Anda di halaman 1dari 40

Khotbah

Salam sejahtera dalam kasih Yesus,


Dalam khasanah buku rohani di dunia atau di Indonesia akhir-
akhir ini kita bisa melihat begitu banyak buku dengan judul-judul yang
bombastis. Dan kalau kita meluangkan waktu untuk membaca buku-
buku tersebut akan ada banyak hal yang membuat kita bertanya-tanya
dan kita bisa mulai meragukan iman kita dan Tuhan kita. Demikian pula
dengan aktivitas-aktivitas kerohanian yang diberi label sedemikian rupa
sehingga akan menarik minat banyak orang untuk turut ambil bagian.
Tetapi, apakah semuanya itu sudah sungguh-sungguh sesuai dengan
firman Tuhan?
Saudara, penting bagi kita untuk bertumbuh dengan baik dan benar
dalam arti sesuai dengan firman Tuhan. Perkaya wawasan kita akan firman
Tuhan, perdalam iman kita dengan menggali Alkitab kita. Jangan sampai
kita terperosok akan hal-hal yang bombastis atau sensasional. Ingat, Anda
sudah ditebus dengan darah Yesus yang tak ternilai.
Selamat membaca, Tuhan memberkati.

Suara EL-Asah
Diterbitkan oleh:
EL-ASAH MINISTRY
Jl. Candi Gebang 52 Condong Catur
Yogyakarta 55283

Telp./Fax 0274 880 868


Mobile Telp: 0274 7187900
e-mail: stanssa@yahoo.com

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


 Khotbah

Khotbah:

Sensasi-sensasi Doa

Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.

S elamat berjumpa kembali, dan salam sejahtera kepada saudara-sauda-


ra sekalian. Apa kabar? Saya berharap saudara-saurdara semua berada
dalam keadaan sehat, diberkati, dan dalam suasana damai sejahtera. Saya
kembali menjumpai Anda sekalian melalui renungan Firman Allah ini.
Saya sudah menyajikan kepada Anda empat topik tentang doa, yaitu:
Mitos-mitos Doa, Ritual-ritual Doa, Arogansi-arogansi dalam Doa, dan
Hambatan-hambatan Doa. Saya tentu berharap khotbah-khotbah tersebut
telah memberi wawasan yang baru demi pendewasaan rohani Anda. Kali
ini saya akan berbicara mengenai sensasi-sensasi doa.
Sebagai ayat renungan kita kali ini, saya mengajak Anda membaca
Matius 6:5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik.
Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat
dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Jika Anda melihat secara kritis aktivitas-aktivitas berdoa masa
kini, Anda pasti akan terkejut menemukan kenyataan-kenyataan, yaitu
sebagian besar dari aktivitas-aktivitas berdoa yang dilakukan oleh kelom-
pok-kelompok atau oknum-oknum yang menamakan diri barisan pendoa,
tidak lagi bersifat permohonan dengan kerendahan hati, tetapi sudah
berubah menjadi demonstrasi kepiawaian dalam berdoa. Berdoa tidak

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Khotbah 

lagi berupa ungkapan-ungkapan dari kepasrahan dan kebergantungan


kepada kehendak dan kuasa Tuhan, dan tidak lagi berupa seruan-seruan
permohonan dan jeritan dari hati yang mendambakan tangan kemura-
han Allah, tetapi sudah berubah menjadi kegiatan-kegiatan untuk unjuk
kekuatan iman, menjadi ajang untuk unjuk keunggulan-keunggulan
spiritual, berdoa tidak lagi sebagai suatu ibadah yang dilakukan secara
khusuk untuk memuja, menyembah, dan meninggikan Tuhan, tetapi
sudah berubah menjadi arena dan kesempatan untuk mengkultuskan,
mengagungkan sang pendoa itu sendiri.
Saudara-saudara sekalian! Kalau saja Anda mau meluangkan waktu
sejenak untuk merenungkan, dan membayangkan situasi, isi, dan makna
dari ayat tersebut di atas, Anda akan tersadar bahwa cara-cara, model-
model, dan situasi atau suasana berdoa kaum munafik, atau kaum Farisi
pada zaman Tuhan Yesus, terulang atau muncul kembali di depan mata
kita sekarang. Fenomena sensasi-sensasi doa dari kelompok-kelompok
atau oknum-oknum yang menamakan diri barisan pendoa atau pasukan
pendoa, sudah menjadi pertunjukan di mana-mana.
Saudara-saudara sekalian! Coba renungkan perkataan Yesus di
dalam ayat tadi: Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam
rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka
dilihat orang. Dapatkah Anda mebayangkan bagaimana model ritual
doa dan seperti apa bahasa atau kata-kata yang digunakan para pendoa
tersebut? Hanya satu istilah yang tepat: Sensasional!
Mereka mengadakan demonstrasi dan atraksi doa yang sensasional!
Mereka menyelenggarakan pertunjukkan dan aksi doa yang sensasional!
Mereka mengucapkan kata-kata dan bahasa-bahasa doa yang sensasional!
Mereka membangkitkan semangat emosional doa yang sensasional! Dan
akhirnya mereka berbicara, bersaksi secara sensasional tentang hasil-
hasil dari atraksi, demontrasi, dan aksi-aksi doa. Sungguh semuanya
sensasional!

KONSER DOA
Pernahkan Anda men­dengar kata konser? Ada banyak jenis dan
kelas konser: ada berbagai macam konser paduan suara, ada bermacam-
macam konser musik, dan konser-konser kesenian lainnya. Tetapi yang
pasti, makna konser itu adalah pertunjukan di dunia kesenian yang

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


 Khotbah

pada umumnya dipentaskan di atas


panggung, dan dipertontonkankan
di depan umum. Tujuannya
bermacam-macam di antaranya:
untuk mendemonstrasikan keahlian
atau kebolehan seseorang atau suatu
grup; untuk mempromosikan sebuah
produk; untuk mencari dana; dan
seterusnya...
Saudara-saudara sekalian! Apakah Anda juga sudah pernah men-
dengar, membaca istilah Konser Doa?, atau mungkin justru sudah
mengikutinya? Coba Anda renungkan pertanyaan ini: mengapa harus
menggunakan istilah Konser Doa? Atau dalam istilah padanan: per-
tunjukan Doa? Demonstrasi Doa? Dengan menggunakan istilah konser
– yang jelas-jelas tidak pernah digunakan dalam Alkitab – para pendoa,
atau kelompok pendoa, atau penyelenggara doa sudah menciptakan
sensasi-sensasi doa.
Akibatnya, aktivitas-aktivitas berdoa sudah berubah menjadi ajang
kompetisi di antara kelompok-kelompok atau oknum-oknum pendoa,
penyelenggaraan doa menjadi arena pertunjukan dan demonstrasi dari ok-
num-oknum dan kelompok-kelompok yang merasa memiliki kecakapan-
kecakapan khusus sebagai pendoa, kebaktian-kebaktian doa menjelma
menjadi panggung-pangung atraksi dan aksi individu-individu dan grup-
grup ‘pendoa’ tertentu untuk mencari populeritas, atau mempromosikan
diri dan kelompok demi mencari keuntungan-keuntungan.
Dan akibatnya selanjutnya, ialah bahwa oknum-oknum, kelompok-
kelompok pendoa tersebut, biasanya menciptakan gaya-gaya berdoa,
metode-metode berdoa, ritual-ritual doa, atau konsep-konsep doa yang
berbeda dari yang dilakukan di dalam gereja-gereja, bahkan juga ber-
beda dari contoh-contoh yang ada di dalam Alkitab. Sebab bagi mereka:
yang penting tampil beda, tampil mempesona, menarik perhatian, serta
memuaskan.
Saudara-saudara sekalian! Saya mengajak Anda sekalian untuk me-
renungkan hal ini: jika doa dilakukan secara bersama-sama, bukankah
itu merupakan suatu persekutuan umat yang seharusnya dilakukan se-

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Khotbah 

cara khusuk karena merupakan ibadah yang kudus kepada Allah yang
Mahakudus? Begitulah yang dilakukan oleh 120 murid Yesus: Setelah
mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang…
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa
perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus (Kisah
Para Rasul 1:13-14). Begitulah juga yang dilakukan gereja perdana yang
berjumlah 3000-an orang, berdoa di bait Allah dan di rumah-rumah (Kisah
Para Rasul 2:42-46).
Dan jika doa dilakukan secara pribadi, atau dalam kelompok-ke-
lompok kecil, bukankah seharusnya dilakukan dalam kesunyian, dan
dalam keterpisahan dari khalayak ramai? Itulah yang diajarkan juga oleh
Yesus; Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu
dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu
yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Matius 6:6).
Itulah cara berdoa yang dilakukan oleh Yesus dan murid-murid-Nya.
Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang
bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di
sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa” (Mat. 26:36). Dan demikian-
lah juga yang dilakukan oleh Nehemia. Ketika kudengar berita ini, duduklah
aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke
hadirat Allah semesta langit (Nehemia 1:4). Coba Anda perhatikan baik-baik;
pendoa-pendoa yang ditulis dalam Alkitab ini, melakukan doa-doa, atau
berdoa tidak dalam bentuk konser, tidak berupa pertunjukan atau atraksi
di depan umum, tidak untuk mendemonstrasikan kecakapan berdoa,
tidak untuk menampilkan ritual-ritual doa yang mempesona, dan juga
tidak untuk mencari nama atau popularitas.
Dan coba juga Anda simak baik-baik; betapa berbedanya dari pen-
doa-pendoa keliling di sekitar Anda sekarang ini, dan betapa kontrasnya
dengan bentuk-bentuk penyelenggaraan doa yang terjadi di era kita
sekarang. Kini kegiatan-kegiatan doa telah menjadi konser, penyeng-
garaan doa-doa sudah berubah menjadi atraksi, ibadah-ibadah doa telah
menjelma menjadi pertunjukan, tak ubahnya dengan barang komersial.
Tepat seperti kata Yesus tentang doa-doa kaum munafik; Mereka suka
mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada
tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.
Dan itulah yang disebut sensasi-sensasi doa.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


