Vol 2-No 9
Vol 2-No 9
PIMPINAN:
Pdt. Dr. S. Tandiassa, M.A.
REDAKSI:
Sianny Irawati, S.Pd.,M.A.
PENERBIT: Salam dalam kasih Yesus,
EL-Asah MINISTRY
PERCETAKAN: Segala puji syukur tak henti-hentinya
Semesta Kreatif Printama kami naikkan kepada Tuhan, karena
pada tahun ini, tepatnya bulan Agus-
DISTRIBUSI:
tus 2008 yang lalu EL-Asah Ministry,
M. KABANGA-08124159088-MAKALE
PDT. P. LIMUS-08525592319-LUWU
tempat pelayanan Bp. Pdt. Dr. Samuel
TIMUR-SULSEL Tandiassa, M.A. telah memasuki usia
PDT. PAMILANGAN-081342281432-MAMASA- yang ke 28 th. Pelayanan beliau di kota
SULBAR
PDT. S. GERADUS-081367634067-BENGKULU Jogjakarta dimulai dari th 1979 sebagai
PDT. Y. TANDIASSA-081355384317-LUWU pengerja di bawah bimbingan Bp. Pdt.
UTARA-SULSEL
PDT. F. BATAN-081342760741-RANTEPAO-
R. Gideon Sutrisno. Kemudian pada th
SULSEL 1980, membuka ladang-ladang baru.
PDT. S.PALESE-081349030409-
PANGKALANBUN-KALTENG
Sejak 1980, beliau memimpin jemaat
PDT. D.A. UNJUNG-081521629540- GPdI EL-Asah di Condong Catur dan
PULANGPISAU-KALTENG Cokrodipuran (Pringgokusuman) sam-
YOHAN BAKA-081354865538-PALOPO
S. PATABANG-085299482278-MAKASSAR pai sekarang.
LINA PAOTONAN-085242442249-MAKASSAR
A. SALU-081343650565-LUWU UTARA EL-Asah Ministry semakin berkem-
Dr. S. HUTABARAT 08117302871-BENGKULU bang dengan hadirnya majalah Suara
UTARA
PDT. SUHARDI- 05617070089- PONTIANAK
EL-Asah, media website, dan Moriel Pu
PDT. WILLYKINSI, STh.085245917394 KAYAN blishing House yang menerbitkan buku-
KAB SINTANG KALBAR buku rohani. Kami sangat menyadari
PB. PARANGAN 0811490975 JAYAPURA
PDT. B. KADDANG Sth. 08124257951 bahwa keberadaan pelayanan EL-Asah
RANTEPAO adalah karena berkat Tuhan serta du-
GPdI MATARAM- LOMBOK
GPdI EL-Asah - JOGJAKARTA kungan para pembaca dan jemaat.
Tentu kami tetap mengharapkan du-
ALAMAT REDAKSI: kungan doa dan partisipasi Anda agar
EL-ASAH MINISTRY
JL. CANDI GEBANG 52
EL-Asah Ministry - Khususnya Suara
CONDONG CATUR EL-Asah - tetap eksis dan menjadi ber-
JOGJAKARTA 55283 kat bagi banyak orang. Selamat menik-
TEL/FAX 0274 880868 mati edisi ini. Tuhan memberkati.
E-MAIL: stanssa@yahoo.com
S
alam sejahtera bagi Anda sekalian! Bagaimana kabar Anda? Harapan saya
semoga Anda tetap berada dalam keadaan sehat, sejahtera, bahagia, dan diber-
kati. Saya selalu berdoa kiranya Tuhan membuat Anda lebih berhasil pada waktu-
waktu yang akan datang. Dan jangan lupa, sampaikan salam hangat saya kepada
semua anggota keluarga Anda. Haleluya!
Apakah Anda masih ingat khotbah saya dalam Suara EL-Asah pada
edisi-edisi sebelumnya tentang: Mitos-mitos Doa, Ritual-ritual Doa, Arogansi-
arogansi Doa, dan Sensasi-sensasi Doa? Kali ini saya mengajak Anda sekalian
mempersiapkan hati dan pikiran untuk merenungkan tentang: Fantasi-fantasi
dalam Doa.
