Vol 1-No 5
Vol 1-No 5
Suara EL-Asah
Diterbitkan oleh:
EL-ASAH MINISTRY
Jl. Candi Gebang 52 Condong Catur
Yogyakarta 55283
Khotbah:
Khotbah:
Hambatan-hambatan Doa
Yabobus 4:3
S
alam
alam sejahtera
sejahtera saya
saya sampaikan
sampaikan pada
pada bapak,
bapak, ibu,
ibu, dan
dan saudara
saudara seka-
seka-
lian. Harapan dan doa saya, Anda sekalian selalu berada dalam
lian. Harapan dan doa saya, Anda sekalian selalu berada dalam
keadaan
keadaan sehat,
sehat, damai,
damai, dan
dan berkecukupan,
berkecukupan, haleluya!
haleluya!
Renungan
Renungan Firman
Firman Tuhan
Tuhan yang
yang saya
saya akan
akan sampaikan
sampaikan kepada
kepada
Anda saat ini diambil dari Yakobus 4:3, yang berkata demikian: Atau
Anda saat ini diambil dari Yakobus 4:3, yang berkata demikian: Atau
kamu
kamu berdoa
berdoa juga,
juga, tetapi
tetapi kamu
kamu tidak
tidak menerima
menerima apa-apa,
apa-apa, karena
karena kamu
kamu salah
salah
berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan
berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan
hawa
hawa nafsumu.
nafsumu.
Jika
Jika saya
saya bertanya:
bertanya: Apakah
Apakah Anda
Anda pernah
pernah berdoa?
berdoa? Apakah
Apakah Anda
Anda
senang berdoa? Jawabannya pasti ‘ya’. Apakah Anda percaya
senang berdoa? Jawabannya pasti ‘ya’. Apakah Anda percaya bahwa bahwa
Tuhan
Tuhan sanggup
sanggup menjawab
menjawab doa-doa
doa-doa Anda?
Anda? Anda
Anda juga
juga pasti
pasti berkata
berkata
‘amin’.
‘amin’. Tetapi bagaimana jawaban Anda kalau saya bertanya: apakah
Tetapi bagaimana jawaban Anda kalau saya bertanya: apakah
Anda
Anda sudah
sudah menerima
menerima jawaban
jawaban atas
atas doa-doa
doa-doa Anda?
Anda?
Tema
Tema Firman
Firman Tuhan
Tuhan kali
kali ini adalah: Hambatan-hamabatan
ini adalah: Hambatan-hamabatan doa.
doa.
Saya
Saya sangat yakin bahwa saudara-saudara sekalian bisa
sangat yakin bahwa saudara-saudara sekalian bisa berdoa,
berdoa, pernah
pernah
Suara
Suara EL-Asah
EL-Asah Tahun
Tahun II No.
No. 55
Khotbah
FAKTA DOA
Saudara-saudara sekalian! Saya tidak meragukan bahwa sesung-
guhnya sudah sangat banyak doa yang Anda naikkan pada Tuhan.
Setiap pagi Anda pasti berdoa kepada Tuhan.
Di dalam kegiatan persekutuan, entah sekali
atau dua kali seminggu, Anda berdoa. Di dalam
ibadah di gereja minimal satu kali seminggu
Anda juga tentu berdoa. Dari KKR yang satu
ke KKR yang lain, Anda berdoa, dan mungkin
juga sudah didoakan secara berulang-ulang dan
berganti-ganti oleh hamba-hamba Tuhan yang
Anda anggap punya karunia istimewa. Sing-
katnya, secara faktual, sebagian besar aktivitas
hidup orang Kristen – termasuk Anda - adalah
berdoa.
JANJI TUHAN
Bapak, ibu, dan saudara sekalian! Saya ingin mengajukan pertanya
an: Mengapa Anda berdoa....? Apa yang mendorong Anda berdoa...?
Meskipun Anda tidak menjawab, tetapi saya sangat yakin bahwa yang
mendorong Anda berdoa adalah janji Tuhan. Kita tahu persis bahwa
ada perjanjian Tuhan sehubungan dengan doa.
Tuhan berjanji bahwa orang yang berseru kepada-Nya pasti
diselamatkan; Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan
diselamatkan (Yoel 2:32). Tuhan berjanji bahwa orang yang meminta akan
diberi; Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan
(Matius 7:8). Yesus berjanji bahwa kalau kita berdoa dalam Nama-Nya,
doa kita akan dikabulkan: Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam
nama-Ku, Aku akan melakukannya; (Yohanes 14:14). Tuhan juga berjanji
akan mempedulikan jika kita berserah kepada-Nya; Serahkanlah segala
kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1Petrus 5:7).
Dan masih banyak janji Tuhan berkenaan dengan doa orang-orang
beriman.
Saudara-saudara sekalian! Kita sering mendengar ungkapan
demikian: berdoalah dengan iman. Berdoa dengan iman adalah berdoa
berdasarkan janji-janji Tuhan, atau berdoa dengan berpegang dan meng
andalkan janji-janji Tuhan. Berdoa dengan iman artinya kita berdoa
dengan meyakini bahwa Tuhan sanggup menjawab doa-doa kita. Saya
sangat yakin bahwa Anda telah berdoa dengan iman.
Tetapi pertanyaan saya selanjutnya adalah: Apakah setiap doa
Anda sudah dikabulkan? Dari sekian banyak doa Anda, kira-kira berapa
persen yang sudah terjawab? Atau mungkin justru belum ada satupun
doa dan harapan Anda yang belum terkabul? Dan jika doa-doa Anda
belum terjawab, pernahkan Anda mencoba merenung dan bertanya pada
diri Anda; mengapa doa-doa Anda belum atau tidak dikabulkan?
1. Hati
Hambatan doa yang paling utama dan pertama adalah hati.
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan melihat dan menilai hati seseorang.
