Anda di halaman 1dari 11

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GEMA INSAN AKADEMK MAKASSAR 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dan tidak lupa juga kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dengan judul TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK. Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah kami, Ucapan terimah kasih kepada : Ketua STIK GIA Makassar Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep atas segala fasilitas yang telah disediakan dalam menunjang pembuatan makalah kami. Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II pak Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC, MN atas segala bimbingan selama pembuatan makalah ini. Ayahanda dan Ibunda kami yang selalu setia memberikan doa dan restu mereka kepada kami dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan perkuliahan kami. Teman-teman kami yang telah bersedia membantu kami dalam memberikan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan besar pula harapan kami kepada siapapun yang mempunyai saran maupun kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah-makalah kami berikutnya. Makassar, 1 Maret 2013

1. 2. 3. 4.

ii

DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar.................................................................................................................... ii Daftar Isi............................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1 I.1. Latar Belakang............................................................................................ 1 I.2. Tujuan.......................................................................................................... 1 I.3. Ruang Lingkup........................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2 II.1. Defenisi Terapi Aktivitas Kelompok........................................................ 2 II.2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok......................................................... 2

II.3. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok....................................................... 3 II.4. Tahap-Tahap Terapi Aktivitas Kelompok.............................................. 3 II.5. Peran Perawat Terapi Aktivitas Kelompok............................................ 4 II.6. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok........................................... 5 II.7. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok...................................... 7 II.8. Terapis........................................................................................................ 9 BAB III PENUTUP.......................................................................................................... III.1. Kesimpulan............................................................................................... 10 III.2. Saran......................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

10

iv

iii

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri. Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok. Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan. Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok. I.2. Tujuan

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Terapi Aktivitas Kelompok serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan. I.3. Ruang Lingkup Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki serta sesuai materi yang harus dibahas dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen mata kuliah, maka ruang lingkupmakalah ini terbatas pada pembahasan Defenisi TAK, Tujuan TAK, Manfaat TAK, Tahap-Tahap TAK, Peran Perawat TAK, Macam-Macam TAK, Kerangka Teoritis TAK dan Terapi. 1

BAB II PEMBAHASAN
II.1 DEFENISI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. II.2 TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK 1. Mengembangkan stimulasi kognitif Tipe: biblioterapy Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain. 2. Mengembangkan stimulasi sensori Tipe: music, seni, menari. Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan. Tipe: relaksasi Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi. 2 3. Mengembangkan orientasi realitas Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan. 4. Mengembangkan sosialisasi Tipe: kelompok remitivasi Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi Tipe: kelompok mengingatkan Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif. Secara umum tujuan kelompok adalah : 1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman 2. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain 3. Merupakan proses menerima umpan balik II.3 MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah : 1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 2. Melakukan sosialisasi. 3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus manfaatnya adalah : 1. meningkatkan identitas diri 2. menyalurkan emosi secara konstruktif 3. meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social. 1. 2. 3. 4. Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah : Meningkatkan keterampilan ekspresi diri. Meningkatkan keterampilan sosial. Meningkatkan kemampuan empati. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah. II.4 TAHAP-TAHAP DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut : A. Pre kelompok Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan. 3 B. Fase awal Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan. 1. Orientasi. Anggota mulai mengembangkan system social masing masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. 2. Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. 3. Kebersamaan Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya. C. Fase kerja Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif. D. Fase terminasi Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. II.5 PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah : 1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis. 2. Tugas sebagai leader dan coleader Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok. 3. Tugas sebagai fasilitator Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan. 4 4. Tugas sebagai observer Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out. 5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.

Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut. 6. Program antisipasi masalah Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok. Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional. Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional. II.6 MACAM-MACAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK 1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. 5 a. b. c. d. e. a. b. c. d. Tujuan : Meningkatkan kemampuan orientasi realita Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian Meningkatkan kemampuan intelektual Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain Mengemukakan perasaanya Karakteristik : Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai Menarik diri dari realitas Inisiasi atau ide-ide negative Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal. a. b. c. d. Tujuan : Meningkatkan kemampuan sensori Meningkatkan upaya memusatkan perhatian Meningkatkan kesegaran jasmani Mengekspresikan perasaan

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. 4. Tujuan : Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan Pembicaraan penderita sesuai realita Penderita mampu mengenali diri sendiri Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat Karakteristik : Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain Penderita kooperatif Dapat berkomunikasi verbal dengan baik Kondisi fisik dalam keadaan sehat 6 Terapi aktifitas kelompok sosialisasi Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk : Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal Memberi tanggapan terhadap orang lain Mengekspresikan ide dan tukar persepsi Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Tujuan khusus :

a. b. c. d.

a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. f. g.

Penderita mampu menyebutkan identitasnya Menyebutkan identitas penderita lain Berespon terhadap penderita lain Mengikuti aturan main Mengemukakan pendapat dan perasaannya Karakteristik : Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan Penderita sering berada ditempat tidur Penderita menarik diri, kontak sosial kurang Penderita dengan harga diri rendah Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

5. Penyaluran energy Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan : a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif. b. Mengekspresikan perasaan c. Meningkatkan hubungan interpersonal II.7 KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK 1. Model fokal konflik Menurut Whiteaker dan Liebermens, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada individu. 7 Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah. 2. Model komunikasi Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan. Leader mengajarkan pada kelompok bahwa: a. Perlu berkomunikasi

b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup. c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut. 3. Model interpersonal Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal. Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain. Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku. 8 Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik. Model psikodrama Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras. II.8 TERAPIS Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain : Dokter Psikiater Psikolog Perawat Fisioterapis Speech teraphis Occupational teraphis Sosial worker Persyaratan dan kwalitas terapis Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :

4.

a. b. c. d. e. f. g. h.

a. b. c. d.

e. f.

Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya

BAB III PENUTUP


III.1 KESIMPULAN Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. III.2 SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

10

DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan Jiwa.Jogjakarta:Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai