tidak ada lagi kemampuan

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


20 Teologia

dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang jahat, tidak ada lagi kesadaran untuk memisahkan mana yang
pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas, manusia bahkan
lagi memiliki kesadaran akan norma-norma sopan santun (Roma
3:10-18).
Pada dimensi sosial, dosa menghancurkan keindahan
suasana hubungan antar manusia, dan juga hubungan manusia
dengan alam. Rasa solidaritas dan kebersamaan antar manusia
rusak. Menusia menyalahkan sesamanya, dan pada saat yang sama
mengadakan pembelaan atau pembenaran atas dirinya sendiri.
Adam menuduh Hawa sebagai penyebab dari segala malapetaka
yang terjadi dan menimpa dirinya (Kejadian 3:12). Hawa tidak
tinggal diam, ia pun membela diri dan menyalahkan satu makhluk
paling cerdik yang diciptakan Allah sebagai oknum yang paling
tepat untuk dipersalahkan. Hawa juga merasa dijadikan sebagai
korban dari makhluk ciptaan Allah sendiri (Kejadian 3:13).
Kerusakan total merambah ke dalam dimensi ekonomi.
Tanah tempat manusia mencari nafkah rusak –terkutuk - sehingga
ketika manusia mengolah tanah untuk mencari rezeki, yang
tumbuh adalah duri dan rumput duri. Akibatnya manusia harus
bekerja dengan bersusah payah, dan berjerih lelah seumur
hidupnya untuk bisa mendapatkan nafkah (Kejadian 3:17-19).
Kerusakan yang ditimbulkan
oleh dosa di dalam dimensi
ekonomi demikian parah
sehingga manusia makan roti
hasil jerih payahnya pun
masih disertai dengan tetesan
air mata (Mazmur 80:6).
Akumulasi dari semua
kerusakan total di dalam
seluruh dimensi kehidupan

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Teologia 21

manusia akibat dosa tersebut digambarkan Rasul Paulus sebagai


keadaan yang di dalamnya manusia sudah mati (Efesus 2:1-2).
Kemudian Yesus melihat keadaan orang yang sudah mati itu
seperti orang yang bisa mendengar tetapi tidak dapat dapat
mengerti, bisa melihat tetapi tidak dapat menangkap (Matius 13:
14-15). Akhirnya, Paulus menegaskan bahwa dosa adalah
kekuatan ilah zaman yang telah membutakan dan merusak seluruh
potensi manusia yaitu; potensi rasional, potensi nurani, dan potensi
moral manusia ( 2 Korintus 4:3-4).
Di dalam keadaan tak mungkin untuk melarikan diri dari
jangkauan dosa, dalam keadaan tak berdaya melawan gentingnya
dosa dan segala akibatnya, dan di dalam kondisi hidup yang sudah
rusak total akibat dosa seperti tersebut di atas, keselamatan teramat
penting bagi manusia. Mencari atau menemukan jalan keluar dari
kerusakan total, menjadi satu-satunya solusi alternatif untuk
mengubah masa depan manusia. Jalan keluar itu adalah jalan
keselamatan, karena keselamatan adalah situasi dan kondisi hidup
yang ideal, yaitu keadaan bebas dan leluasa, keadaan sejahtera
dan damai, keadaan sehat dan diberkati, keadaan yang penuh kasih
dan sukacita.
Keselamatan penting, karena tidak ada cara atau proses lain
yang dapat dilakukan manusia untuk melepaskan diri dari
cengkraman dosa dan maut kecuali diselamatkan. Sementara
keselamatan itu sendiri merupakan anugerah dari Allah, atau suatu
pemberian yang bersifat cuma-cuma.

(Bersambung ke edisi mendatang)

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


22 Pemahaman Alkitab

Mempersiapkan diri
untuk Diberkati
OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.

ujuan dari tema tersebut di atas adalah supaya orang-orang

T percaya dapat membenahi kehidupan mereka, khususnya


dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Karena dengan
menyelaraskan kehidupan dengan Allah, atau dengan Firman
Allah, setiap orang percaya akan diberkati oleh Tuhan.
Tema besar dalam pehaman Alkitab ini dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
1. Bertobat
2. Penuh dengan Roh Kudus
3. Dipimpin oleh Roh Kudus
4. Beribadah dalam Roh
Pada edisi yang lalu telah dimuat dua bagian yaitu Bertobat
dan Penuh dengan Roh Kudus. Bagian ketiga ini akan membahas
bagaiman kehidupan orang percaya yang Dipimpin oleh Roh Ku-
dus.
Dipimpin Oleh Roh Kudus
Matius 4:1-11
Pendahuluan
Teks tersebut di atas menjelaskan bahwa setelah Yesus
dibaptis, Roh Kudus membawa-Nya ke padang gurun. Di dalam

