Anda di halaman 1dari 30

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA Kabupaten Kepulauan Talaud

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 GEOGRAFIS Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi Utara dengan Kecamatan Melongguane sebagai Ibu Kota Kabupaten yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Kota Manado, Ibu Kota Sulawesi Utara. Secara umum Kabupaten Kepulauan Talaud terletak di antara 33800 - 53300 LU dan 1263800 1271000 BT dengan batas-batas wilayah administrasinya yaitu sebagai berikut : Batas Wilayah Utara Batas Wilayah Timur Batas Wilayah Selatan Batas Sebelah Barat : Republik Filipina (Pulau Mindanau) : Laut Pasifik : Kabupaten Kepulauan Sangihe : Laut Sulawesi

Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 19 kecamatan. Kecamatan Beo Utara merupakan kecamatan terluas dengan luas 144,85 km2 dan kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Miangas dengan luas 2,39 km2. Sebelum menjadi kabupaten sendiri seperti saat ini, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe yang pada saat itu masih bernama Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 20 pulau yaitu 10 pulau kecil yang tidak berpenghuni dan 10 pulau besar yang berpenghuni dengan 3 pulau utama yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan. Pulau-pulau tersebut dikelompokkan ke dalam 5 gugusan pulau antara lain yaitu gugusan Pulau Nanusa, Marore, Karakelang, Salibabu dan Kabaruan. Luas laut Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu mencapai 37.800 km2 dan luas wilayah daratan

LAPORAN PENDAHULUAN

2-1

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA Kabupaten Kepulauan Talaud
1.251,02 km2. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud menurut kecamatan sebagaimana pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud Menurut Kecamatan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kecamatan Kabaruan Damau Lirung Salibabu Kalongan Moronge Melongguane Melongguane Timur Beo Beo Utara Beo Selatan Rainis Tampan'Amma Pulutan Essang Essang Selatan Gemeh Nanusa Miangas Jumlah Luas (Km2) 66,03 49,58 31,11 21,8 24,81 20,35 77,39 48,35 70,93 144,85 63,87 80,68 124,18 58,81 94,76 75,02 137,71 58,4 2,39 1.251,02 Prosentase (%) 5,28 3,96 2,49 1,74 1,98 1,63 6,19 3,86 5,67 11,58 5,11 6,45 9,93 4,70 7,57 6,00 11,01 4,67 0,19 100

(Sumber : Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, 2012)

LAPORAN PENDAHULUAN

2-2

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA Kabupaten Kepulauan Talaud

PTMP dan DED TPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud


Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, 2012.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-3

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
2.2 TOPOGRAFI Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki kondisi topografi berupa wilayah pegunungan dan dataran yang berbukit-bukit serta dikelilingi oleh lautan. Wilayah pegunungan di Kabupaten Kepulauan Talaud membentang dari wilayah bagian utara hingga ke bagian keselatan dan tersebar di beberapa pulau lainnya. Ketinggian tanah di Kabupaten Kepulauan Talaud bervariasi mulai dari ketinggian 0 lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 lebih dari 40%. Sekitar 50% dari keseluruhan wilayahnya memiliki ketinggian berkisar antara 100 500 mdpl. Kabupaten Kepulauan Talaud termasuk ke dalam wilayah yang rawan bencana. Hal tersebut disebabkan karena Kabupaten Kepulauan Talaud berada di antara dua gunung api yang aktif sehingga memungkinkan terjadinya bencana tanah longsor di daerah yang berbukit dan bergunung. Selain itu juga adanya kemungkinan terjadinya gempa bumi yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan lempeng Laut Maluku dan Halmahera yang menuju ke arah barat di bawah busur daerah Talaud Sangihe. Oleh karenanya, maka Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai daerah kawasan lindung yang bertujuan untuk melindungi kelangsungan kehidupan manusia baik bencana tersebut disebabkan karena proses alam maupun akibat perbuatan manusia. 2.3 KLIMATOLOGIS Berdasarkan klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson, secara umum Kabupaten Kepulauan Talaud termasuk dalam daerah bertipe iklim A yaitu tipe iklim basah yang memiliki bulan basah sebanyak 8 9 bulan dengan jumlah curah hujan rata-rata bulanan selama tahun 2007 - 2011 yaitu sebesar 316,40 mm/tahun. Adapun data curah hujan di Kabupaten Kepulauan Talaud selengkapnya yaitu sebagaimana yang terdapat di dalam Tabel 2.2 berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-4

