Anda di halaman 1dari 23

Perbedaan mengenai praktek pembuatan perjanjian hukum internasional di Indonesia sebelum amandemen dan sesudah amandemen.

Dalam pasal 11 UUD 1945 dan perubahannya yang berbunyi : 1.Presidan dengan persatujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian,dan perjanjian dengan negara lain. 2.Presiden dalam pembuatan perjanjian internasi nal lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan !egara, dan"atau mengharuskan perubahan atau pembuntukan undang#undang dengan persetujuan DPR. $.%etentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasi nal diatur dengan undang#undang. &'ebelum amandemen pasal 11 UUD 1945 menyatakan, (Presiden membuat persetujuan dengan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian !egara lain.) 'edangkan setelah amandemen pasal 11 UUD 1945 menyatakan hal yang sama, tetapi diberi penjelasan lebih lanjut dalam ayat kedua dan ketiga yang masing#masing menyatakan pada pasal 11 ayat 2 dan $ UUD 1945: # Pasal 11 ayat 2 UUD 1945 (Presiden dalam membuat perjanjian internasi nal lainnya menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan !egara, dan"atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang# undang harus dengan persetujuan DPR.) #Pasal 11 ayat $ UUD 1945 %etentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasi nal diatur dengan undang#undang.) Dengan demikian sangat jelas terlihat perbedaan antara Pasal 11 UUD 1945 yang belum di amandemen dan Pasal 11 UUD 1945 yang sudah di amandemen. Pasal 11 UUD 1945 yang belum di amandemen menjelaskan bah*a setiap perjanjian dengan !egara lain +perjanjian internasi nal, diperlukan persetujuan dari DPR. 'edangkan pasal 11 UUD 1945 yang sudah di amandemen seperti: 1.-kibat#akibat dalam pembuatan perjanjian internasi nal yang melibatkan rakyat, beban keuangan !egara, dan adanya amandemen UU yang harus dengan persetujuan DPR. 2.%etentuan perjanjian internasi nal yang lebih lanjut diatur leh UU. &'ebelum lahirnya UU ! m r 24 .ahun 2/// tentang Perjanjian 0nternasi nal +selanjutnya disingkat UU ! . 24"2///,, berdasarkan 'urat Presiden R0 kepada DPR#1R ! m r 2223"4%"3/, tanggal 22 -gustus 193/,perihal (pembuatan perjanjian dengan negara lain), dibedakan antara treaty dengan agreement. 'uatu treaty yang ditandatangani 0nd nesia sebagai negara peserta dirati5ikasi dengan undang#undang. 'ubstansi treaty tersebut biasanya s al#s al p litik yang penting yang akan mempengaruhi haluan p litik luar negeri. 'edangkan yang berbentuk agreement 6ukup dirati5ikasi dengan %eputusan Presiden yang kemudian disampaikan kepada DPRuntuk diketahui. & Dalam UU ! . 24"2///, yang disampaikan kepada DPR adalah 'alinan %eputusan Presiden tentang Rati5ikasi Perjanjian 0nternasi nal +Pasal 11 ayat +2, UU ! . 24"2///,. Dalam UU ! . 24"2/// tidak dibedakanlagi antara istilah (persetujuan) +agreement, dan

(perjanjian) +treaty,karena hanya menggunakan istilah (perjanjian). Dalam Pasal 1/ UU ! .24"2/// dikatakan bah*a: Pengesahan perjanjian internasi nal dilakukan dengan undang#undang apabila berkenaan dengan: a.7asalah p litik,perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara8 b.Perubahan *ilayah ataupenetapan batas *ilayah negara Republik 0nd nesia8 6.%edaulatan atau hakberdaulat negara8 d.4ak asasi manusia dan lingkungan hidup8 e.Pembentukan kaidah hukum baru8 5.Pinjaman dan"atau hibahluar negeri. Dalam Pasal 11 Perubahan %etiga UUD1945 khususnya yang termuat dalam ayat +$, dikatakan bah*a:: Presiden dalammembuat perjanjian internasi nal lainnya yang menimbulkan akibat yangluas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangannegara, dan"atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang# undangharus dengan persetujuan DPR. &UU ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan 0nternasi nal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dasar hukum pembuatan UU ! m r $9 .ahun 1999 didasarkan pada pasal Pasal 5 ayat +1,, Pasal 11, Pasal 1$, dan Pasal 2/ ayat +1, Undang#Undang Dasar 19458 Undang# Undang ! m r 1 .ahun 1922 tentang Pengesahan % n:ensi ;ina mengenai 4ubungan Dipl matik beserta Pr t k l <psi nalnya mengenai 4al 7emper leh %e*arganegaraan +=ienna > n:enti n n Dipl mati6 Relati ns and <pti nal Pr t 6 l t the =ienna > n:enti n n Dipl mati6 Relati ns > n6erning -6?uisiti n 5 !ati nalily,, 1931 dan Pengesahan % n:ensi mengenai 4ubungan % nsuler beserta Pr t k l <psi nalnya mengenai 4al 7emper leh %e*arganegaraan +=ienna > n:enti n n > nsular Relati ns and <pti nal Pr t 6 l t the =ienna > n:enti n n > nsular Relati ns > n6erning -6?uisiti n 5 !ati nality,, 193$. 2. Perjanjian 0nternasi nal yang harus dengan persetujuan DPR dalam UU ! m r $9 .ahun 1999 ialah perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain sesuai dengan Pasal 11 UUD 1945, Pembukaan dan pemutusan hubungan dipl matik atau k nsuler dengan negara lain serta masuk ke dalam atau keluar dari keangg taan rganisasi internasi nal yang ditetapkan leh Presiden harus memperhatikan pendapat De*an Per*akilan Rakyat, Pengiriman pasukan atau misi pemeliharaan perdamaian ditetapkan leh Presiden dengan memperhatikan pendapat De*an Per*akilan Rakyat. $. Perjanjian 0nternasi nal yang tidak harus dengan persetujuan DPR dalam UU ! m r $9 .ahun 1999 ialah %e*enangan penyelenggaraan 4ubungan @uar !egeri dan pelaksanaan P litik @uar !egeri Pemerintah Republik 0nd nesia, ke*enangan penyelenggaraan 4ubungan @uar !egeri dan pelaksanaan P litik @uar !egeri, penunjukan pejabat negara selain 7enteri @uar !egeri, pejabat pemerintah, atau rang lain untuk menyelenggarakan 4ubungan @uar !egeri di bidang tertentu, Pembukaan dan penutupan kant r per*akilan dipl matik atau k nsuler di negara lain atau kant r per*akilan pada rganisasi intemasi nal, Pejabat lembaga pemerintah, baik depatemen maupun n ndepartemen, yang akan menandatangani perjanjian internasi nal yang dibuat