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Pemahaman Alkitab 23

terjemahan lain dipakai istilah Roh Kudus memimpin Yesus. Di


padang gurun, Yesus berpuasa selama 40 hari, dan sesudah itu
Yesus menghadapi godaan yang beruntun dari Iblis. Yesus dapat
melampaui semua situasi tersebut dengan kemenangan besar.
Perikop ini memberi gambaran yang jelas dan contoh yang
paling sempurna tentang bagaimana dan apa makna hidup
dipimpin oleh Roh Kudus. Apa ciri-ciri hidup orang yang sungguh-
sungguh dipimpin oleh Roh Kudus? Atau bagaimana perilaku
hidup seseorang jika orang tersebut sungguh-sungguh dipenuhi
oleh Roh Kudus?

I. Berdayatahan
Roh Kudus memberi daya ta-
han pada Yesus untuk menanggung
penderitaan fisik di padang gurun
selama 40 hari berupa cuaca dingin
yang mencekam di malam hari, dan
panas terik yang membakar di siang hari, serta menahan lapar
karena berpuasa. Beberapa contoh:
A. Roh Kudus memimpin Stefanus dengan cara memberi daya
tahan sampai mati – Kisah Para Rasul 7:54-60.
B. Roh Kudus memimpin Petrus dan Yohanes dengan memberi
sukacita saat disesah – Kisah Para Rasul 5:40-41.
C. Tubuh yang fana – lemah – ini akan bangkit atau memiliki
kekuatan – daya tahan bila dipimpin oleh Roh Kudus – Roma
8:11.

II. Bertemperamen Dingin


Selanjutnya disebutkan bahwa di padang
gurun Yesus berada di antara binatang-binatang
buas. Pernyataan ini menggambarkan keadaan
yang dihadapi Yesus ketika itu yaitu: ketidak-

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


24 Pemahaman Alkitab

ramahan, keadaan tak yang bersahabat, ketegangan, emosi yang


tak terkendali, egoisme yang tinggi, watak yang saling memakan,
atau menghancurkan. Roh Kudus memimpin Yesus sehingga Ia
menghadapi semua keadaan itu dengan tenang, lembut, dan tidak
emosional.
A. Roh Kudus memberi kita kemampuan untuk mematikan –
mengendalikan keinginan-keinginan (roh) daging – Roma 8:13.
B. Roh Kudus memberi temperamen yang lembut sehingga
seseorang tetap bersikap ramah saat difitnah – 1 Korintus 4:12-
13.
C. Roh Kudus memberikan watak, karakter atau sifat-sifa yang
suci sehingga dengan sifat-sifat itu, seseorang akan bertempe-
ramen dingin – Galatia 5:22-23.
Catatan: sembilan sifat (bukan sembilan buah) yang dicatat di dalam ayat
ini dikelompokkan menjadi tiga, untuk menggambarkan suasana
hidup orang yang dipimpin oleh Roh Kudus:
1. Pikiran – dipenuhi dengan: kasih, sukacita, damai sejahtera
2. Hubungan dengan Tuhan disertai dengan: kasih, kesabaran,
kesetiaan
3. Hubungan dengan sesama diwarnai dengan: kasih, kesabaran,
kemurahan, kebaikan. kesetiaan, kelemah lembutan, dan penguasaan
diri.

III. Berwawasan Alkitab.


Iblis mencobai dan mau men-
jatuhkan Yesus dengan memakai
istilah-istilah rohani. Bahasa-bahasa
rohani itu digunakan Iblis untuk
membungkus maksud jahatnya.
Tetapi Roh Kudus memberi wawasan
Alkitab - Kebenaran - pada Yesus.
Catatan: Hal yang kelihatan/kedengaran atau bersifat rohani tidak selalu
bernilai kebenaran. Tetapi kebenaran pasti memiliki nilai rohani.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Pemahaman Alkitab 25