 Khotbah

DOA PEPERANGAN
Kini muncul satu model
doa yang cukup sensasional,
yaitu Doa Peperangan. Apakah
Anda sudah mendegar ceritanya?
Pernahkan Anda melihat demon-
strasi, atraksi, atau pertunjukan doa peperangan? Silahkan simak dan
kritisi cerita mereka di bawah ini:
Suatu saat tim pendoa dari rumah doa X mendapat hikmat dari Tuhan
bahwa di daerah X banyak terjadi pertikaian, perpecahan keluarga, kami memben-
tuk tim pengintai untuk melakukan pemetaan, dan kami mendapat data bahwa
pemerintahan iblis di gunung merapi mengirim roh penghancur jiwa, dan roh
mamon kepada keluarga-keluarg di daerah X tersebut, yang letaknya tepat di kaki
gunung Merapi. Akibatnya, penduduk menjadi materialistis, individualistis,
emosional, dan stres. Kami menyusun strategi, mengadakan perjamuan kudus,
mengadakan doa syafaat, dan mengadakan doa peperangan, doa keliling dengan
pujian penyembahan dan profetik. Seminggu kemudian kami mendapat data
bahwa daerah tersebut menjadi tenang, damai dan situasi berubah, dari yang
tadinya cukup mencekam namun akhirnya ada kemenangan (Cerita ini diambil
dari sebuah buku).
Saudara-saudara sekalian! Kalau Anda mengikuti dan memahami
dengan cermat apa yang dilakukan pendoa peperangan ini, Anda akan
menemukan beberapa hal yang hanya merupakan khayalan atau fantasi,
dan ada yang bercorak kepercayaan mistik. Ada beberapa pernyataan di
dalam cerita ini yang perlu dipersoalkan:
1) Pernyataan: Kami mendapat hikmat dari Tuhan bahwa di daerah X banyak
terjadi pertikaian, perpecahan keluarga; penduduk menjadi materialistis, in-
dividualistis, emosional, dan stres. Kondisi masyarakat seperti ini bukan
sesuatu yang baru. Artinya Anda tidak harus atau tanpa melakukan
doa peperangan pun setiap orang sudah mengetahui bahwa ada
pertikaian, perceraian, atau masyarakat menjadi materialistis, indi-
vidualistis, emosional, dan stres, karena semua itu sudah merupakan
realitas dalam hidup masyarakat sepanjang sejarah hidup manusia.
2) Pernyataan: Kami mendapat data bahwa pemerintahan iblis di gunung
merapi mengirim roh penghancur jiwa. Hal ini sama dengan kepercayaan
mistik masyarakat lokal. Masyarakat lokal mempercayai bahwa di

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Khotbah 

gunung Merapi ada ‘roh yang menjaga’ sama seperti di Laut Selatan
ada Nyai Loro Kidul. Pernyataan pendoa peperangan ini menimbul-
kan banyak masalah atau implikasi yaitu:
Pertama, jika data bahwa pemerintahan iblis di gunung Merapi,
sungguh-sungguh berasal dari Tuhan, berati Tuhan telah menggiring
umat-Nya kepada kepercayaan animisme dan mistikisme – keper-
cayaan pada roh-roh. Pada hal Firman Allah sudah memperingatkan:
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya
yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia,
tetapi tidak menurut Kristus (Kolose 2:8).
Kedua, jika benar bahwa ada pemerintahan iblis di gunung
Merapi, maka peristiwa salib – kematian Yesus - menjadi sia-sia, atau
Firman Allah telah salah, sebab di Alkitab disebut: Yesus menghapus-
kan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan
mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu
salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan
menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka
(Kolose 2:14-15).
Ketiga, dengan menyatakan pemerintahan iblis di gunung Merapi,
para pendoa itu telah menyetujui dan turut dalam kepercayaan mistik,
serta memberi posisi dan otoritas tinggi pada iblis, padahal Yesus
sudah melucutinya melalui peristiwa salib.
Saudara-saudara sekalian! Saya berharap Anda sekalian tidak
mudah terpesona, dan terlibat dalam gerakan-gerakan doa yang
cenderung melakukan atraksi-atraksi, atau pertunjukan-pertunjukan
doa-doa yang sensasional. Sesuatu yang kelihatan baik, kelihatan
rohani, kelihatan suci, belum tentu benar secara Alkitabiah. Selan-
jutnya, perhatikan pernyataan-pernyataan dalam cerita pendoa
peperangan.
3) Pernyataan: Kami menyusun strategi, mengadakan perjamuan kudus,
mengadakan doa syafaat, dan mengadakan doa peperangan, doa keliling
dengan pujian penyembahan dan profetik. Tahukah Anda, bahwa dengan
pernyataan ini, tim doa peperangan ini telah merekayasa dalam pikiran
(berfantasi), iblis seperti pasukan militer yang sedang menduduki
daerah X, lalu pasukan doa peperangan bergerak dari markasnya

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


 Khotbah

berkeliling seolah-olah mengambil posisi perang, lalu mengadakan


konfrontasi langsung – face to face – dengan iblis. Selanjutnya, secara
mendadak dan serempak, pendoa menyerang iblis dengan senjata
‘kata-kata doa, kata-kata pujian, dan kata-kata profetik’. Dalam fantasi
pasukan pendoa peperangan, mereka membayangkan pasukan
iblis merasa ketakutan, terdesak, tak berdaya, kalah, dan akhirnya
mundur dari daerah X. Dan masih dalam fantasi tim pendoa, mereka
membayangkan mereka telah merebut dan menguasai sepenuhnya
daerah X itu. Mereka menang, lalu pulang ke markas bersyukur,..
dan katanya..? Beberapa minggu kemudian mereka mendengar berita
bahwa daerah X sudah damai. Tapi apa buktinya? Hanya dari kata
orang? Ya itulah Sensasi-sensasi doa.
Bapak ibu, dan saudara-saudara sekalian! apakah Anda masih
ingat acara ‘Pemburu Hantu’ di TV? Sang pemburu mengejar hantu-
hantu, entah di rumah-rumah, di dapur, di kamar-kamar tidur, di
pohon-pohon, di gua-gua, dan di tempat-tempat yang dianggap
kramat (mistikisme). Si pemburu menangkap hantu-hantu (iblis) di
sana dengan tangannya, lalu memasukkan hantu-hantu itu ke dalam
botol. Wah sungguh suatu atraksi yang sansasional bukan?
Tetapi apakah bedanya antara apa yang dilakukan pendoa
peperangan dengan yang dilakukan pemburu hantu?. Yang berbeda
hanyalah kata-kata, pendoa peperangan menggunakan kata-kata
rohani, dan pemburu hantu menggunakan kata-kata mantra, tetapi
keyakinan, cara berfantasi – membayangkan keberadaan setan - dan
cara mengusirnya tidak jauh berbeda.
Saurada-saudara! Coba Anda renungkan dan analisa baik-baik
kenyataan tersebut....dan bandingkanlah dengan Firman Allah ini;
Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-
pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang
pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri
oleh pikirannya yang duniawi (Kolose 2:18).
4) Pernyataan: Seminggu kemudian kami mendapat data bahwa daerah
tersebut menjadi tenang, damai dan situasi berubah, dari yang tadinya
cukup mencekam namun akhirnya ada kemenangan.. Data ini tentu saja
sulit untuk dibuktikan, sama sulitnya membuktikan bahwa iblis
telah diusir dari daerah X. Tetapi yang pasti bahwa sampai sekarang

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Khotbah 

Gunung Merapi masih terus membara dan menelan korban. Banyak


rumah penduduk yang tertimbun lahar panas, bahkan memakan
korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit. Demikian pula
kenyataan di daerah X yang dimaksud, yang kebetulan daerah wisata,
sampai sekarang sulit untuk dipisahkan dari masalah narkoba,
masalah moral atau sex komersial, dan tindakan-tindakan kejahatan
lainnya.
So, apa yang terjadi dengan doa peperangan? Apa yang sesung-
guhnya diperangi? Iblis yang sesungguhnya? Atau Iblis yang dibayang-
kan dalam fantasi? Iblis yang direkayasa dalam pikiran? Atau roh-roh
kepercayaan mistik masyarakat lokal?

IBLIS atau ROH JAHAT


Saudara-saudara, Firman Allah menyatakan
bahwa iblis berkeliaran seperti singa yang
mengaum-aum: Sadarlah dan berjaga-jagalah!
Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Iblis mengelilingi
dan menjelajah dunia: “Dari mana engkau?”
Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan
mengelilingi dan menjelajah bumi (Ayub 1:7). Iblis
adalah roh-roh jahat di udara (bukan di langit
lho?) karena perjuangan kita bukanlah melawan
darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-
pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia
yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12).
Semua ayat ini menyatakan bahwa iblis tidak membangun
pemerintahannya di gunung, di laut, di suatu daerah atau kota, di gua,
di lembah, di hulu atau muara sungai, bahkan juga tidak di tempat-
tempat yang dikeramatkan masyarakat. Ayat-ayat ini juga menyatakan
bahwa iblis tidak mengkavling-kavling dunia ini untuk membangun
teritorial atau daerah kekuasaannya. Lalu siapa yang mangajarkan
bahwa kerajaan iblis di gunung, atau di lembah, di pantai atau di mauara
sungai? dan bahwa iblis mengkavling-kavling dunia ini menjadi territorial
kekuasaannya? Jelas itu semua adalah mistikisme, animisme. Saudara!

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


10 Khotbah

Waspadai mistikisme yang memakai label Kristen. Serigala yang berbulu


domba......
Jika kita mau mencari tempat iblis bertakhta, Alkitab menyatakan
bahwa tempat itu adalah di tubuh, hati dan pikiran manusia. Perhatikan
pernyataan-pernyataan Firman Allah ini: Tetapi Petrus berkata: “Ananias,
mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan me-
nahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu (Kisah Para Rasul 5:3). Ironis?
Daerah kekuasaan iblis justru di hati orang beriman.
“Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan
kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti
membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu? (Kisah Para Rasul 13:10). Luput
dari pengamatan? Roh-roh jahat justru mengalir dari dalam hati dan
pikiran manusia.
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Eng-
kau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23).
Surprise? Seorang rasul (hamba Tuhan) pada suatu saat bisa berubah
menjadi iblis di mata Yesus. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku
menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam
batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku
aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat
aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku
(Roma 7:21-23). Tak terduga? Paulus melihat dan mengakui bahwa ada
potensi atau kekuatan roh maut di dalam tubuhnya, yang membuat ia
sering tidak berdaya.
Saudara-saudara! Jangan tertipu oleh iblis. Ketika Anda memiliki
gagasan untuk mengadakan doa peperangan ke suatu lokasi atau daerah,
kemungkinan besar bahwa justru roh-roh jahat itu sedang menguasai
pikiran Anda. Iblis sengaja memunculkan gagasan tersebut di dalam
pikiran Anda untuk membelokkan perhatian Anda ke tempat lain, agar
Anda tidak sadar bahwa ia ada di dalam gagasan dan pikiran Anda.
Akan tetapi Anda mungkin akan bertanya pada saya; jika Firman
Allah secara kasat mata sudah menunjukkan fakta dan kebenarannya
demikian, lalu mengapa, bagaimana, untuk apa melakukan gerakan-ger-
akan, atraksi, atau aksi doa-doa peperangan? Inilah yang disebut sensasi-

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Khotbah 11

sensasi doa. Paling tidak, seperti yang disebut


di dalam Firman Allah tadi; untuk memuaskan
daging mereka.