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 2.2 Curah Hujan Rata-rata di Kabupaten Kepulauan Talaud Selama Tahun 2007 2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Rata-rata Curah Hujan (Mm) 2007 731 450 271 278 16,8 378 354 166 233 28 354 427 307,23 2008 413 397 422 404 145 279 357 190 217 396 529 617 363,83 2009 540 295 266 419 251 125 157 141 72 209 453 420 279 316,40 2010 536 104 159 140 468 222 360 350 197 296 268 382 290,17 2011 476 253 441 430 269 225 249 281 151 218 322 786 341,75

(Sumber : Stasiun Meteorologi Naha, Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2012)

Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Klimatologi III Naha, Kabupaten Kepulauan Sangihe, bahwa kondisi iklim di Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun tahun 2007 2011 kejadian hujan lebih sering terjadi pada bulan Januari, Pebruari, Nopember dan Desember dengan jumlah hari hujan yang bervariasi antara 22 25 hari. Intensitas hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari, intensitas hujan sedang terjadi pada bulan Pebruari, Maret dan Nopember dan intensitas hujan terendah terjadi pada 4 bulan pertengahan tahun yaitu pada bulan April, Mei, Juni dan Oktober, serta bulan kering yang terjadi pada akhir bulan Agustus hingga pertengahan September.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-5

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
2.4 KEPENDUDUKAN Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kepulauan Talaud (2012), jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2011 tercatat sebanyak 84.378 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 41.954 jiwa, perempuan sebanyak 42.424 jiwa, perbandingan sex rasio rata-rata antara laki-laki dan perempuan yaitu 98,88% dan kepadatan penduduk rata-rata yaitu sebesar 101,11 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di daerah Kecamatan Miangas sebesar 308,37 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Beo Utara sebesar 25,13 jiwa/km2. Data jumlah penduduk, perbadingan sex rasio dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagaimana pada Tabel 2.3 2.5 berikut. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2011
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kecamatan Kabaruan Damau Lirung Salibabu Kalongan Moronge Melongguane Melongguane Timur Beo Beo Utara Beo Selatan Rainis Tampan'Amma Pulutan Essang Essang Selatan Gemeh Nanusa Miangas Jumlah Laki-laki 2.772 2.095 3.165 2.773 1.552 1.739 5.338 1.459 2.719 1.804 1.779 2.918 2.816 977 1.745 1.605 2.693 1.661 344 41.954 Perempuan 2.772 2.076 3.037 2.852 1.539 1.812 5.209 1.534 2.861 1.836 1.758 3.123 2.737 999 1.692 1.650 2.832 1.712 393 42.424 Jumlah 5.544 4.171 6.202 5.625 3.091 3.551 10.547 2.993 5.580 3.640 3.537 6.041 5.553 1.976 3.437 3.255 5.525 3.373 737 84.378 Sex Rasio (%) 100,00 100,92 104,21 97,23 100,84 95,97 102,48 95,11 95,04 98,26 101,19 93,44 102,89 97,80 103,13 97,27 95,09 97,02 87,53 98,88

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2012)

LAPORAN PENDAHULUAN

2-6

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2011
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kecamatan Kabaruan Damau Lirung Salibabu Kalongan Moronge Melongguane Melongguane Timur Beo Beo Utara Beo Selatan Rainis Tampan'Amma Pulutan Essang Essang Selatan Gemeh Nanusa Miangas Jumlah Luas Wilayah Km2 66,03 49,58 31,11 21,8 24,81 20,35 77,39 48,35 70,93 144,85 63,87 80,68 124,18 58,81 94,76 75,02 137,71 58,4 2,39 1.251 % 5,28 3,96 2,49 1,74 1,98 1,63 6,19 3,86 5,67 11,58 5,11 6,45 9,93 4,70 7,57 6,00 11,01 4,67 0,19 100 Jumlah Penduduk Jiwa 5.544 4.171 6.202 5.625 3.091 3.551 10.547 2.993 5.580 3.640 3.537 6.041 5.553 1.976 3.437 3.255 5.525 3.373 737 84.378 % 6,54 4,92 7,32 6,64 3,65 4,19 12,45 3,53 6,59 4,30 4,17 7,13 6,55 2,33 4,06 3,84 6,52 3,98 0,87 100 Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 83,96 84,13 199,36 258,03 124,59 174,50 136,28 61,90 78,67 25,13 55,38 74,88 44,72 33,60 36,27 43,39 40,12 57,76 308,37 101,11

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2012)