antara Pemerintah Republik 0nd nesia dengan Pemerintah negara lain, rganisasi internasi nal, atau subyek hukum internasi nal lainnya 'ebelum amandemen dalam membuat perjanjian internasi nal pada ketentuan UUD 1945 pasal 11 + sebelum amandemen , tidak memberikan ja*aban yang jelas. Aang biasa dipakai dalam praktik sebelum tahun 2/// adalah ped man yang termuat dalam surat presiden kepada pimpinan DPR tanggal 22 agustus 193/. Aaitu pada 'urat Presiden ! m r 4%"2223"193/. Badi, dalam hal ini DPR tidak terlalu berperan dalam membuat perjanjian internasi nal.'edangkan sesudah amandemen dalam membuat perjanjian internasi nal harus melalui persetujuan DPR. 4al ini berdasarkan pada pasal 11 +setelah amnademen,. -palagi mengenai hal#hal yang menyangkut hajat hidup rang banyak, keamanan, s sial, budaya dan ek n mi harus berdasarkan persetujuan DPR. Cegitu juga seperti yang diatur dalam UU ! $9 .ahun 1999 pada pasal 1$, 14, 15 yang menyatakan bah*a dalam pr ses membuat perjanjian internasi nal harus dik nsiltasikan dan di setujui leh 7entri dan diatur leh UU. Perjanjian 0nternasi nal yang harus dengan persetujuan DPR, menurut UU ! 24 .ahun 2/// : 1. 7asalah p litik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara 2. Perubahan *ilayah atau penetapan batas *ilayah R0 $. %edaulatan atau hak berdaulat negara 4. 4-7 dan lingkungan hidup 5. Pembentukan kaidah hukum baru 3. Pinjaman dan"atau hibah luar negeri. 'edangkan Perjanjian internasi nal yang tidak memerlukan persetujuan DPR adalah perjanjian yang bersi5at tekhnis. Aaitu perjanjian induk yang menyangkut kerjasama di bidang ilmu pengetahuan dan tekn l gi, ek n mi, teknik, perdagangan, kebudayaan, pelayaran niaga, penghindaran pajak berganda, dan kerjasama perlindungan penanaman m dal

Dari pertanyaan yang ibu berikan tentang PD7CU-.-! PDRB-!B0-! 0!.DR!-'0<!-@, saya akan men6 ba menja*ab dengan lima pandangan dan analisa yang berbeda yang sudah ibu tentukan sebelumnya, yakni : Pasal 11 UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen 'urat presiden R0 ! m r 4%"2223"193/ 4al#hal yang harus dengan persetujuan DPR dan yang tidak harus dengan persetujuan DPR UU ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan 0nternasi nal UU ! m r 24 .ahun 2/// tentang perjanjian internasi nal Pendahuluan Perjanjian 0nternasi nal adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasi nal yang dibuat se6ara tertulis serta menimbulkan hak dan ke*ajiban di bidang hukum publik. Di 0nd nesia, hal yang melandasi tentang pembuatan dan rati5ikasi perjanjian adalah pasal 11 UUD 1945 yang berbunyi: (Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.) Bika dilihat lebih lanjut, 1/ s"d 15 UUD 1945, disebutkan bah*a kekuasaan Presiden sebagai k nsek*ensi dari kepala negara. -rtinya bah*a tugas tersebut merupakan hak prer grati5 dari Presiden, yang berarti pula tugas yang melekat pada Presiden sebagai %epala !egara yang bukan merupakan tugas Pemerintah. 'ampai akhir tahun 2/// pasal 11 UUD 1945 ini belum dijabarkan dalam bentuk undang#undang dan satu#satunya penjelasan dari pasal 11 tersebut adalah 'urat Presiden 2223"4%"3/, tanggal 22 -gustus 193/, yang ditujukan kepada %etua DPR, tentang pembuatan perjanjian dengan negara# negara lain. Pasal 11 UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen Pengaturan Perjanjian 0nternasi nal pada UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen sangat jauh berbeda. Perubahan ini ;ajar, karena UUD 1945 merupakan k nstitusi dasar negara kilat yang dibuat sementara untuk pengisian kek s ngan hukum dalam perjalanan berdirinya negara Republik 0nd nesia ini. Dari sini tentu dibutuhkan penyempurnaan dan penyesuaian dengan k ndisi, situasi dan suasana perp litikan 0nd nesia, bahkan yang bersi5at internasi nal sekalipun. Penyesuaian pada pasal 11 ini adalah salah satu 6 nt h dari ter b san terkait dengan kebijakan @uar !egri R0 dan hal#hal yang menyangkut hubungan R0 dengan negara#negara lain. Sebelum amandemen Pembuatan perjanjian internasi nal leh presiden dengan persetujuan DPR hanya dalam hal pernyataan perang,perdamaian dan perjanjian dengan negara lain saja. Sesudah amandemen Pembuatan perjanjian internasi nal leh presiden dengan persetujuan DPR dalam semua

perjanjian internasi nal yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,dan"atau mengharuskan perubahan atau pembentukan UU. Pr ses pembuatan Perjanjian 0nternasi nal dijabarkan dengan detail tentang mana saja Perjanjian 0nternasi nal yang benar#benar melalui persetujuan parlemen. 7un6ulnya klausa penjelasan dan pelaksanaan teknis Perjanjian 0nternasi nal dengan mengeluarkan pr duk peraturan perundang#undangan + bisa UU, PDRPU, PP, dsb,. UU ! m r 24 .ahun 2/// tentang perjanjian internasi nal Surat Presiden RI Nomor HK/282 /19 ! 'urat presiden ! . 2223"4%"3/ merupakan pena5siran dari pasal 11 UUD 1945. 'urat Presiden memberikan pena5siran bah*a ada dua ma6am bentuk perjanjian yaitu traktat dan agreements. Badi ada dua 6ara pengesahan dari perjanjian#perjanjian tersebut: 1. .raktat, pengesahannya melalui DPR dengan Undang#Undang 2. Persetujuan +-greements,, pengesahannya dengan %eputusan Presiden dan DPR hanya 6ukup diberitahukan leh 'ekretariat %abinet. !amun, dalam praktiknya selama ini telah terjadi berbagai penyimpangan dalam melaksanakan surat presiden tersebut, antara lain perjanjian#perjanjian yang selama ini digunakan sebagai ped man untuk membuat dan mengesahkan perjanjian internasi nal sudah tidak sesuai lagi dengan semangat re5 rmasi sehingga perlu diganti dengan Undang#undang tentang Perjanjian 0nternasi nal. Hal"hal #an$ harus den$an %ersetu&uan DPR dan #an$ tida' harus den$an %ersetu&uan DPR Dalam perjanjian 0nternasi nal, Pemerintah hanya akan menyampaikan ke DPR perjanjian#perjanjian yang terpenting saja dalam bentuk treaty untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum disahkan leh Presiden.Perjanjian#perjanjian ini biasanya mengandung materi : 1. ' al#s al p litik atau s al#s al yang dapat mempengaruhi haluan p litik luar negeri seperti halnya dengan perjanjian#perjanjian persahabatan, perjanjian persekutuan +aliansi,, perjanjian tentang perubahan *ilayah atau penetapan tapal batasE 2. 0katan#ikatan yang sedemikian rupa si5atnya sehingga mempengaruhi haluan p litik luar negeri dapat terjadi bah*a ikatan#ikatan sedemikian di6antumkan di dalam perjanjian kerjasama ek n mi dan teknis atau pinjaman keuangan. $. ' al#s al yang menurut Undang#Undang Dasar harus diatur dengan Undang#undang seperti s al#s al %ehakiman. 'elain hal#hal tersebut diatas, tidak diperlukan persetujuan dari DPR. UU Nomor () *ahun 1999 tentan$ Hubun$an Internasional %etentuan#ketentuan yang mengatur penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan p litik luar negeri yang ada sebelum dibentuknya Undang#undang ini baru mengatur beberapa aspek dari penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan p litik luar negeri serta belum se6ara menyeluruh dan terpadu. <leh karena itu diperlukan adanya suatu pr duk hukum yang kuat yang dapat menjamin ter6iptanya kepastian hukum bagi penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan p litik luar negeri, termasuk k rdinasi antarinstansi pemerintah dan antarunit yang ada di Departemen @uar

