Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING KE-1 BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II Malaria

KELOMPOK 2 TUTOR dr. R. Busono Boenjamin ANGGOTA Gilang Rara Amrullah Irma Nuraeni Hidayat Raditya Bagas Wicaksono Ageng Bella Dinata Fachrurozi Irsyad Jatmiko Edy Nugroho Brahma Putra J. Dhea Danni Agisty Setya Aji Priyatna Mulia Sari Tri Ujiana Sejati G1A011004 G1A011005 G1A011006 G1A011041 G1A011042 G1A011043 G1A011077 G1A011078 G1A011079 G1A011112 G1A011113

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN UMUM 2012

A. KASUS : Info 1. Seorang wanita, 26 tahun dirujuk dari Puskesmas ke IGD RS Kabupaten karena penurunan kesadaran 2 hari yang lalu, penderita melahirkan bayi kurang bulan dengan berat badan bayi kurang, dan sebelumnya 3 hari terakhir penderita mengeluh mengigil, panas dan berkeringat.

Info 2. Di sekitar tempat tinggal penderita, ternyata ditemukan banyak penduduk dengan keluhan yang sama. Daerah tempat tinggal penderita dan penduduk tersebut, banyak terdapat tambak udang dan sudah laam tidak terpakai.

Info 3. Dua bulan yang lalu ada warga baru pulang dari Kalimantan karena sakit mengigil, panas, dan berkeringat sering kambuh.

B. BATASAN PERMASALAHAN 1. Apa saja tingkatan-tingkatan penurunan kesadaran? 2. Apa yang dimaksud panas (demam) dan bagaimana mekanismenya, apa saja kriterianya? 3. Apa itu malaria ? 4. Apa itu nyamuk anophlese ? 5. Apa itu plasmodium? 6. Bagaimana pencegahan dan pengendalian nyamuk Anopheles terkait kasus diatas? 7. Bagaimana cara menanggulangi wabah penyakit infeksius seperti malaria?

C. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Bayi kurang bulan Bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (Retnoningrum, 2006). 2. Bayi berat badan kurang Berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram (Retnoningrum, 2006). 3. Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C (100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F) (Davey, 2005). Demam disebut juga sebagai reaksi pertarungan antara antigen dan antibody.

4. Mengigil Menggigil adalah aktivitas otot involunter dan berulang-ulang untuk menambah produksi panas. Menggigil (Shivering) terjadi bila suhu di region pra optik hipotalamus lebih rendah dari suhu permukaan (Iyan Darmawan, 2009) 5. Panas Panas adalah sensasi dari peningkatan temperature, menyebabkan / penyebab lebih panas. (medical dictionary) 6. Berkeringat Berkeringat adalah produksi cairan yang terutama terdiri dari air serta padatan terlarut berbagai (terutama klorida), yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat pada kulit mamalia. (Kittle, 1980) 7. Penurunan Kesadaran Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal/ mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. (Padmosantjojo, 2000).

BRAINSTORMING 1. Apa saja tingkatan-tingkatan penurunan kesadaran? Tingkatan kesadaran dapat dikategorikan menjadi lima (Setiyohadi, 2009) yaitu : a. Compos mentis, pasien sadar sepenuhnya terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya dan dapat berkomunikasi serta merespons dengan baik b. Apatis, pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya c. Delirium, pasien mengalami penurunan kesadaran yang diikuti dengan gangguan motorik serta siklus sirkadian d. Semi-koma, pasien mengalami penurunan kesadaran dimana tidak ditemukan respons terhadap rangsangan verbal dan tidak dapat dibangunkan namun masih memiliki refleks kornea dan refleks pupil e. Koma, pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam dimana tidak ada gerakan spontan maupun respons terhadap rangsangan apapun (salah satunya nyeri).

