Anda di halaman 1dari 0

25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 METODE MARSHALL
Konsep dasar dari metode campuran Marshall adalah untuk mencari nilai kadar
aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum
nilai stabilitas dan nilai flow. Persiapan untuk menguji dengan metode Marshall
memerlukan peralatan dan material sebagai berikut sebagai berikut:
Cetakan benda uji berbentuk silinder
Penumbuk dan landasan pemadat
Extractor benda uji
Alat uji Marshall
Oven
Bak perendam
Termometer
Panci / pan
Timbangan
Kompor
Aspal minyak PEN 60-70
Hot bin
Bahan tambah abu sekam dan plastik
Campuran ( mix design ) dari metode Marshall terdiri dari enam langkah. Yaitu
sebagai berikut:
26

A. Pemilihan agregat
Metode Marshall menggunakan beberapa langkah dasar dalam pemilihan agregat
untuk pembuatan mix design
Menentukan bentuk fisik agregat, dengan berbagai test untuk menentukan
sifat dasar material, seperti
o Kekerasan dan berat material
o Daya tahan dan kekuatan material
o Kebersihan material terhadap material lainnya (lumpur, dll)
o Bentuk agregat dan tekstur permukaan material
Jika syarat pada langkah sebelumnya terpenuhi, maka perlu dilaksanakan
pengujian agregat berikutnya yang meliputi
o Ukuran dan gradasi agregat
o Berat jenis dan penyerapan
Melakukan penghitungan mix design untuk mencari gradasi agregat yang
diinginkan. Gradasi agregat didapatkan dengan percobaan pencampuran
gradasi agregat yang berbeda hingga didapatkan gradasi agregat yang
diinginkan. Beberapa pertimbangan dalam proses pencampuran
o Semua sepsifikasi gradasi harus sesuai dengan persyaratan sesuai
dengan berat tertahan pada nomor saringan tertentu
o Gradasi tidak boleh terlalu mendekati 0,45 kekuatan maksimum
dari kurva gradasi agregat.


27

B. Bahan Pengikat Aspal
Metode Marshall tidak mengharuskan persyaratan khusus mengenai penggunaan
jenis aspal / binder dalam campuran aspal. biasanya kadar aspal yang digunakan
berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Namum
setelah menentukan jenis aspal yang akan dipakai, perlu dilakukan percobaan
untuk mengetahui viskositas dari aspal tersebut.
C. Pembuatan benda uji
Seperti pada metode lainnya, pengujian dengan metode Marshall menggunakan
beberapa sampel percobaan campuran aspal dengan kadar aspal yang berbeda
( biasanya dibuat tiga sampel untuk setiap campuran kadar aspal yang berbeda ).
Dengan mengevaluasi hasil dari setiap sampel percobaan, dapat disimpulkan
kadar aspal optimumnya. Agar konsep ini dapat berhasil, maka kadar aspal yang
digunakan harus berada dibawah dan diatas dari perkiraan kadar aspal optimum.
Kadar aspal optimum dapat ditentukan dengan beberapa cara berikut ini:
Perkiraan kadar aspal optimum
Metode Marshall dapat menggunakan metode apapun untuk
memperkirakan nilai kadar aspal optimumnya baik itu prosedur lokal
ataupun dari pengalaman penelitian sebelumnya.
Berdasarkan nilai perkiraan kadar optimum aspal, disiapkan sampel aspal
dengan penambahan 0,5% kadar aspal dari kadar aspal optimum.
Minimal dua sampel untuk kadar aspal dibawah kadar aspal optimum,
dan dua sampe diatas kadar aspal optimum.

28

Pemadatan dengan alat Marshall hammer
Campuran benda uji dipanaskan untuk mengantisipasi suhu pada saat
pemadatan dengan menggunakan alat Marshall. Alat Marshall adalah alat
yang mengaplikasikan tekanan pada benda uji pada sisi atas dan bawah
dengan menggunakan hammer. Berikut adalah parameter dalam
penggunaan alat Marshall:
o Ukuran benda uji, diameter = 102mm ( 4 inci ), tinggi = 64 mm
( 2,5 inci )
o Dasar penumbuk harus datar dan bulat. Diameter 98,4 mm dan
luas 76 cm
2

o Tekanan pemadatan, jarak jatuh bebas hammer adalah 457,2 mm
dengan berat 4536 gram ( 10 lb ).
o Banyaknya tumbukan, bervariasi dari 35, 50, sampai 75
tergantung pada beban jalan yang direncanakan.
o Penumbuk menumbuk bagian atas benda uji sampai jumah
tumbukan yang ditentukan. Setelah itu benda uji dibalik dan
ditumbuk kembali sesuai dengan jumlah tumbukan sebelumnya.
Penimbangan benda uji
Setelah benda uji dibuat, maka perlu dilakukan penimbangan benda uji.
Penimbangan dilakukan dengan beberapa kondisi.
o Penimbangan benda uji kering.
o Penimbangan benda uji terendam dalam air.
o Penimbangan benda uji pada saat kondisi SSD.