!egeri. Undang#undang ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan @uar !egeri merupakan pelaksanaan dari ketentuan dasar yang ter6antum di dalam Pembukaan dan Catang .ubuh Undang#Undang Dasar 1945 dan %etetapan#ketetapan 7ajelis Permusya*aratan Rakyat yang berkenaan dengan hubungan luar negeri. Undang#undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan p litik luar negeri, termasuk sarana dan mekanisme pelaksanaannya, perlindungan kepada *arga negara 0nd nesia di luar negeri dan aparatur hubungan luar negeri. UU Nomor 24 *ahun 2!!! tentan$ %er&an&ian internasional 1.7elindungi segenap bangsa 0nd nesia dan seluruh tumpah darah 0nd nesia, memajukan kesejahteraan umum, men6erdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan s sial, Pemerintah !egara Republik 0nd nesia, sebagai bagian dari masyarakat internasi nal, melakukan hubungan dan kerja sama internasi nal yang di*ujudkan dalam perjanjian internasi nal 2.%etentuan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjianinternasi nal sebagaimana diatur dalam Undang#Undang Dasar 1945 dengan sangat ringkas, sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturan perundang#undangan. $.'urat Presiden Republik 0nd nesia ! . 2223"4%"193/ tanggal 22 -gustus 193/ tentang FPembuatan Perjanjian#Perjanjian dengan !egara @ainF yang selama ini digunakan sebagai ped man untuk membuat dan mengesahkan perjanjian internasi nal sudah tidak sesuai lagi dengan semangat re5 rmasi. 4.Pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal antaraPemerintah Republik 0nd nesia dan pemerintah negara#negara lain, rganisasi internasi nal, dan subjek hukum internasi nal lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting karena mengikat negara pada bidang#bidang tertentu, dan leh sebab itu pembuatan dan pengesahan suatu perjanjian internasi nal harus dilakukan dengan dasar#dasar yang jelas dan kuat, dengan menggunakan instrumen peraturan perundang#undangan yang jelas pula

7enurut ja*aban saya bu.....'ampai tahun 1939, pembuatan perjanjian#perjanjian internasi nal hanya diatur leh hukum kebiasaan. Cerdasarkan dra5t pasal#pasal yang disiaplan leh % misi 4ukum 0nternasi nal, diselenggarakanlah suatu % n5erensi 0nternasi nal di ;ina dari 23 7aret s"d 24 7ei 1932 dan dari tanggal 9 -pril s"d 22 7ei 1939 untuk mengk di5ikasi hukum kebiasaan tersaebut. % n5erensi kemudian melahirkan =ienna > n:enti n n the @a* 5 .reaties yang ditandatangani tanggal 2$ 7ei 1939. % n:ensi ini mulai berlaku sejak tanggal 29 Banuari 192/ dan telah merupakan hukum internasi nal p siti5. 'ampai akhir tahun 2///, sudah 95 negara menjadi pihak pada % n:ensi tersebut. ;alaupun 0nd nesia belum menjadi pihak pada % n:ensi tersebut, namun ketenutan#ketentuan yang terdapat di dalamnya selalu dijadikan dasar dan ped man dalam membuat perjanjian#perjanjian internasi nal dengan negara#negara lain. -plikasi di 0nd nesia Di 0nd nesia, hal yang melandasi tentang pembuatan dan rati5ikasi perjanjian adalah pasal 11 UUD 1945 yang berbunyi: Presiden dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Bika kita lihat lebih lanjut, 1/ s"d 15 UUD 1945, disebutkan bah*a kekuasaan Presiden sebagai k nsek*ensi dari kepala negara. -rtinya bah*a tugas tersebut merupakan hak prer grati5 dari Presiden, yang berarti pula tugas yang melekat pada Presiden sebagai %epala !egara yang bukan merupakan tugas Pemerintah. 'ampai akhir tahun 2/// pasal 11 UUD 1945 ini belum dijabarkan dalam bentuk undang# undang dan satu#satunya penjelasan dari pasal 11 tersebut adalah 'urat Presiden 2223"4%"3/, tanggal 22 -gustus 193/, yang ditujukan kepada %etua DPR, tentang pembuatan perjanjian dengan negara#negara lain. 'urat Presiden ini memberikan pena5siran bah*a ada dua ma6am bentuk perjanjian yaitu traktat dan agreements. Badi ada dua 6ara pengesahan dari perjanjian#perjanjian tersebut: +1, .raktat, pengesahannya melalui DPR dengan Undang#Undang +2, Persetujuan +-greements,, pengesahannya dengan %eputusan Presiden dan DPR hanya 6ukup diberitahukan leh 'ekretariat %abinet. <leh karena itu, Pemerintah hanya akan menyampaikan ke DPR perjanjian#perjanjian yang terpenting saja dalam bentuk treaty untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum disahkan leh Presiden. Perjanjian#perjanjian ini biasanya mengandung materi : 1. ' al#s al p litik atau s al#s al yang dapat mempengaruhi haluan p litik luar negeri seperti halnya dengan perjanjian#perjanjian persahabatan, perjanjian persekutuan +aliansi,, perjanjian tentang perubahan *ilayah atau penetapan tapal batas 2. 0katan#ikatan yang sedemikian rupa si5atnya sehingga mempengaruhi haluan p litik luar negeri dapat terjadi bah*a ikatan#ikatan sedemikian di6antumkan di dalam perjanjian kerjasama ek n mi dan teknis atau pinjaman keuangan. $. ' al#s al yang menurut Undang#Undang Dasar harus diatur dengan Undang#undang seperti s al#s al %ehakiman

4al ini berdampak pada, bila pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk mensahkan perjanjian melalui UU dan mensahkan persetujuan melalui %eppres sesuai dengan 'urat Presiden 2223 tersebut, dalam pelaksanaannya Pemernitah akan mensahkan semua persetujuan hanya dengan %eppres dan bukan dengan UU seperti yang sering terjadi. %eseragaman di bidang ini juga diperlukan untuk menghindari kebingungan para pejabat yang bertugas di bidang.treaty#making pr 6ess. Pada era <rde Caru, praktek yang terjadi adalah semua perjanjian keuangan yang dibuat yang berjumlah puluhan milyar d llar tidak pernah diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan. %eadaan ini melanggar ketentuan yang terdapat dalam 'urat Presiden 2223 dan yang mendapat kritikan tajam dan ke6aman pedas angg ta DPR terhadap pemerintah pada *aktu diajukannya RUU tentang Perjanjian 0nternasi nal pada bulan 7ei 2/// Undang#Undang tentang Perjanjian 0nternasi nal Untuk mendapatkan kepastian hukum dan men6egah terulangnya penyele*engan dalam pembuatan perjanjian internasi nal, maka perlu kiranya untuk membuat suatu undang#undang perjanjian internasi nal. 'etelah melalui pembahasan yang intensi5 mulai tanggal 4 7ei 2/// akhirnya melalui Rapat Paripurna DPR#R0 menyetujui RUU tentang Perjanjian 0nternasi nal pada tanggal $/ -gustus 2///. 'istematika p k k materi yang diatur dalam Undang#Undang tidak mengalami perubahan dan sama seperti yang diajukan leh Pemerintah, yaitu Cab 0 +ketentuan Umum,, Cab 00 +Pembuatan Perjanjian 0nternasi nal,, Cab 000 +Pengesahan Perjanjian,, Cab 0= +Pemberlakuan Perjanjian 0nternasi nal,, Cab = +Penyimpanan Perjanjian 0nternasi nal,, Cab =0 +Pengahiran Perjanjian 0nternasi nal,, Cab =00 +%etentuan Peralihan,, Cab =000 +%etentuan Penutup,. Dijelaskan pula bah*a pengesahan perjanjian internasi nal melalui undang#undang dilakukan berdasarkan materi perjanjian dan bukan berdasarkan bentuk dan nama +n men6lature, perjanjian. %lasi5ikasi menurut materi perjanjian dimaksudkan agar ter6ipta kepastian hukum dan keseragaman atas bentuk pengesahan perjanjian internasi nal dengan undang#undang 'ebaliknya, pengesahan perjanjian#perjanjian internasi nal yang tidak termasuk dalam kateg ri perjanjian internasi nal di atas, dilakukan dengan %eputusan Presiden +pasal 11, dan salinannya disampakan kepada DPR untuk die:aluasi. Benis#jenis perjanjian yang pengesahannya melalui %eputusan Presiden pada umumnya memiliki materi yang bersi5at pr sedural dan memerlukan penerapan dalam jangka *aktu singkat tanpa mempengaruhi peraturan perundang#undangan nasi nal. Diantaranya adalah perjanjian induk yang menyangkut kerjasama di bidang ilmu pengetahuan dan tekn l gi, ek n mi dan teknik, perdagangan, kebudayaan, pelayaran niaga, kerjasama penghindaran pajak berganda dan kerjasama perlindungan penanaman m dal, serta perjanjian#perjanjian yang bersi5at teknis lainnya. 'elanjutnya disamping perjanjian#perjanjian yang disahkan dengan undang#undang atau