2. Apa yang dimaksud panas (demam) dan bagaimana mekanismenya, apa saja kriterianya? Demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi perlawanan yang berguna dari tubuh terhadap infeksi atau penyakit. Pada suhu diatas 37C
o

limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41C,
o

terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002). Demam disebabkan oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi. Banyak hasil pemecahan protein dan zat-zat tertentu seperti toksin lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri yang dapat menyebabkan titik setel termostat hipotalamus meningkat. Zat yang menyebabkan efek ini

dinamakan pirogen. (Guyton, 2008) Banyak agen yang menghasilkan demam pada manusia yang telah terbukti merangsang produksi pirogen endogen oleh leukosit-leukosit manusia in vitro.Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit mononuklearmonosit, makrofag jaringan, atau sel Kupffer-membuat pirogen endogen. (EP=endogenous pyrogen) adalah suatu protein kecil (berat molekul 20.000) yang mirip interleukin 1, yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. Pirogen endogen telah diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel Kupffer, makrofag alveoli dan sinovium. Pirogen endogen menginduksi demam melalui pengaruh pada area preoptik di hipotalamus anterior. (Juliana, 2008) Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama demam dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat perantara kimiawi lokal yang bekerja langsung di hipotalamus. Hipotalamus kemudian mempertahankan suhu di titik patokan baru bukan di suhu tubuh yang normal. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas(Sherwood, 2001).

Mekanisme terjadinya demam : Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk

memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentaratentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin

dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam. (Sheerwood, 2001)

Beberapa tipe jenis demam yang sering dijumpai : 1. Demam Septik Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. 2. Demam Remiten Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. 3. Demam Intermiten

Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana. 4. Demam Kontinyu Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. 5. Demam Siklik Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.(Nelwan, 2007)

3. Apa yang dimaksud malaria ?

Infeksi penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Gejala dan tanda penyakit malaria :

Khusus Plasmodium falcifarum, ada beberapa penyakit lain penyerta malaria, antara lain sebagai berikut: a) Malaria otak/ malaria selebral penyebab kematian tertinggi (80%), menyerang otak meningitis, epilepsy, intoksikasi, sengat panas. b) Anemia berat menurunnya HT secara mendadak < 1,5% atau kadar Hb < 5 g% c) Gagal ginjal kelainan urine output <400 ml/24 jam pd org dewasa d) Edema paru e) Hipoglikemia turunnya konsentrasi gula darah <40 mg/dl f) Syok/ gangguan sirkulasi darah tekanan darah <50 mmHg pd dewasa, <70mmHg pada anak2 g) DIC (disseminated intravascular coagulation) pendarahan abnormal dan spontan dr gusi h) Hemoglobinuria warna urin kehitam2an

Gejala malaria secara umum sendiri yaitu ditandai dengan terjadinya trias malaria. Terjadinya Trias Malaria yaitu : 1. Periode dingin, Mulai menggigil dan temperatur tubuh meningkat, 2. Periode panas, Muka merah, nadi cepat, temperatur tubuh tetap tinggi, 3. Periode berkeringat Berkeringat banyak dan suhu tubuh turun, Pada tahap awal, 10 sampai 15 hari setelah tertularserangan malaria muncul

46 jam disertai: a) menggigil b) demam tinggi c) berkeringat d) sakit kepala e) tubuh terasa sakit f) g) batuk kering muntah dan anemia Serangan bisa terjadi setiap hari atau setiap 3 hari. Gejala & pola malaria juga bisa dibagi berdasarkan jenis malaria yang diantaranya : 1. Malaria Vivax dan Ovale
Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu, akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.

2. Malaria Falciparum Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita tampak lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak enak badan dan mengalami demam ringan. 3. Malaria Malariae serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Serangannya

Suatu

menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam

4. Apa yang dimaksud dengan nyamuk anopheles ? Nyamuk Anopheles spadalah nyamuk vektorpenyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamukAnopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria. Posisi di dalam sistem klasifikasi (klasifikasi ilmiah) adalah: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Diptera Superfamily : Culicoidea Family : Culicidae Subfamily : Anophelinae Genus : Anopheles (Meigen, 1818)

A. Morfologi nyamuk Anopheles aconitus Anopheles aconitus dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya. Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2.000-2.500 meter. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman, dan kaki gunung. Biasanya nyamuk Anopheles betina menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukanya.

Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan malaria ke daerah nonendemis. Umur nyamuk Anopheles dewasa di alam bebas belum banyak diketahui, tatapi di laboratorium dapat mencapai 3-5 minggu. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina di atas permukaan air akan menetas menjadi larva, mengalami penlotion upasan kulit (sebanyak empat kali), lalu tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (sejak telur sampai menjadi bentuk dewasa) bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara (Gunawan, 2000).

