Anda di halaman 1dari 16

ACARA III SPEKTROMETRI

A. : Tujuan Tujuan praktikum ini adalah 1. Mengetahui dan mampu mengoperasikan Spektrofotometer dengan benar. 2. Menentukan maksimum 3. Menentukan kurva standar 4. Menentukan konsentrasi larutan cuplikan

B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Alat dan Bahan Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam laboratorium yang berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut. Panjang gelombang (nm) 400 435 435 480 480 490 490 500 500 560 560 580 580 595 595 610 610 800 Warna warna yang diserap Ungu Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan Hijau Hijau kekuningan Kuning Jingga Merah Warna komplementer (warna yang terlihat) Hijau kekuningan Kuning Jingga Merah Ungu kemerahan Ungu Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan

Komponen dari suatu spektrofotometer berkas tunggal :

a. Suatu sumber energy cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spectrum dimana instrument itu dirancang untuk beroperasi. b. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengecilkan pita sempit panjang-panjang gelombang dari spectrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. c. Suatu wadah sampel (kuvet) d. Suatu detector, yang berupa transduser yang mengubah energy cahaya menjadi suatu syarat listrik. e. Suatu pengganda (amplifier), dan rangkaian yang berkaitan membuat isyarat listrik itu memadai untuk di baca. f. Suatu system baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi (A). Penerapan spektrofotometrik Hukum Beer : Absorbans, log (Po/P), radiasi monokromatik berbanding lurus dengan konsentrasi sutu spesies penyerap dalam larutan. Hukum Bouguer (Lambert) : Bayangkan suatu medium penyerap yang homogen dalam lapisan-lapisan yang sama tebal. Tiap lapisan menyerap radiasi monokromatik yang memasuki lapisan itu dalam fraksi yang sama seperti lapisan-lapisan lain. Dengan semuanya yang lain sama, maka absorbans itu berbanding lurus dengan panjang jalan yang melewati medium. Gabungan Hukum Bouguer-Beer, sering di tuliskan sebagai A = abc atau A =bc Dengan A = absorbans = absorpsivitas molar (jika konsentrasi dalam molar) dengan satuan M-1cm-1 a = absorpsivitas (jika konsentrasi dalam %b/v) dituliskan E1%1cm b = panjang jalan/kuvet

c = konsentrasi ( dalam molar atau %b/v) Spektra absorpsi sering diyatakan dalam %T maupun dalam bentuk A (absorbansi) Maka, A = log (%T) A = log (Po/P), Po adalah daya cahaya masuk dan P adalah daya yang diteruskan melewati sampel (Broken, 2012). Sebuah spekrometer adalah suatu instrument untuk mengukur transmittan atau absorbans. Komponen yang paling penting sekali dalm spektometer adalah sebagai berikut : 1. Suatu sumber energy cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spectrum dalam mana instumen itu dirancang untuk beroperasi. 2. 3. 4. Suatu monokromator. Suatu wadah untuk sampel. Suatu detector, yang berupa transdufer yang mengubah energy cahaya menjadi suatu isyarat listrik. 5. Suatu pengganda (amplifier) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik itu memadai untuk dibaca. 6. Suatu system baca pada mana diperagakan isyarat listrik (Pudjaatmaka, 1992) Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu metoda analisis untuk penentuan konsentrasi suaatu unsur dalam suatu cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar (ground state), untuk mengeksitasi elektron terluar proses penyerapan energi terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap unsur. Intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom dalam contoh sehingga dengan mengukur intensitas radiasi yang diserap (absorbansi) atau mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat ditentukan (Asminar, 2000).

2. Tunjauan Teori Pada pekerjaan analisis yang sesungguhnya, semestinya selalu diawali dengan matching cuvet yang bertujuan untuk mengetahui apakah cuvet yang digunakan mempunyai diameter (nilai b) yang sama. Hal ini perlu dilakukan, karena menurut hukum Lambert-Beer nilai A berbanding lurus dengan nilai b dan C (konsentrasi larutan). Setelah dilakukan matching cuvet, pekerjaan dilanjutkan dengan mengetahui spektrum serapan larutan yang dianalisis. Dari spektrumspektrum itu, akan dapat diketahui panjang gelombang dimana zat akan melakukan penyerapan maksimum (panjang gelombang = maksimum) (Lord, 2012). Metode spektrofotometri umumnya membandingkan absobansi yang dihasilkan oleh suatu larutan yang diuju dengan absorbansi larutan beku. Penentuan panjang gelombang maksimum merupakan pengukuran awal pada analisa dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Panjang gelomang ditunjukkan pada

gelombang yang memiliki absorbansi maksimal ( Liyana, 2010). Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi (Broken, 2012). Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat sebagai gelombag dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan terjadinya pembiasaan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto listrik.(Triyati, 1985)

Perngertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu didasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena yag ditujukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun yang tidak terlihat).