%eppres, 0nd nesia juga dapat membuat perjanjian internasi nal yang berlaku setelah penandatanganan. Pasal 15 ini menyangkut instrumen#instrumen hukum yang kurang 5 rmal seperti 7 U, agreed minutes, eG6hange 5 n tes r letters dan lainnya. Dan bisa lihat dalam Undang#undang republik ind nesia 24 tahun 2/// tentang perjanjian internasi nal sebagai berikut: PD!BD@-'-! -.-' U!D-!1#U!D-!1 RDPUC@0% 0!D<!D'0- !<7<R 24 .-4U! 2/// .D!.-!1 PDRB-!B0-! 0!.DR!-'0<!-@ Dalam melaksanakan p litik luar negeri yang diabdikan kepada kepentingan nasi nal, Pemerintah Republik 0nd nesia melakukan berbagai upaya termasuk membuat perjanjian internasi nal dengan negara lain, rganisasi internasi nal, dan subjek#subjek hukum internasi nal lain. Perkembangan dunia yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan tekn l gi telah meningkatkan intensitas hubungan dan interdependensi antarnegara. 'ejalan dengan peningkatan hubungan tersebut, maka makin meningkat pula kerja sama internasi nal yang dituangkan dalam beragam bentuk perjanjian internasi nal. Pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal melibatkan berbagai lembaga negara dan lembaga pemerintah berikut perangkatnya. -gar ter6apai hasil yang maksimal, diperlukan adanya k rdinasi di antara lembaga#lembaga yang bersangkutan. Untuk tujuan tersebut, diperlukan adanya suatu peraturan perundang#undangan yang mengatur se6ara jelas dan menjamin kepastian hukum atas setiap aspek pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal. Pengaturan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal yang ada sebelum disusunnya undang#undang ini tidak dituangkan dalam suatu peraturan perundang#undangan yang jelas sehingga dalam praktiknya menimbulkan banyak kesimpang#siuran. Pengaturan sebelumnya hanya menitikberatkan pada aspek pengesahan perjanjian internasi nal. <leh karena itu, diperlukan adanya suatu peraturan perundang#undangan yang men6akup aspek pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal demi kepastian hukum. Undang#undang tentang Perjanjian 0nternasi nal merupakan pelaksanaan Pasal 11 Undang#Undang Dasar 1945 yang memberikan ke*enangan kepada Presiden untuk membuat perjanjian internasi nal dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat. %etentuan Pasal 11 Undang#Undang Dasar 1945 bersi5at ringkas sehingga memerlukan penjabaran lebih lanjut. Untuk itu, diperlukan suatu perangkat perundang#undangan yang se6ara tegas mende5inisikan ke*enangan lembaga eksekuti5 dan legislati5 dalam pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal serta aspek#aspek lain yang diperlukan dalam me*ujudkan hubungan yang dinamis antara kedua lembaga tersebut. Perjanjian internasi nal yang dimaksud dalam undang#undang ini adalah setiap perjanjian di bidang hukum publik, diatur leh hukum internasi nal, dan dibuat leh Pemerintah dengan negara, rganisasi internasi nal, atau subjek hukum internasi nal lain. Centuk dan nama perjanjian internasi nal dalam praktiknya 6ukup beragam, antara lain : treaty, 6 n:enti n, agreement, mem randum 5 understanding, pr t 6 l, 6harter, de6larati n, 5inal a6t, arrangement, eG6hange 5 n tes, agreed minutes, summary re6 rds, pr 6ess

:erbal, m dus :i:endi, dan letter 5 intent. Pada umumnya bentuk dan nama perjanjian menunjukkan bah*a materi yang diatur leh perjanjian tersebut memiliki b b t kerja sama yang berbeda tingkatannya. !amun demikian, se6ara hukum, perbedaan tersebut tidak mengurangi hak dan ke*ajiban para pihak yang tertuang di dalam suatu perjanjian internasi nal. Penggunaan suatu bentuk dan nama tertentu bagi perjanjian internasi nal, pada dasarnya menunjukkan keinginan dan maksud para pihak terkait serta dampak p litiknya bagi para pihak tersebut. 'ebagai bagian terpenting dalam pr ses pembuatan perjanjian, pengesahan perjanjian internasi nal perlu mendapat perhatian mendalam mengingat pada tahap tersebut suatu negara se6ara resmi mengikatkan diri pada perjanjian itu. Dalam praktiknya, bentuk pengesahan terbagi dalam empat kateg ri, yaitu +a,. rati5ikasi +rati5i6ati n, apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasi nal turut menandatangani naskah perjanjian. +b,. aksesi +a66esi n, apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasi nal tidak turut menandatangani naskah perjanjian. +6,. penerimaan +a66eptan6e, dan penyetujuan +appr :al, adalah pernyataan menerima atau menyetujui dari negara# negara pihak pada suatu perjanjian internasi nal atas perubahan perjanjian internasi nal tersebut. 'elain itu, juga terdapat perjanjian#perjanjian internasi nal yang tidak memerlukan pengesahan dan langsung berlaku setelah penandatanganan. Pengaturan mengenai pengesahan perjanjian internasi nal di 0nd nesia selama ini dijabarkan dalam 'urat Presiden ! . 2223"4%"193/ tertanggal 22 -gustus 193/, kepada %etua De*an Per*akilan Rakyat, yang telah menjadi ped man dalam pr ses pengesahan perjanjian internasi nal, yaitu pengesahan melalui undang#undang atau keputusan presiden, bergantung kepada materi yang diaturnya. !amun demikian, dalam praktik selama ini telah terjadi berbagai penyimpangan dalam melaksanakan surat presiden tersebut, sehingga perlu diganti dengan Undang#undang tentang Perjanjian 0nternasi nal. P k k materi yang diatur dalam undang#undang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: a.%etentuan Umum8 b.Pembuatan Perjanjian 0nternasi nal8 6.Pengesahan Perjanjian 0nternasi nal8 d.Pemberlakuan Perjanjian 0nternasi nal8 e.Penyimpanan Perjanjian 0nternasi nal8 5.Pengakhiran Perjanjian 0nternasi nal8 g.%etentuan Peralihan8 h.%etentuan Penutup.