Doa dan permohonan Anda keluar dari dalam hati, atau keinginan
dari hati. Saat Anda menyampaikan permohonan kepada Tuhan, yang
dinilai oleh Tuhan bukan bahasa yang Anda pakai, bukan cara atau
gaya berdoa, bukan tempat berdoa, dan bukan jabatan-jabatan atau
atribut-atribut rohani yang melekat pada diri Anda. Tuhan juga tidak
menilai siapa yang mendoakan Anda.
Saudara-saudara sekalian, renungkan ini! Tuhan menilai Anda
ketika Anda berdoa. Di dalam khotbah Yesus di bukit, Ia mengajarkan
bagaimana seharusnya sikap hati kita ketika kita berdoa. Jika kita sedang
berdoa dan kita ingat bahwa ada situasi tidak akur antara kita dengan
seseorang, Yesus menganjurkan kita berhenti dulu berdoa; tinggalkanlah
persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan
saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu
(Matius 5:24).
Hati yang tidak berdamai akan menghambat semua jawaban
doa-doa Anda. Hati yang tidak berdamai adalah hati yang menyimpan
kebencian, kemarahan, rasa anti pati, apriori, kepahitan, kekecewaan,
sakit hati, tidak simpati, dan tidak toleran. Jika salah satu dari perasaan-
perasaan ini masih ada di hati Anda, Yesus mengatakan, tinggalkan
doamu, atau berhentilah berdoa. Bereskan dulu hati Anda baru kembali
berdoa.
Hati yang tidak mengampuni atau memaafkan, menghambat
semua doa Anda. Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa,
salah satu prinsip pengajaran dalam doa itu adalah mengampuni orang
yang bersalah pada kita. Jika Anda tidak mengampuni, Bapa tidak akan
menjawab doamu. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu
juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Matius 6:15). Mengampuni
artinya melupakan semua kesalahan orang lain seolah-olah tidak per-
nah terjadi sesuatu. Jika Anda tidak mengampuni atau memaafkan,
jangankan doa-doa Anda dijawab, diampuni pun tidak.
2. Keangkuhan Rohani
Dalam khotbah yang lalu saya telah menggaris-bawahi bahwa
berdoa adalah saat untuk bersujud dan merendah di hadapan Tuhan,
saat untuk mengakui kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita, saat
untuk mengintrospeksi dan mengoreksi hati dan pikiran kita. Berdoa
adalah waktu untuk memohon belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan,
waktu untuk berpasrah diri kepada kehendak Bapa yang di Surga, dan
waktu untuk menyadari dan melihat betapa kecil dan hina, betapa ren-
dah dan tak berarti, serta betapa tak layaknya kita di hadapan Tuhan.
Tetapi dalam realitanya sikap dan roh arogansi rohani justru
sering terlihat pada saat seseorang berdoa atau terungkap melalui doa-
doa orang beriman. Kenyataan tersebut bukan sekedar asumsi atau
bersifat subyektif. Yesus menunjuk salah satu contoh tentang orang
yang angkuh saat berdoa, yaitu seorang rohaniawan, agamawan, atau
Farisi: Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah,
aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang
lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga
seperti pemungut cukai ini aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku (Lukas 18:11-12).
Saudara-saudara sekalian! Dari contoh ini muncul atau terungkap
bagaimana dan seperti apa ciri-ciri orang yang angkuh atau arogan
dalam doa. Dan saya berharap ciri-ciri ini tidak ada pada diri Anda
sekalian.
a. Percaya pada perasaannya.
Orang yang arogan, menilai dan mengukur dirinya berdasarkan
perasaannya. Karena ia percaya pada perasaannya, maka ia merasa
dirinya lebih baik, lebih rohani, lebih suci, lebih dewasa, dan lebih dekat
pada Tuhan dari pada orang lain. Perhatikan kata Yesus: Farisi berdoa
atau berkata dalam hatinya, karena aku tidak sama seperti semua orang lain.
Farisi itu percaya pada perasaan dan kata hatinya.
b. Merasa tidak bersalah.
Orang yang arogan – angkuh – merasa tidak pernah berbuat
salah, dan juga tidak mau melihat kesalahan dirinya. Perhatikan apa
kata orang Farisi itu: aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezi-
nah... Memang benar orang Farisi ini tidak melakukan dosa-dosa yang
dia sebut itu, tetapi apakah benar bahwa tidak melakukan kesalahan
dan dosa-dosa yang lain? Dan mungkin benar bahwa Anda juga tidak
pernah melakukan kesalahan dan dosa-dosa seperti: merampok, lalim,
membunuh, dan berzinah, tetapi apakah benar bahwa Anda tidak per-
nah melakukan kesalahan dan dosa-dosa yang lain seperti kebanyakan
orang? Hanyalah orang-orang yang arogan – angkuh -yang dapat merasa
tidak bersalah. Roh arogansinya telah membebalkan hatinya sehingga
ia dapat merasa bersalah.
3. Ketidaktaatan.
Bapak ibu serta saudara sekalian! Hambatan ketiga adalah ketidak-
taatan seseorang pada Firman Allah. Yesus memberi suatu pernyataan
yang secara implisit menunjukkan banyak doa orang beriman yang
tidak pernah ditanggapi oleh Allah karena doa-doa itu keluar dari hati
orang-orang yang tidak patuh pada Alkitab. Inilah pernyataan Yesus:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang
di sorga (Matius 7:21).
Saya merasa perlu menggaris-bawahi bahwa yang dimaksud
dengan taat pada Firman Allah adalah bertindak, berbuat, dan melaku-
kan segala sesuatu sesuai dengan Firman Allah yang tertulis di dalam
Alkitab. Atau melakukan kehendak Allah adalah mentaati, dan melak-
sanakan perintah-perintah Allah persis seperti yang tertulis di dalam
Alkitab. Pengertian ini ditegaskan oleh Allah pada Yosua demikian:
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah
itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala
yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil
dan engkau akan beruntung (Yosua 1:8).