IBLIS HARUS LAWAN


Firman Allah mengajar kita bahwa iblis
harus dilawan. Yesus memberikan Nama-Nya
untuk digunakan mengusir setan-setan: Tanda-
tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya:
mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku,
mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang
baru bagi mereka, (Markus 16:17). Allah menyediakan perlengkapan un-
tuk melawan si jahat: Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah,
supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap
berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu (Efesus 6:13). Dengan kata
lain, Firman Allah memang memerintahkan kita untuk melawan iblis.
Akan tetapi Firman Allah juga menegaskan bahwa peperangan ini tidak
dalam alam fisik tapi di alam roh: karena perjuangan kita bukanlah melawan
darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-
penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh
jahat di udara (Efesus 6:12), kita harus menggunakan iman: Lawanlah dia dengan
iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia
menanggung penderitaan yang sama (1 Petrus 5:9).
Saudara-saudara! Perhatikan baik-baik perintah atau pengajaran
Firman Allah tentang melawan iblis dengan iman, atau peperangan di
alam rohani. Pertama; dengan iman, maksudnya, saat kita mengadakan
perlawanan terhadap roh-roh jahat, kita harus mengimani apa yang
dikatakan Firman Allah bahwa: Yesus sudah mengalahkan iblis, dan sudah
melucuti semua kekuatan dan otoritasnya (Kolose 2:15), bahwa kita sudah
menang (Roma 8:37).
Kedua; dengan iman, maksudnya, dalam peperangan melawan iblis
kita harus merendahkan diri dan berserah pada kehendak Allah, karena
Ia yang akan bertindak (1Petrus 5:6-7).
Ketiga; dengan iman, maksudnya, peperangan yang dilakukan,
tidak dan jangan berbentuk aksi-aksi, demontrasi-demonstrasi, gerakan-
gerakan fisik, dengan cara melakukan pemetaan teritorial, pengintaian,

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


12 Khotbah

pemburuan, penyerangan ke lokasi-lokasi yang sudah dipetakan. Sebab


tugas kita dalam melawan roh-roh jahat adalah berdoa kepada Tuhan, se-
dangkan yang akan bergerak, beraksi, dan bertindak adalah Allah, bukan
kita. Perhatikan Firman ini: TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu
akan diam saja; TUHAN itu pahlawan perang (Keluaran 14:14;15:3).
Saudara, jika doa-doa peperangan dilakukan dalam bentuk aksi-
aksi, demontrasi-demonstrasi, gerakan-gerakan, dan mobilisasi secara
fisik, dan dengan cara melakukan pemetaan teritorial, pengintaian,
pemburuan, penyerangan ke lokasi-lokasi yang dianggap bersetan, tanpa
mereka sadar, mereka telah menggantikan dan mengambil alih peran
Tuhan.
Saudara, gerakan memobilisasi doa-doa peperangan ke suatu
wilayah tertentu, adalah tindakan yang secara langsung membalik Firman
Tuhan yang berkata: TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu
akan diam saja, menjadi: kami akan berperang untuk Tuhan, Tuhan akan
diam saja. Saudara, gerakan doa peperangan adalah demontrasi dari
orang-orang yang menganggap Tuhan terlalu kecil, sangat terbatas, tidak
berdaya, sehingga mereka perlu membantu atau menolong Tuhan. Oh,
sensasai-sensasi doa yang luar biasa!

KONKLUSI
Kalau saja Anda mau menerima pernyataan-pernyataan Alkitab
ini sebagai suatu kebenaran, kalau saja Anda mau mengimani Alkitab
sebagai Firman Allah yang hidup, dan tidak berubah, dan kalau Anda
sungguh-sungguh meyakini bahwa apa yang difirmankan Allah pasti
terjadi, seharusnya Anda tidak perlu membuang-buang energi untuk
melakukan doa-doa peperangan, seharusnya Anda tidak perlu mem-
buang-buang waktu untuk membantu atau menolong Tuhan. Sayangnya
ada kelompok-kelompok kristiani yang menganggap Tuhan terlalu lemah
dan tak berdaya menghadapi roh-roh jahat, sehingga kelompok-kelom-
pok tersebut merasa perlu membantu Tuhan melalui doa peperangan.
Oh sensasional.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Teologia 13

TEOLOGIA:

SOTERIOLOGI OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.

Bab V
TRINITAS
DAN KARYA PENYELAMATAN

K
eselamatan adalah karya agung dan besar dari Trinitas Ilahi. Karya
agung ini kemudian diaugerahkan kepada umat orang-orang berdosa.
Dalam melaksanakan karya penyelamatan, setiap pribadi di dalam
Trinitas Ilahi mempunyai tugas-tugas spesifik. Akan tetapi perlu dikemu-
kakan terlebih dahulu di sini bahwa spesifikasi tugas penyelamatan di
dalam Trinitas Ilahi tidak menunjukkan keterpisahan antar pribadi dari
Trinitas. Spesifikasi ini juga tidak mengandung maksud bahwa Oknum
yang satu lebih unggul dari pada yang lain, atau yang satu superior, dan
yang lain inferior. Sebaliknya, pembagian tugas dan peran di antara
Oknum-Oknum Ilahi tersebut justru menunjukkan prinsip dan sifat ko-
operatif dan dependensi antara satu Oknum dengan Oknum yang lain.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


14 Teologia

Maksudnya, karya keselamatan


dapat terwujud secara sempurna, dan
mencapai sasarannya secara tepat karena
dilakukan oleh seluruh Oknum Trinitas
Ilahi. Jika Alkitab mengatakan bahwa
keselamatan adalah karya dan anugerah
Allah, maka yang dimaksukan adalah Al-
lah dalam pengertian Trinitas, dan bukan
dalam pengertian Bapa yang terpisah dari
Anak dan Roh Kudus, atau sebaliknya.

BAPA
Bapa sudah merencanakan dan
menetapkan proses keselamatan sebelum
dunia diciptakan. Kebenaran ini diung-
kapkan rasul Paulus sebagai; rencana kerelaan-Nya yang telah ditetapkan
dari semula (Efesus 1:9). Dalam hal ini paling tidak ada dua unsur pent-
ing yang telah direncanakan dan juga telah ditetapkan secara tegas dan
mantap sebelum segala Allah menciptakan alam semesta ini yaitu:

1. Menetapkan Anak
Bapa telah menetapkan Anak-Nya untuk menjadi Penebus atau
Penyelamat orang berdosa sebelum dunia dijadikan (1 Petrus 1:20).
Pernyataan di dalam ayat ini menyanggah anggapan bahwa Allah baru
membuat keputusan untuk menyelamatkan manusia setelah Adam jatuh
ke dalam dosa. Sebab jika anggapan ini benar, maka keselamatan dipan-
dang hanya sebagai suatu penyelesaian atas suatu situasi darurat. Dan
jika Bapa baru membuat rencana atau keputusan untuk menyelamatkan
kembali manusia, sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, maka hal ini
berarti bahwa Allah sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi dengan
manusia, dan juga berarti Allah lengah sehingga Ia kebobolan. Namun
hal-hal seperti itu tidak mungkin terjadi pada Allah. Ini hanyalah ang-
gapan yang tidak logis dan pengandaian yang logis.
Allah Bapa telah menetapkan Kristus sebagai Pendamai (Roma
3:25). Selain menetapkan Anak-Nya sebagai Penyelamat, Bapa juga telah
menetapkan cara yang akan dilakukan Anak-Nya untuk menyelamatkan,

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Teologia 15

yaitu melalui sebuah pengorbanan, dalam hal ini Anak-Nya sendiri yang
akan dikorbankan sebagai pengganti atau penanggung dosa manusia
(Roma 8:3; Galatia 4:4-5). Proses penyelamatan dalam bentuk pengorbanan
mengharuskan adanya inkarnasi (Yohanes 1:1-3, 14; 3:16).

2. Menetapkan Sasaran
Bapa juga telah menetapkan siapa yang menjadi sasaran atau obyek
rencana penyelamatan. Kebenaran ini diungkapkan dengan sangat tegas
dan terbuka oleh Paulus. Orang-orang yang menerima keselamatan
adalah mereka yang memang telah ditentukan sejak semula. Selanjutnya,
mereka yang telah ditentukan itu dipanggil untuk menerima anugerah
keselamatan, lalu mereka oleh dibenarkan oleh darah Yesus, dan akhirnya
akan dimuliakan (Roma 8:29-30). Rasul Paulus mempertegas kebenaran
ini di dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, bahwa Allah telah me-
milih dan menentukan kita sebelum dunia dijadikan, untuk menjadi
anak-anak-Nya. Bahkan Bapa juga telah menetapkan bagian yang akan
diterima oleh orang-orang kudus (Efesus 1:4-5,11).

ANAK
Diasumsikan bahwa Oknum-oknum Trinitas Ilahi memiliki
kesepakatan dalam melaksanakan rencana penyelamatan umat manusia.
Kesepakatan tersebut berisi pembagian tugas masing-masing Oknum
dalam rangka melaksanakan rencana agung Allah yaitu penyelamatan
dunia. Di atas telah disebutkan tentang tugas-tugas dan tangggung jawab
Bapa. Selanjutnya, Yesus dalam posisi sebagai Anak Allah, bertanggung
jawab untuk melaksanakan semua proses yang memungkinkan atau yang
melaluinya keselamatan bisa datang ke dalam dunia dan menjangkau
manusia berdosa. Bahkan jika proses tersebut mengharuskan Yesus
untuk dikorbankan.

1. Inkarnasi
Tugas dan tanggung jawab pertama yang
harus direalisasikan oleh Anak adalah menjelma
menjadi daging atau menjadi manusia. Anak
harus menjelma menjadi daging (manusia)
karena ia harus menjadi sebuah korban (Ibrani
10:5-9). Dalam hal ini inkarnasi menjadi suatu

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


16 Teologia

keharusan bagi Anak. Paling tidak ada dua alasan mendasar yang
mengharuskan Anak menjadi manusia; Pertama, karena hanya dengan
menjelma menjadi daging, Anak Allah dapat menjadi atau dijadikan
suatu korban penghapus dosa (Yohanes 1:29; Galatia 4:4-5).
Kedua, karena hanya jika Anak sendiri yang menjadi korban, baru
ada korban yang sempurna, yang memungkinkan orang-orang berdosa
dapat ditebus (Ibrani 7:26-28).

2. Mati
Anak harus mati untuk dosa. Sama seperti inkarnasi, hal kematian
Anak pun merupakan suatu keharusan, sebab upah dosa adalah maut
(Roma 3:26). Anak harus mati, karena Ia datang untuk menanggung dosa
dan kejahatan manusia (Yesaya 53:2-7, Yohanes 1:29). Anak harus mati
karena Ia harus menggantikan posisi manusia dalam menerima akibat-
akibat dosa, atau sebagai harga tebusan dosa (Markus 10:45; 1 Korintus
15:3).