Adalah baik di mata Tuhan jika umat-Nya selalu berdoa dalam iman dan
pengharapan. Adalah baik di pemandangan Tuhan bila anak-anak-Nya berdoa
dengan setia dan terus-menerus. Dan akan menjadi lebih indah lagi jika orang-
orang beriman mau berdoa sesuai dengan prinsip-prinsip Firman Allah. Jika setiap
doa dinaikkan kepada Tuhan dengan cara yang demikian – dan tentu banyak di
antara Anda yang telah berdoa demikian - Allah berjanji untuk mengabulkannya
tanpa menunda-nunda waktu.
Akan tetapi Firman Allah menyatakan bahwa ada banyak doa yang tidak
pernah dijawab atau ada banyak orang beriman yang berdoa tetapi tidak pernah
1. Manipulasi Ayat
Hampir semua orang Kristen – hamba Tuhan – yang mengajarkan tentang
bagaimana berdoa dengan iman mengutip ayat populer yang terdapat di dalam Injil
Markus 11:24: Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan
doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu. Coba Anda memperhatikan kalimat: percayalah bahwa kamu telah
menerimanya.
Sebagian orang Kristen – juga hamba-hamba Tuhan – menafsirkan ayat ini
dengan cara memanipulasi. Hasil penafsiran itu manipulasi menghasilkan konsep,
ajaran atau penjabaran yang mengandung makna berfantasi, misalnya:
a) Ada yang mengartikan – memanipulasi - bahwa kalau Anda berdoa, Anda harus
bisa membayangkan – tentu dengan daya fantasi - apa yang Anda minta itu
sudah ada dan sudah terwujud. Misalnya kalau Anda berdoa meminta sebuah
rumah, Anda harus bisa membayangkan – melihat dalam pikiran - rumah itu
sudah ada di suatu tempat.
b) Ada yang menjelaskan secara manipulatif bahwa kalimat: percayalah bahwa
kamu telah menerimanya, maksudnya kalau Anda berdoa, Anda harus sudah
bisa menggambarkan di dalam pikiran Anda menganai bentuk lengkap dari
apa yang Anda minta. Kalau Anda minta sebuah sepeda motor, Anda harus
bisa menggambarkan secara rinci dalam pikiran Anda – dengan daya fantasi
- segala sesuatu tentang sepeda motor itu, antara lain: mereknya, modelnya,
warnanya, tahun pembuatannya, dan lain-lain.
c) Ada pula yang mengajarkan bahwa maksud kalimat tersebut ialah: kalau Anda
berdoa, Anda harus bisa melihat contoh dari apa yang Anda minta, misalnya:
kalau Anda membutuhkan sebuah mobil atau sebuah rumah, kemudian Anda
berjalan-jalan dan melewati sebuah mobil atau sebuah rumah, dan Anda ingin
memiliki rumah atau mobil yang seperti itu, Anda harus bisa membayangkan
di dalam doa-doa Anda – dengan berfantasi - bahwa mobil atau rumah seperti
itulah yang Anda inginkan.
Coba Anda perhatikan, semua penjelasan tersebut di atas memanipulasi
kata percayalah menjadi bayangkanlah, lihatlah dalam dengan pikiran Anda,
gambarkanlah dalam pikiran, dan lihatlah contoh-contoh yang bisa dikhayalkan
dalam doa. Jika Anda memahami dengan baik bahasa Indonesia, Anda pasti
setuju bahwa semua pengertian tersebut mengajak Anda untuk berfantasi, atau
mengkhayal di dalam doa.
Sepintas teori ini memberi semangat dan motivasi yang tinggi, dan sudah
barang tentu sangat menyenangkan jika kita mempraktekkannya. Akan tetapi
jika Anda bersikap kritis, sekali lagi Anda akan menemukan kenyataan bahwa
teori dimensi keempat mengajak Anda untuk menggunakan daya imajinasi, daya
khayal, daya membayangkan, atau daya berfantasi, dan bukan daya iman. Dan jika
Anda mau bersikap jujur terhadap Alkitab, Anda juga pasti menemukan kebenaran
bahwa berdoa dalam iman sangat berbeda dari berdoa sambil membayangkan,
mengkhayalkan, atau melihat dengan pikiran.
Sang Bintang Timur tidak puas dengan status dan otoritas yang sudah ada padanya.