A. Cobaan/jebakan melalui status Yesus.


1. Suara Iblis – bersifat rohani: Engkau Anak Allah, perintahkan
batu-batu ini menjadi roti (ayat 3).
2. Yesus – berwawasan Alkitab. Ada tertulis di dalam kitab
(ayat 4)
B. Cobaan/jebakan melalui sifat sifat kemahakuasaan Yesus
1. Suara setan – bernada rohani: jatuhkan diri-Mu, Allah pasti
mengirim malaikat-Nya (ayat 6).
2. Yesus – berwawasan Alkitab: Ada pula tertulis di dalam kitab
(ayat 7)
C. Cobaan/jebakan melalui kepemilikan kekayaan.
1. Suara Iblis – berbobot rohani: Jika Engkau mau memiliki
seluruh dunia ini (ayat 9)
2. Yesus – wawasan Alkitab: sebab ada tertulis di dalam kitab
(ayat 10)
Saat-saat seseorang menghadapi cobaan-godaan dan jebakan
iblis, Roh Kudus akan memimpin pikiran orang yang bersangkutan
untuk memberi jawaban-jawaban, gagasan-gagasan, dan solusi
berdasarkan apa yang tertulis di dalam Alkitab sebagai kebenaran
tertinggi, dan bukan berdasarkan apa yang dianggap atau ke-
dengaran rohani.
a. Yohanes 16:13, Roh Kudus akan memimpin ke dalam seluruh
kebenaran.
b. Kisah Para Rasul 4:8, Roh Kudus memberi kecerdasan Alkitab
pada Petrus.
c. Yohanes 14:26, Roh Kudus akan memberi daya ingat terhadap
perkataan Tuhan.
Jika seseorang dipimpin oleh Roh Kudus, pikirannya akan
selalu dibawa kepada Firman Allah pada saat-saat menghadapi
godaan, cobaan, atau jebakan-jebakan iblis, sehingga jawaban-
jawaban yang diberikan akan selalu berdasarkan Firman Allah,

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


26 Pemahaman Alkitab

dan bukan apa yang dianggap baik berdasarkan perasaan-


perasaan manusia.

D. Konkulsi
Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus akan selalu memiliki
cir-ciri yang jelas, yaitu berdayatahan dalam menghadapai
penderitaan-penderitaan secara fisik, memiliki temperamen yang
dingin atau sifat-sifat suci atau tidak emosional, dan memiliki ke-
mampuan menjawab setiap masalah hidupnya dengan mengguna-
kan wawasan, gagasan, dan solusi berdasarkan kebenaran-
kebenaran tertulis di dalam Alkitab.
(Bersambung ke edisi mendatang)

(Sambungan dari halaman 13)

kemurahan-Nya pada diri kita. Ingat pesan Yesus: Bapamu di Surga


tahu apa yang saudara perlukan
O ibu dan bapak! Oh kawan-kawan! Hati-hatilah terhadap roh-
roh arogansi yang kini sedang menyusup ke dalam doa-doa umat
Tuhan. Roh-roh arogansi berbentuk mitos-mitos dalam doa, bisa
muncul dan menunggangi ritual-ritual doa yang disakralkan. Roh-
roh arogansi dalam doa kini sedang merajalela di dalam dan di
luar tempat-tempat ibadah. Hati-hatilah... hati-hatilah....
kawan.....!

-oo0oo-

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Kesaksian 27

Oleh-oleh dari
Mataram
Oleh: Drs. Johanes Poerwadi

K
etika pada bulan Januari 2007 saya berkunjung kembali
ke Mataram, setelah saya tinggalkan dalam waktu yang
cukup lama, ada perasaan terkejut tetapi juga bangga saat
saya beribadah di GPdI Mataram yang terletak di Jl. Pariwisata.
Saya mendapati bahwa gedung gereja dari tampak luarnya masih
sama tetapi begitu kita masuk ke dalamnya, ada satu perubahan
besar. Sekarang ruang ibadah itu sudah full AC, di kiri kanan
mimbar dipasang layar LCD, dan dihiasi dengan asesories indah
sehingga seperti di ruang pertemuan sebuah hotel berbintang.
Di antara 400-500 jemaat itu, saya mulai menemukan wajah-
wajah yang tidak lagi asing bagi saya karena ada banyak mantan
anak-anak sekolah minggu yang pernah saya ajar. Sungguh saya
sangat senang bertemu mereka kembali dan melihat kesetiaan
mereka untuk tetap beribadah di gereja ini.
Pada bulan Maret lalu saya kembali berkunjung ke gereja
ini, dan seperti kunjungan lalu, saya menerima banyak undangan
makan dari teman-teman ‘seperjuangan’ ini. Salah satu undangan
itu datang dari Keluarga Bp. Ang Kim Hok, yang anaknya 9 orang,
dan cucu 16 orang, dengan mantu-mantunya, maka jumlah
keluarga besarnya adalah 44 orang.
Saya mengenal keluarga Koh Hok sudah lama, selain
merupakan jemaat awal, anak-anaknya adalah murid-murid