3. Memelihara
Bahwa Anak akan memelihara orang-orang yang menjadi milik
Bapa sehingga tidak ada satupun yang akan binasa (Yohanes 17:12). Tugas
pemeliharaan ini sangat penting, karena belum dunia dijadikan, Bapa telah
membuat rencana, keputusan atas siapa dari antara umat manusia yang
diselamatkan. Bapa telah memilih, dan telah menentukan orang-orang
yang akan menjadi anak-anak-Nya, dan kini orang-orang tersebut sudah
dipanggil dan dibenarkan setelah mereka percaya kepada Yesus.
Yesus sendiri juga telah melakukan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab-Nya dalam rencana penyelamatan. Ia telah telah turun
menjadi manusia, menjalani hidup sebagai hamba yang menderita, sampai
akhirnya Ia harus mengorbankan hidupnya untuk menebus orang-orang
berdosa itu. Oleh karena itu Paulus mengaskan bahwa orang-orang yang
telah dipilih dan ditebus oleh Allah akan dipelihara sampai pada kesu-
dahan (1 Korintus 1:8-9).

ROH KUDUS
Tugas Roh Kudus, selain untuk menyatakan atau mengungkapkan
rencana keselamatan kepada manusia, juga untuk mempersiapkan hati

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Teologia 17

manusia sehingga dapat menerima keselamatan. Bapa telah menentukan


dan memiilih orang-orang yang akan menerima anugerah keselamatan,
dan Yesus telah mati untuk menebus mereka dari dosa-dosanya, selan-
jutnya karya Bapa dan Anak itu perlu diefektifkan di dalam diri manusia.
Tugas ini dikerjakan oleh Roh Kudus.
Beberapa bentuk tugas atau karya Roh Kudus dalam rangka menge-
fektifkan penerapan keselamatan dalam hidup manusia, dapat disebut
di sini yaitu:

1. Menyadarkan
Kerusakan total yang dialami manusia akibat dosa, tidak hanya
kerusakan hubungan manusia dengan Penciptanya, tetapi juga kerusakan
potensi manusia untuk bernisiatif menanggapi kasih Allah. Hati nurani
manusia dibutakan oleh dosa, sehingga manusia tidak mampu melihat
ataupun menyadari akan kesalahan-kesalahan dan dosa-dosanya, dan
juga tidak mampu mengenal siapa Penciptanya (Yesaya 1:3; 2 Korintus
4:3-4). Tingkat kerusakan nurani tersebut sedemikian parah, sehingga
manusia tidak mampu membedakan tangan kanan dan tangan kiri (Yu-
nus 4:11)
Roh Kudus berkarya dalam rencana penyelamatan dengan cara
menyadarkan serta membuka mata hati manusia untuk melihat keber-
dosaannya. Roh Kudus memberikan potensi kesadaran di dalam batin,
dan potensi pengenalan di dalam rasio seseorang sehingga orang yang
bersangkutan dibawa kepada pertobatan.
Adalah Roh Allah yang telah berkarya di dalam diri Nuh, sehingga
ia mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat, dan dapat
mengenal akan Allah, serta mampu menjalani hidup yang benar, untuk
kemudian menerima keselamatan dari Allah (Kejadian 6:3, 8-9). Roh
Kudus diutus oleh Bapa ke dalam dunia untuk membuat hati manusia
sadar akan dosa, penghakiman, dan kebenaran (Yohanes 16:7-11). Malalui
karya Roh Kudus, Allah menarik orang-orang pilihan-Nya untuk datang
kepada Yesus (Yohanes 6:44).
Inisiatif untuk bertobat, dan datang kepada Yesus untuk menerima
keselamatan, tidak muncul dari keinginan manusia semata, tetapi dari
Roh Kudus. Roh Kuduslah yang berkarya di dalam hati seseorang, se-
hingga ia bertindak untuk bertobat.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


18 Teologia

2. Memeteraikan
Selanjutnya, orang-orang yang ditarik kepada Yesus, dan telah
menerima anugerah keselamatan, perlu memiliki sebuah tanda sebagai
milik Allah. Allah memeteraikan – memberi tanda – dengan cara menaruh
Roh Kudus-Nya pada diri seseorang tepat atau bersamaan ketika orang
tersebut percaya atau menerima Yesus. Meterai Roh Kudus tersebut adalah
tanda kepemilikan Allah atas hidup orang-orang beriman (Efesus 1:13).
Ada beberapa prinsip dan maksud yang terkandung dalam peng-
gunaan meterai:
Pertama, sebagai tanda milik yang sah secara hukum atas sesuatu,
dan kepemilikan tersebut dilindungi oleh hukum.
Kedua; sebagai jaminan kepastian atas suatu perjanjian. Maksud-
nya, jika ada dua orang yang membuat perjanjian tertulis, dan perjanjian
tersebut menggunakan meterai, maka isi perjanjian tersebut pasti dilak-
sanakan. Jika salah seorang mengingkari isi perjanjian tersebut, ia akan
mendapat sanksi secara hukum.
Ketiga; sebagai segel, artinya sesuatu yang telah dimeteraikan, itu
berarti disegel, dan tidak seorang pun berhak membuka, atau mengubah
segel tersebut tanpa diberi kuasa oleh negara melalui lembaga-lembaga
hukum.
Rasul Paulus menggunakan istilah meterai tidak dalam penger-
tian simbol, tetapi sebagai bahasa hukum dan dalam pengertian hukum,
sebagaimana ia menggunakan juga istilah-istilah hukum untuk hal-hal
lainnya yaitu: ‘pembenaran, penebusan, adopsi’ dan lain-lain. Atas dasar
pengertian hukum itulah, kemudian Paulus menyatakan dengan yakin
bahwa meterai Roh Kudus itu merupakan jaminan kepastian atas dari
Allah untuk memberikan kepada kita segala sesuatu yang pernah dijan-
jikan-Nya (2 Korintus 1:21-22; Efesus 1:14).
Selain itu, Yesus sendiri menegaskan bahwa orang-orang yang
percaya kepada-Nya sudah menjadi milik-Nya dan milik Bapa. Bapa dan
Anak tidak akan membiarkan mereka untuk binasa selama-lamanya, dan
juga tidak ada satu pun kekuatan yang bisa mengambilnya dari tangan
Allah (Yohanes 10:28-30).

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Teologia 19

3. Menguduskan
Keselamatan adala kelepasan dari dosa dan segala akibatnya. Roh
Kudus memberi kemampuan kepada orang-orang yang telah diselamat-
kan untuk tetap hidup dalam kemenangan atas dosa. Ia menguduskan
orang-orang yang telah dipilih sejak semula (2 Tesalonika 2:13; 1 Petrus
1:2), Ia dapat menguduskan setiap orang dari segala golongan, sehingga
menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan (Roma 15:16).
Sekarang menjadi jelas bahwa karya penyelamatan bagi umat ma-
nusia merupakan suatu proyek agung yang melibatkan setiap Oknum
Trinitas Ilahi. Bapa, Anak, dan Roh Kudus membuat penerapan karya
penyelamatan menjadi efektivitas di dalam hidup orang berdosa. Fakta-
fakta tersebut di atas memberi kita kesimpulan yaitu:
Pertama, bahwa semua orang yang telah mengalami karya dari
Trinitas Ilahi, yaitu dengan menerima Yesus sebagai Juru Selamat, ses-
ungguhnya telah mendapatkan anugerah keselamatan.
Kedua, jika Bapa dan Anak telah bekerja di dalam seseorang,
sehingga yang bersangkutan telah menerima keselamatan, maka tidak
ada alasan untuk mengatakan bahwa Roh Kudus belum atau tidak hadir
di dalam diri orang tersebut. Karena keselamatan adalah karya Trinitas
Ilahi.
(Bersambung ke edisi mendatang)

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


20 Leadership

Pemimpin Kristen
”
DR. S. TANDIASSA M.A

Pengantar

P ada edisi yang lalu saya menjelaskan bahwa secara umum ada dua
golongan pendapat tentang bagaimana seseorang dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Pertama, bahwa kemampuan leadership ses-
eorang merupakan bawaan sejak lahir. Atau dengan istilah lain, ketika
seseorang dilahirkan, ia memamg sudah membawa kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin. Kedua, bahwa seseorang dapat membangun
kemampuan dan keahlian kepemimpinan melalui proses pedidikan, baik
pendidikan formal, maupun non formal.
Kedua pendapat tersebut di atas sama-sama memiliki dasar secara
ilmiah dan fakta empris. Dan secara teologis, kebenaran dari kedua dua
pendapat yang kontradiktif tersebut memang tidak dapat disangkali. Di
dalam Alkitab kita dapat menemukan beberapa orang yang menjadi pe-
mimpin karena alasan keturunan, tetapi di dalam Alkitab yang sama kita
juga dapat menemukan banyak pemimpin yang berhasil karena mereka
telah dipersiapkan atau mempersiapkan diri dalam jangka waktu yang
cukup lama melalui berbagai proses pendidikan, atau pelatihan.
Tulisan ini tidak punya tendensi untuk memihak pada salah satu
pendapat tersebut di atas, karena kedua-duanya memiliki dasar yang
tidak terbantahkan. Tujuan penulis manyajikan tulisan ini adalah untuk
menyatakan bahwa seorang pemimpin yang sesungguhnya – the real leader
– akan selalu, dan pasti, menyadari keterbatasan atau kekurangannya, dan
pada saat yang sama, ia juga akan sangat menyadari betapa pentingnya
untuk memperlengkapi diri dengan cara selalu belajar. Bahkan untuk
seseorang yang dilahirkan dengan bakat pemimpin sekalipun, jika ia ingin

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Leadership 21

menjadi pemimpin yang bijaksana, ia seharusnya juga selalu mengenali


kekurangan-kekurangannya, dan berusaha untuk belajar. Proses belajar
kepemimpinan itu sendiri tidak terbatas pada belajar ilmu dalam bentuk
konsep atau teori saja, tetapi juga belajar ilmu dalam bentuk praktikal.