C. Metodologi 1. Alat: a. Sprektrometer b. Kuvet c. Tabung Reaksi 2. Bahan : a. Larutan marimas nangka b. Larutan blanko (aquades)

3. Cara Kerja

Larutan marimas nangka

Dibuat

Diencerkan hingga didapatkan beberapa degradasi

Dinyalakan Spektrofotometer, tunggu hingga 15 menit

Diset panjang gelombangnya

Dipilih posisi dari filter

Diset 0% T

Dimasukkan larutan blanko

Diset mode ke % T atau A

Dimasukkan larutan nutrisari

Dibaca dan catat A

Dilakukan hal yang sama pada larutan konsentrasi nutrisari hingga didapat A nya.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan A. Menentukan Panjang Gelombang Maksimum Tabel 3.1Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Menggunakan Sampel dengan Konsentrasi 2 % No Panjang Gelombang (nm) Absorbansi (A) 0,436 0,474 0,469 0,413 0,441 0,276 0,253 0,233

1 400 2 420 3 440 4 460 5 480 6 500 7 520 8 540 Sumber :Laporan Sementara Pembahasan :

Konsentrai yang digunakan dalam percobaan ini sebesar 2%. Karena semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi absorbansi semakin tinggi pula range intensitas cahaya gelombang. Diharapkan dengan konsentrasi yang lebih besar pada bahan yang sama akan memberikan range serapan cahaya yang lebih besar pula, sehigga digunakan konsentrasi 2% sampel untuk mendapatkan panjang gelombang maksimal dari absorbansi tertinggi yang diperoleh.(Sumber: Laporan Sementara)

B. Membuat Kurva Standar Tabel 3.1 Pembuatan Kurva Standar Menggunakan Panjang Gelombang 540 nm No 1 2 3 4 5 6 Pembahasan : Panjang gelombang 420 nm.Karena pada = 420 nm didpatkan absorbansi paling tinggi menunjukan bahwa 420 nm merupakan maksimal dengan kepekaan maksimal, merupakan perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar, disekitar maksimal tersebut membentuk kurva absobansi datar maka pada kondisi tersebut hokum lambert-beer akan terpenuhi. Berdasarkan percobaan pertama didapatkan panjang gelombang maksimum adalah 420 nm. Hasil tersebut Konsenterasi sample (% b/v) 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 X Absorbansi (A) 0,071 0,147 0,259 0,350 0,474 0,091

Sumber :Laporan Sementara

C. Penentuan Konsentrasi Larutan Cuplikan Absorbansi (A) = 0,091 0,091 = 0,25225 x + ( 0,0425) 0,091 + 0,0425 = 0,25225 x x = x = 0,091 %

Persamaan Regresi : y = bx + a

D. Pembahasan Kurva Bentuk kurva antara konsentrasi sampel terhadap

absorbansi adalah linier sudah sesuai dengan teori bahwa semakin besar konsentrasi, semakin besar pula absorbansinya tetapi bentuk limier kurva tidak sepenuhny linier lurus seharusnya linier lurus, karena pertambahan konsentrasinya konstan / tidak berubah. Hal ini akan menyebabkan ketidakakuratan data untk menentukan nilai x % yang belum diketahui. Data x %, sebenarnya adalah 0,8 %, tetapi hasil praktikum menghasilkan 0,529 %. Hal ini dapat dipengaruhi : 1. Dalam pergantian setiaplarutan kuvet, mungkin tidak benarbenar dalam kondisi kering. 2. Dalam pensterilan kuvet dengan akuades kurang bersih. 3. Mungkin ada partikel asing yang masuk dalam spectrometer. 4. Terkontaminasinya dinding pada kuvet.

2. Pembahasan Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampe lsebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotomete rini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual denganstudi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sample diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spectrum tertentu yang khas untukkomponen yang berbeda. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian

cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mulamula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain: radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer). Panjang gelombang cahaya ultraviolet atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang ultraviolet yang lebih pendek. Prinsip percobaan ini menentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva standar yang menghubungkan konsentrasi dengan nilai absorbannya. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut. Panjang gelombang (nm) 400 435 435 480 480 490 490 500 500 560 560 580 580 595 595 610 Warna warna yang diserap Ungu Biru Biru kehijauan Hijau kebiruan Hijau Hijau kekuningan Kuning Jingga Warna komplementer (warna yang terlihat) Hijau kekuningan Kuning Jingga Merah Ungu kemerahan Ungu Biru Biru kehijauan

610 800

Merah

Hijau kebiruan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, cara penggunaan spektrofotometer sebagai berikut : 1. 2. Nyalakan/hidupkan alat (spektrofotometer) tunggu hingga 15 menit. Tuangkan larutan nutrisari pada tempat yang berfungsi untuk memasukkan larutan. 3. Lalu atur panjang gelombang sebesar yang telah tersedia pada tabel.

