Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN DISKUSI KASUS KE-2 BLOK BIOETHICS AND HEALTH LAW I Corporate Social Responsibilities/CSR Perusahaan Rokok

TUTOR dr. Fibi Niken Dwi Sari

KELOMPOK 10 ANGGOTA Nafisah Putri Wyangsari Inggit Adzani Qurrotu 'Aini Aditya Utomo Dara Aisyah Rahayu A Maisa Fadillah Daulay Fathul Barry Tauhid Yuda Putra M. Rizal Akhyar Wininda Rina Rachmawati G1A012105 G1A012032 G1A012115 G1A012050 G1A012031 G1A012090 G1A012058 G1A012052 G1A012112 G1A012017

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN TAHUN 2013

A. Skenario Kasus JAKARTA, KOMPAS.com Industri rokok di Indonesia semakin gencar memanfaatkan program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibilities/CSR) untuk membangun reputasi usaha. Upaya pencitraan diri "berbungkus" CSR ini dilakukan di berbagai bidang kegiatan, mulai dari pendidikan, olahraga, konser musik, festival film, dan seni pertunjukan. Pencitraan diri ini dibarengi dengan iklan, promosi, dan sponsor rokok yang juga semakin gencar dilakukan di berbagai media luar ruang dan televisi. Sponsor lebih banyak dilakukan pada konser musik. Aktivis Lingkar Studi CSR, Jalal, Rabu (23/5/2012), mengatakan, industri rokok memanfaatkan ketidakpahaman masyarakat tentang substansi dan konsep CSR. CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari kegiatan industrinya (manajemen dampak). "Selama ini apakah kegiatan yang dilakukan perusahaan rokok dalam rangka CSR itu adalah upaya penanggulangan dampak. Industri rokok selama ini hanya memberikan bantuan untuk sektor-sektor yang membutuhkan bantuan dana," ungkap Jalal. Ia menambahkan, para ahli CSR di dunia tidak ragu untuk menyatakan bahwa industri rokok tidak bisa dianggap sebagai industri yang bertanggung jawab sosial. Promosi rokok berkedok CSR ini dibahas dalam acara diskusi publik "Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Intervensi Industri Rokok" yang diselenggarakan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Ironisnya, upaya pencitraan positif industri rokok ini justru didukung oleh orangorang yang seharusnya menjadi teladan di masyarakat. Peneliti dan legal drafter Pusat Pengkajian, Pengelolaan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, Rohani Budi Prihatin, mengatakan, di berbagai kegiatan CSR, industri rokok menggandeng pejabat negara, pejabat daerah, tokoh masyarakat, pesohor di dunia hiburan, bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden beberapa waktu lalu mengunjungi perusahaan rokok PT Putra Pacitan Indonesia Sejahtera. Di lain kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Mohammad Nuh memberikan penghargaan kepada perusahaan rokok besar di Indonesia karena dianggap memajukan pendidikan.

B. Panduan Pertanyaan 1. Apakah yang Anda ketahui tentang CSR? 2. Apakah Anda setuju penggunaan istilah kedok atau pencitraan pada kasus di atas? 3. Apakah Anda setuju dengan pendapat para ahli CSR yang menyatakan bahwa industri rokok tidak bisa dianggap sebagai industri yang bertanggung jawab sosial? Jelaskan alasan Anda! 4. Apakah Anda pernah mendengar tentang sebuah perusahaan rokok yang memberikan bantuan dana dalam bidang pendidikan? Bagaimanakah pendapat Anda tentang hal ini? 5. Jika Anda ditawari dana pendidikan untuk melanjutkan sekolah dari sebuah perusahaan rokok, apakah Anda akan menerimanya? Jelaskan alasan Anda!

C. Jawaban pertanyaan 1. Apakah yang Anda ketahui tentang CSR? The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Sankat dan Clement (2002) dalam Rudito dan Famiola (2007) mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas. Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi

Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya (UU No 40 Tahun 2007). CSR adalah suatu program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate sosial responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu, CSR mengalami pengembangan konsep secara terus-menerus. Bila awalnya kegiatan CSR lebih banyak dilandasi oleh kegiatan yang bersifat filantropi, sekarang program ini dijadikan sebagai salah satu strategi oleh perusahaan untuk meningkatkan citranya. Hal tersebut, tentu saja, turut mempengaruhi kinerja perusahaan. Meningkatnya citra perusahaan akan memiliki implikasi yang strategis bagi perusahaan itu sendiri karena reputasi yang baik merupakan salah satu keunggulan kompetitif. CSR bukan program yang dilakukan secara periodik, mengikuti tren, atau tanpa rencana. Program ini dapat membantu mencegah krisis dalam perusahaan apabila dilakukan secara sustainable dan menciptakan long-term relationship dengan komunitas suatu bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan karena kegiatan industrinya sendiri. Umumnya CSR ini dilakukan oleh perusahaan yang berbasis alam, seperti OGM (oil gas mining), perkebunan, pabrik yang menghasilkan limbah-limbah. Sebagian besar dari perusahaanperusahaan tersebut mempunyai anggaran khusus untuk CSR (Kusniadji, 2011). CSR (corporate social responsibility) dapat diartikan juga sebagai suatu keputusan strategis perusahaan untuk bertanggung-jawab atas dampak dari keputusan yang diambil dan dampak dari kegiatan bisnis yang dilakukan, dan yang dapat berkontribusi pada pencapaian keadilan sosial. Dikatakan sebagai keputusan strategis karena CSR ini harus dapat menciptakan nilai baik bagi perusahaan, masyarakat, maupun pemerintah, dalam bentuk: a. b. c. d. Keberlanjutan ekonomi. Kelestarian alam. Kesejahteraan lahir dan batin bagi individu, komunitas, dan masyakarat. Kohesi (kerukunan) masyarakat (Radyati, 2013). Terdapat beberapa jenis kegiatan CSR yang dapat dilakukan perusahaan, mulai dari yang mempunyai tingkat kerumitan rendah sampai tinggi, yakni: a. Compliance with law and regulations: melaksanakan kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berkaitan dengan industri dimana perusahaan beroperasi.

b.

Philanthropy (filantrofi): donasi, membangun infrastruktur, membangun sarana pendidikan, sarana ibadah, dll.

c.

Community

development

(pengembangan

komunitas):

membina

masyarakat untuk dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, misalnya: melalui pelatihan untuk petani, pelatihan kewirausahaan untuk kaum wanita, dll. d. Internalizing externalities (menanggung biaya atas dampak negatif yang dihasilkan), misalnya: mengolah limbah dan sampah produk yang dihasilkan, mengkompensasi carbon footprint yang dihasilkan dengan menanam dan memelihara pohon, dll. e. Holistic CSR: melakukan CSR dengan mengintegrasikannya dalam sistem manajemen perusahaan, sehingga CSR dilakukan oleh seluruh individu dalam perusahaan. f. Creating sustainable livelihood for the community: yakni menciptakan mata-pencaharian yang berkelanjutan bagi komunitas melalui penciptaan kewirausahaan sosial dan/atau community enterprise bagi masyarakat, sehingga dapat mencapai keadilan sosial. Misalnya dengan cara memampukan masyarakat membuka bisnis dan menjadikan mereka sebagai pemilik bisnis tersebut melalui koperasi (Radyati, 2013). 2. Apakah Anda setuju penggunaan istilah kedok atau pencitraan pada kasus di atas? Setuju, karena seperti pengertian-pengertian yang telah dibahas pada soal berikutnya tentang CSR intinya yaitu pembangunan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup. Pada perusahaan rokok ini ada salah satu program dari CSRnya itu adalah konser music yang menurut kami tidak berhubungan dengan pembangunan yang berkelanjutan maupun meningkatkan kualitas hidup dari komunitas lokal ataupun komunitas secara menyeluruh. Bentuk CSR perusahaan rokok (pada kasus) yang lain adalah beasiswa pendidikan dan juga sumbangan dana juga kami nilai hanya untuk menarik simpati masyarakat saja. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaannya masih ada unsur promosi dengan mencantumkan nama perusahaan rokok yang mengadakan. Hal ini akan membuat masyarakat menjadi lebih mengenal citra baik dari perusahaan rokok tersebut.

Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan, antara lain adalah tujuan dari alokasi dana oleh perusahaan rokok tersebut. Beberapa alasan yang menyatakan kontra dengan penggunaan istilah kedok atau pencritraan adalah karena setidaknya program-program yang dilaksanakan oleh perusahaan yang ada dalam kasus sudah beritikad baik dengan mengalokasikan dana demi pelaksanaan CSR. Akan tetapi, setelah ditinjau lebih jauh berdasarkan pelaksanaan di lapangan, perusahaan memang terkesan hanya menjadikan CSR sebagai label untuk menamai program mereka yang notabene lebih menguntungkan perusahaan daripada lingkungan. Hal ini tidak sesuai dengan konsep CSR yang seharusnya. Kebanyakan perusahaan juga hanya memberikan bantuan-bantuan dana biasa, bukan mengatasi dampak yang ditimbulkan dari kegiatan industri maupun produk yang dikeluarkan. Dari realita yang ada, jelas sekali jika benar bahwa CSR yang dilakukan perusahaan rokok adalah sebuah aksi pencitraan yang memang bertujuan untuk membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, menurunkan biaya operasinya, meningkatkan citra merek dan reputasinya, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, menghasilkan produktivitas dan kualitas produk yang lebih tinggi, menarik dan mempertahankan karyawan, mengakses modal, membantu memastikan keselamatan produk, serta menurunkan kewajiban legal suatu organisasi.