B. Siklus hidup nyamuk Anopheles aconitus Nyamuk Anopheles aconitus mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) dari telur, larva (jentik), pupa, hingga imago (dewasa). Setelah satu atau dua hari telur berada di dalam air maka telur akan menetas dan

keluarlah jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat 9 kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta spesies nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong akan dibentuk alat-alat tubuh nyamuk dewasa serta alat kelamin untuk penentuan jenisnya. Tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya di darat atau udara. Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48 jam dari saat keluarnya dari kepompong (Nugroho,2000).

5. Apa itu plasmodium sp. ? Parasit adalah suatu istilah yang diberikan kepada mahluk hidup baik tumbuhan atau binatang yang menumpang pada mahluk hidup lain (induk semang) dan dalam kehidupannya merugikan induk semangnya tersebut.

Untuk hidup dan berkembang biak parasit ini mengambil makanan daridalam tubuh induk semangnya, sehingga induk semangnya mengalami gangguan bahkan bisa menimbulkan kematian. Plasmodium yang dikenal sebagai penyebab penyakit (agent) malaria adalah binatang bersel satu (protozoa) yang termasuk genus Plasmodia, famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae. Dalam tubuh manusia, untuk kelangsungan hidupnya plasmodium memakan sel darah merah (sdm) tempat ia hidup sehingga induk semangnya (penderita) mengalami anemia dan gangguan lainnya. Plasmodium sebagai parasit malaria baru ditemukan pada abad ke 19, ketika Laveran melihat bentuk pisang dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian diketahui oleh Ross pada tahun 1897 bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di rawa-rawa. Spesies plasmodium Secara keseluruhan plasmodium terdiri dari 12 sub genera. Dari kedua belas sub genera tersebut, hanya tiga sub genera yang menjadi parasit pada mamalia termasuk manusia yaitu sub genera Plasmodium, sub genera Laverinia, dan sub genera Vinckeria. Lima sub genera menjadi parasit pada reptilia dan empat sub genera lagi hidup pada burung (aves). Yang menjadi parasit pada manusia yaitu sub genera Plasmodium terdiri dari spesies Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Sub genera Laverinia terdiri dari spesies Plasmodium falsifarum. Sedangkan dari sub genera Vinckeria terdiri dari spesies Plasmodium reichenowi, Plasmodium schwetzi, dan Plasmodium rhodaini tidak menjadi parasit pada manusia tapi pada mamalia lain. Di Indonesia sendiri, spesies plasmodium yang hidup pada manusia yang dominan adalah Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax. Sedangkan Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae biasanya ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur. (Arda, 2009)

Jelaskan siklus hidup Plasmodium sp.!

Setelah nyamuk Anopheles menggigit penderita, sporozoit akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan mengalami berbagai siklus berikut (Isselbacher et al., 1999) a. Siklus Ekso-Eritrositik (Hepatik) Sporozoit dari sirkulasi darah memasuki hepar dan menginfeksi sel-sel hepar untuk kemudian berkembang menjadi skizont. Skizont ini kemudian akan melepaskan merozoit ke dalam sirkulasi darah kembali. b. Siklus Eritrositik Merozoit dari skizont sel hepar akan menginfeksi sel darah merah (eritrosit), dimana kemudian akan membentuk skizont baru dan melepaskan merozoit lebih banyak. Pada saat terjadi lisis eritrosit, pasien akan merasakan nyeri dan gejala malaria. Merozoit ini akan berkembang, sebagian menjadi gametosit jantan dan sebagian menjadi gametosit betina. c. Penghisapan darah oleh nyamuk Anopheles Pada tahapan ini, gametosit masuk kedalam nyamuk dan dicerna oleh nyamuk betina ketika ia sedang menghisap darah pasien.

d. Siklus Sporogonik Gametosit yang memasuki usus nyamuk kemudian berkembang menjadi gamet dan berlanjut menjadi zigot ookinet ookista yang menyebabkan produksi sporozoit sebagai fase infektif. e. Penghisapan darah oleh nyamuk Anopheles Saat nyamuk menghisap darah pasien, sporozoit akan masuk kedalam sirkulasi darah untuk kemudian berlanjut ke siklus ekso-eritrositik (hepatik) yang dijelaskan di awal, sehingga disebut sebagai siklus penularan malaria.