Sang Bintang Timur ingin yang lebih besar, yang lebih tinggi, dan yang lebih
populer. Sang Bintang lalu mencoba membayangkan, mengkhayalkan, berangan-
angan, dan berfantasi untuk meraih posisi yang lebih tinggi, bahkan berfantasi
untuk menyamai Allah. Simak caranya berfantasi: Aku hendak naik ke langit, aku
hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak
duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi
ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Tetapi tahukah Anda apa yang didapatkan Sang Bintang Timur? Allah
bukannya mengabulkan keinginan, harapan-harapan, dan cita-cita yang sudah
digambarkan dalam pikiran, dibayangkan, dan difantasikan, tetapi mencampakkan
ke bawah, dan melucuti semua otoritas dan kemuliaannya: ke dalam dunia orang
mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. Wah, engkau
sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan
dan jatuh ke bumi… Sang bintang Timur terjebak dan dihancurkan oleh keinginan,
harapan, dan cita-cita yang sudah dibayangkan, sudah dilihat dalam imajinasi, atau
digambarkan dalam fantasi.
itu memotivasi atau memberi spirit kepada Hawa untuk makan buah terlarang.
Dan ia ingin segera mewujudkan apa yang sudah dilihat dalam imajinasinya. Anda
tahu akibat fantasi Hawa? Tragedi! Menghacurkan seluruh keindahan kehidupan
di alam raya ini. Bacalah reaksi Allah - Kejadian 3:17-19:
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan
perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan
kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;
dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur
hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau
akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena
dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi
debu.”
Andai saja Adam dan Hawa tidak
berkhayal, tidak menggunakan daya imajinasi-
nya membayangkan sesuatu, dan tidak
berfantasi untuk meraih hidup sama seperti
Allah, tentu tidak akan pernah ada tragedi
kejatuhan manusia di Eden, yang akibatnya
buruknya bersifat global. Dalam hal ini sekali
lagi kita melihat fakta bahwa mengkhayal,
membayangkan, berimajinasi, atau berfantasi
tentang sesuatu yang diharapkan, diinginkan,
dan diminta, bisa menjadi jebakan yang
justru bisa mengakibatkan tragedi-tragedi
kehidupan.
Bapak Ibu dan saudara-saudara sekalian! Saya mengajak Anda sekalian
untuk selalu menggunakan Alkitab dalam mengontrol atau menguji keinginan,
harapan- harapan, dan cita-cita yang Anda bayangkan, atau yang Anda gambarkan
dalam fantasi Anda. Alkitab tidak pernah sekalipun menyatakan bahwa kita harus
bisa membayangkan, mengggambarkan, atau berfantasi tentang apa saja yang
kita minta. Alkitab yang kita percayai sebagai Firman Allah hanya mengatakan:
percayalah bahwa kamu telah menrimanya, dan tidak pernah mengatakan:
bayangkanlah, gambarkanlah, atau lihatlah dengan pikiranmu.
3. Ambisi
Ada yang mengajarkan bahwa kalau kita berdoa, kita harus
mempunyai visi. Atau kita harus bisa melihat dan memiliki gambaran
tentang apa yang kita minta kepada Tuhan. Tetapi Anda harus berhati-
hati, karena batas antara visi dengan ambisi rohani sangat tipis, bahkan
sangat kadang sulit untuk dibedakan. Coba Anda baca Matius 20:21-23
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada
Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata
Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua
anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah
kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab,
kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum
cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.”
Jesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum,
tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah
menyediakannya.”
Perhatikan! Sang ibu anak-anak Zebedius meminta – berdoa –
sambil membayangkan – dalam fantasi tentunya - kedua anaknya duduk
di sebelah kanan dan kiri Yesus. Perhatikan pula, bahwa permintaan – doa
– itu diungkapkan langsung kepada Yesus, face to face, dan secara logika,
seharusnya berhasil. Tetapi bacalah bagaimana reaksi Yesus: “Kamu tidak
tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus
Kuminum?” Hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku
tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang
bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.”
Ibu Zebedius tentu berkeyakinan bahwa apa yang dia bayangkan
atau yang dia gambarkan dalam pikirannya saat berdoa, adalah visi masa
depan tentang pelayanan kedua anaknya. Tetapi di dalam pemandangan
Yesus, itu bukan visi tetapi ambisi. Dan coba Anda simak, betapa keras dan
kasarnya jawaban atau rekasi Yesus terhadap orang yang mengungkapkan
doa-doa yang ambisius dan fantastik: Kamu tidak tahu apa yang kamu
minta! Aku tidak berhak memberikannya!