3. Apakah Anda setuju dengan pendapat para ahli CSR yang menyatakan bahwa industri rokok tidak bisa dianggap sebagai industri yang bertanggung jawab sosial? Jelaskan alasan Anda! Sebenarnya tidak dapat disebut tidak bertanggung jawab sosial. Perusahaan sebenarnya sudah melakukan upaya pertanggung jawaban terhadap sosial dengan melakukan program yang mereka labeli sebagai CSR. Akan tetapi, kebanyakan program yang mereka lakukan bukan tidak benar namun tidak tepat. Seharusnya program CSR adalah untuk menekan atau menghilangkan dampak negatif dari perusahaan mereka tapi program yang dilakukan tidak sama sekali menyinggung dampak tersebut. Misalnya saja, perusahaan rokok itu memproduksi rokok dimana sudah terbukti dalam riset bahwa rokok dapat meningkatkan resiko terkena kanker, seharusnya perusahaan tersebut membuat program yang berkaitan seperti membangun RS Kanker sebagai tindakan kuratif atau upaya preventif seperti aksi menanam seribu pohon.

Pendapat yang berbeda adalah perusahaan rokok ini memang pantas untuk tidak dikategorikan bertanggung jawab sosial. Hal ini didasarkan pada survei kinerja CSR per sektor oleh GlobeScan pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa dari 14 sektor yang telah disurvei, industri rokok (tobacco) berada di net rating paling rendah, yaitu -49. Sedangkan pada tahun 2011 survei kembali dilakukan dan industri rokok dinyatakan hilang dalam penilaian kinerja CSR. Selain dari penilaian kinerjanya, sebenarnya terdapat beberapa prinsip tanggung jawab sosial, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. Akuntabilitas Transparensi Perilaku Etis Penghormatan kepada Kepentingan Stakeholder Kepatuhan kepada Hukum Penghormatan kepada Norma Perilaku Internasional Penegakan HAM

Jika kita kembalikan pada setiap poit dalam prinsip ini, industri rokok sebenarnya tidak memenuhi setiap rinsip yang telah ditetapkan oleh ISO 26000 pada tahun 2010 ini. Pada kenyataanya akan muncul beberapa pertanyaan yang menyanksikan bentuk tanggung jawab sosial industri rokok ini, misalnya maukah industri rokok mendorong penyelidikan mendalam atas dampak produknya? atau apakah industri rokok bisa transparan secara clear, accurate, and complete atas dampak yang ditimbulkan produknya? ada pula yang mempertanyakan apakah industri rokok menghormati pemangku kepentingan generasi sekarang dan mendatang dalam isu kesehatan dan kemiskinan? dan seringkali juga muncul pertanyaan adakah industri rokok yang memelihara penyakit konsumennya?. Pendapat-pendapat seperti inilah yang mendukung bahwasanya industri rokok sama sekali tidak memiliki tanggung jawab sosial (Jalal, 2012) Upaya-upaya yang dilakukan oleh industri rokok dalam menyiasati pembatasan iklan, di antaranya adalah melalui program CSR. Bagaimana industri rokok dilihat dari sudut pandang CSR? Secara umum dapat dinyatakan bahwa majoritas pakar CSR tidak ragu untuk menyatakan bahwa industri rokok tidak bisa dianggap sebagai industri yang bertanggung jawab sosial. Ada setidaknya tiga indikasi yang terkait dengan pendapat tersebut. Pertama, tidak satupun indeks

socially responsible investment (SRI) yang menyertakan perusahaan rokok ke dalam portofolio investasinya. Kedua, penolakan para pakar atas keterlibatan industri rokok dalam berbagai aktivitas ilmiah yang membahas CSR. Yang paling terkenal adalah penolakan puluhan pakar terhadap ketelibatan BAT dan Philip Morris dalam forum Ethical Corporation Asia di Hong Kong (14-15 Oktober 2004). Tadinya, kedua raksasa industri rokok tersebut terdaftar sebagai sponsor emas dan juga mengirimkan eksekutif puncaknya sebagai pembicara. Namun, sebuah petisi yang ditandatangani 86 pakar CSR dan etika bisnis, membuat keikutsertaan dua perusahaan tersebut dibatalkan oleh panitia. Ketiga, berbagai survei mutakhir menunjukkan bahwa seluruh pemangku kepentingan sepakat bahwa industri rokok adalah yang paling rendah kinerja CSR-nya. Artinya, telah terjadi kesepakatan global para pemangku kepentingan bahwa industri rokok memang tidak bisa dipandang bertanggung jawab.