Sebagian orang Kristen taat bukan pada Firman Allah yang tertulis
di dalam Alkitab, tetapi pada Firman Allah yang ditafsirkan. Misalnya:
Firman Allah yang tertulis mengatakan; Bawalah seluruh persembahan
persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan
makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam,
(Maleakhi 3:10). Sebagian orang Kristen menafsirkan bahwa yang dise-
but rumah Tuhan bukan hanya gedung atau bangunan tempat beribadah
tetapi juga panti-panti sosial Kristen, yayasan-yayasan Kristen, sekolah-
sekolah Alkitab, daerah-daerah yang dilanda bencana, dan sebagainya.
Oleh karena itu persepuluhan dapat juga dibawa ke tempat-tempat
tersebut. Orang-orang ini merasa taat pada Firman Allah karena sudah
menyerahkan persepuluhan mereka. Tetapi sesungguhnya mereka
bukan taat pada Firman Allah, tetapi taat pada pendapat mereka, dan
mereka bukan melakukan kehendak Allah melainkan kehendak mereka
sendiri. Sebab Firman yang tertulis mengakatan bawalah ke Rumah-Ku,
tetapi mereka membawanya ke tempat lain, yaitu tempat-tempat yang
mereka kehendaki. Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan rumah
Tuhan dalam konteks persepuluhan adalah gedung atau bagunan tem-
pat umat Tuhan berkumpul untuk beribadah.
Saudar-saudara sekalian! Saya ingin mengingatkan Anda bahwa
ada perbedaan yang sangat besar antara Firman Allah yang tertulis
di dalam Alkitab, dengan Firman Allah yang ditafsirkan. Kebenaran
Allah adalah Firman yang tertulis, bukan Firman Allah yang ditafsir-
kan. Hasil penafsiran manusia adalah kebenaran logika manusia, dan
kualitas kebenarannya hanya seperti kain lara (kain lap/gombal) yang
dapat bertahan hanya beberapa saat.
Oleh karena itu, jika Anda ingin melakukan kehendak Allah, jika
Anda ingin melakukan kebenaran, dan jika Anda ingin agar doa-doamu
tidak terhambat, taatilah dan lakukanlah persis seperti yang tertulis di
dalam Alkitab, bukan seperti yang tersirat dalam pikiran manusia, bukan
seperti yang ditafsirkan manusia, dan bukan seperti yang dikatakan
orang, siapapun dia.
4. Motivasi
Saudara-sauadar sekalian! Saya ingin bertanya pada Anda. Jika seka-
rang Anda berdoa supaya Tuhan memberkati Anda berlimpah-limpah,
apa yang Anda pikirkan sekarang untuk dilakukan nanti setelah Anda
berkelimpahan? Atau tujuan apa yang Anda pikirkan sekarang, jika
nanti Anda berkelimpahan? Jika sekarang Anda berdoa untuk menjadi
orang yang sukses, apa yang Anda akan lakukan setelah Anda menjadi
orang sukses?
Yakobus mengatakan bahwa banyak doa yang tidak pernah
dijawab karena motivasi di balik doa-doa itu salah. Atau kamu berdoa
juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab
yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu
(Yakobus 4:3). Motivasi dalam doa adalah apa yang Anda akan lakukan
setelah Tuhan menjawab doa-doa Anda. Jika Tuhan membuat Anda
kaya, untuk apa kekayaan itu? Jika Tuhan membuat Anda berhasil,
untuk apa keberhasilan itu? Jika Tuhan membuat Anda naik pangkat,
untuk apa pangkat dan posisi itu? Jika motivasi doa-doa itu untuk
memuaskan hawa nafsu yaitu; untuk memenuhi keinginan daging,
untuk kepentingan harga diri, untuk kebanggaan diri, untuk menunjuk-
kan siapa diri Anda, dan untuk membuktikan konsep keyakinan Anda,
maka doa-doa itu tidak akan terkabul.
Masih ingatkah Anda pada perumpaan Tuhan Yesus tentang
orang kaya yang bodoh? Perhatikan motivasi di balik harapan dan per-
mohonannya; Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan
menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu
aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun
untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan
bersenang-senanglah! Perhatikan apa motivasinya, yaitu untuk kebang-
gaan dan kepuasan nafsu daging, menjadi lebih kaya, makan minum,
dan bersenang-senang! Permohonan orang kaya itu bukannya dijawab
dengan berkat tetapi kematian; Hai engkau orang bodoh, pada malam ini
juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk
siapakah itu nanti? (Lukas 12:18-20).
Doa Yakobus dan Yohanes tidak dikabulkan oleh Yesus karena
motivasinya adalah untuk menaklukkan atau membungkam lawan-
lawan iman mereka; Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes,
melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami
menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia
berpaling dan menegor mereka (Lukas 9:54-55). Motivasi di balik doa dua
murid Yesus itu adalah untuk menghancurkan musuh-musuh iman
mereka, tetapi ternyata Yesus tidak mengabulkannya.
Saudara-saudara sekalian! Jika motivasi di balik doa-doa Anda
adalah untuk membuktikan kebenaran, keunggulan, atau kehebatan
keyakinan Anda demi membungkam dan menaklukkan penentang-
penentang, atau musuh-musuh iman Anda, maka Anda hanya akan
Kesimpulan
Bapa ibu, serta saudara-saudara sekalian! Kiranya kini menjadi jelas
bahwa hambatan-hambatan bagi doa-doa kita bukan setan atau iblis,
bukan seseorang, bukan sesuatu yang ada di luar diri kita. Semua ham-
batan doa-doa kita ada di dalam diri kita, ada di dalam hati dan pikiran
kita, ada di dalam sikap dan perbuatan-perbuatan kita.