1. Allah Fantasi
Allah melarang umat-Nya menggunakan daya imajinasi untuk
membayangkan, atau berkhayal, atau berfantasi lalu membuat patung yang
menyerupai apapun. Sudah barang tentu termasuk larangan membuat
patung yang menggambarkan atau yang menyerupai Allah. Sebab jika
mereka membuat patung yang menyerupai Allah, maka Allah hanyalah
sebuah fantasi, bukan suatu kenyataan, karena semua yang disebut patung,
adalah hasil fantasi pikiran manusia. Jika mereka membuat patung yang
menyerupai Allah, maka akan muncul berbagai macam model atau rupa
tentang Allah, karena setiap pembuat patung memiliki daya fantasi dan
selera seni yang berbeda-beda.
2. Berhala
Selanjutnya, Allah melarang umat-Nya menyembah atau berdoa
kepada patung yang dianggap menyerupai Allah: Dan jangan menyembah
atau beribadah kepadanya. Larangan ini sangat tegas dan keras. Sebab jika
mereka sampai menyembah kepada patung yang merupakan proyeksi
dari bayangan mereka tentang Allah, maka sebenarnya yang mereka
sembah bukan lagi Allah melainkan bayang-bayang tentang Allah. Jika
mereka menyembah patung yang merupakan wujud dari fantasi mereka,
maka yang mereka sembah adalah imajinasi – fantasi - mereka sendiri,
dan bukan Allah, karena patung adalah proyeksi daya imajinasi manusia
– atau hasil fantasi manusia. Jika mereka menyembah allah yang adalah
hasil fantasi mereka, maka sesungguhnya mereka menyembah diri mereka
sendiri. Dan akhirnya, jika mereka menyembah kepada hasil proyeksi
imajinasi, itu berarti mereka menyembah tidak atas dasar iman, melainkan
atas dasar fantasi. Inilah yang disebut berhala, atau menyembah berhala.
Saudara-saudara sekalian! Jangan pernah menciptakan atau
mengkhayalkan sesuatu di dalam imajinasi Anda tentang apa pun yang
Anda inginkan atau yang Anda doakan, karena jika Anda melakukan
demikian, Anda sedang mengharapkan sesuatu yang hanya ada di dalam
fantasi atau khayalan Anda. Jangan pernah pernah berdoa dan menuntut
Allah mengabulkan doa Anda sesuai dengan apa yang Anda bayangkan
atau yang Anda gambarkan dalam pikiran, karena kalau Anda melakukan
demikian, Anda tidak berbeda dari orang yang mengejar bayang-bayang.
3. Kejahatan
Berfantasi tentang Allah – dengan cara membuat patung – dikategori
kan sebagai sebuah kejahatan yang sangat keji, dan akibatnya seseorang
yang melakukannya akan dihukum sampai pada keturunan keempat:
Sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku.
Allah mengancam untuk menghukum secara turun-temurun –
sampai keturunan keempat – orang yang melakukan kesalahan dengan
cara membuat patung yang menyerupai atau yang dianggap Allah.
Semua yang disebut patung – bahkan jika ada patung yang menyerupai
Allah - adalah hasil imajinasi dan fantasi manusia. Allah menkatagorikan
kesalahan ini sebagai suatu kejahatan yang harus dihukum berat sampai
keturunan keempat. Di kategorikan sebagai kejahatan dengan beberapa
alasan:
1) Berfantasi tentang Allah sama dengan memanipulasi rupa,
wujud, bentuk, dan karakter Allah. 2) Menciptakan fantasi tentang Tuhan
Allah sama dengan menurunkan derajat Ilahi dari yang Mahasempurna,
tak terbatas, dan tak terduga menjadi makhluk yang penuh cacat dan
terbatas. 3) Berfantasi tentang Allah sama dengan tindakan mengganti
Allah dengan diri kita sendiri. 4) Berfantasi tentang wujud dan rupa Allah
sama dengan menipu diri sendiri dan orang lain.
Saudara-saudara sekalian! Saya ingin Anda menyadari dan
memahami bahwa Tuhan yang kepada-Nya Anda berdoa memiliki
segala sifat kemahaan, sehingga adalah sangat mustahil untuk bisa
membayangkan atau berimajinasi tentang Dia. Allah sendiri tidak pernah
berharap atau menginginkan Anda – atau siapa pun - untuk mambawa
Dia ke dalam bayangan atau imajinasi Anda.
Yang dituntut oleh Allah dari kita pada saat kita berdoa, atau
beribadah adalah mempercayai atau mengimani keberadaan dan segala
kebesaran-Nya. Bacalah Alkitab Anda: Ibrani 11:6 – Tetapi tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,
ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang
yang sungguh-sungguh mencari Dia.