4. Apakah Anda pernah mendengar tentang sebuah perusahaan rokok yang memberikan bantuan dana dalam bidang pendidikan? Bagaimanakah pendapat Anda tentang hal ini? Pemberian beasiswa ini dirasa bagus dan setuju, tetapi kemasannya yang seperti promosi inilah yang tidak setuju. Boleh saja perusahaan rokok tersebut memberikan beasiswa kepada seseorang, tetapi tidak mencantumkan nama perusahaan rokok yang berkaitan dan juga penerima beasiswa ini tidak mengetahui bahwa beasiswa tersebut dari perusahaan rokok. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara mengkemas beasiswa ini sehingga beasiswa tersebut misal menjadi atas nama lembaga pendidikan tertentu. Pendapat lain yang sama tentang bantuan dana dari perusahaan rokok yang dialokasikan dalam bidang pendidikan misalnya seperti program beasiswa atau pelatihan-pelatihan tertentu tersebut adalah sah-sah saja karena kebanyakan dari program tersebut memang tepat sasaran. Mungkin ini akan bertentangan dengan idealisme yang tertanam bahwa sesungguhnya rokok adalah hal yang merugikan dan apapun yang berkaitan dengannya juga bersifat demikian. Akan tetapi, jika dilihat dalam realita kehidupan di negara ini, program bantuan dana pendidikan justru dapat membantu orang-orang yang membutuhkan. Dengan

bantuan dana pendidikan tersebut setidaknya dapat memberi kesempatan bagi mereka yang belum terjamah oleh bantuan dana pendidikan diluar dana yang dialokasikan perusahaan rokok sehingga dapat mengenyam pendidikan dan nantinya berdampak baik pada meningkatnya taraf pendidikan di Indonesia.

5. Jika Anda ditawari dana pendidikan untuk melanjutkan sekolah dari sebuah perusahaan rokok, apakah Anda akan menerimanya? Jelaskan alasan Anda! Beberapa orang yang berpendapat akan menerima beasiswa dari perusahaan rokok karena kita tidak bisa mengelak dari kebutuhan kita akan pendidikan. Namun ada beberapa pertimbangan yang dipakai adalah seperti apakah dengan beasiswa itu akan mengikut sebuah kontrak dimana kontrak tersebut mengikat dan lebih terkesan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan atau program study apa yang diharuskan oleh perusahaan untuk di ikuti. pada dasarnya kami tidak menyatakan kontra dengan program beasiswaini, karena saya juga tidak memungkiri bahwa program bantuan dana seperti ini sangat membantu bagi beberapa kalangan yang untuk mengakses pendidikan. Terlebih untuk jenjang perguruan tinggi yang sudah menjadi rahasia umum jika diperlukan dukungan materi yang tidak dapat dikatakan sedikit, program ini tentunya dapat menjadi alternatif bagi mereka yang belum terjamah program beasiswa lain. Terlepas dari beban moral jika dengan menerima beasiswa itu berarti dapat dikatakan dengan mendukung budaya merokok, bantuan dana ini cukup membantu dalam pembanguan nasional dari segi pendidikan. Karena

sesungguhnya, merokok atau tidak merokok adalah sebuah pilihan seseorang dan mendapat beasiswa dari perusahaan rokok bukan berarti kita menjadi perokok atau menjadi penjaja rokok. Selain keterikatan, kita juga harus