Mungkin ada banyak doa Anda yang sampai saat ini belum
terkabulkan. Semua doa itu sudah sampai ke telinga Tuhan. Tuhan
sanggup melakukan dan memenuhi semua permintaan kita. Bereskan
hati Anda, mulailah ketaatan yang baru pada Firman Allah, mulailah
sikap rendah hati di hadapan Tuhan, dan perbaiki motivasi-motivasi
di balik doa-doa Anda. Maka Anda akan melihat setiap doa yang Anda
panjatkan, akan segera terjawab..... ini adalah prinsip Firman Allah.
Haleluya... Allah kita Mahabesar.....haleluya..... Allah kita
Mahatahu..... Allah kita tidak pernah lalai dan tidak pernah terlambat
bertindak.......
Mempersiapkan Diri
Untuk Diberkati
Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.
T
ujuan dari tema tersebut di atas adalah supaya orang-orang
percaya dapat membenahi kehidupan mereka, khususnya
dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Karena dengan me-
nyelaraskan kehidupan dengan Allah, atau dengan Firman Allah, setiap
orang percaya akan diberkati oleh Tuhan.
Tema besar dalam pehaman Alkitab ini dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
1. Bertobat
2. Penuh dengan Roh Kudus
3. Dipimpin oleh Roh Kudus
4. Beribadah dalam Roh
Pada edisi yang lalu telah dimuat tiga bagian yaitu Bertobat,
Penuh dengan Roh Kudus, dan Dipimpin oleh Roh Kudus. Bagian
keempat ini akan membahas tentang Beribadah dalam Roh sehingga
kita akhirnya benar-benar siap untuk menerima berkat dari Tuhan.
Pengantar
Beribadah atau menyembah kepada Tuhan merupakan kegiatan
yang suci, mulia, dan agung. Oleh karena itu ibadah harus dilaku-
kan dalam tuntunan Roh Kudus. Allah menuntut setiap orang untuk
melakukan penyembahan dalam Roh karena Allah yang disembah
adalah Roh.
Konsep atau pengajaran tentang menyembah dalam Roh sudah
demikian banyak dan beragam. Bentuk atau pola beribadah dalam Roh
juga sudah dipraktekkan di berbagai tempat. Kali ini kita akan belajar
dari Yesus bagaimana beribadah dalam Roh. Tetapi yang kita akan pe-
lajari bukan konsep atau pengajaran-Nya tentang beribadah, melainkan
praktek, cara, bentuk, model ibadah dalam Roh yang dilakukan oleh
Yesus.
Bagian Alkitab yang menjadi pokok pembahasan dalam Bible
Study ini adalah Lukas 4:13-19. Lukas melaporkan bahwa sesudah Yesus
berpuasa dan dicobai oleh iblis, Yesus kembali ke Galilea dalam kuasa
Roh, dan masuk ke dalam rumah-rumah ibadah. Selanjutnya, Yesus
pergi ke kampung kelahiran-Nya, dan
di sana pun Ia masuk ke dalam rumah
ibadah. Di dalam rumah ibadah itu Ye-
sus menyatakan bahwa Ia datang dalam
Roh Tuhan untuk memberitakan kabar
sukacita.
Cerita yang singkat ini memper-
lihatkan kepada kita bagaimana Yesus
melakukan ibadah dalam Roh.
Konklusi
Makna menyembah atau beribadah dalam Roh yang ditunjuk-
kan oleh Yesus tidak berbentuk ritual-ritual atau upacara-upacara,
tetapi berupa sikap hidup terhadap rumah Tuhan dan terhadap Firman
Allah.
Yesus menegaskan dalam khotbah-Nya bahwa kita harus menyem
bah Bapa di Surga melalui perbuatan-perbuatan kita (Matius 5:16).
cc000dd
NARKOBA DAN
KESEHATAN
Oleh: Dr. Adieli Zega
JENIS-JENIS NARKOBA
Narkoba dibagi dalam tiga kelompok (UU RI No.22/1997),
yaitu:
1. Narkotika golongan I
Adalah golongan narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya
sangat tinggi. Tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun,
kecuali untuk kepentingan penelitian atau ilmu pengetahuan.
Yang termasuk dalam golongan ini: Ganja, Heroin, Kokain, Morfin,
Opium.
2. Narkotika golongan II
Adalah golongan narkotika yang memiliki daya adiksi kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Yang termasuk golon-
gan ini adalah: Petidin dan turunannya, Benzetidin, Betametanol.
3. Narkotika golongan III
Adalah golongan narkotika yang memiliki daya adiksi ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Yang termasuk
golongan ini adalah kodein dan turunannya.
A. NARKOTIKA
Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam
tiga golongan yaitu:
1. Narkotika alami
Yaitu: narkotika yang zat adiktifnya diambil
dari tumbuh-tumbuhan (alam)
a. Ganja: tumbuhan perdu dengan daun
menyerupai singkong yang tepinya ber-
gerigi dan berbulu halus, jumlah jarinya
selalu ganjil, yaitu 5,7,9. banyak terdapat di daerah Aceh, Suma-
tra Utara, Sumatra Tengah, Sumatra Selatan, dan Pulau Jawa.
Sering dipakai sebagai bumbu masak (daya adiktifnya rendah),
namun jika dibakar dan asapnya dihirup tidak demikian.
b. Hasis: tumbuhan serupa ganja. Biasanya terdapat di Amerika
Latin dan Eropa. Daun ganja, hasis dan maryuana dapat di-
suling dan diambil sarinya. Dalam bentuk cair sangat mahal
harganya.
c. Koka: tanaman perdu mirip pohon kopi. Sering digunakan un-
tuk menambah kakuatan orang yang berperang atau berburu.