saya 6 ba ja*ab ya bu....... perjanjian 0nternasi nal dalam pasal 11 UUD 1945 baik sebelum dan sesudah amandemen tidak terjadi perbedaan yang begitu prinsipil. karena pada dasarnya pelaksanaan perjanjian internasi nal dan p litik luar negeri adalah p litik bebas akti5 dan harus merupakan pen6erminan ide l gi bangsa. Pan6asila sebagai ide l gi bangsa 0nd nesia dan merupakan landasan idi l gi yang menji*ai p litik luar negri. pada intinya yang membedakan pembuatan perjanjian internasi nal sebelum dan sesudah amandemen yang berdasarkan pasal 11 UUD 1945 yaitu pada persetujuan DPR. sebelum amandemen pembuatan perjanjian internasi nal tanpa harus persetujuan DPR. tetapi setelah amandemen pembuatan perjanjian internasi nal harus berdasarkan persetujuan DPR. dan seperti yang diatur dalam UU n $9 tahun 1999, padapasal 1$,14,dan 15 yang menyatakan bah*a dalam pr ses membuat perjanjian internasi nal terlebih dahulu dibi6arakan dan disepakati mentri dan aturan UU. perjanjian internasi nal yang harus beradasarkan persetujuan DPR yaitu mengenai kesehjateraan ;!0 yang ada di @uar negri.

Re: hubungan pasal 38 ayat 1 dan 2 statuta mahkamah internasional 1. 4ubungan antara pasal $2 ayat 1 dan ayat 2 adalah sangat berkaitan, dimana kedua pasal tersebut sama#sama menjelaskan tentang persetujuan dalam memutuskan penyelesaian masalah atau kasus internasi nal yang sedang terjadi dengan menggunakan atau berdasarkan hukum internasi nal yang sedang berlaku. Dengan kata lain, pasal ini menerapkan traktat dan kebiasaan yang ada, merupakan pengakuan akan traktat sebagai salah satu sumber 5 rmal. 2. Aang dimaksud dengan ke*enangan hakim mahkamah internasi nal dapat memutuskan perkara berdasarkan asas (eG ae?u et b n ) adalah dimana kekuasaan pengadilan untuk memutuskan berdasarkan pada pertimbangan hakim atau arbitrat r sebagai (the 5air est s luti n in the 6ir6umstan6es) tanpa mempertimbangkan aturan yang berlaku. .etapi dalam kenyataanya, pers alan yang rumit, dasar persetujuan pihak#pihak yang bersengketa se6ara diam memungkinkan putusan dengan dasar eG ae?u et b n dapat diputuskan dengan baik.

Re: Pembuatan Perjanjian Internasional sebelum dan setelah amandemen UUD ! 1.Cerdasarkan dasar hukum pembuatannya, sebelum amandemen UUDH 45 praktek pembuatan perjanjian internasi nal berped man pada Pasal 11 UUD 1945 yang berbunyi (Presiden dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat +DPR, menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan !egara lain). 'edangkan, setelah amandemen UUDH 45 pembuatan perjanjian internasi nal lebih berped man pada 'urat Presiden ! :4%"2223I193/ dan UU ! .$9 .ahun 1999.'ebagai bukti adalah dalam setiap diskusinya, Presiden selalu memun6ulkan %epres 2223"193/ tersebut sebgai ped man pelaksanaan perjanjian internasi nalnya. 2.Cerdasarkan ketetapan dalam UUD 1945, sebelum amandemen hanya ada satu ayat yang berbunyi (Presiden dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat +DPR, menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan !egara lain) yang menjadi satu#satunya ped man dalam pembuatan pelaksanaan perjanjian internasi nal. 'edangkan setelah amandemen terdapat beberapa ayat tambahan seperti : (Presiden dalam membuat perjanjian internasi nal lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan"atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang#undang harus dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat) dan (%etentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasi nal diatur dengan undang#undang.)Dimana akhirnya dasar hukum tidak hanya pasal 11 UUDH45 saja, tetapi ada sumber#sumber hukum lain yang akhirnya menjadi ped man dalam pembuatan perjanjian internasi nal. $.'ebelum amandemen UUDH 45, DPR mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengesahan perjanjian internasi nal. DPR dapat melakukan penga*asan terhadap pemerintah serta dapat mengajukan pembatalan terhadap perjanjian internasi nal yang dipandang merugikan kepentingan nasi nal. 'edangkan setelah amandemen, Presiden dan 7enteri memiliki surat kuasa penuh dalam pembuatan perjanjian internasi nal, meskipun Pemerintah Republik 0nd nesia harus menyampaikan salinan setiap keputusan presiden yang mengesahkan suatu perjanjian internasi nal kepada De*an Per*akilan Rakyat untuk die:aluasi.2 Dalam hal persetujuan DPR ini memang tidak terlalu berbeda baik sebelum maupun setelah amandemen. 4anya saja, ketetapan UU sebelum -mandemen DPR mempunyai kuasa penuh dalam menentukan atau menyetuji perjanjian internasi nal. 'umber : 1 gle.6 m dalam tulisan tentang -nalisis 4ukum @<-! -greement %etetapan pasal 11 UUD 1945 +sebelum dan setelah amandemen, UU ! . 24 .ahun 2///

'urat Presiden ! . 2223"193/

Perbedaan praktek pembuatan perjanjian internasi nal pada pasal 11 sebelum amandemen dan sesudah amandemen. Pasal 11 UUD 1945 sebelum amandemen menyatakan, (Presiden membuat persetujuan dengan DPR untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan !egara lain.) -dapun Pasal 11 UUD 1945 sesudah amandemen isinya sama saja tetapi diberi penjelasan lebih lanjut dalam ayat 2 dan $ yang masing#masing menyatakan.)presiden dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar pada kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan dan"atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang undang harus dengan persetujuan DPR) selanjutnya ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasi nal diatur dalam undang undang. 'urat presiden ! . 2223"4%"193/ masih berlaku sebagai ped man untuk membuat dan mengesahkan perjanjian internasi nal. Perjanjian dengan negara lain ada dua bentuk perjanjian perjanjian penting dan perjanjian lainnya +agreement,. Perjanjian perjanjian peting harus melalui ketentuan ketentuan yang ada pada pasal 11 dan berbentuk trakat. UU ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan 0nternasi nal dan UU ! m r 24 .ahun 2/// tentang Perjanjian 0nternasi nal, didasarkan pada Pasal 5 -yat +1,, Pasal 11, dan Pasal 2/ Undang#Undang Dasar 1945 dan Perubahannya +1999,8 2. Undang#undang ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan @uar !egeri +@embaran !egara .ahun 1999 ! m r 1538 .ambahan @embaran !egara ! m r $222,8 Pada UU ! m r 24 .ahun 2/// menetapkan undang undang tentang perjanjian internasi nal, dan pembuatan perjanjian internasi nal yang ter6antum sebagai berikut : Pasal 4 1.Pemerintah Republik 0nd nesia membuat perjanjian internasi nal dengan satu negara atau lebih, rganisasi internasi nal, atau subjek hukum internasi nal lain berdasarkan kesepakatan8 dan para pihak berke*ajiban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan iktikad baik. 2.Dalam pembuatan perjanjian internasi nal, Pemerintah Republik 0nd nesia berped man pada kepentingan nasi nal dan berdasarkan prinsip#prinsip persamaan kedudukan, saling menguntungkan, dan memperhatikan, baik hukum nasi nal maupun hukum internasi nal yang berlaku. Pasal 5 1.@embaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun n ndepartemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai ren6ana untuk membuat perjanjian internasi nal, terlebih dahulu melakukan k nsultasi dan k rdinasi mengenai ren6ana tersebut dengan 7enteri. 2.Pemerintah Republik 0nd nesia dalam mempersiapkan pembuatan perjanjian internasi nal, terlebih dahulu harus menetapkan p sisi Pemerintah Republik 0nd nesia yang dituangkan dalam suatu ped man delegasi Republik 0nd nesia. $.Ped man delegasi Republik 0nd nesia, yang perlu mendapat persetujuan 7enteri,