NAMA

MALARIA YG DITIMBULKAN

EPIDEMIOLOGI

PROGNOSIS

Plasmodium vivax

Malaria

vivaks,

atau Daerah

subtropics, Tidak

menye

babkan Tanpa serangan

malaria tertiana Hospes manusia Hospes Anopheles betina

daerah dingin (Rusia), kematian. perantara: dan di daerah tropis pengobatan (Indonesia), definitif: di

umumnya blangsung 2bln- 3 thn dgn

endemic,

frekuensi yg tertinggi. Daerah tropic maupun Tanpa pengobatan, infeksi rendah subtropik, tapi bisa berlangsung 30-50 frekuensi penyakitnya di tahun. Indonesia redah. cenderung

Plasmodium malariae

Malaria quartana

Plasmodium ovale

Malaria ovale

Daerah

tropic Afrika Ringan,

dapat

sembuh

barat, pasifik barat. Di tanpa pengobatan Indonesia ditemukan di P. Owi, selatan Biak Irian Jaya dan di P. Timor, tp jumlah sedikit

Plasmodium falcifarum

Malaria falcifarum

Daerah tropic, utamanya Tergantung penyakit yang di afrika dan asia ditimbulkan. Merupakan

tenggara. Di Indonesia spesies paling berbahaya tersebar kepulauan di seluruh krn penyakit yang

ditimbulkannya bisa jadi berat.

Sumber: Parasitologi FK UI, edisi Ketiga, 1998, IPD FK UI, 200

Faktor- Faktor yang mempengaruhi malaria Beberapa faktor penyebab malaria, antara lain:

1. FAKTOR LINGKUNGAN A. Lingkungan Fisik Suhu o Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam tubuh nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20-30 0C Kelembaban o Kelembaban tidak berpengaruh langsung terhadap parasit, namun cukup berpengaruh terhadap nyamuknya. Kelembaban optimum untuk hidup nyamuk berkisar antara 60-90%. Kelembaban yang lebih rendah dari 60% akan memperpendek hidup nyamuk, sedangkan kelembaban yang tinggi akan membuat nyamuk lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan penyakit malaria. Hujan o Pada umumnya, hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk anopheles. Ketinggian o Secara umum kejadian penyebaran malaria akan berkurang pada

ketinggian 2000 m dpl karena terjadi penurunan suhu. Akan tetapi, hal ini bisa berubah akibat pemanasan global karena adanya kenaikan suhu pada ketinggian tertentu. Angin o Kecepatan dan arah angin dapat mampengaruhi arah dan jarak terbang nyamuk. Normalnya, nyamuk hanya bisa terbang sampai 100 m saja. Akan tetapi, dengan kecepatan angin yang tinggi nyamuk dapat terbawa hingga ke jarak yang jauh sehingga memperluas penyebaran malaria. Sinar Matahari o Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbedabeda. Nyamuk An. sundaicus lebih menyukai tempat yang teduh, ada pula spesies nyamuk yang lebih menyukai tempat yang terang. Arus Air o Seperti halnya sinar matahari, beberapa spesies nyamuk ada yang menyukai tempat perindukan dengan air yang statis/mengalir lambat (An. barbirostris). An. minimus menyukai aliran air yang deras, sedangkan An. letifer menyukai air tergenang. Kadar Garam o An. sundaicus kebanyakan tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18% dan sulit berkembang pada keadaan kadar garam lebih dari 40%. Lingkungan Biologis Tanaman-tanaman seperti bakau, lumut, ganggang, dan berbagai tanaman lain dapat mempengaruhi kehidupan larva spesies nyamuk tertentu karena tanamantanaman ini melnghalangi cahaya matahari masuk ke dalam air yang terdapat larva nyamuk di dalamnya. Adanya ikan-ikan pemangsa nyamuk juga akan mempengaruhi jumlah populasi nyamuk. Selain itu, peningkatan populasi hewan ternak yang kandangnya tidak jauh dari pemukiman penduduk juga akan mempengaruhi persebaran malaria karena nyamuk Anopheles akan lebih

memilih untuk menggigit hewan-hewan ternak tersebut. B. Lingkungan Sosial Budaya Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan nyamuk menggigit. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk mencegah malaria dengan berbagai cara. Beberapa aktivitas manusia seperti peperangan dan perpindahan penduduk melalui pariwisata misalnya, akan meningkatkan kejadian penyakit malaria, terutama kasus malaria yang diimpor.