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2007 2011
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Penduduk (Jiwa) 74.786 74.892 74.997 83.441 84.378 Rumah Tangga 18.848 18.882 20.149 20.449 21.596 Rasio Penduduk Per Rumah Tangga 4,0 4,0 3,7 4,1 3,9

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2012)

LAPORAN PENDAHULUAN

2-7

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
2.5 FASILITAS UMUM Fasilitas umum yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari fasilitas kesehatan. Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagaimana pada Tabel 2.6 berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-8

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud

Tabel 2.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2008 -2011
Fasilitas Kesehatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Kecamatan Kabaruan Damau Lirung Salibabu Kalongan Moronge Melongguane Melongguane Timur Beo Beo Utara Beo Selatan Rainis Tampan'Amma Pulutan Essang Essang Selatan Gemeh Nanusa Miangas Jumlah 2010 2009 2008 Rumah Sakit 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 2 0 0 Rumah Bersalin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Puskesmas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 19 0 0 Puskesma Pembantu 3 4 2 2 2 1 3 1 1 1 3 2 3 2 2 3 3 4 0 42 42 42 42 Posyandu 12 8 7 7 5 6 12 6 6 9 7 11 11 5 8 9 15 9 0 153 153 0 0 Klinik/ Balai Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Polindes/ Poskesdes 2 1 0 1 1 4 1 0 2 2 3 2 1 1 1 2 3 1 0 28 28 0 0

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud, 2012)

LAPORAN PENDAHULUAN

2-9

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
2.6 PEREKONOMIAN Struktur perekonomian di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagian besar didominasi oleh sector pertanian. Sumbangan pada sector pertanian yang terbesar berasal dari subsector perkebunan. Sektor lainnya yang juga relative cukup besar yaitu berasal dari sector jasa, perdagangan hotel dan restauran. Sumber mata pencaharian utama dari sebagian besar penduduk di Kabupaten Kepulauan Talaud bekerja pada sector pertanian, terutama di subsector perkebunan, dan sisanya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, pedagang dan nelayan. Sebagian besar penduduk desa yang tinggal di sekitar daerah pantai bekerja melaut hanya untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi ikan sehari-hari. 2.7 SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH 2.7.1 Kondisi Pengelolaan Sistem Persampahan Secara Umum Kondisi sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan Talaud saat masih sangat kurang baik. Sampah-sampah yang dihasilkan di daerah ini masih melalui sistem pengelolaan persampahan secara tradisional yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, pasar, pertokoan dan lain sebagainya dikumpulkan di suatu tertentu dan sampah yang telah terkumpul tersebut lalu dibakar. Pengelolaan sampah semacam ini tentunya selain menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan juga kurang baik bagi kesehatan masyarakat. Di daerah ini, masih belum terdapat sistem pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah yang memadai.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-10

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud

(a)

(b)

Gambar 2.2 (a) Kondisi Sampah yang Dikumpulkan di Tepi Jalan (b) Sampah yang Dibakar oleh Warga di Sekitar Halaman Rumahnya

Gambar 2.3 Kondisi Sampah Dikumpulkan dan Dibakar di Pasar Kecamatan Melongguane 2.7.2 Kondisi Komposisi Sampah Komposisi sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu berupa sampah organic (sayur dan daun-daunan), plastic, kertas, dan lainnya. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, serta karena

LAPORAN PENDAHULUAN

2-11

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
sedikitnya jumlah pengepul, maka komposisi sampah yang terdapat di daearah ini rata-rata masih merupakan jenis sampah yang berpotensial untuk direduksi.

Gambar 2.4 Kondisi Komposisi Sampah yang Berasal dari Berbagai Aktivitas Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud 2.7.3 Kondisi Sistem Pewadahan Sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas masyarakat dikumpulkan ke dalam suatu wadah yang seadanya yaitu berupa kantong plastic, karung dan keranjang, contohnya yaitu sebagaimana yang terjadi di Pasar Kecamatan Melongguane. Sampah-sampah yang dihasilkan dari aktivitas di pasar ini dikumpulkan dalam suatu wadah yang berupa kantong plastic dan karung.

Gambar 2.5 Kondisi Wadah Sampah di Pasar Kecamatan Melongguane

LAPORAN PENDAHULUAN

2-12

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Berbeda halnya dengan yang terjadi di Rumah Sakit Umum Kecamatan Melongguane. Di rumah sakit ini telah disediakan beberapa bak wadah sampah yang diletakkan disepanjang koridor rumah sakit untuk menampung sampah-sampah domestik yang dihasilkan dari aktivitas di rumah sakit ini.