Pemimpin Perlu dipersiapkan


Terdapat sejumlah pemimpin Kristen yang harus melewati berbagai
proses sebelum mereka mendapatkan kepercayaan untuk menjadi
pemimpin. Berbagai proses yang dimaksud adalah berupa pengalaman-
pengalaman dalam berbagai situasi dan kondisi, dan pengalaman-
pengalaman akan berbagai peristiwa. Semua proses itu memberi kontribusi
yang sangat berarti dalam membentuk mentalitas kepemimpinan bagi
yang bersangkutan, dan berfungsi sebagai bagian dari proses pelatihan
dan persiapan untuk menjadi pemimpin yang berhasil.
Bill Crowder, direktur Church Ministries RBC USA, salah satu
dari pemimpin Kristen masa kini, melihat seluruh pengalamannya akan
berbagai peristiwa pada masa lalu sebagai proses pelatihan yang Allah
lakukan di dalam dirinya, yang akhirnya membawanya ke posisi sebagai
seorang pemimpin gereja. Hal tersebut diungkapkannya di dalam buku
pastoralnya ‘Serial Terang Ilahi’ yang berjudul “Mengapa Hidup Begitu
Tidak Adil?” : ‘Dengan memandang ke belakang, saya dapat melihat
bahwa kedisiplinan dan tantangan-tantangan saat saya kuliah selama be-
berapa tahun merupakan kamp pelatihan yang penting untuk dua puluh
tahun yang saya habiskan dalam pelayanan pastoral, kerap kali dalam
cara yang tidak pernah saya bayangkan. Begitu juga saat merenungkan
kembali suka duka dalam pelayanan saya, saya dapat melihat sekarang
bahwa beberapa waktu lalu Allah meletakkan dasar untuk apa yang saya
lakukan sekarang1.
Proses pelatihan atau persiapan kepemimpinan tentu tidak hanya
dalam bentuk pendidikan formal, yang berorientasi pada konsep atau
teori kepemimpinan saja, akan tetapi juga proses pendidikan yang non
formal atau yang berbentuk praktikal.

1
Bill Crowder, Mengapa Hidup Begitu Tidak Adil? (Jakarta: RBC Indonesia, 2006),6.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


22 Leadership

Para Pemimpin dalam Alkitab Dipersiapkan


Di dalam Alkitab kita menemukan beberapa pemimpin yang mem-
peroleh pengetahuan tentang kepemimpinan serta mimiliki keterampilan
dalam memimpin tidak hanya melalui pendidikan formal tetapi melalui
berbagai proses pengalaman praktis. Pengalaman-pengalaman praktis
yang dimaksud bisa dalam bentuk berbagai situasi dan kondisi atau
berbagai peristiwa yang pernah dialami secara individual, dan juga bisa
berupa pengalaman-pengalaman dalam kebersamaan dengan seorang
pemimpin. Dalam pengertian lain, para calon pemimpin ataupun para
pemimpin mendapatkan pengetahuan baik melalui pendidikan formal
maupun melalui pengalaman-pengalaman hidup secara individual pada
masa-masa yang lalu.
Alkitab menunjukkan fakta atau contoh-contoh yang relevan den-
gan pernyataan tersebut di atas. Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru kita menemukan beberapa tokoh penting atau pemimpin umat Allah,
yang harus mengalami berbagai situasi dan kondisi sulit, serta melewati
berbagai peristiwa yang cukup berat sebelum mereka diposisikan sebagai
pemimpin umat Allah. Semua pengalaman masa lalu tersebut merupakan
bagian yang sangat penting, yang bereperan sebagai proses pelatihan dan
pembekalan untuk menjadi pemimpin yang baik.

1. MUSA
Musa adalah salah seorang pemimpin besar dan terhormat di
kalangan bangsa Israel. Disebut demikian oleh karena sejarah Alkitab
menampilkannya sebagai tokoh yang me-
mimpim pembebasan bangsa Israel dari
penjajahan Kerajaan Mesir. Tetapi sebe-
lum Musa tampil sebagai pemimpin yang
berwibawa dan disegani oleh masyarakat
dan para penguasa Mesir, terlebih dahulu
Musa mengalami berbagai macam peris-
tiwa, bermacam-macam situasi dan kondisi,
baik yang menyenangkan maupun yang
menakutkan. Ketika Musa menghadapi
semua keadaan tersebut, tentu ia belum
memahami maksud dan tujuannya, selain ia
manghayatinya hanya sebagai keterpaksaan

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Leadership 23

karena keadaan tidak memberinya pilihan lain. Akan tetapi dari perspektif
teologia kepemimpinan dapat dipahami bahwa semua peristiwa yang
dialami Musa sebelumnya, memberikan kontribusi pada pembentukan
karakter atau mentalitas pemimpin di dalam diri Musa. Selain itu, pen-
galaman-pengalaman masa lalu dalam mengatasi setiap persoalan juga
merupakan proses pendidikan bagi Musa untuk meningkatkan keter-
ampilannya dalam menangani berbagai masalah.
Proses pelatihan Musa dimulai dengan pendidikan secara formal di
Mesir. Stefanus berpendapat bahwa pengetahuan, kewibawaan, kemam-
puan, dan keterampilan Musa dalam memimpin umat Israel merupakan
hasil dari proses pendidikan yang dilalui Musa di Mesir. Stefanus adalah
salah satu dari tujuh orang yang dilantik oleh rasul-rasul sebagai tua-tua
untuk membantu pelayanan para rasul dalam bidang sosial. Dengan tegas
Stefanus menjelaskan tentang pendidikan Musa di Mesir demikian: Dan
Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan
dan perbuatannya ’(Kisah Para Rasul 7:22).
Akan tetapi pendidikan formal Musa di Mesir dipandang Stefanus
belum cukup untuk membekali Musa menjadi pemimpin yang efektif bagi
umat Allah. Selanjutnya – karena suatu peristiwa – Musa pergi (lari) ke
padang gurun. Hal itu dijelaskan Stefanus demikian: Tetapi orang yang
berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang
mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Mendengar per-
kataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di Tanah Midian. Di situ
ia memperanakkan dua orang anak laki-laki (Kisah Para Rasul 7:27,29).
Pengalaman Musa akan situasi dan kondisi padang gurun selama
empat puluh tahun yang mencapai klimaksnya pada perjumpaan dengan
Allah melalui nyala api dari semak duri di pandang gurun, juga dimak-
nai Stefanus sebagai suatu bagian dari masa dan proses pelatihan yang
meberikan andil yang sangat besar dalam kepemimpinan Musa. Hal ini
diungkapkan Stefanus demikian: Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah
kepadanya seorang malaikat di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api
yang keluar dari semak duri. Dialah yang membawa mereka keluar dengan men-
gadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di
padang gurun, empat puluh tahun lamanya’ (Kisah Para Rasul 7:30).
Akan tetapi setelah Musa berada pada posisi sebagai pemimpin
bangsa Israel, ternyata pola kepemimpinannya belum cukup efektif.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


24 Leadership

Dengan kata lain, proses pendidikan yang telah dilalui, baik secara
formal maupun secara praktikal di Mesir dan di padang belum cukup
untuk membuat Musa menjadi seorang pemimpin yang berhasil. Dalam
situasi memimpin perjalanan umat Israel di padang gurun, Musa masih
harus mempelajari pola kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan
di lapangan. Yitro mengkritik dengan nada yang cukup keras terhadap
sistem kepemimpinan Musa. Tetapi tentu saja kritik Yitro tersebut harus
dilihat sebagai bagian penting dari proses pelatihan untuk meningkatkan
kualitas dan efektivitas kepemimpinan Musa, mengingat bahwa hubun-
gan Yitro dengan Musa adalah hubungan antara orang tua dan anak, atau
hubungan pendidik dan anak didik.
Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu,
berkatalah ia: “Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah eng-
kau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu
dari pagi sampai petang?” Tetapi mertua Musa menjawabnya: “Tidak baik seperti
yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa
yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup
engkau melakukannya seorang diri saja (Keuaran 18:14,17-18)
Yitro mengoreksi pola kepemimpinan Musa dan selanjutnya
mengajarkan konsep kepemimpinan baru kepadanya. Konsep atau pola
kepemimpinan yang ditawarkan Yitro tersebut ternyata berhasil membuat
kepemimpinan Musa menjadi lebih efektif karena semua umat dapat
dilayani, dan juga lebih dinamis karena pola yang diajarkan Yitro bisa
melibatkan lebih banyak orang di dalam melaksanakan tugas-tugas pelay-
anan. Pola kepemimpinan baru yang diajarkan Yitro kepada Musa adalah
demikian: Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat
kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa
itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan
keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus
dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kaucarilah dari
seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang
yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah
mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus
orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang (Keluaran
18:19-20).

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Leadership 25

Damazio berpendapat bahwa pendidikan formal Musa di Mesir


belum cukup untuk mengatasi berbagai problema dalam kepemimpinan
atau penggembalaan Musa. Hal ini diungkapkan Damazio demikian:
‘Betapa berharganya sebuah pikiran sehat sekecil apapun! Inilah Musa,
yang telah dilatih dan dididik di Mesir, seorang yang memiliki semua
persyaratan selaku penerima mandat dan kepercayaan. Namun, untuk
dapat mengatasi setiap problem penggembalaan yang dihadapinya, ia
harus menerima nasihat yang benar-benar jitu dari seorang yang biasa
dan tinggal di padang gurun, ayah mertuanya sendiri2.
Konsep baru tetang pola kepemimpinan yang disampaikan Yitro
kepada Musa memiliki nilai yang sangat tinggi baik dari dilihat dari sudut
rohani, maupun dari sudut praktis. Frank Damazio menilai konsep atau
pola kepemimpinan yang diajarkan Yitro kepada Musa sebagai konsep
yang bersumber dari hikmat Allah.
Dari mengamati peristiwa Musa tersebut, Damazio berpendapat
betapa pentingnya pengalaman kepemimpinan Musa untuk dijadikan
sebagai bahan acuan dan pelajaran bagi kepemimpinan Kristen masa
kini. Frank Damazio memberikan penekanan pada hal tersebut sebagai
berikut: ‘Pengalaman Musa mengajarkan kita bahwa seorang yang tidak
mau menyerahkan otoritasnya akan melumpuhkan para calon pemimpin
masa depan, orang-orang yang dapat menolong pemimpin itu, dan juga
seluruh jemaat lainnya. Hal tersebut menyia-nyiakan kemampuan sejum-
lah besar laki-laki dan perempuan yang sebenarnya dapat melakukan
tugas yang sama dan mengerjakan pekerjaan yang ada. Jemaat umum
memiliki banyak kemampuan yang tidak terduga3.
Penjelasan-penjelasan tersebut di atas membangun dan meletakkan
suatu dasar asumsi bahwa kualitas kepemimpinan Musa, serta kemam-
puannya di dalam membebaskan Israel dari perbudakan, dan selanjutnya
memimpin mereka ke gerbang Tanah Perjanjian, adalah hasil dari berbagai
macam proses dan bentuk pelatihan atau pendidikan – baik yang bersifat
formal maupun yang bersifat praktikal – yang pernah dilalui oleh Musa.
Dan proses pelatihan tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup
lama.