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


28 Kesaksian

sekolah Minggu yang dulu saya layani. Saya juga sering


berkunjung ke rumahnya karena kebetulan selain sebagai pegawai
negeri saya juga bekerja part time sebagai ahli pembukuan di sebuah
perusahaan tembakau yang letaknya di depan rumah Koh Hok
ini. Saya tahu bagaimana kehidupan keluarga besar ini dalam
kesederhanaan tetapi mereka setia kepada Tuhan, dan rumah
mereka pun dipakai untuk pelayanan sekolah minggu.

Koh Hok, no. 4 dari kiri, sedang bersama dengan jemaat


GPdI Mataram

Dari pertemuan dengan keluarga Koh Hok saat saya


diundang untuk perayaan ulang tahun salah satu cucunya ada
beberapa hal yang menarik yang saya tulis di sini sebagai oleh-
oleh dari Mataram. Koh Hok, yang sekarang telah berusia 70 tahun,
selain tetap setia kepada Tuhan, berhasil membawa keluarganya
untuk mengenal Tuhan dan mengajar mereka menjadi anak-anak
Tuhan yang setia. Mereka juga membangun komunikasi yang erat
dengan berkumpul setiap hari Minggu untuk makan bersama dan
sharing atas apa yang sedang terjadi.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Kesaksian 29

Koh Hok menceritakannya kepada saya bahwa saat ini ia


sangat berbahagia karena semua anak-anaknya dalam Tuhan. Ia
berkata, “Pur, saya sungguh berterima kasih kepda Tuhan sebab
Tuhan sungguh baik. Dia pelihara saya, juga termasuk anak, mantu,
dan cucu saya.” Memang, saya menyaksikan bahwa keluarganya
sangat diberkati Tuhan. Ia juga menuntut agar setiap orang yang
akan menjadi menantunya adalah anak Tuhan. Ia berkata, “Yang
penting betul-betul dalam Tuhan, sebab apabila sudah benar di
hadapan Tuhan, berkat akan mengalir.”
Salah satu anak Koh Hok, A Chun bersaksi kepada saya,
“Om Pur, ketika suami saya meninggal, saya nggak siap untuk
menjadi seorang pedagang karena dulu suami saya berharap agar
saya mendidik anak-anak dan menjaga mereka. Namun setelah ia
meninggal, saya dituntut untuk hidup. Saya memulai dengan
berkeliling naik sepeda motor dan menjual barang-barang untuk
dikreditkan dan karena barangnya sangat banyak, sampai-sampai
saya nggak kelihatan.....” Tetapi sekarang kerja saya banyak di
rumah, omset saya sudah lumayan. Pembeli datang langsung ke
rumah atau nelpon. Kerja saya santai kok, Om.” Saya
menimpalinya, “Namun berkatnya melimpah, tho?” A Chun hanya
tersenyum dan mengiyakan. Beberapa orang berkata bahwa A
Chun seringkali mengikuti pameran mutiara di dalam dan luar
negeri. Anak-anak Koh Hok yang lain juga bersaksi, “Puji Tuhan
Om, orang lain sepi, tetapi usaha yang saya kelola selalu diberkati
Tuhan.”
Koh Hok juga aktif dan turut terlibat dalam pekerjaan Tuhan.
Ia selalu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan selalu
mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti akan pekerjaan
Tuhan. Kepada saya Koh Hok mengatakan, “Anak-anak saya ajar
selalu tahu memberi untuk pekerjaan Tuhan, selalu peduli pada
pekerjaan Tuhan. Semakin banyak berkat, harus semakin berani
memberi untuk pekerjaan Tuhan. Itu kunci berkat.” Koh Hok telah