2. FAKTOR PENYEBAB DARI SOSIAL Hubungan antara status gizi dengan kejadian penyakit malaria lebih mengarah kepada sistem imun seseorang. Orang dengan status gizi baik tentunya memiliki sistem imun yang baik sehingga sulit bagi plasmodium untuk berkembang dalam tubuh orang tersebut. Jika orang dengan status gizi baik terkena penyakit malaria, maka dengan sistem imun yang baik tubuh orang tersebut akan lebih mudah menyembuhkan penyakit malaria tersebut

Keadaan social atau lebih dikenal Social Determinants of Health merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi derajat kesehatan suatu masyarakat.

Salah satu bagian dari Social Determinants of Health yang paling berpengaruh di kasus ini adalah Faktor Social Gradient.

Social gradient , warga yang miskin lebih banyak yg sakit, disebabkan: 1) Social mobility kurang : pergerakan kelas social kurang (tdk bs merubah nasib) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan diatas kelas sosialnya. 2) Social protection kurang Dua hal diatas menyebabkan terjadinya kesenjangan social antara yang miskin dan kaya

6.

Bagaimana pencegahan dan pengendalian nyamuk Anopheles terkait kasus diatas? Berdasarkan kasus, didapatkan tambak udang yang terbengkalai dan tidak terpakai.Rupanya, tambak udang tersebut dapat menjadi habitat bagi nyamuk serta menjadi tempat untuk bertelur dan menjadi tempat pertumbuhan larva nyamuk. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan tambak tersebut untuk kegiatan budidaya perikanan agar larva nyamuk dikonsumsi oleh ikan / udang yang menempati tambak tersebut. Namun jika tambak tersebut memang tidak dipakai lagi, akan lebih baik untuk mengubur tambak tersebut agar tidak digenangi air dan menjadi habitat nyamuk.

PengendalianVektorPenyakit PeraturanMentri No.374 tahun 2010 mendefinisi kan bahwa pengendalian vector merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vector serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vector sehingga penularan penyakit yang dibawa oleh vector dapat di cegah (MENKES,2010). Pengendalian vector dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotic kimiawi, baik terhadap vector maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternative.Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkat kan risiko kejadian penyakit tular vektor. Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non imun kedaerahen demis. Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia antara

lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaansebaranvektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vector terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistic maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor. Dalarn pengendalian vekto rtidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi ke satu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vector dapat mencapai hasil yang baik.Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Ada beberapa cara pengendalian vector penyakityaitu :

1. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) Mengingat keberadaan vector dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sector dan program. Pengendalian vector dilakukan dengan memakai metode pengendalian vector terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya. a. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah i. Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian. ii. Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vektor.

iii. Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan. Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vector menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian penyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga.

b. Prinsip-prinsip PVT meliputi: i. Pengendalian vector harus berdasarkan data tentang bioekologi vector setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik lokal. ii. Pengendalian vector dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sector dan program terkait, LSM, Organisasiprofesi, duniausaha /swastasertamasyarakat. iii. Pengendalian vector dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metoda non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana iv. Pertimbangan vector harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. c. Beberapa metode pengendalian vector sebagai berikut: i. Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vector secara fisik dan mekanik.Contohnya adalah modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penen manbakau, pengeringan, pengalihan/ drainase, dll), pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk cattle barrier, pemasangan kawat.

ii.

Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotik. Contohnya predator pemakanjentik (ikan, mina padi,dll), bakteri, virus, fungi, manipulasi gen ( penggunaan jantan mandul,dll).

iii.

Metode pengendalian secara kimia. Contohnya surface spray (IRS), kelambu berinsektisida, larvasida. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut : a. Pengendalian vector harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vector tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan. b.Pengendalian vector tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup. (Nurmaini, 2001)

2. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama 3. Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat dilakukan sementara. a. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement) b. Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) yaitu dengan modifikasi/manipulasi lingkungan c. Pengendalian secara biologis (biological control) yaitu dengan memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi d. Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) yaitu dengan karantina e. Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control) (Afrizal, 2010).