Bahkan Alkitab kita juga menegaskan bahwa Allah mampu
memberikan apa yang tidak pernah kita bayangkan: 1 Korintus 2:9 - Tetapi
seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah
didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua
yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
Suara EL-Asah Tahun II No. 9
14 Mimbar El-Asah
1. Jadilah Kehendak-Mu
Di dalam doa yang diajarkan oleh Yesus, terdapat banyak per
mohonan kepada Bapa di Surga antara lain: datangnya Kerajaan Allah,
kecukupan roti, dijauhkan dari cobaan, pengampunan, dll (Matius 6:6-
13). Tetapi di antara semua permohonan itu terdapat kalimat-kalimat ini:
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
Maksud Yesus meletakkan kalimat-kalimat ini adalah, bahwa kalau
kita berdoa memohon; Kerajaan Allah, roti, dijauhkan dari cobaan, dsb..
jangan kita mendahului Tuhan dengan menggambarkan, membayangkan,
atau berfantasi soal bagaimana Bapa akan menjawabnya. Sebaliknya
kita harus mengembalikan kepada-Nya: “Jadilah kehendak-Mu.” Sebab
hak dan kuasa menjawab ada pada Bapa: Engkaulah yang empunya kuasa
selamanya…
2. Bukan Kehendak-Ku
Sekarang, marilah kita pergi ke taman Getsemani untuk melihat
dan mendengat bagimana Yesus berdoa: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang
mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang
Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki - Markus14:36.
Perhatikan! Yesus sangat menyadari bahwa tidak ada yang mustahil
bagi Bapa-Nya: tidak ada yang mustahil bagi-Mu. dan Yesus sendiri juga
mampu melakukan segala sesuatu karena Dia adalah Anak Allah. Akan
tetapi ketika Yesus berada dalam posisi berdoa, Ia tidak menggambarkan
lebih dahulu di dalam pikiran atau dalam imajinasi-Nya jawaban-
jawaban yang diinginkan-Nya. Ia juga tidak meminta jawaban-jawaban
sesuai dengan apa yang sudah dibayangkan – difantasikan – sebelumnya.
Sebaliknya Ia berkata: tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa
yang Engkau kehendaki.
Saudara-saudara sekalian! Ubahlah dan hentikanlah doa-doa
berfantasi, jika Anda tidak ingin terjebak oleh diri sendiri seperti sang
Bintang Timut alias Lucifer, atau seperti Adam dan Hawa. Jebakan diri
sendiri telah menghancurkan hidup mereka.
Ubahlah dan hentikanlah doa-doa yang menggunakan daya
imajinasi, jika Anda tidak ingin melanggar hukum Allah, lalu terjerumus
ke dalam penyembahan berhala atau penyembahan pada diri sendiri.
Dan berhentilah beroda dengan teori dimensi keempat, atau dengan
teori Doa Peperangan, karena doa-doa teori dimensi keempat hanya
akan membuat Anda mengkhayal sepanjang hidup dan mengharapkan
bayang-bayang. Sedangkan teori doa peperangan akan membuat Anda
mengalami kelelahan karena membuang-buang energi rohani hanya
untuk memerangi bayangan-bayangan dalam pikiran Anda, atau setan-
setan yang Anda fantasikan.
Mengapa Anda mempersulit diri sendiri dengan cara menggunakan
teori-teori berdoa yang akhirnya justru akan menghambat doa-doa Anda?
Mengapa Anda tidak mengikuti saja pola-pola berdoa yang tertulis di
Alkitab Anda, dan yang diajarkan oleh Yesus?
Renungkan ini: Kebenaran sebuah doa diukur dari kesesuaiannya
dengan Alkitab, dan Keberhasilan sebuah doa bergantung pada kehendak
Bapa.
***
Suara EL-Asah Tahun II No. 9
16 Teologia
TEOLOGIA:
SOTERIOLOGI OLEH:
DR. S. TANDIASSA, M.A.
Bab VIII
DIMENSI-DIMENSI KESELAMATAN
A
llah menyelamatkan manusia secara utuh, artinya keselamatan
yang diberikan kepada manusia mencakup seluruh dimensi di
dalam hidup orang-orang beriman secara eksistensial. Dalam
hal ini ada dua aspek eksistensi manusia yang perlu diperhatikan,
yaitu eksistensi secara individual, dan eksistensi di dalam ruang
dan waktu.