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


30 Kesaksian

membuktikannya. Keluarganya diberkati Tuhan bahkan ketika


pekerjaan Tuhan membutuhkan dana, maka ia akan meminta
mereka untuk memberikan persembahan dengan jumlah yang ia
tentukan. Ia mengatakan kepada saya, “Anak-anak harus dididik
peka dan peduli terhadap pekerjaan Tuhan karena berkat yang
kita nikmati sudah terlalu banyak.”
Kesan anak-anak kepada Papa Hok cukup bagus. Bagi
mereka beliau adalah idola yang mereka segani. Koh Hok dan istri
sebenarnya moderat namun karena keteladanan mereka dalam
mengiring Yesus membuat anak-anak jadi segan. Ini sangat nampak
saat mereka berbicara dengan hormat dan hati-hati kepada orang
tua mereka. Saat saya menanyai hal ini secara tidak langsung
mereka menjawab bahwa mereka segan dengan Papa. Koh Hok
memiliki wibawa dan anak-anak yang mengerti firman Tuhan ini
tahu bahwa mereka harus menghormati orang tua.
Saat makan malam dan menikmati sajian khas Lombok yang
terhidang, Koh Hok tiba-tiba membuka rahasianya diberkati
Tuhan. Ia tiba-tiba berkata, “Pur, rahasia diberkati Tuhan ada dua
yaitu takut akan Tuhan dan jujur dalam perpuluhan.”
Saya agak terhenyak sejenak. Sebab ini adalah realisasi
puncak iman yang luar biasa dalam kehidupan orang Kristen.
Mengapa? Saya berpikir takut akan Tuhan itu berarti mengasihi
Tuhan, menghormati Tuhan, dan melaksanakan perintah Tuhan.
Mana mungkin seorang bisa berbuat demikian bila tidak
mempunyai puncak iman kepada-Nya. Perpuluhan juga dampak
dari takut akan Tuhan dan supaya tidak kena kutuk Tuhan. Saya
teringat akan firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. DR Samuel
Tandiassa, M.A. bahwa Adam dan Hawa boleh mengambil dan
menikmati sepuas-puasnya apa yang ada di Taman Eden, namun
buah pengetahuan baik dan jahat tidak boleh disentuh atau
dimakan. Sebab bila hal ini dilanggar maka manusia terkena kutuk.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Kesaksian 31

Tetapi Adam dan Hawa menyentuh buah itu, mengambilnya, dan


memakannya sehingga mereka terkutuk. Rupanya Koh Hok dan
istri, anak-mantu-cucu mengetahui, memahami dan melaksanakan
konsep firman Tuhan agar sukses dalam membina bahtera hidup.
Dari kehidupan Koh Hok, ada pelajaran yang bisa menjadi
teladan bagi kita. Yang pertama bahwa pemeliharaan Tuhan
sampai ke anak cucu akan terus berlangsung bagi orang yang setia
kepada-Nya. Yang kedua, mendukung pekerjaan Tuhan. Jangan
segan-segan untuk mendukung pekerjaan Tuhan karena kita
terlebih dahulu telah diberkati Tuhan. Jangan hitung-hitungan
dengan Tuhan dan memiliki konsep yang salah bahwa apabila
kita memberikan harta kita maka harta kita menjadi susut. Justru
sebaliknya bila kita mempersembahkan harta kita untuk kemuliaan
Tuhan, maka berkat itu semakin melimpah. Yang ketiga, keluarga
kita akan berbahagia dan sejahtera apabila kita saling menghargai,
mencintai, dan saling mendoakan. Dan yang terakhir miliki konsep
takut akan Tuhan dan jujur dalam perpuluhan sebagai kunci
berkat.
Saya tahu akan ada banyak orang seperti Bp Ang Kim Hok
lainnya di jemaat GPdI Mataram karena firman Tuhan telah
menjadi landasan hidup yang kokoh. Berjuang terus Koh Hok,
sampai Tuhan datang. Upahmu besar di sorga.

-oo0oo-

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


32 Kesehatan

NARKOBA DAN
KESEHATAN
Oleh: Dr. Adieli Zega

PENDAHULUAN
ewasa ini, penyalahgunaan narkoba sudah semakin

D menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dimana


jumlah pengguna narkoba pada tahun 1970 sekitar
130.000 orang, ternyata pada tahun 2000, tercatat menjadi 2 juta
orang. Keprihatinan dan kekhawatiran berbagai kalangan
mendorong untuk melakukan berbagai upaya untuk memberantas
dan meminimalisasi berbagai dampak yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan narkoba.
Masalah penyalahgunaan
narkoba lebih merupakan
masalah sosial, walaupun tidak
terlepas juga dari masalah politik
dan ekonomi suatu bangsa. Hal
ini dapat dirasakan jika sebagian
besar generasi muda Indonesia
telah terjangkit pernyalah-
Jenis Heroin
gunaan narkoba, tentu andalan
dan harapan bangsa dimasa yang akan datang sebagai pemimpin
yang berkualitas tidak akan didapatkan lagi. Generasi muda sudah
menjadi generasi yang loyo, sakit mental dan tidak mampu berdiri
lagi. Dapat diduga, bangsa asing yang sudah lama mengincar