Koka kemudian diolah menjadi kokain.
d. Opium: bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari
getah opium dihasilkan candu (opiate). Terdapat di mesir dan
daratan cina. Digunakan untuk mengobati beberapa penyakit,
memberi kekuatan atau menghilangkan rasa sakit pada tentara
yang terluka sewaktu berperang atau berburu.
2. Narkotika semisintetis
Yaitu: narkotika alami yang diolah dan di-
ambil zat adiktifnya (inti sarinya) agar memiliki
khasiat yang lebih kuat sehingga dapat diman-
faatkan untuk kepentingan kedokteran.
a. Morfin: dipakai dalam dunia Kedokteran untuk menghilangkan
rasa sakit atau pembiuasn pada operasi.
b. Kodein: dipakai untuk obat penghilang batuk.
c. Heroin: tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya
yang sangat besar dan menfaatnya secara medis belum dite-
mukan. Dalam perdagangan gelap heroin diberi nama Putaw
(pete/pt), bentuknya seperti tepung terigu: halus, putih, dan
agak kotor.
d. Kokain: hasil olahan dari biji koka.
3. Narkotika sintetis
Yaitu : narkotika palsi yang dibuat dari bahan
kimia. Digunakan untuk pembiusan dan pen-
gobatan bagi yang menderita ketergantungan
narkoba (substitusi).
a. Petidin : untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dsb
b. Methadone : untuk pengobatan pecandu narkoba
c. Nalrexon : untuk pengobatan pecandu narkoba
B. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat yang bukan narkotika, yang digunakan
dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche). Berdasarkan UU RI
No.5/1997, psikotropika dapat dikelompokkan dalam empat golongan:
1. Golongan I : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, yang
sedang diteliti khasiatnya. Contohnya: brolamfetamin,
etilsiklida, MDMA (ekstasi), LSD dan STP.
2. Golongan II : psikotropika dengan daya adiktif kuat, berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya :
amfetamin, metafetamin, metakualon, fenetelina,
sekobarbital, dsb.
3. Golongan III : psikotropika dengan dya adiktif sedang, berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya feno-
barbital, luminal, buprenorsina, flunitrazepam, dsb.
4. Golongan IV : psikotropika dengan daya adiktif ringan, berguna
untuk pengobatan dan penelitian, contohnya nitraz-
epam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dsb.
DAMPAK NARKOBA
1. Terhadap fisik
a. Sakaw, bunuh diri: mati
b. Kriminalitas: mati terbunuh
c. Over dosis: mati
d. Salah tolong: mati
2. Terhadap mental dan moral
a. menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak saraf, pembuluh
darah, tulang, dan seluruh jaringan tubuh
b. pecandu menjadi tertutup karena malu, takut mati atau takut
perbuatannya diketahui karena merasakan bahwa perbuatan-
nya buruk, menjadi rindah diri, merasa tidak berguna dan
bahkan menganggap dirinya sebagai sampah masyarakat
c. terjebak menjadi pelacur, penjahat, pembunuh dan semakin
bodoh, malas sehingga menjadi miskin
3. Terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa
a. Masalah psikologi
Bila ada anggota keluarga yang terlibat narkoba, maka dapat
timbul gangguan keharmonisan rumah tangga, karena muncul-
nya rasa malu orang tua, dan saudara-saudara kepada teman,
tetangga dan masyarakat.
b. Masalah ekonomi
Banyak uang terbuang untuk pengobatan dalam jangka waktu
yang lama. Banyak uang yang hilang karena dicuri atau barang
dijual oleh pemakai narkoba,untuk membeli narkoba.
c. Masalah kekerasan dan kriminalitas
Akibat masalah ekonomi, maka dapat timbul kekerasan dalam
rumah tangga, perkelahian, pemaksaan, penganiayaan bahkan
pembunuhan sesame anggota keluarga. Yang dapat menyebar
ke tetangga, lalu ke masyarakat luas.
4. terhadap kesehatan
dapat dibedakan atas tiga, yaitu:
a. Penyakit langsung karena narkoba
kerusakaan pada sel otak
kerusakan pada hati
kerusakan pada ginjal
kerusakan pada jantung
kerusakan pada limfa, sumsum tulang, paru-paru dan lainnya
b. Penyakit infeksi karena narkoba
HIV/AIDS
Hepatitis
Sifilis
c. Penyakit tidak langsung
akibat semua penyakit yang timbul, maka fisik akan lemah,
memburuk serta kehilangan kemampuan untuk menangkal
penyakit.
CIRI-CIRI PEMAKAI
• Pupil mata mengecil
• Mata kemerahan dan berair
• Mulut dan kerongkongan terasa kering
• Kewaspadaan dan perhatian terhadap sekitar menurun
• Reaksi otak, perasaan, pikiran dan fisik menurun
• Sikap: apatis, bicara cadel, anti sosial, malas makan, malas mandi,
kurus, dan sering sakit.
(Selesai)
TEOLOGIA:
SOTERIOLOGI OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.
Bab IV
METODE KESELAMATAN
P
enyelamatan merupakan inisiatif langsung dari pihak Allah, yaitu
inisiatif yang timbul dari kelimpahan kasih dan anugerah-Nya. Hal
ini berarti bahwa Allah yang menghendaki, yang merancang, yang
menyediakan sarana-sarana, dan yang merealisasikan penyelamatan.
Dalam rangka merealisasikan kehendak dan rancangan penyelamatan
tersebut, Allah menentukan metode atau prosedur, atau jalan yang me-
laluinya keselamatan dapat sampai dan diaplikasikan pada manusia.