4. Catat hasil absorbansi yang muncul. 5. Jika ingin melakukan hal yang sama tapi panjang gelombang beda, harus direzero/dikalibrasi dulu. 6. Lalu lakukan seperti kegiatan di atas untuk larutan berikutnya. Percobaan pertama adalah menentukan panjang gelombang untuk memperoleh panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang yang dipakai adalah dari 400 nm sampai 540 nm. Nilai absorban tertinggi adalah pada saat panjang gelombang 420 nm dan nilai absorban 0,091. Panjang gelombang ini ditentukan sebagai panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika absorbs mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorbs larutan terhadap sinar. Pemilihan panjang gelombang maksimum sangat menentukan dalam percobaan karena apabila terjadi penyimpangan yang kecil selama percobaan akan mengakibatkan kesalahan kecil dalam pengukuran. Jika pemilihan panjang gelombang memiliki spektrum perubahan besar pada nilai absorbansi saat panjang gelombang sempit, maka apabila terjadi penyimpangan kecil pada cahaya yang masuk akan mengakibatkan kesalahan besar dalam pengukuran. Semakin besar panjang gelombangnya maka akan semakin kecil nilai absorbansinya. Hal ini dapat diakibatkan sinar putih pada setiap panjang gelombang dapat terseleksi lebih detail oleh prisma. Berdasarkan percobaan pertama didapat panjang gelombang maksimum adalah 420 nm. Hasil tersebut digunakan sebagai acuan

pembuatan kurva standar. Dan dari percobaan tersebut pula didapat hasil konsentrasi sampel sebesar 0,4% daya absorbansinya sebesar 0,071; konsentrasi sampel 0,8% daya absorbansinya 0,147; konsentrasi sampel 1,2% daya absorbansinya 0,259; konsentrasi sampel 1,6% daya absorbansinya 0,350; dan konsentrasi sampel 2,0% daya absorbansinya 0,474; konsentrasi sampel x% didapatkan daya absorbansi sebesar 0,091. Hal tersebut menandakan adanya hubungan antara konsentrasi dan absorbansi yaitu jika semakin pekat suatu sampel, maka daya absorbansinya semakin tinggi. Dalam menentukan konsentrasi larutan cuplikan dapat menggunakan persamaan regresi. Dimana y disamakan dengan daya absorbansi sebesar 0,091. Nilai A dan B didapatkan dari perhitungan kalkulator yaitu A = 0,0425 dan B = 0,25225 x. Keseluruhan angka tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi yaitu y = 0,25225 x + ( 0,0425). Sehingga didapat nilai konsentrasi larutan cuplikan (x) sebesar 0,529%. Bentuk kurva antara konsentrasi sampel terhadap absorbansi adalah linier sudah sesuai dengan teori bahwa semakin besar konsentrasi, semakin besar pula absorbansinya tetapi bentuk limier kurva tidak sepenuhny linier lurus seharusnya linier lurus, karena pertambahan konsentrasinya konstan / tidak berubah. Hal ini akan menyebabkan ketidakakuratan data untk menentukan nilai x % yang belum diketahui. Data x %, sebenarnya adalah 0,8 %, tetapi hasil praktikum menghasilkan 0,529 %. Hal ini dapat dipengaruhi : 1. Dalam pergantian setiaplarutan kuvet, mungkin tidak benarbenar dalam kondisi kering. 2. 3. Dalam pensterilan kuvet dengan akuades kurang bersih. Mungkin ada partikel asing yang masuk dalam spectrometer.

4. Terkontaminasinya dinding pada kuvet.

3. KESIMPULAN Berdasarkanpenelitiandidapatkesimpulansebagaiberikut : 1. Spektrofotometer digunakan untuk menghitung absorbsi. 2. Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum 420 nm. 3. Hasil absorbansi digunakan sebagai kurva standar yang

menghubungkan konsentrasi dan absorbannya. 4. Kurva standar digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel yang belum diketahui konsentrasinya. 5. Jika semakin pekat suatu sampel, maka daya absorbansinya semakin tinggi. 6. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan faktor-faktor yang menyebabkan absobansi dan konsentrasi linier adalah : 1) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. 2) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. 3) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absobansi sangat rendah atau sangat tinggi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

DAFTAR PUSTAKA

Asminar., dan H. Dahlan. 2000. Analisis Komposisi Logam Paduan ALMg2 Produk Tuang Dengan Metode AAS. Jurnal URANIA, Vol. 6, No. 21-22, Januari-April 2000. Day Jr, R. A.1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Erlangga : Jakarta. http:// lordbroken.wordpress.com//2012/02/24/pengenalan-alatspektrofotometer-matching-kuvet-dan-pembuatan spektrum-serapan/, Lord Broken, 2012, pengenalan alat spektrofotometer matching kuvet dan pembuatan spektrum serapan, google.com, diakses pada 13 Oktober 2013 jam 10.28 WIB. http://wanibesak.wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer/, Wani Besak, 2012, Prisip Kerja Spektrofotometer, google.com, diakses pada 13 Oktober 2013 jam 11.00 WIB. Desy Eka Liyana, 2010, Jurnal Optimasi pH Buffer dan Konsentrasi Larutan Pereduksi Natrium Tiosulfat dan Timah Klorida dalam Penentuan Kadar Besi Secara Spektrofotometri UVVis. Institut Sepuluh Nopember.

LAMPIRAN CARA KERJA SPEKTOMETRI

Anda mungkin juga menyukai