Gambar 2.6 Kondisi Wadah Sampah di Rumah Sakit Umum Kecamatan Melongguane 2.7.4 Kondisi Sistem Pengumpulan Sementara (TPS) Di Kabupaten Kepulauan Talaud juga masih belum terdapat sistem pengumpulan sampah yang memadai. Sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di daerah ini biasanya dikumpulkan pada suatu tempat yaitu berupa lahan kosong yang telah digali. Setelah lahan tersebut penuh berisi sampah, lahan tersebut selanjutnya ditimbun dengan tanah lalu membuat lahan galian baru sebagai tempat pengumpulan sampah berikutnya.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-13

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud

Gambar 2.7 Kondisi Lahan Pengumpulan dan Penimbunan Sampah Di daerah sepanjang tepian Pantai Mutiara, Kecamatan Melongguane terdapat tempat pengumpulan sampah yang tersebar cukup luas. Apabila sistem pengelolaan persampahan semacam ini masih terus berlanjut di daerah ini, maka hal tersebut tentunya dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan terhadap pantai dan laut yang terdapat di daerah ini. Padahal pantai tersebut dapat dimanfaatkan dan dikelola sebagai objek pariwisata yang cukup menarik.

Gambar 2.8 Kondisi Lahan Pengumpulan dan Penimbunan Sampah di Sepanjang Tepian Pantai Mutiara, Kecamatan Melongguane Untuk menunjang fungsinya sebagai pemberi layanan kesehatan terhadap masyarakat, sistem pengelolaan persampahan di Rumah Sakit Umum Kecamatan Melongguane saat ini terbilang cukup baik jika dibandingan dengan beberapa

LAPORAN PENDAHULUAN

2-14

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
tempat/daerah di Kabupaten Kepulauan Talaud. Di rumah sakit ini telah tersedia sistem pewadahan dan pengumpulan sampah yang memadai. Sistem pengumpulan sampah yang digunakan di rumah sakit ini yaitu berupa container yang menampung sampah dari bak-bak wadah sampah domestic yang dihasilkan dari aktivitas di rumah sakit ini. Namun setelah container tersebut penuh, sampah-sampah tersebut selanjutnya di kumpulkan ke suatu lahan tertentu dan kemudian dibakar. Bahkan lokasi lahan tempat pengumpulan sampah tersebut tepat berada di tepian area sawah yang tentunya dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan terutama terkait dengan masalah penurunan kualitas air pemukaan.

Gambar 2.9 Kondisi Kontainer di Rumah Sakit Umum Kecamatan Melongguane

LAPORAN PENDAHULUAN

2-15

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud

Gambar 2.10 Kondisi Lahan Pengumpulan dan Penimbunan Sampah di Rumah Sakit Umum Kecamatan Melongguane Saat ini, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepulauan Talaud telah menyediakan sekitar 10 container yang siap disebarkan di beberapa titik lokasi di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai upaya untuk mengatasi masalah pengelolalaan persampahan di daerah tersebut. Namun sayangnya hingga saat ini masih belum suatu ada perencanaan terkait dengan sistem pengangkutan dan tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) di Kabupaten Kepulauan Talaud untuk mendukung upaya tersebut.

Gambar 2.11 Beberapa Kontainer yang Telah Disiapkan Oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepulauan Talaud

LAPORAN PENDAHULUAN

2-16

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
2.7.5 Kondisi Sistem Pengangkutan Sampah-sampah dometik yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di Kabupaten Kepulauan Talaud beberapa diantaranya diangkut dengan menggunakan tranportasi berupa tossa. Sampah-sampah yang diangkut tersebut rata-rata merupakan sampahsampah domestik dari rumah-rumah warga yang lokasi rumahnya tidak terlalu jauh dari jalan besar/utama. Sampah-sampah tersebut diangkut ke suatu lahan kosong tempat pengumpulan dan penimbunan sampah. 2.7.6 Rencana Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Untuk mengatasi masalah sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Kepulauan Talaud saat masih sangat kurang baik maka diperlukan adanya suatu perencanaan terkait dengan sistem pengelolaan persampahan di daerah ini yaitu mulai dari perencanaan sistem pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan/reduksi, pemrosesan hingga penimbunan sampah di TPA. Lokasi yang direncakan sebagai tempat untuk pembangunan TPA tersebut berada di daerah Kecamatan Melongguane di Jalan Getsemani yang berjarak sekitar 2,4 km dari jalan utama. Kondisi jalan menuju ke lokasi rencana pembangunan TPA tersebut saat ini masih berupa jalan setapak dimana pada sisi kedua jalan masih merupakan area perkebunan masyarakat. Pada tahun 2013 ini direncanakan bahwa jalan untuk menuju ke lokasi rencana pembangunan TPA tersebut akan segera dibangun dan akan selesai pada tahun ini juga.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-17