Di samping itu, mengenai siapa yang akan dianugerahi
keselamatan, atau yang akan diselamatkan, itu juga merupakan inisi-
atif langsung dari pihak Allah. Allah yang melakukan pemilihan dan
penentuan sebelum dunia dijadikan, siapa yang Dia akan selamatkan,
sementara manusia sebagai pihak yang mendapatkan anugerah, atau
penerima, hanya bisa meresponi anugerah tersebut dengan rasa syukur
1. Penumpahan Darah.
Penumpahan darah – secara biblikal - merupakan metode paling
awal, yang digunakan oleh Allah untuk menyelamatkan manusia dari
kondisi keberdosaannya. Di Taman Eden, ketika Allah mau menyele-
saikan akibat dari keberdosaan Adam dan Hawa yaitu ketelanjangan,
Allah membuat pakaian dari kulit binatang (Kejadian 3:21). Proses
pembuatan pakaian tersebut secara logika mengharuskan adanya peris-
tiwa penumpahan darah. Selanjutnya, sepanjang Kitab Kejadian kita
menemukan peristiwa-peristiwa penumpahan darah hewan terutama
pada ritual-ritual ibadah dan penyembahan kepada Allah.
Ibadah Habel disertai dengan penumpahan darah. Melalui pe
numpahan darah tersebut, Habel mandapat perkenanan di hadapan
Allah (Kejadian 4:4). Nuh, setelah keluar dari bahtera, melakukan ibadah
yang disertai dengan penumpahan darah, lalu Allah membuat perjanjian
keselamatan dengan Nuh (Kejadian 8:20-22). Abraham mempersem-
bahkan korban berupa penumpahan darah di
mezbah untuk membangun komunikasi dengan
Allah (Kejadian 13:4,18). Dan Allah menyuruh
Yakub menyembelih hewan dan mempersem-
bahkannya di atas mezbah di Betel (Kejadian
35:1-7). Perhatikan bahwa setiap kali mereka
mengadakan ritual penumpahan darah, setiap
kali itu pula Allah menghampiri mereka. Dengan kata lain, Allah men-
jumpai manusia melalui penumpahan darah.
Peristiwa Eksodus – istilah tepatnya; pembebasan dan
penyelamatan Israel dari perbudakan di Mesir – ditandai dengan ritual
penumpahan darah. Allah memerintahkan Israel supaya mereka meny-
embelih domba dan darahnya dan dipercikkan ke pintu-pintu rumah
mereka. Darah domba itu menjadi jaminan keselamatan bagi Israel dari
maut, dan juga keselamatan atau pembebasan dari penderitaan karena
perbudakan di Mesir. Tetapi bagi mereka yang tidak melakukan ritual
penumpahan darah, tidak ada jaminan keselamatan (Keluaran 12:1-12).
Selanjutnya Allah menetapkan bahwa penumpahan darah harus dilaku-
kan setiap tahun sebagai peringatan atas perisitiwa eksodus.
Sepanjang Perjanjian Lama kita menemukan metode penumpahan
darah untuk pengampunan, pengudusan, dan penyelamatan. Menurut
penulis kitab Ibrani, di dalam tradisi Torat, maksudnya Perjanjian Lama,
semua pengampunan harus melalui ritual penumpahan darah, dan
tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22).
Memasuki era Perjanjian Baru, metode penumpahan darah tampak
semakin diteguhkan. Yohanes Pembaptis, mengungkapkan bahwa Anak
Domba Allah yang akan menghapus dosa seisi dunia (Yohanes 1:29).
Pernyataan tersebut secara implisit menyatakan tentang suatu proses
penumpahan darah, yaitu darah Yesus. Selanjutnya, metode penumpah
an darah di dalam Perjanjian Baru diungkapkan oleh rasul-rasul.
Markus mencatat salah satu pernyataan populer dari Yesus yaitu
bahwa tujuan-Nya datang ke dalam dunia adalah untuk memberikan
nyawa-Nya (darah-Nya) sebagai tebusan (Markus 10.45). Matius me
rekam pernyataan Yesus dalam perayaan Paskah bahwa darah-Nya
ditumpahkan untuk menebus dosa banyak orang (Matius 26:28).
Rasul Paulus, dan rasul-rasul lainnya, membangun teologia
keselamatan atas dasar keyakinan pada kuasa darah atau salib Yesus.
Allah membenarkan orang-orang berdosa melalui penumpahan darah
Yesus (Roma 5:6-12). Kekuatan atau kuasa penyelamatan Allah terletak
pada salib atau darah Yesus (1 Korintus 1:18). Penebusan atau penye
lamatan oleh darah Yesus adalah manifestasi kasih dan berkat rohani
dari surga (Efesus 1:7). Salib atau peristiwa penumpahan darah adalah
3. Anugerah
Allah menyelamatkan manusia berdasarkan anugerah-Nya. Hal
ini adalah suatu prinsip abadi yang diberlakukan oleh Allah secara
konsisten di dalam sepanjang sejarah karya penyelamatan-Nya. Karya
penyelamatan Allah dari Adam sampai Musa, dalam zaman Torat, yaitu
dari Musa sampai Yohanes Pembaptis, dan dari Yesus sampai sekarang,
semuanya berdasarkan anugerah Allah.
Makna anugerah Allah yaitu pemberian yang tidak pantas. Arti-
nya Allah memberi sesuatu pada seseorang bukan karena orang tersebut
layak atau pantas menerima sesuatu dari Tuhan,
tetapi karena Allah berbelas kasihan pada orang
itu. Singkatnya; anugerah adalah pemberian Al-
lah berdasarkan atau karena rasa kasihan-Nya
pada manusia. Allah memberikan Anak-Nya
yang tunggal karena kasih-Nya atau rasa belas
kasihan-Nya kepada dunia (Yohanes 3:16). Al-
lah sudah mengorbankan Anak-Nya bagi kita,
ketika kita masih dalam keadaan yang tidak
layak untuk menerima-Nya (Roma 5:6-8).