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Kesehatan 33

potensi alam Indonesia akan dengan mudah memporak


porandakan stabilitas diberbagai aspek.
Peredaran dan penggunaan narkoba sebagai bahan
penelitian, pengobatan dan ilmu pengetahuan telah diatur dan
ditetapkan dalam undang-undang , yaitu UU No.22 tahun 1997
tentang Narkotika, dan UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Seiring dengan meningkatnya jumlah penyalahgunaan
narkoba, terutama yang menggunakan suntik, telah menambah
jumlah penderita Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti HIV/
AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan sebagainya,
Dalam ilmu Kedokteran, narkotika dan obat pada umumnya
digolongkan sebagai racun, sebab bila zat tersebut masuk ke dalam
tubuh, di dalam tubuh akan menimbulkan reaksi biokimia yang
dapat menyebabkan penyakit atau kematian, tergantung pada
takaran, cara pemberian, bentuk fisik dan struktur kimia zat, serta
kepekaan korban dipengaruhi oleh usia, riwayat penyakit
terdahulu atau bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitifikasi
tertentu dan sebagainya.
Data Litbang Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan
bahwa selama tahun 2003-2005, telah disurvei 7114 lembaga
pendidikan, 66.897 kelas (SLTP dan SLTA) dan 2.382.502
mahasiswa. Wawancara dengan Napi di LP, Lapas, Rumah Sakit
dan Panti Rehabilitasi. Dari survei tersebut, menggambarkan bahwa
dari 26 ibu kota provinsi di Indonesia pengguna narkoba adalah
3,9%, dan pernah menggunakan adalah 5,8%.
Sebaran pengguna narkoba menurut kota-kota besar di In-
donesia: Jakarta 23%, Medan 15%, Bandung 14%. Dan khusus
untuk ibu kota provinsi saja, penyalahguna narkoba meliputi Palu
8,4%, Medan 6,4%, Surabaya 6,3%, Muluku Utara 5,9%, Padang
5,5%, Bandung 5,1%, Kendari 5%, Banjarmasin 4,3%, Yogyakarta
dan Pontianak 4,1%.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


34 Kesehatan

Berdasarkan jenis narkoba yang digunakan adalah Ganja


74,9%, Obat Penenang 32,5%, Ekstasi 25,7%, dan Amfetamin
21,5%. Berdasarkan kelompok umur meliputi umur diatas 25 tahun
20%, 21-25 tahun 12,3%, dibawah 21 tahun 7,7%, dan umumnya
dimulai pada usia 7 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki
7,2%, wanita 1,1% dan berdasarkan pendidikan adalah Perguruan
Tinggi 9,9%, SMU 4,8%, SLTP 1,4%.
Bila ditinjau dari kondisi keluarga, maka penyebab terjadinya
penyalahgunaan narkoba ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Orang Tua berpisah tapi bukan cerai
2. Pengguna tidak pernah berkomunikasi atau berbincang
3. Pengguna tidak tinggal dengan Orangtua
4. Sebagian keluarga ada yang merokok
5. Anggota keluarga biasa meminum minuman keras
6. Anggota keluarga biasa ke tempat hiburan
7. Anggota keluarga biasa menyalahgunakan narkoba

DEFINISI
Istilah narkoba yang kita
kenal sekarang ini disebut dengan
“Narkotika dan Obat Berbahaya”.
Namun yang tepat adalah
“Narkotika, Psikotropika dan
bahan Adiktif lainnya” (NAPZA).
Dalam ilmu Kedokteran istilah
obat berbahaya adalah obat-obatan
yang tidak boleh dijual bebas oleh
karena pemberiaannya dapat
membahayakan bila tidak melalui
pertimbangan medis, seperti penggunaan antibiotika, obat-obat
jantung, darah tinggi dan sebagainya. Seharusnya jenis-jenis