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud

Gambar 2.12 Kondisi Jalan Menuju ke Lokasi Rencana Pembangunan TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud

Gambar 2.13 Kondisi Lokasi Rencana Pembangunan TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud 2.7.7 Rencana Wilayah Pelayanan Persampahan Daerah pelayanan yang direncanakan akan dilayani oleh perencanaan sistem pengelolaan persampahan ini antara lain yaitu : a. Kecamatan Melongguane b. Kecamatan Melongguane Timur c. Kecamatan Beo d. Kecamatan Beo Selatan e. Kecamatan Rainis

LAPORAN PENDAHULUAN

2-18

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Pemilihan daerah pelayanan ini didasarkan pada tingkat kepadatan penduduk dan karena daerah-daerah tersebut merupakan pusat pemerintahan. Lokasi daerahdaerah tersebut masih saling berbatasan sehingga sistem pengelolaan persampahannya menjadi lebih mudah nantinya. 2.8 KAJIAN TEORI PERSAMPAHAN 2.8.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan salah satu bagian dari isu pokok permasalahan lingkungan di Indonesia maupun di luar negeri. Sampah selalu ada selama manusia berada di muka bumi. Masing- masing orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang definisi sampah. Persepsi seseorang pun didukung dengan kebiasaan (lifestyle) maupun teknologi yang ada. Berikut ini merupakan beberapa definisi sampah dari berbagai sumber : 1. Menurut American Public Health Association (APHA) : Sampah adalah sesuatu yang tidak dapat digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang terbuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. 2. Menurut George Tchobanoglous, 1993 : Sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari aktifitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan lagi. 3. Menurut Kamus Istilah Lingkungan, 1994 : Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-19

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
4. Menurut Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 184/KPTS/1990 tentang SNI T-13-1990-F : Sampah didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. 2.8.2 Sumber Sampah Sumber-sumber sampah pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dep. PU, 1994 dan Tchobanoglous, 1993): 1. Daerah Permukiman (Rumah Tangga) Bersumber dari aktivitas rumah/ dapur serta aktivitas rumah tanga lainnya. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan sampah kering/debu. 2. Daerah Komersial Bersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan dan sebagainya. Sebagian besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa sampah organik. 3. Daerah Institusi Sumber sampah institusional adalah perkantoran, sekolah, tempat ibadah dan lembaga-lembaga non komersial lainnya. Jenis sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah sampah kering. 4. Sampah Jalan dan Tempat-tempat Terbuka Sampah kategori ini berasal dari kegiatan penyapuan jalan-jalan dan trotoar, taman dan lain-lain. Jenis sampahnya didominasi sampah organik (daun) serta debu. 5. Industri Sumber sampah indutri berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang industri berat, industri ringan, pabrik-pabrik dan lain-lain. Jenis sampah yang dihasilkan tergantung dari bahan baku yang digunakan oleh industri tersebut.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-20

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
6. Tempat Pembangunan, Pemugaran dan Pembongkaran Sampah yang dijumpai adalah sampah material atau bahan-bahan bangunan. Jenisnya tergantung dari bahan bangunan yang dipakau (bata, pecahan beton, kayu, besi, beton, dan sebagainya) 7. Rumah Sakit dan Balai Pengobatan Sampah rumah sakit pengelolaannya ditangani secara terpisah dengan sampah lainnya karena sampahnya bersifat khusus, kemungkinan mengandung limbah B3 berupa: jarum bekas suntik, obat-obatan kadaluarsa, dan lain-lain 8. Pertanian Sampah yang berasal dari kebun, taman, pertanian dan lain-lain. 2.8.3 Klasifikasi Sampah Sampah dapat dilasifikasikan menurut tipe dan komposisinya. Berdasarkan tipenya sampah dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dep. PU, 1994) : 1. Sampah organik mudah busuk (Garbage) Yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk. Sampah ini mempunyai sifat banyak mengandung air dan cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah pada temperature optimum yang diperlukan untuk membusuk (20-30) C. Contoh : Sampah sisa dapur, sisa makanan, sampah sisa sayur dan kulit buah-buahan. 2. Sampah organik tak membusuk (Rubbish) Yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik cukup kering yang saling terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit membusuk. Contoh : kayu, selulosa, kertas, plastik, kaca. 3. Sampah abu (Ashes) Yaitu sampah padat yang berasal dari berbagai jenis abu, merupakan partikelpartikel kecil yang mudah beterbangan dan dapat mengganggu pernafasan dan mata. Contoh : hasil pembakaran kayu, batu bara di rumah-rumah maupun industri.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-21