DIMENSI-DIMENSI INDIVIDUAL
Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmaniah dan unsur
spiritual, atau unsur badaniah dan unsur rohaniah. Dosa telah merusak
1. Dimensi Jasmani
Pada bagian definisi telah dijelaskan bahwa keselamatan adalah
kebebasan dari keadaan yang menindas, atau yang membelenggu.
Pengalaman keselamatan digambarkan melalui pembebasan Israel dari
berbagai penderitaan di tanah Mesir, dan selanjutnya mereka dibawa ke
tanah Perjanjian; Kel. 3: 7-10. Selanjutnya, di dalam Perjanjian Baru, Yesus
menyatakan bahwa kabar baik yang disampaikan adalah kabar tentang
pembebasan dari berbagai penderitaan secara jasmani yaitu; kemiskinan,
ketertindasan, ketidak adilan, dan sakit penyakit; Luk. 4:18-19. Rasul
Paulus melihat kerelaan Yesus untuk menjadi miskin sebagai cara untuk
mengentaskan – menyelamatkan – manusia dari kemiskinan dan dari
penderitaan secara secara jasmani; 1 Kor. 8:9.
Nabi Yesaya menubuatkan bahwa kematian Yesus Kristus, se-
lain untuk mengadakan pendamaian atau penebusan dosa, juga ber-
tujuan menyelamatkan manusia dari penderitaan-penderitaan badani
yaitu menyembuhkan dari berbagai sakit penyakit dan melepaskan dar
segala kesengsaraan hidup; Yes. 53:4-5. Sesudah Kristus disalibkan, Ra-
sul Petrus menegaskan kembali peran penderitaan Yesus, yaitu untuk me
nyembuhkan; 1 Pet. 2:24. Selanjutnya, Rasul Paulus mengatakan bahwa
peristiwa kematian Yesus di kayu salib mengangkat segala kutuk; Kol.
2:13-15. Tragedi tama Eden – kejatuhan Adam - menyebabkan kutuk
datang atas tanah, dan kutuk itu telah mengakibatkan penderitaan dan
2. Dimensi Spiritual
Sudah dijelaskan di atas bahwa – total depravity, atau kerusakan
total akibat dosa, menjangkau seluruh dimensi spiritual manusia yaitu
jiwa, roh, mental, dan intelektual. Kerusakan pada unsur spiritual
tersebut pertama-tama adalah keterpisahan manusia dari Pencipta-Nya.
Hubungan dan komunikasi yang harmonis, berubah menjadi hubungan
yang penuh dengan ketegangan. Adam dan Hawa melihat Tuhan bukan
lagi sebagai Pencipta dan Bapa yang penuh kasih, tetapi sebagai Allah
yang mengancam, menghakimi, dan yang selalu siap untuk menghukum,
sehingga Adam harus lari bersembunyi dari hadapan Penciptanya; Kej.
3:10. Manusia dalam hatinya bersikap memusuhi Allah; Roma 5:10, dan
tidak mampu mengenal apa yang benar dan baik; Roma 10:3; 1 Kor. 1:21.
Karya keselamatan dari Allah mencakup keselamatan spiritual
secara utuh. Pertama-tama, keselamatan spiritual berupa ‘shalom’ atau
keadaan damai dan tenang di dalam jiwa seseorang. Yesus mengundang
manusia yang jiwanya lelah dalam keberdosaan untuk datang kepada-
Nya menikmati keselamatan jiwa yaitu kelegaan jiwa; Mat. 11:28.
Keselamatan unsur spiritual telah tercapai saat seseorang beriman kepada
Yesus; 1 Pet. 1:9. Pewartaan Injil keseluruh dunia adalah cara Allah untuk
menumbuhkan iman di dalam diri manusia untuk percaya kepada Yesus,
agar mereka memperoleh anugerah keselamatan; Mark. 16:15-16.
Pada saat seseorang beriman kepada Yesus, pada saat itu juga ia telah
memperoleh dan memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya; Yoh. 3:16.
Hidup yang kekal adalah kualitas kehidupan Allah, atau natur kekekalan
dan keabadian Allah – sebab Allah itu kekal. Natur kekekalan hidup Allah
hilang ketika manusia jatuh ke dalam dosa, atau tepat pada saat manusia
melanggar larangan ‘jangan’ makan buah pohon pengetahuan baik dan
jahat; Kej. 3:7, 17-19. Gambar dan rupa Allah yang hilang dari manusia
adalah sifat kekekalan, atau hidup yang kekal. Adam dan Hawa kemudian
mati. Melalui karya Yesus di kayu salib, dan dengan keterbukaan manusia
untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat, natur Allah, yaitu kehidupan
kekal, keabadian, atau keselamatan, dikembalikan kepada manusia.