7. Bagaimana cara menanggulangi wabah penyakit infeksius seperti malaria? Selain melakukan pengendalian dan pengawasan dari segi sosio-kultural, kita juga perlu memerhatikan kondisi dari masing-masing host (dalam hal ini manusia).Salah satu yang sangat penting untuk diperhatikan adalah asupan nutrisi dan status gizi dari masyarakat.Oleh karena itulah, pemerintah dan tenaga kesehatan (termasuk dokter) perlu memberikan edukasi dan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga asupan nutrisi, memerhatikan suplai logistik hingga daerah terpencil, serta bisa dilakukan follow-up memberikan multivitamin apabila diperlukan bagi masyarakat kurang mampu. Berikut Pengobatan dan Pencegahan Malaria a. Primer : Mencegah gigitan nyamuk dengan : Mengenakan pakaian yang benar-benar tertutup mulai dari tangan, kaki, kepala, dan leher (celana panjang dan baju lengan panjang, serta penutup kepala). Menggunakan obat nyamuk bakar dan ramuan antiserangga seperti serai, minyak neem (nimba), atau daun kemangi . Ramuan antiserangga terutama penting untuk anak-anak karena dapat mencegah gigitan nyamuk, meski tindakan pencegahan lainnya tidak dilakukan. Memasang kawat kasa nyamuk pada jendela dan pintu. Menggunakan kelambu yang sudah diberi insektisida untuk mencegah gigitan nyamuk ketika sedang tidur. Menyelipkan ujung kelambu ke bawah tempat tidur atau kasur sehingga tidak ada celah . Agar efektif, pemberian insektisida pada gucysdkelambu harus diulang setiap 6 sampai 12 bulan. Memberantas tempat perkembangbiakan dan tempat peristirahatan nyamuk, antara lain dengan menutup sumber-sumber air rumah tangga

atau komunitas seperti tong-tong air dan tangki air . Membuat saluran pembuangan yang baik pada keran-keran, sumur-sumur, dan saluran air permukaan. Pemberian obat anti malaria, antara lain : Skizontosida jaringan primer : membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit. Obat tersebut digunakan sebagai profilaksis kausal. Contoh : proguanil dan pirimetamin. Sporontosida : berfungsi mencegah transmisi penyakit malaria dengan cara mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Contoh : primakuin dan progunil.

b. Sekunder : Dengan pemberian obat-obatan, berupa : Skizontosida darah : membasmi parasit stadium eritrosit serta

membunuh bentuk-bentuk eritrosit seksual P.vivax, P.ovale, dan P.malariae, akan tetapi tidak efektif terhadap gametosit P.falciparum. Obat tersebut dapat mencapai penyembuhan klinis supresif bagi ke empat spesies Plasmodium. Contoh : Yang ampuh : kina, klorokuin, dan amodiakuin Efeknya terbatas : proguanil dan pirimetadin Gametositosida : menghancurkan seluruh bentuk seksual, termasuk stadium gametosit P.falciparum. Selain itu, juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit mlaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa di antara obat jenis tersebut bersifat sporontosida. Contoh : Primakuin : untuk ke empat jenis Plasmodium.

Kina, klorokuin, amodiakuin : untuk P.vivax, P.ovale, dan P.malariae. c. Tersier : Skizontosida jaringan sekunder : membasmi parasit daur eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P.vivax dan P.ovale serta dapat digunakan sebagai obat anti relaps. Contoh : primakuin (Notoatmodjo, 2003).

DAFTAR PUSTAKA Afrizal, D. 2010. Available at : http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalahpengendalian-vektor-penyakit.html diaksespadatanggal23 Mei 2012. Davey, Patrick. 2005. Medicine at a Glance. Jakarta: Erlangga. Dinata, Arda.2009.Mengenal Plasmodium Sebagai Parasit Malaria.Semarang. available at : http://arda.students-blog.undip.ac.id/2009/10/18/mengenalplasmodium-sebagai-parasit-malaria/ Gandahusada, Srisasi dkk. 2003. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga (dengan perbaikan). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Gunawan S.2000. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.Jakarta: EGC; Hal: 1-15. Isselbacher, Kurt J. dkk. 1995. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13, Volume 2. Jakarta: EGC. Iyan Darmawan, 2009. Efek Asering (acetated Ringers solution) dalam mempertahankan suhu tubuh inti dari pasien bedah. Available at : http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=107&lang=id. diakses 24 Mei 2012 Kittel, C. Kroemer, H. (1980). Thermal Physics, second edition, W.H. Freeman, San Francisco, ISBN 0-7167-1088-9, p. 227. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rieneka Cipta Nugroho A & Tumewu WM. 2000. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.Jakarta: EGC,; Hal: 38-52.