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
4. Sampah bangkai binatang (Dead Animal) Yaitu semua sampah yang berupa bangkai binatang. Contoh : bangkai tikus, ikan, anjing, dan binatang ternak. 5. Sampah sapuan jalan (Street Sweeping) Yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan karena dibuang oleh pengendata mobil ataupun masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Contoh: Sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun. 6. Sampah industri (Industrial Waste) Yaitu sampah yang berasal dari kegiatan industri. Limbah ini sangat tergantung dari jenis industrinya. Semakin banyak yang berdiri akan semakin banyak dan beragam limbahnya. 2.8.4 Karakteristik Sampah Berdasarkan komposisi, sampah dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Peavy, 1985) : 1. Komposisi Fisik Informasi dan data komposisi fisik sampah meliputi besarnya prosentase komponen pembentukan sampah, ukuran partikel, kandungan air dan kepadatan sampah. Komponen pembentukan sampah di negara-negara berkembang pada umumnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.12.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-22

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 2.7 Tipikal Komponen Sampah Rumah Tangga
Komponen Persen Berat (%) Organik - Bahan makanan 65 - Kertas 8 - Karton 2 - Plastik 2 - Tekstil 1 - Karet 0,5 - Kulit 0,5 - Sampah taman 1 - Kayu 0,5 Anorganik - Kaca 5 - Kaleng 5 - Aluminium 1 - Logam lainnya 1 - Kotoran, debu dll 7,5 Jumlah 100 Sumber : Tchobanoglous, 1993

2. Komposisi Kimia Informasi komposisi sampah sangat dalam mengevaluasi proses alternatif dan pilihan pemulihan energi. Jika sampah digunakansebagai bahan bakar, komponen yang harus diketahui adalah analisa proksimasi (kandungan air, kandungan bahan volatil, kandungan abu dan kandungan karbon tetap), titik abu sampah, analisis ultimasi (Prosentase C, H, O, N, S dan Abu) dan besarnya energi. 3. Komposisi Biologis Selain komponen fisik, karet dan kulit, fraksi organik dari sampah dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : a. Kandungan terlarut seperti gula, asam amino dan berbagai macam asam organik. b. Hemiselulosa, yaitu hasil penguraian gula. c. Selulosa, yaitu hasil penguraian glukosa d. Lemak, minyak, lilin. e. Lignin, material polimer yang terdiri dari cincin aromatik dengan gugus methoksil. Biasanya terdapat pada produk kertas seperti kertas koran dan fiberbroad.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-23

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
f. Ligniselulosa, kombinasi dari lignin dan selulosa. g. Protein, yang terdiri dari rantai asam amino. Sistem pengelolaan sampah sangat ditentukan oleh jumlah timbulan sampah dan karakteristik sampah. Karakteristik sampah diperlukan untuk menentukan antara lain :

Jumlah sampah yang dapat direduksi, baik melalui program daur ulang (komposting) maupun pemanfaatan kembali barang-barang bekas. Jenis dan karakteristik wadah, dimana sifat kimia sampah sangat menentukan bahan wadah atau pun bak truk pengangkutan sampah yang harus digunakan. Misalnya, karena sampah mengalami fermentasi yang menghasilkan asam-asam, maka wadah tidak boleh yang bersifat korosif. Untuk menentukan teknologi pengolahan akhir yang dipilih. Untuk menentukan luas TPS (Tempat Pembuangan Sementara), MRF (Materials Recovery Facility) atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang diperlukan. Karakteristik sampah akan berbeda-beda pada masing-masing daerah, dimana

karakteristik ini sangat dipengaruhi oleh :


Tingkat ekonomi masyarakat Sosial budaya masyarakat Musim

2.8.5 Timbulan Sampah Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Departemen PU (1994) menetapkan kriteria besar timbulan sampah berdasarkan sumber sampah dan karakteristik kota, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.13 dan Tabel 2.14.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-24