2
Frank Damazio, Memimpin dengan ROH (Jogjakarta: Andi,1993),66
3
Ibid

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


26 Leadership

2. DAUD
Daud adalah pemimpin (raja) bangsa Israel yang sangat populer
dan juga sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan tetangga karena keahli-
annya dalam berperang. Ia mengalahkan lebih banyak musuh dari pada
Raja Saul. Tetapi sebelum Daud menerima posisi sebagai pemimpin atas
bangsanya, terlebih dahulu ia mengalami berbagai situasi dan kondisi
hidup, baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan. Semua
pengalaman tersebut digunakan oleh Allah sebagai bagian dari proses
pendidikan atau pelatihan untuk membentuk karakter kepemimpinan
Daud.
David Hocking memberi komentar yang singkat mengenai kepe-
mimpinan Daud demikian: ‘Allah memilih Daud sebagai seorang pe-
mimpin sebab ia memiliki kekuatan dalam. Menurut Allah sendiri, hal
yang terpenting adalah bagian dalam, di hati, bukan penampilan luar4.
Sebenarnya pekerjaan Daud sebagai
penggembala domba pada masa remaja merupakan
hal yang biasa dalam kalangan masyarakat Israel
ketika itu. Akan tetapi kalau kita melihatnya secara
kritis dari perspektif pelatihan kepemimpinan, kita
tidak dapat menghindari asumsi bahwa sebagian
dari pengalaman masa lalu Daud sebagai gembala
juga memberi kontribusi dalam membangun jiwa
kepemimpinan Daud. Berbagai pengalaman dalam
menggembalakan domba juga telah mengilhami
Daud untuk tampil sebagai pemimpin dan pahla-
wan perang ketika Israel sedang dalam keadaan
tidak berdaya terhadap musuh mereka yaitu
bangsa Filistin. Fakta itu diungkapkan oleh Daud
dalam beberapa ayat Alkitab demikian: Tetapi Daud berkata kepada Saul:
“Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang
singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku
mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemu-
dian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu
menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh

4
David Hocking, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin (Jogjakarta: Andi, 1993),5,6

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Leadership 27

hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti
salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada
Allah yang hidup.” Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari
cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan
orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai
engkau (I Samuel 17:34-37).
Di sini tampak jelas bagaimana Daud menjadikan pengalaman-
pengalamannya akan berbagai situasi dan kondisi dalam menggembala­
kan domba-dombanya sebagai dasar atau acuan untuk mengalahkan
Goliat. Di samping itu pula, pengalaman-pengalaman itu menumbuhkan
kepercayaan dalam diri Daud untuk berhasil, serta membentuk karakter
kepemimpinannya khususnya dalam hal membuat suatu keputusan
dalam situasi yang kristis untuk melakukan suatu tindakan cepat dan
tepat menyangkut masalah orang banyak.
Selanjutnya, dengan belajar dari pengalaman-pengalaman masa
lalunya, Daud memiliki rasa tanggung jawab atas bangsanya, sehingga
ia bangkit dan tampil untuk membela dan menyelamatkan. Ia merasa
bertanggung jawab atas keamanan dan kesejahteraan, serta kelangsungan
sejarah Israel. Hal ini diungkapkan oleh Daud demikian: Lalu berkatalah
Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: “Apakah yang akan dilakukan
kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan
cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia
berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?” Rakyat itu pun
menjawabnya dengan perkataan tadi: “Begitulah akan dilakukan kepada orang
yang mengalahkan dia (I Samuel 17:26-27) .
Dengan pengertian lain, semua pengalaman akan situasi dan kon-
disi yang dilalui Daud sebagai seorang gembala domba, berperan sebagai
bagian dari proses pelatihan dan persiapan bagi kepemimpinan Daud seb-
agai raja Israel, meskipun semua itu tidak disadari oleh Daud sebelumnya.
Selain dari pada itu, pengalaman-pengalaman masa lalu itu juga sudah
tentu menjadi sumber pengetahuan praktis yang memberi kontribusi
untuk meningkatkan kapabilitas dan kualitas, serta keterampilan Daud
dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan di kemudian hari.
Setelah Daud dilantik menjadi raja Israel, ternyata ia tidak secara
otomatis naik tahkta untuk duduk sebagai raja atau pemimpin Israel. De
jure, Daud sesungguhnya sudah menjadi raja, karena Daud telah dilan-

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


28 Leadership

tik menjadi raja menggantikan Raja Saul, sesuai dengan perintah Allah
kepada Nabi Samuel: Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak
itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu
dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel
menuju Rama (1 Samuel 16:13).
Akan tetapi de fakto
ketika Daud pergi ke istana ia
justru menjadi seorang hamba
atau pelayan bagi Raja Saul
yang sesungguhnya sudah
ditolak oleh Allah. Demikian-
lah Daud sampai kepada Saul
dan menjadi pelayannya. Raja
Saul sangat mengasihinya, dan
ia menjadi pembawa senjatanya.
Sebab itu Saul menyuruh orang kepada Isai mengatakan: “Biarkanlah Daud tetap
menjadi pelayanku, sebab aku suka kepadanya” (I Samuel 16: 21-23).
Bagi Daud pengalaman-pengalaman akan situasi di istana selama
menjadi pelayan Saul, sudah pasti menjadi perlengkapan dan persiapan
yang sangat berharga baginya di kemudian hari saat ia duduk sebagai
raja atau pemimpin bangsa Israel. Selama mendampingi Raja Saul melak-
sanakan tugas-tugas kerajaan di segala bidang, Daud sudah tentu belajar
banyak hal baru yang berkaitan dengan tugas dan peran seorang raja.
Dari pengalaman bersama Raja Saul tersebut, Daud memperoleh banyak
pengetahuan yang sangat berharga, yang akhirnya sangat berguna ketika
ia sendiri telah menjadi raja dan harus melakukan tugas-tugas kerajaan.

Bersambung ke edisi berikut.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Sikap dan Tindakan Kristiani 29

GOSIP,
SRIGALA BERBULU
DOMBA

A
da dua macam sikap buruk yang sering ditunjukkan orang Kris-
ten. Yang pertama, kita suka memilah-milah dosa. Ada yang kita
sebut sebagai dosa besar, dan ada yang kita anggap tidak terlalu
berbahaya. Kedua, kita mudah menghakimi orang lain untuk selumbar
dosa yang diperbuatnya, sementara kita membiarkan pelanggaran kita
yang seukuran balok mengaburkan pandangan rohani kita.
Gosip merupakan salah satu dosa yang seringkali tidak tertangkap
radar rohani kita. Kita dapat berbicara dengan teman kita tentang per-
buatan buruk orang lain, tanpa menyadari bahwa dengan melakukan hal
itu, kita sendiri sedang melakukan dosa serius. Kita dengan entengnya
menganggap kecil pelanggaran kita, dan seringkali kita bersembunyi di
tempat yang disebut dengan pertemuan doa. Kita beralasan, semua hal
harus diungkapkan secara jujur dan terbuka. Namun kita lupa bahwa
dengan melakukan gosip, kita bukan hanya merusak diri sendiri, me-
lainkan juga kehidupan orang lain.
Dari definisi kamus, kita tahu bahwa gosip adalah membicarakan
orang lain tanpa sepengetahuan orang itu. Biasanya gosip berisi rincian
pembicaraan yang bersifat pribadi dan negatif, yang menempatkan orang
yang menjadi obyek gosip dalam posisi yang buruk. “Ah, kami tidak
sedang membicarakan skandal orang lain, kok!” begitu sanggah kita.
Namun tetap saja kata-kata kita yang sia-sia dapat menimbulkan luka
di hati orang lain.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


30 Sikap dan Tindakan Kristiani

Hal yang Sangat Buruk Tentang Gosip


Alkitab menyebutkan pembicaraan yang sia-sia ini sederhana
saja: dosa. Bila Anda masih menganggap gosip sebagai dosa kecil, coba
Anda lihat teman-temannya: Roma 1:29-30 menyatakan gosip sebagai
pelanggaran, dengan kategori yang sama seperti “kelaliman, kejahatan,
keserakahan dan kebusukan, kedengkian, pembunuhan, perselisihan, tipu
muslihat dan kefasikan.” Apapun yang setingkat dengan pembunuhan
dan kedengkian pastilah memiliki kuasa merusak yang serius!
Gosip sangat meru-
sak hubungan. Gosip
“menceraikan sahabat yang
karib” (Amsal 16:28), me-
nimbulkan permusuhan,
kemarahan, dan kepahitan.
Tunjukkanlah kepada saya
suatu komunitas Kristen
yang dipenuhi dengan gosip, maka saya pasti dapat menunjukkan kepada
Anda keluarga-keluarga yang berantakan, penuh dengan masalah dan
saling curiga satu dengan yang lain.

Semakin Rinci Isinya, Semakin Buruk Jadinya


Membicarakan orang lain pasti akan mendorong sikap membenar-
kan diri sendiri. Gosip itu ibarat anggur beracun, di balik kulit luar yang
menggoda berupa perhatian kepada sesama, di dalamnya terdapat racun
egoisme. Dengan atau tanpa kita sadari, kita sering membocorkan rahasia
atau kesalahan orang lain untuk keuntungan kita sendiri, meskipun kita
bersikeras bahwa kita melakukannya untuk menolong orang itu. Dengan
bergosip, kita bukan hanya mencoba menggelembungkan harga diri kita
dengan menunjukkan bahwa kita “tahu segalanya”, namun kita juga me-
nyatakan secara tidak langsung bahwa kita lebih baik ketimbang orang
lain yang kita gosipkan itu.
Di sinilah kita melihat godaan yang kuat untuk bergosip: Ketika
kita bergosip, kita merasa lebih tinggi, lebih hebat daripada orang lain.
Apalagi bila kita membungkusnya dalam rupa suatu pertemuan doa,
di mana kita terdorong untuk “memberi perhatian yang lebih dalam
terhadap seorang saudara”, kita merasa mendapatkan kepuasan sebagai

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Sikap dan Tindakan Kristiani 31

orang yang “lebih rohani” daripada orang lain, padahal kepuasan sesaat
seperti itu sungguh merupakan sikap yang buruk bagi diri kita sendiri
maupun bagi gereja.

Tips Menghindari Gosip


Dengan bergosip, kita sebenarnya sedang menunjukkan bahwa kita
adalah orang berdosa yang sedang menipu diri sendiri dan tidak cukup
dewasa untuk dapat dipercaya dalam menjaga kerahasiaan orang lain.
Kita tidak menaati firman Allah dan merusak tubuh-Nya. Saudaraku,
kita tidak perlu terjerat ke dalam pencobaan ini. Berikut adalah tips yang
mudah-mudahan dapat membantu Anda.