29

D. Stabilitas Marshall dan test kelelahan plastis ( flow test )
Nilai stabilitas dan kelelahan plastis ( flow test ) didapatkan dengan menguji
benda uji dengan menggunakan alat Marshall. Nilai stabilitas didapatkan dari
kemampuan benda uji menahan beban maksimum, dengan tingkat pembebanan
50,8 mm / menit ( 2 inci / menit ). Pada dasarnya beban akan terus bertambah
sampai benda uji tidak dapat menahan beban tersebut. Lalu dilakukan
pembacaan alat pengukur. Pada saat yang bersamaan, dilakukan pula pembacaan
nilai flow.
E. Kepadatan dan analisa pori
Semua metode mix design menggunakan kepadatan dan analisa pori untuk
menentukan karakter fisik HMA ( Hammer Marshall Apparatus ). Dua
perhitungan kepadatan yang umum digunakan adalah:
o Bulk specific gravity ( G
mb
)
o Theoretical maximum specific gravity ( G
mm
)
Nilai kepadatan tersebut digunakan untung menghitung parameter volume HMA.
Kadar pori yang dihitung adalah:
o Air voids ( Va )
o Voids in the mineral aggregate ( VMA )
o Voids filled with asphalt ( VFA )
F. Penentuan kadar aspal optimum
Kadar aspal optimum dapat ditentukan berdasarkan hasil dari kombinasi uji
stabilitas dan flow, analisa kepadatan, dan analisa pori benda uji. Kadar aspal
optimum ditentukan dengan prosedur berikut ini:

30

a. Pembuatan grafik berikut:
o Kadar aspal terhadap density ( kepadatan )
o Kadar aspal terhadap stabilitas
o Kadar aspal terhadap flow ( kelekahan plastis )
o Kadar aspal terhadap air voids ( kadar pori )
o Kadar aspal terhadap VMA
o Kadar aspal terhadap VFA
b. Menentukan kadar aspal optimum yang sesuai dengan spesifikasi rata-
rata kadar pori / air voids ( 4% ).
c. Tentukan nilai kadar optimum aspal berdasarkan pada hasil plot pada
grafik. Bandingkan hasil tersebut dengan spesifikasi yang ditentukan.
Jika hasil grafik tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi, maka harus
dilakukan pengulangan disain campuran aspal tersebut.

3.2. PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MATERIAL
Jenis pengujian pada agregat meliputi pada:
Agregat
o Pemeriksaan analisa saringan agregat halus dan kasar
o Pemeriksaan berat jenis
o Kombinasi gradasi agregat
Aspal
o Pemeriksaan titik lembek
o Pemeriksaan penetrasi terhadap aspal

31

3.3. BENDA UJI
Dalam penelitian ini benda uji yang akan digunakan adalah campuran beraspal
yang telah dipadatkan dengan bentuk silinder dengan dimensi:
o Diameter silinder ( R ) = 102 mm
o Tinggi silinder ( t ) = 64 mm

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan membuat benda uji sebanyak 2 kelompok
dengan 2 jenis bahan tambah yang berbeda. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3
bagian dengan kadar bahan tambah yang berbeda. Setelah itu dibuat sampel aspal tanpa
menggunakan bahan tambah dengan kadar aspal yang sama. Total sampel yang dibuat
dalam penelitian ini adalah 84 buah.

Tabel 3.1 Jumlah benda uji yang dibuat
Bahan tambah Kadar bahan tambah
Jumlah benda
uji
2 3 4
abu sekam 12 12 12 36
Plastik 12 12 12 36
tanpa bahan tambah - - - 12
total 84






32

3.5. BAGAN ALUR PENELITIAN


Gambar 2.5 Bagan alur penelitian




Identifikasi Masalah
Mulai
Tinjauan Pustaka
Persiapan agregat, aspal, bahan tambah benda uji

Pembuatan benda uji dengan bahan
tambah limbah abu sekam
Pengujian dengan metode marshall
Perbandingan hasil uji marshall
Kesimpulan dan saran
Selesai
Pembuatan benda uji dengan bahan
tambah limbah plastik PET

Anda mungkin juga menyukai