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 2.8 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Sampah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Komponen Sumber Sampah Rumah permanen Rumah semi permanen Rumah non permanen Kantor Toko/ruko Sekolah Jalan arteri sekunder Jalan kolektor sekunder Jalan lokal Pasar Satuan Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per orang/hari Per murid/hari Per meter/hari Per meter/hari Per meter/hari Per meter2/hari Volume (liter) 2,25-2,50 2,00-2,25 1,75-2,00 0,50-0,75 2,50-3,00 0,10-0,15 0,10-0,15 0,10-0,15 0,05-0,10 0,20-0,60 Berat (Kg) 0,350-0,400 0,300-0,350 0,250-0,300 0,025-0,100 0,150-0,350 0,010-0,020 0,020-0,100 0,010-0,050 0,005-0,025 0,1-0,3

(Sumber: Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993).

Tabel 2.9 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota No. 1 2 Klasifikasi kota Kota sedang Kota kecil Volume (L/orang/hari) 2,75-3,25 2,50-2,75 Berat (Kg/orang/hari) 0,70-0,80 0,625-0,70

(Sumber: Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993).

2.8.6 Pengolahan Sampah Pengolahan sampah adalah mengubah bentuk sampah menjadi bentuk lain, misalnya proses composting mengubah sampah menjadi kompos dan energi. Mengubah/ transformasi sampah menjadi bentuk lain dapat dilakukan dengan cara: 1. Transformasi fisik 2. Transformasi kimia : mengubah volume sampah,mengubah densitas sampahdengankompksi/pemadatan. : pirolisis, gasifikasi. 3. Transformasi biologis : composting.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-25

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
2.8.7 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah TPA merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk menampung dan menimbun sampah yang sudah tidak bernilai ekonomis lagi dan tidak dapat didaur ulang lagi. Penimbunan sampah dapat dilakukan secara berkala (sanitary landfill), pembakaran tertutup (insenerasi), pemadatan dan lainnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, TPA adalah tempat untuk memproses dan menimbun sampah ke media lingkungan secara aman bagi kelangsungan kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Pembuangan sampah ke TPA merupakan metode pembuangan sampah yang paling ekonomis saat ini dan yang paling sering dilakukan di berbagai kota/daerah. 2.8.7.1 Pemilihan Lokasi TPA Pemilihan lokasi TPA juga harus diusahakan seekonomis mungkin dan mampu menampung volume sampah sesuai dengan yang direncanakan, serta umur pakai TPA juga sesuai dengan target waktu operasi perencanaan TPA. Selain itu, lokasi TPA juga terhubung dengan akses jalan yang memadai untuk mempermudah proses pendistribusian/pengankutan sampah dari daerah pelayanan menuju ke lokasi TPA. Menurut Ditjend PPM dan PLP Depkes (1989), criteria persyaratan pemilihan lokasi TPA sesuai dengan standar teknis kesehatan yaitu : a. Jarak dari permukiman terdekan minimal 2 kilometer agar tidak menimbulkan bau yang tidak enak. b. Jarak dari sumber mata air, sungai atau air baku sebagai air minum minimal harus 200 m. c. Jarak dari jalan utama atau jalan besar minimal 200 m. d. Terletak di daerah yang tidak rawan banjir untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat pengenceran lindi oleh air banjir. e. Berada pada lokasi dengan pemukaan air tanah yang tinggi Kriteria persyaratan pemilihan lokasi TPA menurut Standard Nasional Indonesia sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 yaitu :

LAPORAN PENDAHULUAN

2-26

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
a. Jarak dari permukiman terdekat minimal 500 m b. Jarak dari badan air minimal 100 m c. Jarak dari Bandar udara minimal 1500 m untuk pesawat baling-baling dan 3000 m untuk pesawat jet. d. Ketinggian muka iar tanah di lokasi TPA yaitu lebih dari 3 m e. Jenis tanah di lokasi TPA merupakan jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik kurang dari 10-6 cm/detik dan tanah tersebut sudah tidak lagi produktif. f. Lokasi TPA berada di daerah yang tidak rawan banjir minimal untuk 25 tahun kedepan. 2.8.7.2 Pemrosesan Sampah di TPA Metode penimbunan sampah mempunyai beberapa cara, diantaranya adalah: a. Metode pembuanagn terbuka (open damping) Yaitu sampah ditumpuk atau ditimbun begitu saja di suatu area/lahan terentu tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut. Metode ini sangat kurang baik bagi kelestarian lingkungan karena tidak adanya pengolahan sampah. Karena sifatnya yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, maka pemrintah melarang setiap orang untuk melakukan penanganan sampah dengan pembuangan sampah di TPA yang dilakukan secara terbuka di sebagaiman yang terdapat di dalam Pasal 29 UU No. 18 Tahun 2008. Pemerintah daerah harus menutup TPA sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka ini paling lama dalam 5 (lima) tahun yang terhitung sejak tanggal diberlakukannya Undang-Undang tersebut. b. Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) Yaitu sampah ditimbun dengan lapisan tanah penutup untuk mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Penimbunan tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan pembagian sel-sel sampah penimbunan. c. Metode sanitary landfill