1. Kenalilah gosip sebagaimana adanya.


Kita harus setuju dengan apa yang dikatakan Alkitab tentang gosip,
yakni sebagai dosa. Ketika kita membicarakan hal-hal yang buruk tentang
orang lain, dapat dipastikan bahwa tindakan kita itu salah. Kecuali bila hal
itu memang diperlukan guna membeberkan semuanya, misalnya dalam
melaporkan suatu kejahatan atau memberitahu orangtua tentang perilaku
buruk anaknya. Bila selama ini Anda selalu tergoda untuk bergosip, ber-
hentilah mencari pembenaran. Izinkanlah Roh Kudus menyadarkan dan
membawa Anda kepada pertobatan.

2. Pahamilah betapa luasnya kerusakan yang ditimbulkan oleh go-


sip.
“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota ke-
cil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara
yang besar… sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh
tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia send-
iri dinyalakan oleh api neraka.” Demikian peringatan
dari Yakobus kepada gereja Tuhan (Yakobus 3:5-6).
Sesuatu yang pada awalnya tampak tidak berbahaya
itu, sebenarnya merupakan virus mematikan yang
membahayakan kesehatan tubuh Kristus. Bila kita
peduli tentang kesatuan di dalam gereja sebagaimana
yang dilakukan Tuhan (Yohanes 17:20-21), maka kita
akan selalu berusaha menghindari diri kita dari membicarakan hal yang
sia-sia.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


32 Sikap dan Tindakan Kristiani

3. Dapatkan kembali kuasa perkataan Anda untuk menguatkan dan


membangun orang lain.
Yakobus 3:2-4 mengajar kita bahwa ibarat kemudi kapal, lidah
yang kecil dapat mengarahkan keseluruhan hidup kita kepada kehidupan
atau kematian. Bila kita menyadari bahwa perkataan kita memiliki kuasa
yang besar untuk melakukan hal yang baik maupun yang jahat, tentu kita
tidak lagi akan meremehkan bahaya gosip, dan kita akan mulai memakai
kata-kata kita hanya untuk membangun orang lain.

4. Bila Anda sedang mendengarkan gosip dari lawan bicara Anda,


maka gantikanlah gosipnya itu dengan pujian yang baik.
Gantikanlah kata-kata yang me-
nyakitkan dengan simpati yang murni.
Gantikanlah laporan jahat yang Anda
terima dengan suatu pesan positif tentang
orang yang sedang digosipkan itu. Den-
gan begitu, Anda sedang menelanjangi
dosa gosip, dan hal itu dapat meluruskan
motivasi si penggosip dan membawanya
kepada pertobatan dan pendamaian. I
Petrus 4:8 mengingatkan kita, “Kasih
menutupi banyak sekali dosa.”
Dengan menghindari dosa gosip, berarti kita sedang membangun
diri sendiri dan orang lain, dan kita akan menemukan bahwa hanya Allah
yang dapat memuaskan kebutuhan kita, bukan dengan menjadi manusia
super, yang merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Juga, kita akan
menemukan sukacita dalam menggunakan kata-kata yang membawa
kehidupan bagi tubuh Kristus.
(Mark D. Roberts, InTouch.com)

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Kesaksian 33

Ibu Anny Suryani:

Paling Benci Kalau Ditanya,


“Kamu Gereja Mana?”
Oleh: Drs. Y. Poerwadi

J
ulukan yang melekat pada Ibu Anny Suryani adalah “Jemaat Gereja
TV.” Mengapa? Karena ia tidak pernah ke gereja namun kesukaan-
nya menonton acara khotbah di Indovision channel 69, VCD/DVD,
dan mendengar khotbah dari kaset, serta membaca Alkitab dan buku-
buku rohani.
Ibu Anny, setelah menikah tinggal di
Jogjakarta dan sejak itu ia tidak pernah ke
gereja (selama 43 th) meskipun ia tetap per-
caya kepada Yesus sehingga ia paling benci
bila ditanya oleh seseorang, “Kamu ke gereja
mana?” Ia ke gereja kalau diajak oleh anak-
anaknya. Itu pun setahun hanya beberapa kali
saja. Dan baru setahun terakhir ini Ibu Anny
bergabung dengan jemaat Gereja Pantekosta
EL-Asah Condong Catur, Jogjakarta.
Ibu Anny lahir di Kutoharjo tahun 1946 sebagai anak bungsu dari
enam bersaudara. Ayahnya meninggal dunia 1,5 bulan sebelum ia lahir.
Ia dibesarkan di Jakarta di rumah kakak tertua, namun ibunya masih
tetap tinggal di desa. Di Jakartalah Ibu Anny mengenal Tuhan Yesus dan
dibaptis pada usia 17 th di Gereja Pantekosta Sidang Jemaat Allah di jl
Makaliwe Grogol, tanpa ijin dan persetujuan keluarga. Setelah dibaptis
tiba-tiba muncul di hatinya keinginan untuk pergi ke Israel dan setiap
ada kesempatan ia selalu berdoa agar sebelum ia mati ia bisa pergi ke
Israel.
Perjalanan hidupnya tidaklah begitu mulus. Pencobaan demi pen-
cobaan silih berganti dan ia selalu berpindah dari satu tempat ke tempat
lain. Namun ia selalu ingat Yesus dan selalu berdoa kepada-Nya.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


34 Kesaksian

Salah satu masa sulit yang pernah ia alami adalah saat ia mening-
galkan Jogjakarta dan pindah ke Jepara. Ia sedang hamil tua. Di kota Jepara
ia dan keluarganya dikontrakkan sebuah rumah oleh kakak suaminya.
Sebuah rumah joglo kuno. Malam pertama ia tidur di situ ia bermimpi
dan didatangi seorang tua yang berkata kepadanya, “Anny, kalau kamu
mau menjaga rumah ini dengan baik-baik serta merawatnya, kamu akan
aku beri kekayaan yang luar biasa,” Paginya, Ibu Anny bercerita kepada
di pemilik rumah. Ternyata orang tua yang hadir dalam mimpinya adalah
seseorang yang dikeramatkan oleh penduduk daerah itu. Ibu Anny
didesak agar ia mau mentaati perintah orang tua itu karena secara supra
natural ia dapat memberikan apapun. Bu Anny memang secara manusia
membutuhkan banyak keperluaan dan ia memang sedang menghadapi
masa sulit tetapi rasa takutnya kepada Tuhan akhirnya membuat ia justru
menerima amarah dan mdiusir dari rumah itu.
Ibu Anny bersama anak-anaknya keluar dari rumah itu dan pergi
ke arah desa Mayong di mana ia bertemu dengan seseorang dan diberi
tumpangan di rumahnya. Tidak seberapa lama kemudian, ia melahirkan
anaknya. Semua biaya rumah sakit dicukupkan oleh Tuhan. Ada saja cara
Tuhan memakai orang lain untuk menolongnya.
Pada tahun 2002, Ibu Anny mendapat berkat dari anaknya, ber-
ziarah ke Israel. Ketika ia mendapat tiket ke Israel, ia menyadari bahwa
doa yang tidak berkeputusan pasti dijawab oleh Tuhan walaupun selama
kurang lebih 40 tahun ia berdoa.
Selama di Israel, ada pengalaman yang mengerikannya ketika ia
naik unta menutju ke Gunung Sinai. Tiba-tiba dalam suasana yang gelap
gulita tanpa saudara dan sahabat dan hanya terdengar suara kaki unta
ia merasakan ketakutan yang luar biasa. Perasaan yang memang selalu
menghantui dirinya kembali menyerangnya yaitu perasaan takut akan
kematian yang sepertinya akan segera dialaminya. Ia merasa seumur
hidupnya ia menjadi seorang yang paling berdosa di hadapan Yesus
yang Mahasuci. Ia teringat bahwa perjalanannya waktu itu merupakan
jawaban Tuhan adas doanya sehingga ia semakin merasa bahwa dirinya
tidak lama lagi akan dipanggil Tuhan. Ia kemudian berdoa, “Ampunilah
dosaku, ya Bapa. Selamatkanlah jiwaku, ya Bapa. Kehendak-Mu yang
terjadi ya, Bapa. Dalam nama Yesus, aku memohonnya. Amin.” Setelah
ia menaikkan doanya, hatinya dilingkupi dnegan damai sejahtera.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Kesaksian 35

Kebiasaannya mendengar khotbah di TV tetap dilakukannya secara


rutin. Pada suatu saat ketika ia sendang memperhatikan khotbah di TV,
ia mendengar, “Umat manusia penuh dosa, perlu pengampunan dari
Tuhan. Sebagai orang berdosa kita yang harus mencari Tuhan. Namun
Tuhan yang mencari kita. Ia datang kedunia.” Saat ia mendengar ucapan
itu, tiba-tiba ada gerakan roh melalui suara hatinya yang berkata, “Anny,
jangan di rumah saja. Keluar!” Kalimat ini didengarnya berkali-kali. Ia
bingung dan tidak tahu apa maksudnya. Selama berhari-hari ia mencari
apa maksud Tuhan ini dan terjawab ketika ia bertemu dengan Ibu Wil-
liam, tetangganya, mengajaknya pergi ke gereja. Ia sadar, bahwa perintah
Tuhan ini adalah agar ia pergi ke gereja, tidak di rumah saja. Dan sejak
itu, ketika ia ditanya, “Ibu pergi ke gereja mana?” maka ia akan menjawab
dengan penuh sukacita, “EL-Asah.”
Ia sangat menikmati beribadah kepada Tuhan dan ia sungguh
merasakan berkat-berkat-Nya luar biasa. Ia ingat ketika ia pergi kebaktian
gabungan komisi wanita di EL-Asah Cokrodipuran, Jogjakarta ia naik
mobil Ibu Nani yang harus diisi sepuluh orang. Sangat sesak. Ia berkata
dalam hatinya, “Tuhan, seandainya aku punya mobil, tentu tidak perlu
berdesakan lagi.”
Beberapa hari setelah ibadah tersebut, rukonya yang sudah
diiklankan untuk dikontrakkan sejak dua tahun lalu dikontrak oleh ses-
eroang. Uang hasil kontrak itu ia belikan sebuah mobil untuk membantu
pekerjaan Tuhan.
Ibu Anny mengatakan bahwa ada satu doanya yang tak putus-
putusnya ia sampaikan kepada Tuhan: “Tuhan, tolong saya dan anak-
anak dan juga cucuku, jangan sampai kami meninggalkan Tuhan Yesus.
Ambillah jiwa kami sebelum kami meninggalkan Yesus, karena apa;lah
gunanya umur panjang, kalau jiwa ini binasa. Lebih baik umur pendek,
tetapi jiwaku ada di dalam Yesus.”
Puji Tuhan, keluarga Ibu Anny semua sampai sekarang ada di
dalam Tuhan bahkan dua anaknya sekolah teologia. Ia menyadari bahwa
semua karena kebaikan dan kemurahan Tuhan.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


