Anda di halaman 1dari 5

Filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai

jenis nyamuk, termasuk neglected disease

Faktor Resiko
1. Host a. Umur Semakin tua umur seseorang maka semakin banyak keterpaparan yang ditemui dan semakin besar risiko terkena suatu penyakit b. Jenis kelamin laki-laki > perempuan. Berkaitan dg kebiasaan atau pekerjaan rutin yang dilakukan, shgg memungkinkan keterpaparan yang tinggi dan kontak yang sering dengan vektor c. Pekerjaan d. Pekerja di daerah persawahan, perhutanan dan tempat-tempat yang merupakan habitat nyamuk, seperti e. Perilaku masyarakat Ex : sering keluar rumah pada malam hari tanpa menggunakan alat pelindung diri f. Pengetahuan Agent Lingkungan a. Iklim b. Tempat perindukan : sawah, hutan,dsb

2. 3.

Etiologi Wuchereria bancrofti


Taksonomi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 1. 2. Kingdom : Animalia Filum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Spirurida Subordo : Spirurina Famili :Onchocercide Genus : Wuchereria Spesies : Wuchereria bancrofti Iklim tropis, , tersebar di seluruh dunia Perkotaan Pedesaan Hospes definitif : manusia Hospes perantara a. Tipe perkotaan : nyamuk Culex quinquefasciatus b. Tipe pedesaan : nyamuk Anopheles dan Aedes 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 1. 2.

Brugia malayi
Kingdom : Animalia Filum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Spirurida Subordo : Spirurina Famili :Onchocercide Genus : Brugia Spesies : Brugia malayi Di Asia, India, Jepang Indonesia : Sumatra Maluku Pedesaan Hospes definitif : manusia, hewan ( kucing, kera, anjing ) Hospes perantara a. Tipe periodik nokturna : Anopheles barbirostris (sawah) b. Tipe subperiodik nokturna : Mansonia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1.

Brugia timori
Kingdom : Animalia Filum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Spirurida Subordo : Spirurina Famili :Onchocercide Genus : Brugia Spesies : Brugia malayi Indonesia bag timur : P Timr, Flores, Rote, Alor, NTT Hospes definitif : manusia Hospes perantara : a. Tipe periodik nokturna : Anopheles barbirostris b. Tipe non periodik : Mansonia ( hanya di hutan rimba

Penyebaran

Hospes

1. 2.

Periodisitas Morfologi

Periodik nokturna 10 malam sampai jam 2-4 pagi Makrofilaria 1. 2. 3. Btk halus spt benang Warna putih susu Ekor a. Betina : lurus b. Jantan : melingkar Ruang kepala : panjang(1) = lebar(1) Inti : teratur Sarung ekor : pucat

Periodik nokturna dan subperiodik nokturna Makrofilaria 1. 2. 3. Btk halus spt benang Warna putih susu Ekor a. Betina : lurus b. Jantan : melingkar Ruang kepala: pjg(2) = lebar(1) Inti : tdk teratur Sarung ekor : merah

Periodik nokturna Makrofilaria 1. 2. 3. Btk halus spt benang Warna putih susu Ekor a. Betina : lurus b. Jantan : melingkar Ruang kepala : pjg(3) = lebar(1) Inti : tdk teratur Sarung ekor : pucat

Mikrofilaria 1. 2. 3. Edema

Mikrofilaria 1. 2. 3.

Mikrofilaria 1. 2. 3.

Seluruh tungkai, seluruh lengan, skrotum, vulva, payudara

Tungkai bawah ( lutut ke bawah, siku ke bawah )

Tungkai bawah ( lutut ke bawah )

Manifestasi
1. Masa inkubasi / Asymptomatic amicrofilaremia Waktu yg dibutuhkan sejak masuknya larva infekstif menembus kulit smp ditemukannya mikrofilaria pertama kali, 3 15 bulan Mikrofilaria (-), klinis (-), antigen filarial (+) Asymptomatic microfilaremia Daerah endemis mikrofilaria (+) tp tdk ada gejala klinis, berlangsung bertahun-tahun Manifestasi akut peradangan kelenjar dan saluran limfatik / Adenolimfangitis akut (ADL ) unilateral ( inguinal atau axilar ) a. Demam (hilang bila istirahat dan timbul bila bekerja berat) + menggigil + malaise b. Limfadenitis : Pembesaran KGB ( inguinal, axillar ), tanpa luka, KDRT Dpt disertai : funiculitis, epididimoorchitis c. Limfangitis retrogard ( distal dr tempat kel meradang ) 1. Grade 1 : biasanya pitting edema, menghilang spontan dg Sembuh spontan satu minggu dan dpt berulang bbrp kali dlm setahun peninggian Manifestasi kronik penyumbatan aliran limfe distal dr tempat peradangan 2. Grade 2 : edema non pitting yg tdk menghilang spontan dg a. Tdk demam peninggian b. Pembesaran organ yg bersangkutan yg menetap 3. Grade 3 (elefantiasis ) : peningkatan yg hebat dr grade 3 disertai a. Akb pembesaran tsb, sal limfe dpt pecah dermatosklerosis n lesi papilomatos a) Pecahnya sal limfe traktus urinarius : chyluria b) Pecahnya tunika vaginalis : hidrokel Unilateral ( most case ) Derajat : o Derajat 1 : pembengkakan spermatic cord o Derajat II : 6.08.0 cm o Derajat III : 8.111.0 cm o Derajat IV :11.115.0 cm o Derajat V >15 cm c) Pecah sal limfe peritoneum : peritonitis

2. 3.