LAPORAN PENDAHULUAN

2-27

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Yaitu sistem penimbunan sampah yang dilakukan dengan membuang sampah ke tempat yang lebih rendah/parit yang digali untuk menampung sampah, lalu ditimbun dengan lapisan tanah sedemikian rupa sehingga sampah tidak berada di alam terbuka. d. Metode bioreactor landfill Yaitu sistem penimbunan sampah yang dilakukan dengan mengunakan batuan dari alat biorektor dalam proses penimbunan sampahnya. e. Metode Reusable Sanitary Landfill (RSL) Yaitu sistem pengolahan sampah yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan dengan menggunakan metode supply ruang penampungan sampah. Dalam pengelolaan TPA, sangatlah penting untuk memperhatikan prosedur pengelolaan sampah di TPA yang baik dan aman bagi kelestarian lingkungan di sekitar lokasi TPA. Komponen organic dalam tumpukan sampah akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri segera setelah sampah tersebut ditempatkan di zona penimbunan TPA (Tchnobanoglous, 1977). Pada tahap awal, proses pembusukan yang terjadi yaitu proses aerobic karena masih terdapat oksigen di tumpukan sampah yang baru ditimbun. Namun oksigen dalam udara tersebut nnatinya akan terperangkap hingga habis dan dilanjutkan dengan proses pembusukan selanjutnya yaitu terjadi secara anaerobic. Organisme yang melakukan pembusukan aerobic dan anaerobic tersebut yaitu tergantung dari jenis tanah penutup timbunan sampah. Secara umum, proses pembusukan yang terjadi tergantung pada karakteristik material yang terkandung di dalam sampah yang dapat dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu : a. Material organic yang mengandung selulosa atau derivative dari selulosa b. Material yang tidak mengandung selulosa atau derivative dari selulosa c. Plastik, kulit dan karet Selulosa merupakan unsure utama dari sampah organi yang dapat berasal dari kertas, tissue, kain dan jerami, sedangkan material organic yang bukan selulosa yaitu

LAPORAN PENDAHULUAN

2-28

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
protein, karbohidrat dan lemak. Proses pembusukan sampah secara anaerobic akan menghasilkan berbagai gas antara lain yaitu gas karbondioksida (CO2), metan (CH4), nitrogen, hydrogen dan hydrogen sulfide (H2S). Proses pembusukan sampah merupakan kajian yang cukup penting untuk menentukan prosedur pengelolaan, perencanaan dan sebagai bahan evaluasi. Produk hasil konversi secara biologis dari sampah yaitu berupa kompos, gas metan, protein, alcohol dan material organic laninnya. Proses biologis pada sampah terjadi dengan bantuan dari mikroorganisme bersel satu/banyak yaitu sel protista yang terdapat di dalam sampah. Jenis mikroorganisme yang berperan dalam konversi biologis sampah tersebut antara lain yaitu jamur, bakteri dan ragi. Karakteristik lindi yang dihasilkan dari sampah memiliki kandungan bahan organic, bahan anorganik dan bakteri pathogen. Bahan organic pada lindi diindikasikan dengan nilai BOD dan COD, yang secara lengkap komposisi lindi dapat dilihat pada Tabel 2.10. Lindi juga mengandung beberapa hara tanaman seperti hara makro yang terdiri dari nitrat, ammonium, phosfat, kalium, kalsium, magnesium dan sulfat, serta hara mikro yang terdiri dari besi, mangan, tembaga dan seng. Bakteri pathogen yang dapat terkandung dalam lindi yaitu Escheria Coli.

LAPORAN PENDAHULUAN

2-29

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud
Tabel 2.10 Parameter Komposisi Lindi

LAPORAN PENDAHULUAN

2-30

Anda mungkin juga menyukai