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Kesehatan 35

Narkotika dan Psikotropika itu memberi manfaat bagi dunia


Kedokteran jika digunakan dengan baik dan benar. Narkotika dan
Psikotropika dapat menyembuhkan dan mengakhiri penderitaan,
sehingga dengan manfaat yang banyak. Sikap anti narkoba kurang
tepat namun yang kita perangi adalah penyalahgunaan.
Menurut UU RI No.22/1997 tentang narkotika, yang
dimaksud dengan narkotika ialah zat atau obat, baik yang berasal
dari tanaman maupun bukan tanaman, baik sintetik maupun semi
sintetik, yang dapat menyababkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
nyeri dan menimbulkan ketergantungan dan kecanduan. Menurut
UU RI No.5/1997, tentang Psikotropika, yang dimaksud dengan
Psikotropika ialah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik
bukan narkotika, yang berkasiat Psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Beberapa istilah yang sebaiknya diketahui :
1. Zat Psikoaktif
Bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktifitas men-
tal emosional, cara berpikir, persepsi dan perilaku seseorang.
2. Penyalahgunaan zat
Penggunaan zat oleh seseorang secara berlebihan, bukan untuk
tujuan pengobatan (tanpa petunjuk dokter), sehingga
menimbulkan kendala atau hambatan dalam kehidupan sosial,
sekolah dan pekerjaan.
3. Ketergantungan zat
Terdapatnya ketergantungan fisik terhadap zat yang ditandai
oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus zat.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


36 Kesehatan

4. Ketergantungan Psikologik
Suatu keadaan yang menimbulkan perasaan puas dan nikmat
sehingga mendorong seseorang untuk mengulang kembali
untuk mendapatkan sensasi tersebut dan menimbulkan
perasaan tidak senang bila menghentikannya.
5. Sindroma putus zat
Tanda atau gejala berupa keluhan fisik yang spesifik yang
timbul setelah dilakukan penghentian atau pengurangan zat
yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh individu.
6. Intoksikasi/keracunan
Kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat
yang dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.
7. Toleransi
Peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama
semakin banyak, untuk mendapatkan efek yang sama.

(Bersambung ke edisi mendatang)

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Sikap dan Tindakan Kristiani 37

Hati Yang Baik


Menambah Kecantikan

C
ai Yong dikenal juga sebagai Cai Bojie. Ia terkenal sebagai
sastrawan besar dari Wilayah Qi, Provinsi Henan pada masa
Dinasti Han Timur (202 Sebelum Masehi – 220 Setelah
Masehi). Ia dikenal sangat menjunjung tinggi moral dan
menegakkan keadilan. Ia suka membaca, matematika, astronomi
dan bermain musik. Untuk mendidik putrinya Cai Wenji, ia khusus
menulis sebuah esei berjudul “Pelajaran untuk Perempuan”.
Ia tidak keberatan bila putrinya
berdandan bagus dan bersolek. Pada
kenyataannya, ia percaya perempuan
seharusnya berdandan sederhana agar
mereka tampil lebih pantas, dan harus
menjaga rambutnya bersih serta meng-
kilap. Di lain pihak, ia menekankan lebih
penting bagi seorang perempuan untuk
mengolah kecantikan dalamnya daripada
memperelok kecantikan luarnya. Ia
percaya bahwa kecantikan yang sesung-
guhnya datang dari dalam. Orang jaman
sekarang bilang inner beauty.
Dalam “Pelajaran untuk Perempuan”, Cai Yong menulis,
“Seperti kepala dan wajah, hati juga membutuhkan perawatan.
Kotoran akan muncul bila kamu lalai mencuci wajahmu dalam
sehari. Pikiran buruk akan memasuki hatimu jika lalai melatih ke-
baikan dalam sehari. Setiap orang tahu bagaimana mempercantik
wajah, tetapi tidak setiap orang tahu mengembangkan kebaikan.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


38 Sikap dan Tindakan Kristiani

Bila kamu tidak merawat wajahmu, mungkin orang bodoh akan


memanggilmu ceroboh. Bila kamu tidak melatih moralmu, orang
berakhlak akan memanggilmu jahat. Adalah masih dapat diterima
dipanggil ceroboh oleh orang bodoh, tetapi tidak ada tempat
bagimu di dunia, jika seorang bermoral memanggilmu jahat.
Karena itu, jika kamu melihat dirimu di cermin, pikirkan
apakah hatimu bersih. Kalau memakai parfum, pikirkan apakah
hatimu tenang dan damai. Kalau bersolek, pikirkan apakah
pikiranmu bersih. Kalau melembabkan rambutmu, pikirkan apakah
pikiranmu tentram. Bila menyisir rambutmu, pikirkan apakah
pikiranmu rasional dan masuk akal. Bila mengikat rambutmu,
pikirkan apakah pikiranmu semulus, seelok sanggulmu. Bila kamu
menata rambut halus sepanjang wajahmu, pikirkan apakah hatimu
juga serapi itu.”