memuat hal#hal sebagai berikut :a. latar belakang permasalahan8 b. analisis permasalahan ditinjau dari aspek p litis dan yuridis serta aspek lain yang dapat mempengaruhi kepentingan nasi nal 0nd nesia8 6. p sisi 0nd nesia, saran, dan penyesuaian yang dapat dilakukan untuk men6apai kesepakatan. 4.Perundingan ran6angan suatu perjanjian internasi nal dilakukan leh Delegasi Republik 0nd nesia yang dipimpin leh 7enteri atau pejabat lain sesuai dengan materi perjanjian dan lingkup ke*enangan masing#masing. Pasal 3 1.Pembuatan perjanjian internasi nal dilakukan melalui tahap penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan, dan penandatanganan. 2.Penandatanganan suatu perjanjian internasi nal merupakan persetujuan atas naskah perjanjian internasi nal tersebut yang telah dihasilkan dan"atau merupakan pernyataan untuk mengikatkan diri se6ara de5initi5 sesuai dengan kesepakatan para pihak. Pasal 9 1.'ese rang yang me*akili Pemerintah Republik 0nd nesia, dengan tujuan menerima atau menandatangani naskah suatu perjanjian atau mengikatkan diri pada perjanjian internasi nal, memerlukan 'urat %uasa. 2.Pejabat yang tidak memerlukan 'urat %uasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 -ngka $ adalah:Presiden dan 7enteri. $.'atu atau beberapa rang yang menghadiri, merundingkan, dan"atau menerima hasil akhir suatu pertemuan internasi nal, memerlukan 'urat %eper6ayaan. 4.'urat %uasa dapat diberikan se6ara terpisah atau disatukan dengan 'urat %eper6ayaan, sepanjang dimungkinkan, menurut ketentuan dalam suatu perjanjian internasi nal atau pertemuan internasi nal. 5.Penandatangan suatu perjanjian internasi nal yang menyangkut kerja sama teknis sebagai pelaksanaan dari perjanjian yang sudah berlaku dan materinya berada dalam lingkup ke*enangan suatu lembaga negara atau lembaga pemerintah, baik departemen maupun n ndepartemen, dilakukan tanpa memerlukan 'urat %uasa. Pasal 2 1.Pemerintah Republik 0nd nesia dapat melakukan pensyaratan dan"atau pernyataan, ke6uali ditentukan lain dalam perjanjian internasi nal tersebut. 2.Pensyaratan dan pernyataan yang dilakukan pada saat penandatanganan perjanjian internasi nal harus ditegaskan kembali pada saat pengesahan perjanjian tersebut. $.Pensyaratan dan pernyataan yang ditetapkan Pemerintah Republik 0nd nesia dapat ditarik kembali setiap saat melalui pernyataan tertulis atau menurut tata 6ara yang ditetapkan dalam perjanjian internasi nal. 4al yang harus dengan persetujuan DPR. Pengesahan traktat dan yang menyangkut dengan kepentingan publik harus berk nsultasi dengan DPR. Dan yang tidak perlu mendapat persetujuan DPR antara lain mem randum.

4ukum 0nternasi nal publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau pers alan yang melintasi batas negara, yang bukan bersi5at perdata. 'edangkan menurut -kehurst, (4ukum 0nternasi nal adalah sistem hukum yang di bentuk dari hubungan antara negara#negara). Perjanjian dengan negara lain ialah Perjanjian 0nternasi nal yang leh J7 6htar %usumaatmadjaK diartikan sebagai perjanjian yang diadakan antara angg ta masyarakat bangsa#bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat#akibat hukum tertentu +7 6htar %usumaatmadja, 1993:1/9,. Dan pada dasarnya Perjanjian 0nternasi nal dibuat melalui tiga tahap, yaitu perundingan +neg tiati n,, penandatanganan +signature, dan pengesahan +rati5i6ati n,. Perbedaan pembuatan perjanjian#perjanjian 4ukum 0nternasi nal di 0nd nesia pada saat sebelum amandemen dan sesudah amandemen. Pasal 11 UUDK45 berbunyi : FPresiden dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain). Dan setelah amandemen, pada pasal 11 terdapat tambahan di ayatnya, yaitu ayat 2 UUDK45 yang berbunyi (Presiden dalam membuat Perjanjian 0nternasi nal lainnya menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan !egara, dan atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang#undang harus dengan persetujuan DPR), ayat $ UUDK45 berbunyi (%etentuan lebih lanjut tentang Perjanjian 0nternasi nal diatur dengan UU). 7enurut saya penambahan ayat pada pasal 11 ialah lebih merin6ikan dan terdapat 2 bentuk perjanjian yang di jelaskan pada 'urat Presiden ! . 2223"4%"193/, yaitu perjanjian#perjanjian penting dan perjanjian lainnya +agreement,. Perjanjian#perjanjian peting ialah perjanjian yang berdasarkan ketentuan#ketentuan yang ada pada pasal 11 dan berbentuk trakat sedangkan perjanjian lainnya lebih berbentuk agreement. Perjanjian itu berbeda pada letak pr ses pengesahan +rati5i6ati n, yang salah satunya pengesahan itu di lakukan setelah melalui persetujuan DPR. Pada UU ! . $9 tahun 1999 dan UU ! . 24 tahun 2/// tentang Perjanjian 0nternasi nal menjelaskan perbedaan perjanjian#perjanjian yang harus melalui persetujuan DPR atau pun tidak. UU tersebut di dasarkan pada Pasal 5 -yat +1,, Pasal 11, dan Pasal 2/ UUDK45 dan perubahannya +1999,8 2. UU ! . $9 tahun 1999 tentang 4ubungan @uar !egeri pada @embaran !egara tahun 1999 ! . 153 dan tambahan @embaran !egara ! . $2228 Pada UU ! . 24 tahun 2/// menetapkan UU tentang Perjanjian 0nternasi nal dan pembuatan Perjanjian 0nternasi nal. UU R0 ! . 24 tahun 2/// menetapkan UU tentang Perjanjian 0nternasi nal dan pembuatan Perjanjian 0nternasi nal. Pada UU R0 ! . 24 .ahun 2/// memakai dasar hukum pada Pasal 5 -yat +1,, Pasal 11, dan Pasal 2/ UUDK45 dan Perubahannya +1999,8 UU ! . $9 tahun 1999 tentang 4ubungan @uar !egeri +@embaran !egara .ahun 1999 ! . 1538 .ambahan @embaran !egara ! m r $222,. 'elain dari dasar hukum yang tertera di atas, UU R0 ! . 24 tahun 2/// berisi:

L. 4al yang harus dengan persetujuan DPR dalam UU ini ialah penyampaian salinan setiap keputusan#keputusan presiden yang mengesahkan suatu Perjanjian 0nternasi nal untuk die:aluasi, pertimbangan p litis yang diberikan menteri dan langkah#langkah yang diambil yang diperlukan dalam pembuatan dan pengesahan Perjanjian 0nternasi nal, dengan berk nsultasi dengan DPR dalam hal yang menyangkut kepentingan publik. L. 'edangkan hal yang tidak memerlukan persetujuan DPR dalam UU ini ialah selain yang tidak tertera di atas.