DIMENSI-DIMENSI WAKTU
Dari sisi waktu, Alkitab menjelaskan bahwa
pengalaman keselamatan yang dianugerahkan Allah
kepada manusia meliputi tiga dimensi waktu yaitu:
1. MASA LAMPAU
Bila dilihat dari segi sejarah rencana penye
lamatan, ada dua kategori masa lampau yang di dalam-
nya Allah melakukan karya penyelamtan bagi manusia:
Pertama; Kategori masa lampau dalam perspektif Allah. Yang
dimaksud dengan masa lampau dalam perspektif Allah, yaitu waktu atau
masa kekal lampau yang di dalamnya hanya ada Allah, atau masa sebelum
Allah menciptakan alam semesta. Di dalam masa sebelum dunia dijadikan,
Allah telah melakukan dan bahkan telah menyelesaikan sebagian dari
karya penyelamatan.
Firman Allah menegaskan bahwa Allah sudah menetapkan Sang
Penyelamat sebelum Ia menciptakan segala sesuatu, tetapi Sang Penye
lamat itu baru dinyatakan pada akhir zaman; 1 Pet. 1:20; Kis. 2:22. Selan-
jutnya, Alkitab menyatakan bahwa Allah juga telah memilih dan mene-
tapkan orang-orang yang akan diselamatkan sebelum dunia dijadikan;
Ef. 1:4-5. Atau dengan pengertian lain, dalam perspektif Allah, semua orang
yang diselamatkan di sepanjang sejarah keselamatan - mulai dari Adam
sampai kedatangan Yesus nanti - sudah diselamatkan sebelum mereka ha-
dir di dalam dunia.
2. MASA KINI
Orang-orang telah yang menerima Yesus, sekarang berada dalam
posisi ‘telah memiliki keselamatan’ atau telah memperoleh hidup kekal
di dalam dirinya, dan sudah menjadi anak-anak Allah; Yoh.1:12. Mereka
bahkan sudah dipindahkan dari kerajaan maut ke dalam Kerajaan Allah,
atau dipindahkan dari neraka ke Surga; Kol. 1:12-13.
Allah atas orang-orang yang sudah dipilih, yang sudah ditebus, atau
yang orang-orang yang sudah dianugerahi keselamatan. Allah, yang
merencanakan dan melaksanakan karya penyelamatan itu, pada satu sisi
sudah tentu tidak akan membiarkan rencana keselamatan-Nya gagal, dan
pada sisi yang lain, tidak akan membiarkan suatu pun kekuatan untuk
menghancurkan hidup anak-anak-Nya. Allah telah melakukan investasi
yang sangat besar di dalam proyek keselamatan, yaitu membeli orang-
orang berdoa dengan cara mengorbankan Anak-Nya: 1 Petrus 1:18-19.
Karya penyelamatan Allah di dalam hidup orang-orang beriman,
tetap berlangsung sampai saat ini, dalam bentuk pemeliharaan,
perlindungan, dan pembelaan Allah; Roma 8:35-39. Karya penyelamatan
Allah belum selesai ketika keselamatan dianugerahkan dan dimeteraikan
dalam hidup seseorang. Allah masih terus berkarya menyelamatkan
dengan cara memelihara, menjaga, melindungi, meneguhkan orang-orang
beriman sehingga tidak ada yang terhilang dan binasa. Ada sejumlah
besar pernyataan Allah di dalam Alkitab yang mengungkapkan bahwa Ia
memelihara orang-orang yang telah diselamatkan sampai pada akhirnya.
bukan lagi sesuatu yang masih berupa janji, dan yang realisasinya masih
diharapkan, atau ditunggu-tunggu. Keselamatan itu sudah dimiliki,
dan sedang dijalani, dan akan mencapai klimaksnya – kelengkapannya
– pada masa yang akan datang. Singkatnya, kita sudah diselamatkan,
sekarang kita sedang hidup dalam keselamatan, dan di kemudian hari,
kita akan diselamatkan dari kebinasaan. Keselamatan dalam tiga dimensi
waktu tersebut adalah karya Allah sepenuhnya, sebab Dia yang telah
memulai pekerjaan yang baik di dalam umat-Nya, Dia juga yang akan
menyempurnakannya; Fil. 1:6.