4.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah Deteksi parasit utk menemukan mikrofilaria (darah pd malam hari / 22.00 02.00, cairan hidrokel, kiluria) positif : 20 mf/ml a. Sediaan Hapus Darah Tebal b. Cara Provokasi Yaitu pasien diberikan minum 100 mg tablet dietilkarbamazin, ditunggu 30 - 60 menit, kemudian dilakukan pemeriksaan darah tepi. Tujuan adalah agar dapat melakukan pengambilan darah pada siang hari. Tes ini digunakan untuk merangsang mikrofilaria keluar ke dalam darah. Cara Provokasi ini memiliki keuntungan, yaitu dapat dilakukan pemeriksaan pada siang hari. Kerugiannya yaitu dapat menyebabkan perubahan dan kekeliruan periodisitas pada mikrofilaria Deteksi parasit dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) Tehnik ini digunakan untuk mendeteksi DNA Wuchereria bancrofti. PCR mempunyai sensitivitas yang tinggi yang dapat mendeteksi infeksi paten pada semua individu yang terinfeksi, termasuk individu dengan infeksi tersembunyi (amikrofilaremia atau individu dengan antigen +). Kekurangannya adalah diperlukan penanganan yang sangat hati-hati untuk mencegah kontaminasi spesimen dan hasil positif palsu. Diperlukan juga tenaga dan laboratorium khusus selain biaya yang mahal. Deteksi antigen antibodi yg beredar dlm sirkulasi a. ELISA Sandwich menggunakan antibodi monoclonal b. ICT ( Immuno Chromatographic Test ) card test Biopsi kelenjar ( kel limfe ekstremitas ) Dilakukan bila tdk ditemukan mikrofilaria dlm darah. Dpt ditemukan cacing dewasa pd biopsi Radiodiagnostik a. USG ( skrotum n kel inguinal ) Tdp gambaran cacing yg bergerak gerak ( filarial dancing worm ). Pemeriksaan ini berguna terutama untuk evaluasi hasil pengobatan b. Limfografi Tdp gambaran obstruksi, atresia, atau dilatasi disertai btk sal yg berliku-liku dan adanya aliran balik ke kulit

2.

3.

4.

5.

Penatalaksanaan Filariasis
1. Nonfarmakologi a. Bed rest b. Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema ( perban elastis ) c. Kain penahan untuk epididimoorkitis d. Pindah tempat ke daerah yang dingin akan mengurangi derajat serangan akut Farmakologi a. Pengobatan infeksi parasit Utk mengeliminasi dan menghancurkan parasit, mengurangi atau mencegah kesakitan a) Dietilcarbamazepin (DEC) ditetapkan WHO Wuchereria bancrofti : 6 mg/kgBB/hari slm 12 hari Brugia malayi : 5 mg/kgBB/hari slm 10 hari Brugia timori : 5 mg/kgBB/hari slm 10 hari Dpt diulang 1-6 bulan kemudian bila perlu, atau DEC slm 2 hari perbulan (6-8 mg/kgBB/hari)

2.

b. c.

b) Ivermektin ( hanya membunuh mikrofilaria ) Dosis tunggal 400 mg/kgBB c) Albendazol Dosis tunggal 400 mg/kgBB Antibiotik bila ada infeksi sekunder atau abses Pengobatan penyakit a) Hidrokel : operasi b) Kiluria Terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein, asupan cairan tinggi suplemen tambahan dg trigliserida rantai sedang

Pencegahan dan Pemberantasan Filariasis


1. Individu a. Mengobati penderita utk memutuskan rantai penularan b. Memutuskan kontak antara nyamuk dan manusia a) Memasang kawat kasa. Ex : jendela, pintu b) Penggunaan kelambu atau kelambu berpestisida c) Reppellent : cairan penolak nyamuk c. Penyuluhan ttg sanitasi n pendidikan kesehatan memusnahkan tempat perindukan nyamuk Pengobatan Masal (pd daerah endemis) bila prevalensi < 1 % sdh bsa dihentikan krn dianggap penularan sdh sgt rendah a. Pemberantasan vektor a) Scr biologis atau kimiawi memutuskan siklus hidup nyamuk b) 3M : Menguras, Menutup, Mengubur tempat perindukan c) Bersihkan selokan agar tdk ada air menggenang, semak2, tanaman air di rawa2 b. Interupsi transmisi Pemberian Albendazol 400 mg dosis tunggal + Ivermektin 200mg/kgBB 1 kali per tahun, selama 4-6 tahun

2.

Prognosis
1. 2. Kasus dini dan sedang : prognosis baik Kasus lanjut n sdh elefantiasis : buruk

Anda mungkin juga menyukai