Prinsip anugerah Allah merupakan satu-satunya cara yang me-
mungkinkan manusia untuk memperoleh keselamatan dan juga satu-sa-
tunya jalan atau metode yang memungkinkan Allah dapat menjangkau
manusia. Karena pada satu sisi, Allah dengan segala atribut-Nya adalah
Mahakudus, dan Mahasempurna, yang seharusnya menuntut keku-
dusan. Dan pada sisi yang lain, manusia telah rusak secara total – total
depravity –sehingga tidak mungkin lagi ia layak untuk menerima sesuatu
dari Allah (Yesaya 1:6; Roma 3:23). Atau dengan pengertian lain, pada
satu sisi, Allah seharusnya menghukum dan membinasakan manusia
atas segala dosanya, sedangkan pada sisi yang lain, Allah tahu bahwa
manusia tidak dapat berbuat apa-apa untuk melepaskan dirinya dari
dosa. Di dalam situasi seperti ini Allah mengambil jalan tengah dengan
cara menerapkan hukum atau prinsip anugerah.
Sepanjang sejarah manusia dari Adam sampai sekarang dan
seterusnya, Allah melakukan pemilihan atau penyelamatan atas satu
orang, atau atas satu keluarga, atau satu bangsa, semuanya berdasar-
kan anugerah-Nya (Efesus 2:8-9; Titus 2:11). Inti dari anugerah Allah
adalah Yesus Kristus, maka orang yang menerima Yesus adalah orang
yang menerima anugerah Allah dan menerima anugerah Allah berarti
menerima keselamatan.
Catatan penting:
Kita harus selalu menyadari bahwa keselamatan tidak sama
dengan: 1) Menjadi anggota gereja, 2) Menerima baptisan atau
sakramen-sakramen, 3) Mentaati Hukum-hukum gereja, dan
4) Berjasa atau melakukan perbuatan-perbuatan baik tidak menjamin
keselamatan.
Alkitab secara tegas dan jelas menyatakan bahwa hal-hal tersebut
di atas berbeda dari keselamatan, dan juga bukan jalan atau cara untuk
memperoleh keselamatan (Galatia 2:16, Efesus 2:8-9). Sebab jika kes-
elamatan diperoleh melalui cara dan jalan serta usaha seperti tersebut
di atas, maka peristiwa salib Kristus menjadi sia-sia (1 Korintus 1:17).
Sebaliknya, setiap orang yang telah menerima anugerah keselamatan
harus: 1) Menjadi anggota gereja, 2) Menerima baptisan atau sakra-
men-sakramen, 3) Mentaati Hukum-hukum gereja, dan 4) Berkarya
atau melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah-buah dari
keselamatan.
(Bersambung ke Edisi Mendatang)
KEPEMIMPINANALKITABIAH
Pendahuluan
A
da sebuah pertanyaan yang sangat penting tentang ke-
pemimpinan. Apakah pemimpin itu dilahirkan, atau diciptakan?
Pertanyaan ini telah menimbulkan berbagai tanggapan, diskusi,
atau perdebatan, sampai sekarang. Pertanyaan ini bahkan telah mendorong
para ahli untuk mengadakan penelitian. Ada beberapa pandangan yang
dapat dikemukakan secara ringkas yaitu:
1. Pandangan Tradisional
Secara turun temurun diyakini bahwa kemampuan seseorang me-
mimpin adalah bakat atau sifat alami yang telah diwarisi melalui kelahiran.
Atau dengan kata lain, kecakapan dalam memimpin adalah anugerah alam
yang dimiliki sejak lahir.
Selanjutnya, kelompok tradisional menjelaskan bahwa orang yang
memang lahir dengan bakat dan sifat memimpin akan selalu menjadi
pemimpin, dan akan selalu berhasil memimpin dalam segala situasi dan
kondisi. Singkatnya, kapabilitas dan kualitas kepemimpinan yang dimiliki
seseorang adalah ‘gen’ (benih) yang diturunkan. Artinya, ada orang yang
dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
2. Pandangan Kontemporer
Kelompok masyarakat modern berpendapat bahwa kemampuan
kepemimpinan merupakan hasil dari suatu proses interaksi. Kemampuan
3. Pandangan Biblikal
Pada satu sisi, di dalam Alkitab terdapat banyak pemimpin religius,
pemimpin politik, pemimpin bangsa yang tidak berlatar belakang ling-
kungan pemimpin, dan juga tidak mewarisi dinasti kepemimpinan, tetapi
menjadi pemimpin-pemimpin yang berhasil. Dalam hal ini bisa disebutkan
antara lain:
a. YUSUF
Yusuf bertumbuh menjadi dewasa dalam
situasi dan kondisi lingkungan yang sangat bu-
ruk. Saat beranjak remaja Yusuf dibuang. lalu
dijual, kemudian diperbudak, dan selanjutnya
dijebloskan ke dalam penjara sebagai seorang
narapidana. Tetapi kemudian setelah Yusuf me-
lewati berbagai situasi dan kondisi yang buruk
itu, akhirnya Yusuf menjadi pemimpin yang
sangat dihormati dan berhasil di Mesir. Di bawah
kepemimpinan Yusuf, rakyat Mesir dapat terhin-
dar dari kematian akibat wabah kelaparan.
Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: “Dengan ini aku melantik
engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.” Lalu Firaun menyuruh
menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di
hadapan Yusuf: “Hormat!” Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi
kuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 41:41-43)
b. PETRUS
Setiap orang Kristen mengetahui persis bahwa Petrus hanyalah
seorang nelayan. Alkitab menyebutnya orang biasa dan tidak terpelajar.
Kenyataan ini diketahui secara umum oleh masyarakat waktu itu; Ke-
tika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa
keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal
keduanya sebagai pengikut Yesus (Kisah Para Rasul 4:13).
Akan tetapi fakta sejarah juga telah membuktikan bahwa Petrus telah
menjadi seorang pemimpin jemaat perdana yang sangat disegani, baik oleh
jemaat maupun oleh masyarakat Yahudi (Kisah Para Rasul 1:15; 2:14; 9:32).