KATA PENGANTAR
3. Ibid, I-29
5. Ibid, 15
6. Bill Perkins, 10
7. Ibid
8. J. Oswald Sanders, 17
9. Bob Gordon, Motivasi Seorang Pemimpin (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000), 27.
12. Ibid, 74
13. John Maxwell, Kekuatan Kepemimpinan (Batam: Interaksara, 2002), 56.
Amsal 22:6. Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka
pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
luar dari bayang-bayang orang tua mereka dan menemukan jati diri prib-
adi mereka. Oleh sebab itu dalam mendidik anak ingatlah akan 4 prinsip
berikut:
Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu
orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar
kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa
(Roma 5:12)
Setiap orang yang lahir di dunia ini dilahirkan dalam keadaan
berdosa di hadapan Allah karena dosa Adam yang diwariskan dari
generasi ke generasi sejak Adan dan Hawa sampai kepada diri kita dan
anak-anak kita. Bahkan Paulus juga menyatakan bahwa sebagai orang
berdosa tidak ada sesuatu pun yang baik. Tetapi syukur kepada Tuhan
karena penebusan Yesus maka kita dimerdekakan dari dosa.
Dengan menyadari bahwa anak-anak memiliki bibit dosa, bibit untuk
memberontak di hadapan Tuhan, maka para orang tua memiliki tugas,
tidak saja yang menyangkut hal-hal yang fisikal di dalam membesarkan
anak-anak mereka tetapi juga, dalam hal yang rohani dengan memberikan
dan menamamkan kebenaran firman Tuhan kepada diri mereka bahwa
Yesus adalah Penebus yang kepada-Nya kita harus percaya bahwa Ia
membebaskan kita dari dosa (Roma 6:18; 8:1; Galatia 5:54). Dan adanya
pergumulan akan hawa nafsu yang bisa dimenangkan oleh setiap anak
kita ketika menghadapi ajakan-ajakan atau godaan-godaan perbuatan dosa
melalui Roh Kudus yang menuntun kepada kebenaran dan kemenangan.
Orang tua harus ingat bahwa anak remaja mereka akan mandiri
dan tugas orang tua harus mempersiapkan fondasi yang kuat pada
firman Allah dan mengajar serta membawa mereka kepada Tuhan yang
kita imani. Anak-anak belajar banyak tentang karakter kekristenan dari
lingkungan yang paling dekat dengan diri mereka yaitu orang tua. Paulus
menyatakan: “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman
Kristus” (Roma 10:17). Firman Kristus akan hidup melalui diri Anda
sebagai orang tua dalam keluarga Anda masing-masing.
Tugas orang tua mendidik tidak berhenti sampai anak-anak
bersekolah tetapi terus menerus dan tekun dikerjakan sampai anak-anak
itu mandiri secara finansial. Dan di masa-masa sebelum mereka mandiri
ini orang tua harus menciptakan suasana rumah/ keluarga yang terjalin
dengan rasa kasih, komunikasi yang baik, dan persekutuan yang erat.
Setiap kegiatan dalam rumah tangga apakah itu nonton sepak bola,
memancing, memasak, makan, belajar, dll merupakan cara yang efektif
untuk selalu mengenalkan Tuhan dalam kehidupan anak-anak.
4. Apa yang harus dikerjakan oleh orang tua bila anak remaja
mereka telah menjadi pemberontak?
Tidak ada kata terlambat untuk menolong anak-anak remaja kita
yang sudah menjadi pemberontak-pemberontak di dalam keluarga ktia.
Masih ada kesempatan yang bisa kita lakukan dengan kerja keras dan doa
untuk menolong mereka.
Yang pertama yang harus kita lakukan adalah meminta kepada hik-
mat Tuhan karena kita sungguh-sungguh akan memerlukan pertolongan
ilahi untuk mengubahkan anak remaja yang telah menjadi pemberontak
serta kesadaran dari orang tua bahwa dirinya sendiri tidak mungkin men-
gubahkan anak-anaknya kecuali Tuhan sendiri.
Setelah itu, orang tua harus berbicara hati ke hati dengan sang anak
remaja dan bertobat. Dari pembicaraan ini para orang tua dan remaja
akan tahu kesalahan-kesalahan dan hal-hal yang perlu mereka perbaiki
bersama-sama. Orang tua perlu mengakui kesalahan-kesalahannya dan
menyatakan bahwa dirinya menyesal sehingga menyebabkan anak-
anaknya akhirnya menjadi pemberontak. Orang tua memang tidak bisa
28 TAHUN EL-ASAH