36 Moralitas Kristen

JANGAN TINGGALKAN
RUMAH TUHAN

B
aru-baru ini seorang teman memu-
tuskan untuk meninggalkan gereja. Ia
merasa sangat kecewa dan dilukai oleh
seseorang di sana. Ia tidak dapat lagi menahan
diri untuk tidak pergi. Meski begitu, saya rasa
ia tidak sampai meninggalkan imannya.
Data statistik menunjukkan keban-
yakan orang Kristen yang meninggalkan
gereja akhirnya bergabung dengan “gereja
maya” atau “gereja media”, melalui radio,
televisi, Internet, buku dan CD. Gereja seolah-
olah berubah menjadi komoditas menarik:
pengajaran yang bagus diiringi musik sesuai
selera, menjadi alternatif untuk menghindari gereja nyata yangu, dan
menyakitkan hati.
Gereja maya adalah gereja yang kendalinya dipegang oleh Anda:
nyaman, menghibur, menjaga perasaan dan (barangkali yang paling
penting), tidak menimbulkan konfrontasi. Tinggal tekan satu tombol,
maka Anda dapat menghapus pembicara, pesan, atau apapun yang tidak
Anda sukai. Tidak ada orang yang tahu apakah Anda hadir atau tidak.
Sebaliknya, di “gereja nyata”, hampir mustahil Anda dapat menghindari
“tabrakan” dengan orang lain yang tidak sepikir atau sejalan dengan
Anda atau orang lain yang tidak setuju dengan tindakan atau usul Anda.
Kemunafikan, kecemburuan, permusuhan atau kepicikan dari sesama ang-
gota gereja akan Anda hadapi setiap saat. Tak heran makin banyak orang
Kristen meninggalkan gereja lokal demi mencari ketenangan, kenikmatan
dan kemudahan yang ditawarkan di tempat lain.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Moralitas Kristen 37

Saya pernah menjadi salah seorang penggemar “gereja maya”.


Banyak penulis dan pembicara Kristen di radio memotivasi dan men-
gubah kehidupan saya. Sebagai salah satu cara bagi orang Kristen untuk
bertumbuh, dan jalan raya baru untuk menjangkau yang terhilang masuk
ke dalam keluarga Allah, “gereja maya” menyumbang peranan yang tak
ternilai. Namun bila Anda hanya mengandalkan “gereja maya”, ini akan
membawa Anda pada ibadah yang miskin, karena ketiadaan bahan kunci
yang diperlukan untuk kesehatan rohani sejati.

BENGKEL PENGUDUSAN
Banyak orang Kristen meninggalkan gereja dengan alasan yang
sama seperti mereka meninggalkan pernikahan. Mereka melakukan
sakramen pernikahan tanpa mengerti arti pernikahan Kristen. Secara
teori kita setuju pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral, yang
harus menyerupai kasih Kristus nan penuh pengorbanan. Kenyataannya,
kita tidak tahu bagaimana menerapkannya. Ketika muncul konflik, kita
menjadi sama pintarnya dengan para tetangga yang bukan Kristen, dalam
hal menunjuk dan melempar kesalahan kepada pasangan.
Pernikahan dimaksudkan sebagai sarana pemuridan dari Allah
yang di dalamnya Tuhan memakai pasangan Anda untuk membantu
Anda bertumbuh semakin serupa dengan Kristus.
Prosesnya seringkali menyakitkan dan membuat frustrasi, namun
sesungguhnya di situlah transformasi dan pengudusan sedang berlang-
sung dalam rumah tangga. Jadi, yang menjadi masalah bukanlah per-
nikahan itu sendiri, melainkan penolakan kita
untuk berubah melalui hubungan sebagaimana
yang dikehdnaki Tuhan.
Seperti itu juga, Tuhan ingin mengajar
kita tentang belas kasihan, pengampunan, dan
pelayanan, melalui gereja yang merupakan tu-
buh-Nya sendiri. Seorang pengkotbah terkenal
asal Skotlandia, Alexander MacLaren, dengan
tepat mengatakan bahwa gereja adalah “sebuah
bengkel, bukan asrama.” Gereja yang tidak sem-
purna justru menjadi tempat sempurna bagi kita
untuk mempraktikkan pelajaran kasih. Dalam

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


38 Moralitas Kristen

lingkungan orang-orang tidak sempurnalah kita belajar untuk sejalan


dan meninggalkan kehidupan lama. Kita tengah menjalani proses trans-
formasi. Namun perubahan tidak terjadi dengan cepat, dan kita semua
tidak serta-merta dapat diubahkan menjadi seperti Yesus. Kita seringkali
tidak konsisten dengan iman. Kita terlalu mudah mengatakan hal yang
benar, namun sulit melakukannya. Tiap-tiap kita dalam proses, itulah
sebabnya kita saling membutuhkan. Meninggalkan gereja tidak akan
menyelesaikan persoalan sama sekali. Segala kelemahan dan sikap negatif
akan tetap tertanam dengan kuat jika kita menolak proses transformasi
yang dirancangkan Yesus.

SENDIRIAN TANPA PERLINDUNGAN


Kita tidak dapat menghindari orang lain yang akan menyakiti
hati. Namun jika kita melarikan diri dari konflik, kita tidak akan belajar
bagaimana caranya mengampuni atau diampuni. Tahukah Anda berapa
banyak orang percaya dalam gereja memerlukan jamahan anugerah Allah
melalui Anda? Mereka tahu bahwa mereka pernah menyakiti perasaan
orang lain, atau membuat pernyataan-pernyataan yang bodoh. Namun
ketika Anda menjangkau mereka dalam nama Yesus dan menyatakannya
melalui ucapan dan tindakan, “Aku masih mengasihimu,” saat itulah
mereka mengalami anugerah Allah yang lebih kuat dibanding kotbah
apapun. Interaksi seperti ini (yang seringkali berusaha untuk kita hindari)
akan menguatkan dan mendewasakan Anda dalam pertumbuhan semakin
serupa dengan Kristus.
Ketika kita berusaha menjalani kehidupan Kristen dengan kekuatan
sendiri, saat itulah kita mudah mendapat serangan setan; itulah sebabnya
Salomo menulis, “Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, ama-
rahnya meledak terhadap setiap pertimbangan.” (Amsal 18:1).

PROSES TRANSFORMASI
Bila kita sendirian, sisi-sisi kepribadian yang kasar tidak akan
tertangani. Ketika kanak-kanak, saya selalu kagum dengan batu-batu
licin dan berkilauan yang saya lihat di toko suvenir di dekat rumah. Saya
berusaha mencarinya sendirian di sebuah bukit, hasilnya nihil. Ketika
saya beranjak dewasa, saya menyadari bahwa batu-batu itu tidak begitu
saja menjadi mengkilap, melainkan diproses sedemikian rupa dengan

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


Moralitas Kristen 39

beberapa alat. Pasir dan kerikil serta batu-batu lainnya saling menggosok
dan beradu. Sedikit demi sedikit, gesekan yang timbul membuat licin
permukaan batu dan menghasilkan kilauan alami nan indah. Allah den-
gan segala rancangan-Nya menaruh kita di tengah-tengah orang yang
sama seperti kita, yakni orang-orang dengan sisi-sisi yang masih kasar.
Sementara kita berjalan bersama melalui konflik, pengujian, tantangan
dan pasir-pasir kesulitan lainnya, maka sisi-sisi kasar itu berangsur-ang-
sur sirna, digantikan dengan kilauan. Yang penting adalah bagaimana
tetap bertahan.
Orang-orang yang mengecewakan Anda di satu waktu, dapat juga
mendorong, menghibur dan memberkati Anda, dengan cara pribadi yang
tidak dapat dilakukan oleh sebuah buku. Orang-orang adalah kumpulan
kekuatan dan kelemahan. Kita membutuhkan keanekaragaman seperti ini!
Ketika kita belajar menunjukkan anugerah kepada orang lain yang lemah,
kita mendapatkan kesabaran; ketika orang lain mengangkat kita dalam
kekurangan, kita belajar tentang kerendahan hati. Bukankah semuanya
menggambarkan hikmat Allah?
Kita tidak pernah dapat menggenapi rencana Allah bila mengam-
bil jalan sendiri dan memisahkan diri dari gereja, mengapa? Karena kita
diciptakan untuk persekutuan. Kita dirancang untuk berfungsi dalam
keluarga Allah yang kadang-kadang canggung, tidak nyaman, dan penuh
persoalan. Gereja merupakan satu-satunya tempat di mana kita menjadi
bagian dari umat yang telah ditentukan Kristus sebagai penghuni surga
kelak.
- Dan Schaeffer (InTouch.com)

Suara EL-Asah Tahun I No. 6


40 Dari Anda untuk Anda

Dari Anda Untuk Anda

Pemabaca yang terhormat!


Kami merasa sangat berbahagia mendapatkan kesempatan untuk
melayani Anda melalui buletin Suara El-Asah. Kami akan ber­
usaha semaksimal mungkin untuk selalu menyajikan yang terbaik demi
meningkatkan kapasitas pengetahuan teologia dan mutu spiritualitas
Anda.
MisiSuaraEL-Asahadalah:Mencerahkan,Mencerdaskan,
dan Membebaskan. Dengan misi tesebut, kami ingin meningkatkan daya
kritis jemaat terhadap berbagai fenomena zaman yang muncul dengan
mengatasnamakan Kristen dan Tuhan, tetapi tidak alkitabiah.
SuaraEL-Asahtidakdijual! KamiberharapAndamenilai
Suara El-Asah tidak dari bahan materialnya, tetapi dari bobot isinya. Dan
jika anda mendapatkan berkat dari isinya, kami yakin anda tidak akan
keberatan memberi persembahan untuk biaya pengiriman edisi berikut-
nya. Anda dapat mengirimkan Persembahan lewat:
• BRI, Cik Ditiro, Yogyakarta No. Rek. 0029-01-066220-50-7 a. n. Samuel
Tandiassa. (bebas biaya pengiriman)
• BNI UGM Yogya, No. Rek. 0038671590, a.n. Samuel Tandiassa. (ada
biaya pengiriman)
• Bank Mandiri Sudirman, Yogyakarta No. Rek. 137-00-0005211-4, a.n.
Siany Irawati. (ada biaya pengiriman)
Persembahan Anda akan kami gunakan kembali untuk mengirim Suara
El-Asah kepada Anda! Dari Anda untuk Anda!.

NB: Kami sangat menghargai bila Anda bersedia memberi informasi melalui
SMS ke no 0813 280 27900, setelah Anda mengirimkan Persembahan,
dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal, dan jumlah.

Terima kasih, Tuhan memberkati. Doa kami mengiringi Anda.

Suara EL-Asah Tahun I No. 6

Anda mungkin juga menyukai