Praktek pembuatan perjanjian internasi nal atas dasar hukum pembuatannya 'ebelum amandemen Di dalam pasal 11 UUD 1945 berbunyi: (Presiden dengan persetujuan De*an Per*akilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain) %etentuan yang 6ukup singkat tersebut sering menimbulkan banyak ta5siran, ke6uali menyangkut perang dan perdamaian sudah tegas. 'ebaliknya langkah mengadakan perjanjian dengan !egara lain dapat di ta5sirkan berma6am#ma6am, baik isinaya, pesertanya, si5at, *e*enang maupun luas se6ukupnya dan lain#lainnya. %arena si5at pasal 11 UUD 1945 tersebut imperati:e, pada tahun 193/, De*an Per*akilan 1 t ng R y ng +DPR1R, mengajukan pertanyaan tertulis kepada pemerintah tentang ji*a"arah pasal 11 UUD 1945 tersebut, khusus yang berkaitan dengan keterlibatan DPR dalam perjanjian#perjanjian 0nternasi nal yang diadakan pemerintah. Presiden pada tanggal 22 -gustus 193/ mengirim surat ja*aban kepada DPR1R dengan surat ! . 2223"4%" 193/, tentang Pembuatan Perjanjian dengan !egara lain isinya antara lain, menyatakan bah*a tidak semua perjanjian yang diadakan leh pemerintah dengan !egara lain harus mendapat persetujuan di DPR. Persetujuan DPR hanya diperlukan untuk persetujuan yang masuk kuli5ikasi sangat penting +treaty,, antara lain perjanjian yang berkaitan dengan p litik luar negeri, %erjasama ek n mi +pinjaman uang,, ke*arganegaraan, s al kehakiman. 'edangkan perjanjian yang kurang penting +agrement, tidak memerlukan persetujuan DPR, 6ukup pemberitahuan saja. -grement dalam bentuk keputusan presiden, bentuk keputusan presiden mulai dikenal sejak surat Presiden ! 2232" 4%"59,2995"4%"59 dan $3 $9 "4%" 59. Cerdasarkan surat 7ensesneg tanggal 2$#2#1995 n 2/2 "7 "'esneg" 2" 95 kepada %etua DPR perihal rati5ikasi k n:ensi "perjanjian, dinyatakan 'urat Presiden n 2223"4%"3/ merupakan dasar hukum pelaksanaan pasal 11 UUD 1945. -tas dasar surat tersebut, berarti perjanjian penting harus dalam bentuk UU atau bentuk lain yang disepakati bersama. %etentuan tersebut memberi indikasi bah*a berlakunya hukum internasi nal tidak bersi5at t matik, harus mele*ati satu pr ses persetujuan DPR dalam bentuk UU, sedangkan yang kurang penting diserahkan kepada keari5an pemerintah dalam *ujud keputusan pemerintah minimal keputusan presiden. Disinilah Pemerintah"DPR harus dapat membuat 5ilter, demi kepentingan nasi nal dan kemanusian. Untuk memberi kejelasan dan pat kan yang lebih tegas, perlu kiranya surat Presiden n 2233"4%"3/ lebih disempurnakan lagi, terutama di dalam menghadapi perubahan tata hubungan internasi nal yang semakin tak terbatas, terbuka, dan luas dengan memberi kesempatan kepada DPR untuk membahas lebih leluasa"rin6i, sehingga menjadi lebih pasti. 4al ini sangat penting untuk tetap menjaga dan mempertahankan kepastian hukum dan penegasan *e*enang yang ada. -danya % n:ensi ;ina 1939 tentang perjanjian +=ienna > n:enti an the la* 5

.reaties, dapat dipakai sebagai ped man"a6uan umum di dalam mengatur mekanisme tata hubungan antar lembaga dan mengembangkan "meningkatkan *a*asan internasi nal di kalangan para mahasis*a dan umum di dalam negeri sehingga dapat mengetahui hubungan antara hukum internasi nal dengan keputusan"kebijaksanaan yang ditempuh di dalam negeri le*at saluran#saluran yang sudah ada. 'etelah amandemen Pasal 11 UUD 1945 menyatakan hal yang sama,tetapi di beri penjelasan lebih lanjut. Dalam ayat ke dua menyatakan (Presiden dalam membuat perjanjian 0nternasi nal @ainnya menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan !egara, dan"mengharuskan perubahan atau pembentukan undang#undang harus dengan persetujuan DPR.) Dalam ayat ke tiga menyatakan (%etentuan lebih lanjut tentang perjanjian 0nternasi nal diatur dengan undang#undang.) .erlihat sangat berbeda antara Pasal 11 UUD 1945 sebelum diamandemen dan yang sudah diamandemen UU ! $9 tahun 1999 tentang hubungan internasi nal yang menyangkut perjanjian internasi nal dengan persetujuan DPR maupun tidak dengan persetujuan DPR. Dasar hukum pembuatan UU ! $9 tahun 1999 didasarkan pada pasal 5 ayat +1,, Pasal 11, Pasal 1$, dan Pasal 2/ ayat +1, Undang#Undang Dasar 1945 Perjanjian 0nternasi nal yang harus dengan persetujuan DPR dalam UU ! $9 tahun 1999 ialah perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain sesuai dengan pasal 11 UUD 1945 Perjanjian 0ntenasi nal yang tidak harus dengan persetujuan DPR dalam UU ! $9 tahun 1999 ialah ke*enangan penyelenggaraan 4ubungan @uar !egeri dan pelaksanan P litik @uar !egeri, penunjukan pejabat !egara selain 7enteri @uar !egeri, Pejabat Pemerintah, atau rang lain untuk menyelenggarakan 4ubungan @uar !egari di bidang tertentu, pembukaan dan penutupan kant r per*akilan dipl matik atau k nsuler di !egara lain atau kant r per*akilan pada rganisasi internasi nal, Pejabat !egara pemerintah, baik departemen maupun n ndepartemen, yang akan menandatangani perjanjian internasi nal yang di buat antara Pemerintah Republik 0nd nesia dengan Pemerintah negara lain, rganisasi internasi nal, atau subyek hukum internasi nal lainnya, dan Pelaksanan ke*enangan. UU ! 24 tahun 2/// tentang hubungan internasi nal yang menyangkut perjanjian internasi nal dengan persetujuan DPR maupun tidak dengan persetujuan DPR. Dasar hukum pembuatan UU R0 n .24 tahun 2/// ialah Pasal 5 ayat +1,, Pasal 11, dan Pasal 2/ Undang#Undang Dasar 1945 dan perubahannya +1999,8 Undang#Undang n mer $9 tahun 1999 tentang 4ubungan @uar !egeri

4al yang harus dengan persetujuan DPR dalam UU ini ialah penyampaian salinan setiap keputusan#keputusan Presiden yang mengesahkan suatu perjanjian internasi nal untuk die:aluasi, pertimbangan p litis yang di berikan menteri dan langkah#langkah yang diambil yang diperlukan dalam pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal, dengan berk nsultasi dengan DPR dalam hal yang menyangkut kepentingan publi6. 'edangkan hal yang tidak memerlukan persetujuan DPR dalam UU ini ialah Perjanjian yang kurang penting +agreement, tidak memerlukan persetujuan DPR, 6ukup pemberitahuan saja.