Nurmaini.2001. Identifikasi Vektor dan Binatang Pengganggu Serta Pengendalian Anopheles Aconitus Secara Sederhana. Medan: Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU. Available at :http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmnurmaini.pdf (diakses tanggal 22 Mei 2012). Padmosantjojo. 2000. Keperawatan Bedah Saraf. Jakarta : Bagian Bedah Saraf FKUI. PeraturanMentriRepublik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010. tentang : PengendalianVektor. available at : http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf.diakses tanggal 23 Mei 2012. Retnoningrum, Dwi. 2006. Gingivitis pada Ibu Hamil Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan di RS. dr. Kariadi Semarang. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Soedarto. 2010. Handbook of Medical Parasitology. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sudoyo, Aaru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai

  • HT 1
    HT 1
    Dokumen8 halaman
    HT 1
    Jenny Sim
    Belum ada peringkat
  • Protokol Protein
    Protokol Protein
    Dokumen1 halaman
    Protokol Protein
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Undang Undang Izin PLTN Sebagian Saja
    Undang Undang Izin PLTN Sebagian Saja
    Dokumen1 halaman
    Undang Undang Izin PLTN Sebagian Saja
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • IK Alat PDF
    IK Alat PDF
    Dokumen27 halaman
    IK Alat PDF
    Agus Be Pe
    Belum ada peringkat
  • Matlab Gyan Anwar Zulhajji
    Matlab Gyan Anwar Zulhajji
    Dokumen5 halaman
    Matlab Gyan Anwar Zulhajji
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pimpin
    Pimpin
    Dokumen2 halaman
    Pimpin
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • MENGUKUR TEGANGAN DAN FREKUENSI
    MENGUKUR TEGANGAN DAN FREKUENSI
    Dokumen1 halaman
    MENGUKUR TEGANGAN DAN FREKUENSI
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Newton Rapson Dan Tugas
    Newton Rapson Dan Tugas
    Dokumen8 halaman
    Newton Rapson Dan Tugas
    Gyan Prameswara
    Belum ada peringkat
  • Pimpin
    Pimpin
    Dokumen2 halaman
    Pimpin
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Neraca Asam Nitrat
    Neraca Asam Nitrat
    Dokumen3 halaman
    Neraca Asam Nitrat
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pimpin
    Pimpin
    Dokumen2 halaman
    Pimpin
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • HT 1
    HT 1
    Dokumen8 halaman
    HT 1
    Jenny Sim
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Kompleks o Metri
    Kompleks o Metri
    Dokumen1 halaman
    Kompleks o Metri
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Leaching Print
    Leaching Print
    Dokumen4 halaman
    Leaching Print
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pompa
    Pompa
    Dokumen4 halaman
    Pompa
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Asas Bernoulli
    Asas Bernoulli
    Dokumen1 halaman
    Asas Bernoulli
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Flokulasi
    Flokulasi
    Dokumen6 halaman
    Flokulasi
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Laporan DK 2 Chem II 2012 Fixed
    Laporan DK 2 Chem II 2012 Fixed
    Dokumen21 halaman
    Laporan DK 2 Chem II 2012 Fixed
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pompa
    Pompa
    Dokumen1 halaman
    Pompa
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Pompa
    Pompa
    Dokumen1 halaman
    Pompa
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • PBL 1 Chem II Fixed
    PBL 1 Chem II Fixed
    Dokumen27 halaman
    PBL 1 Chem II Fixed
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Presentasi OTK Teori
    Presentasi OTK Teori
    Dokumen33 halaman
    Presentasi OTK Teori
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Zulhajji Lubis
    Zulhajji Lubis
    Dokumen23 halaman
    Zulhajji Lubis
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Laporan DK 2
    Laporan DK 2
    Dokumen10 halaman
    Laporan DK 2
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • Asas Bernoulli
    Asas Bernoulli
    Dokumen1 halaman
    Asas Bernoulli
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • PH METER
    PH METER
    Dokumen2 halaman
    PH METER
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat
  • 04 Spektroskopi UV-Vis 1
    04 Spektroskopi UV-Vis 1
    Dokumen24 halaman
    04 Spektroskopi UV-Vis 1
    Zulhajji Lubis
    Belum ada peringkat