Sedemikian besar pengaruh dari kepemiminan Petrus tersebut sehingga pola
kepemimpinannya dilestarikan dalam pemerintahan gereja Roma Katolik
sampai sekarang yaitu dengan sistem kepausan. Dan menurut gereja Roma
Katolik, Petrus adalah Paus yang pertama.
Pada sisi yang lain, kita juga menemukan banyak tokoh dalam Alkitab
yang menjadi pemimpin karena memang memiliki latar belakang lingkun-
gan pemimpin, sehingga memberi kesan seolah-olah kemampuan mereka
memimpin adalah bakat bawaan sejak lahir, atau warisan.
SALOMO
Raja Salomo - putra Raja Daud - adalah seorang pemimpin Israel
yang paling sukses di antara semua raja Israel. Salomo memiliki tingkat
kemampuan intelektual dan keterampilan memimpin yang tinggi, bahkan
melebihi raja-raja lainnya. Selama masa kepemimpinan Salomo, bangsa
Israel mengalami kemakmuran, kejayaan, dan keamanan. Maka Salomo
berkuasa atas segala kerajaan mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin
dan sampai ke tapal batas Mesir. Mereka menyampaikan upeti dan tetap takluk
kepada Salomo seumur hidupnya, sehingga orang Yehuda dan orang Israel diam
dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, dari
Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo (1 Raja-raja 4:21, 25)
Salomo menjadi seorang pemimpin bangsa Israel yang paling berha-
sil. Keberhasilan kredibilitas Salomo dalam memimpin tentu tidak dapat
dipisahkan dari pengaruh dan potensi lingkungan keluarga, atau latar
belakang keluarga. Gen atau benih Daud sudah tentu sangat dominan di
dalam pribadi Salomo. Di samping itu, Daud memang sudah memper-
siapkan Salomo jauh-jauh hari sebelumnya, seperti yang diklaim oleh ibu
Salomo, baca 1 Raja-raja 1:17.
Ternyata Alkitab bersikap netral terhadap pertanyaan: Apakah pe-
mimpin itu dilahirkan, atau diciptakan? Sikap netral Alkitab tersebut dapat
diasumsikan mengandung beberapa beberapa maksud dan pesan bahwa:
a. kemampuan kepemimpinan adalah anugerah dari Allah. Oleh karena
itu setiap orang memiliki kesempatan dan kemungkinan yang sama
untuk menjadi pemimpin.
b. bakat kepemimpinan yang dibawa sejak lahir, harus tetap dilihat dalam
bingkai anugerah Allah, karena Allah adalah sumber segala sesuatu.
c. setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin,
karena di dalam diri setiap orang terdapat sifat-sifat atau potensi-ptensi
Ilahi.
d. setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila ia diberi kesempatan,
dan mau belajar atau melengkapi diri dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang kepemimpinan.
Sebagai seorang yang mengimani Alkitab sebagai Firman Allah, kita
tentu akan mempercayai konsep Alkitab tersebut di atas.
a. Gembala
Menurut Yesus pemimpin adalah seorang gembala. Di dalam dan
melalui konsep kepemimpinan gembala, Yesus menjelaskan bahwa sama
seperti sikap dan tanggung jawab gembala terhadap domba-dombanya,
demikian pulalah sikap serta tanggung jawab seorang pemimpin terhadap
orang-orang yang dipimpinnya. Yesus telah menerapkan prinsip-prin-
sip kepemimpinan gembala sepanjang masa pelayanan-Nya di dunia.
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan
pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan
domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan
domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan
domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-
Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yohanes 10:11-14).
Melalui pernyataan dalam ayat-ayat ini, Yesus mau menekankan
beberapa prinsip yang harus disadari oleh semua pemimpin Kristiani:
a. Seorang pemimpin – gembala – harus bersedia kehilangan ‘hidupnya’
atau hak-hak istimewanya demi kesejahteraan hidup orang-orang
yang dipimpinnya, dan bukan sebaliknya, mengambil hak-hak, atau
memeras tenaga bawahannya demi kesejahteraan hidup sang pe-
mimpin.
b. Seorang pemimpin – gembala – menjalankan tugasnya, jangan dengan
harapan mendapatkan upah atau imbalan demi kehormatan dirinya.
Sebaliknya seorang pemimpin harus siap untuk menjadi pembela, pe-
lindung bagi bawahannya, bahkan jika hal itu berarti sang pemimpin
harus mengorbankan posisinya.
c. Seorang pemimpin – gembala – harus mampu mengenal kebutuhan-
kebutuhan mendasar dari bawahannya, dan rela mempertaruhkan
hidupnya demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Kepemimpinan gembala adalah pola kepemimpinan yang berorien-
tasi pada usaha meningkatkan kesejahteraan bawahan atau domba-domba.
Kepemimpinan gembala lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan, kesejahteraan, kemapanan, dan rasa aman hidup orang lain
dari pada diri pemimpin itu sendiri. Gambaran kepemimpinan gembala
diungkapkan oleh pemazmur secara lengkap dalam (Mazmur 23:1-6).
b. Pelayan.
Bagi Yesus, kepemimpinan adalah pelayanan, memimpin adalah
melayani. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah seorang pelayan.
Perhatikan pernyataan konsep Yesus ini: Tetapi Yesus memanggil mereka lalu
berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya
dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin
menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa
ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu (Matius
20:25-27).
c. Hamba
Istilah ketiga yang digunakan Yesus untuk konsep kepemimpinan-
Nya adalah hamba. Konsep ini dapat didefinisikan bahwa seorang pe-
Gunakanlah kuasa
untuk menolong orang.
Karena kita diberikan kuasa
bukan
untuk kepentingan diri sendiri,
atau untuk pamer,
atau untuk mendapatkan nama.
Hanya ada satu kegunaan kuasa
yaitu untuk melayani orang
(George Bush)