Pasal 11 UUD 1945 sebelum amandemen menyatakan, (Presiden membuat persetujuan dengan DPR untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan !egara lain.) 'edangkan setelah amandemen pasal 11 UUD 1945 menyatakan hal yang sama, tetapi diberi penjelasan lebih lanjut dalam ayat kedua dan ketiga yang masing# masing menyatakan: # Pasal 11 ayat 2 UUD 1945 menyatakan (Presiden dalam membuat perjanjian internasi nal lainnya menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan !egara, dan"atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang#undang harus dengan persetujuan DPR.) # Pasal 11 ayat $ UUD 1945 menyatakan (%etentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasi nal diatur dengan undang#undang.) Perbedaan antara Pasal 11 UUD 1945 yang belum di amandemen dan Pasal 11 UUD 1945 yang sudah di amandemen : Pasal 11 UUD 1945 yang belum di amandemen menjelaskan bah*a setiap perjanjian dengan !egara lain +perjanjian internasi nal, diperlukan persetujuan dari DPR. 'edangkan pasal 11 UUD 1945 yang sudah di amandemen menjelaskan se6ara lebih rin6i, seperti: 1. -kibat#akibat dalam pembuatan perjanjian internasi nal yang melibatkan rakyat, beban keuangan !egara, dan adanya amandemen UU yang harus dengan persetujuan DPR. 2. %etentuan perjanjian internasi nal yang lebih lanjut diatur leh UU. 'urat Presiden ! . 2223"4%"193/ yang berisi : a. Perjanjian dengan !egara lain dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu perjanjian# perjanjian penting dan perjanjian#perjanjian lainnya +agreement,. b. Pada hakikatnya pemerintahlah yang menentukan, mana perjanjian terpenting dan mana perjanjian lainnya yang berupa agreement. 7enurut surat presiden itu, perjanjian yang terpenting ialah perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 11 UUD 1945. perjanjian itu harus mendapat persetujuan dari DPR sebelum disahkan leh Presiden. Perjanjian itu mengandung s al#s al p litik yang laMim dibentuk dengan istilah traktat, sedangkan perjanjian di luar ketentuan pasal 11 UUD 1945 bentuknya agreement yang akan disampaikan kepada DPR untuk diketahui setelah disahkan leh presiden. 'urat Presiden ini masih berlaku dalam pr ses pembuatan perjanjian dengan !egara lain. UU ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan 0nternasi nal yang berisi : a. Dasar hukum pembuatan UU ! m r $9 .ahun 1999 didasarkan pada pasal Pasal 5 ayat +1,, Pasal 11, Pasal 1$, dan Pasal 2/ ayat +1, Undang#Undang Dasar 19458 Undang# Undang ! m r 1 .ahun 1922 tentang Pengesahan % n:ensi ;ina mengenai 4ubungan Dipl matik beserta Pr t k l <psi nalnya mengenai 4al 7emper leh %e*arganegaraan

+=ienna > n:enti n n Dipl mati6 Relati ns and <pti nal Pr t 6 l t the =ienna > n:enti n n Dipl mati6 Relati ns > n6erning -6?uisiti n 5 !ati nalily,, 1931 dan Pengesahan % n:ensi mengenai 4ubungan % nsuler beserta Pr t k l <psi nalnya mengenai 4al 7emper leh %e*arganegaraan +=ienna > n:enti n n > nsular Relati ns and <pti nal Pr t 6 l t the =ienna > n:enti n n > nsular Relati ns > n6erning -6?uisiti n 5 !ati nality,, 193$ +@embaran !egara Republik 0nd nesia .ahun 1922 ! m r 28 .ambahan @embaran !egara Republik 0nd nesia ! m r $211,8 Undang# undang ! m r 2 .ahun 1922 tentang Pengesahan % n:ensi 7engenai 7isi %husus +> n:enti n n 'pe6ial 7issi n,, !e* A rk, 1939 +@embaran !egara Republik 0nd nesia .ahun 1922 ! m r $8 .ambahan @embaran !egara Republik 0nd nesia ! m r $212,. b. Perjanjian 0nternasi nal yang harus dengan persetujuan DPR dalam UU ! m r $9 .ahun 1999 ialah perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain sesuai dengan Pasal 11 UUD 1945, Pembukaan dan pemutusan hubungan dipl matik atau k nsuler dengan negara lain serta masuk ke dalam atau keluar dari keangg taan rganisasi internasi nal yang ditetapkan leh Presiden harus memperhatikan pendapat De*an Per*akilan Rakyat, Pengiriman pasukan atau misi pemeliharaan perdamaian ditetapkan leh Presiden dengan memperhatikan pendapat De*an Per*akilan Rakyat. 6. Perjanjian 0nternasi nal yang tidak harus dengan persetujuan DPR dalam UU ! m r $9 .ahun 1999 ialah %e*enangan penyelenggaraan 4ubungan @uar !egeri dan pelaksanaan P litik @uar !egeri Pemerintah Republik 0nd nesia, ke*enangan penyelenggaraan 4ubungan @uar !egeri dan pelaksanaan P litik @uar !egeri, penunjukan pejabat negara selain 7enteri @uar !egeri, pejabat pemerintah, atau rang lain untuk menyelenggarakan 4ubungan @uar !egeri di bidang tertentu, Pembukaan dan penutupan kant r per*akilan dipl matik atau k nsuler di negara lain atau kant r per*akilan pada rganisasi intemasi nal, Pejabat lembaga pemerintah, baik depatemen maupun n ndepartemen, yang akan menandatangani perjanjian internasi nal yang dibuat antara Pemerintah Republik 0nd nesia dengan Pemerintah negara lain, rganisasi internasi nal, atau subyek hukum internasi nal lainnya, dan Pelaksanaan ke*enangan. UU R0 n . 24 .ahun 2///, yang berisi : a. Dasar hukum pembuatan UU R0 n 24 tahun 2/// ialah Pasal 5 -yat +1,, Pasal 11, dan Pasal 2/ Undang#Undang Dasar 1945 dan Perubahannya +1999,8 Undang#undang ! m r $9 .ahun 1999 tentang 4ubungan @uar !egeri +@embaran !egara .ahun 1999 ! m r 1538 .ambahan @embaran !egara ! m r $222,8 b. 4al yang harus dengan persetujuan DPR dalam UU ini ialah penyampaian salinan setiap keputusan keputusan presiden yang mengesahkan suatu perjanjian internasi nal untuk die:aluasi, pertimbangan p litis yang diberikan menteri dan langkah#langkah yang diambil yang diperlukan dalam pembuatan dan pengesahan perjanjian internasi nal, dengan berk nsultasi dengan De*an Per*akilan Rakyat dalam hal yang menyangkut kepentingan publik. 6. 'edangkan hal yang tidak memerlukan persetujuan DPR dalam UU ini ialah selain yang tidak tertera di atas.

Anda mungkin juga menyukai