Bagaimana kita menemukan kebahagiaan?


Konon pada suatu wak-
tu, Tuhan memanggil tiga
malaikatnya. Sambil memper-
lihatkan sesuatu Tuhan ber-
kata, “Ini namanya Kebahagia-
an. Ini sangat bernilai sekali. Ini
dicari dan diperlukan oleh
manusia. Simpanlah di suatu tempat supaya manusia sendiri yang
menemukannya. Jangan ditempat yang terlalu mudah sebab nanti
kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi jangan pula di tempat yang
terlalu susah sehingga tidak bisa ditemukan oleh manusia. Dan
yang penting, letakkan kebahagiaan itu di tempat yang bersih”.
Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat
itu langsung ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut.
Tetapi dimana meletakkannya? Malaikat pertama mengusulkan,
“Letakan dipuncak gunung yang tinggi”. Tetapi para malaikat yang

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


Sikap dan Tindakan Kristiani 39

lain kurang setuju. Lalu malaikat kedua berkata, “Latakkan di dasar


samudera”. Usul itupun kurang disepakati.
Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga
malaikat langsung sepakat. Malam itu juga ketika semua orang
sedang tidur, ketiga malaikat itu meletakkan kebahagiaan di tempat
yang dibisikkan tadi.
Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di
tempat itu. Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari
ke hari, tahun ke tahun, kita terus mencari kebahagiaan. Kita semua
ingin menemukan kebahagiaan.

Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya?


Ada yang mencari kebaha-
giaan sambil berwisata ke gu-
nung, ada yang mencari di pan-
tai, Ada yang mencari ditempat
yang sunyi, ada yang mencari
ditempat yang ramai. Kita
mencari rasa bahagia di sana-
sini: di pertokoan, di restoran,
ditempat ibadah, di kolam renang, di lapangan olah raga, di
bioskop, di layar televisi, di kantor, dan lainnya. Ada pula yang
mencari kebahagiaan dengan kerja keras, sebaliknya ada pula yang
bermalas-malasan. Ada yang ingin merasa bahagia dengan
mencari pacar, ada yang mencari gelar, ada yang menciptakan
lagu, ada yang mengarang buku, dll.
Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan.
Pernikahan misalnya, selalu dihubungkan dengan kebahagiaan.
Orang seakan-akan beranggapan bahwa jika belum menikah
berarti belum bahagia. Padahal semua orang juga tahu bahwa
menikah tidaklah identik dengan bahagia.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4


40 Sikap dan Tindakan Kristiani

Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan.


Alangkah bahagianya kalu aku punya ini atau itu, pikir kita. Tetapi
kemudian ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda
tersebut tidak memberi kebahagiaan.
Kita ingin menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan itu
diletakkan oleh tiga malaikat secara rapi. Dimana mereka
meletakkannya? Bukan dipuncak gunung seperti diusulkan oleh
malaikat pertama. Bukan didasar samudera seperti usulan malaikat
kedua. Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat ketiga.

Dimanakah tempatnya???
Untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan itu
tidaklah mudah. Perlu perjuangan. Ibarat sebuah berlian, dimana
untuk mendapatkan kilauan yang cemerlang, harus terus diasah
dan ditempa sehingga kemilauan yang dihasilkan terpancar dari
dalamnya.
Begitu juga hidup ini. Kita harus rendah hati. Seringkali kita
merasa minder dengan keberadaan diri kita. Sering kali kita berkata,
“Ah... gue mah belum jadi orang. Tinggal aja masih ama ortu,
ngontrak, dll”.
Kita harus ingat, bahwa yang menentukan masa depan kita
adalah Tuhan. Dan kita harus menyadari bahwa jalan Tuhan
adalah jalan kita. Tuhan akan membuat semuanya INDAH pada
waktunya.
Yang penting disini adalah hikmat. Barangsiapa yang
bijaksana dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dalam
hidup ini.
Oh ya..., dimanakah para malaikat menyimpan kebahagiaan
itu? DI HATI YANG BERSIH.................
-oo0oo-

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Anda mungkin juga menyukai