mempertimbangkan mengenai izin dari orang tau, benefits dan harms-nya, serta apakah ada syarat-syarat yang hanya menguntungkan salah satu pihak. Jika kita melihat kasus ini dari aspek agama, jelas kita akan menolak dengan pemahaman bahwasanya hal-hal seperti ini merupakan sesuatu yang tidak berkah dan akan berpengaruh pada keberlanjutan hidup kita. Selain itu, kita akan menjadi golongan yang ikut serta dan berperan dalam menghancurkan generasi bangsa ini. Sesuatu yang tidak baik akan berdampak yang tidak baik pula dalam keberlangsungan hidup kita.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarini, N. S. B., 2010. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM EKONOMI DI ERA GLOBALISASI. Jurnal Dinamika Hukum, 10(3), pp. 308-318. Jalal. 2012. Disampaiakan dalam diskusi "Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Intervensi Industri Rokok". Jakarta: Jalal Lingkar Studi CSR. Available at: http://csrindonesia.com/data/articles/20120523103630-a.pdf (Diakses tanggal 1 Juli 2013) Kusniadji, Suherman. 2011. MENGKOMUNIKASIKAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY UNTUK MENINGKATKAN CITRA PERUSAHAAN. Jakarta : Universitas Tarumanagara Radyati, Maria R. N., 2013. Frequently Asked Questions (FAQ) CSR di Indonesia. Jakarta: Universitas Trisakti; available at: http://mmcsrusakti.org/node/943 (Diakses tanggal 1 Juli 2012) Rahardian, D. 2011. Simple Idea for This Complicated World CSR Perusahaan Rokok Indonesia. Available at http://rahadiandimas.staff.uns.ac.id/?p=755 (Diakses tanggal 1 Juli 2013) Rudito, B. & Famiola, M., 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. 1st ed. s.l.:Rekayasa Bisnis.

Ruhliana, Ujan., 2012. Membangun CSR Berbasis Masyarakat. Lampung; available at: http://djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/1/Membangun-CSR-BerbasisMasyarakat/ (Diakses tanggal 1 juli 2013)

Anda mungkin juga menyukai

  • IK Alat PDF
    IK Alat PDF
    Dokumen27 halaman
    IK Alat PDF
    Agus Be Pe
    Belum ada peringkat
  • HT 1
    HT 1
    Dokumen8 halaman
    HT 1
    Jenny Sim
    Belum ada peringkat
  • Protokol Protein
    Protokol Protein
    Dokumen1 halaman
    Protokol Protein
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Undang Undang Izin PLTN Sebagian Saja
    Undang Undang Izin PLTN Sebagian Saja
    Dokumen1 halaman
    Undang Undang Izin PLTN Sebagian Saja
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Data Pengamatan Osiloskop
    Data Pengamatan Osiloskop
    Dokumen1 halaman
    Data Pengamatan Osiloskop
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Newton Rapson Dan Tugas
    Newton Rapson Dan Tugas
    Dokumen8 halaman
    Newton Rapson Dan Tugas
    Gyan Prameswara
    Belum ada peringkat
  • Matlab Gyan Anwar Zulhajji
    Matlab Gyan Anwar Zulhajji
    Dokumen5 halaman
    Matlab Gyan Anwar Zulhajji
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pimpin
    Pimpin
    Dokumen2 halaman
    Pimpin
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • HT 1
    HT 1
    Dokumen8 halaman
    HT 1
    Jenny Sim
    Belum ada peringkat
  • Pimpin
    Pimpin
    Dokumen2 halaman
    Pimpin
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pimpin
    Pimpin
    Dokumen2 halaman
    Pimpin
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pompa
    Pompa
    Dokumen4 halaman
    Pompa
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Kompleks o Metri
    Kompleks o Metri
    Dokumen1 halaman
    Kompleks o Metri
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pompa
    Pompa
    Dokumen1 halaman
    Pompa
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Neraca Asam Nitrat
    Neraca Asam Nitrat
    Dokumen3 halaman
    Neraca Asam Nitrat
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Leaching Print
    Leaching Print
    Dokumen4 halaman
    Leaching Print
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Asas Bernoulli
    Asas Bernoulli
    Dokumen1 halaman
    Asas Bernoulli
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pompa
    Pompa
    Dokumen1 halaman
    Pompa
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • PBL 1 Chem II Fixed
    PBL 1 Chem II Fixed
    Dokumen27 halaman
    PBL 1 Chem II Fixed
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Laporan DK 2 Chem II 2012 Fixed
    Laporan DK 2 Chem II 2012 Fixed
    Dokumen21 halaman
    Laporan DK 2 Chem II 2012 Fixed
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Presentasi OTK Teori
    Presentasi OTK Teori
    Dokumen33 halaman
    Presentasi OTK Teori
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Flokulasi
    Flokulasi
    Dokumen6 halaman
    Flokulasi
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Asas Bernoulli
    Asas Bernoulli
    Dokumen1 halaman
    Asas Bernoulli
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • PBL 1 Chem II Fixed
    PBL 1 Chem II Fixed
    Dokumen27 halaman
    PBL 1 Chem II Fixed
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Zulhajji Lubis
    Zulhajji Lubis
    Dokumen23 halaman
    Zulhajji Lubis
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • PH METER
    PH METER
    Dokumen2 halaman
    PH METER
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • 04 Spektroskopi UV-Vis 1
    04 Spektroskopi UV-Vis 1
    Dokumen24 halaman
    04 Spektroskopi UV-Vis 1
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat