Anda di halaman 1dari 2

Buletin

Kedua, di Palestina, tahun 2006 HAMAS memenangkan Pemilu legislatif. HAMAS meraih 76 dari 132 kuris parlemen (lebih dari 57 persen). Adapun Partai Fatah meraih 43 kursi dan partai-partai lain meraih 13 kursi. Artinya, seharusnya HAMAS mendominasi pemerintahan di Palestina. Namun ternyata, kursi kepresidenan masih dikuasai oleh Fatah melalui Mahmud Abbas. Dengan demikian terbentuklah pemerintahan koalisi di Palestina, yang berbagi 25 kursi menteri antara HAMAS dan Fatah. Sejak kemenangan HAMAS, konflik antara HAMAS dan Fatah yang telah menelan korban ratusan jiwa dari kedua belah pihak tidak pernah berhenti. Padahal kemenangan HAMAS juga diperoleh melalui jalan demokrasi. Ketiga, Demokrasi pun memakan korbannya di Aljazair. Melalui jalan demokrasi, pada Pemilu 1991 FIS meraih 54% suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81% kursi. Pada Pemilu putaran kedua, FIS pun dinyatakan menang telak. Kemenangan FIS ini disambut gembira oleh rakyat Aljazair. Namun, Mohammed Boudiaf, mewakili militer yang loyal pada Barat, segera menunjukkan kebohongan demokrasi. Mereka menggulingkan FIS, Ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara, bahkan sampai dibunuh. Pemimpin FIS, Abassi Madani dan Ali Belhadj, dipenjarakan.

Edisi November 2013

GEMA PEMBEBASAN
Pilkada kabupaten Garut yang diadakan pada tanggal 8 September lalu 10 pasang calon Bupati, akhirnya kemenangan berada pada pasangan nomor urut 5 dan 8. Lalu sesuai prediksi awal bahwa Pilkada akan berlangsung sebanyak 2 putaran. Dan pada bulan November inilah putaran ke-2 Pilkada Kabupaten Garut akan diadakan. Pada tanggal 8 November 2013, acara seminar yang diadakan di kampus STAIDA Muhammadiyah Garut mengangkat tema mengenai Islam dan Demokrasi. Pada seminar itu dijelaskan mengenai peran Ormas Islam dalam Pilkada Kabupaten Garut, juga sedikit penjelasan mengenai korelasi Islam dan Demokrasi yang menurut para pembicaranya bahwa Islam tidaklah menolak Demokrasi dan menurut mereka bahkan Demokrasi memiliki banyak kesamaan dengan Islam dengan rujukan alQuran surat asy-Syura ayat 37. Tergerak dari acara tersebut, Buletin GEMA Pembebasan kali ini akan menjelaskan sepintas tentang Pemilu dalam sistem Demokrasi, serta pandangan kami tentangnya. Tentang Demokrasi Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat dan kratos berarti pemerintah. Jika digabungkan kedua kata tersebut berarti kekuasaan rakyat atau pemerintah dari rakyat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud demokrasi adalah suatu sistem pererintahan yang berasal dari rakyat dan selalu mengikutsertakan rakyat dalam pemerintahan negara.

Kembalilah Pada Ideologi Islam


Wahai mahasiswa Islam, sadarilah akan hal-hal yang telah kami sampaikan, bahwa Demokrasi merupakan sistem kufur yang membuat ummat Islam semakin jauh dari aturan-aturan Islam. Sadarlah peran kita sebagai mahasiswa yang merupakan agents of change, agen-agen perubahan yang sejatinya menjadi para penggagas ataupun pelopor yang memicu terjadinya perubahan di dunia. Wahai mahasiswa Islam, kembalilah kepada ideologi yang benar, yang terpancar dari akidah kita sebagai ummat Islam. Satu-satnya ideologi yang sungguh terpancar dari akidah Islam hanyalah satu, tidak lain dan tidak bukan, ideologi tersebut adalah ideologi Islam, bukan pancasila dan sebagainya. Wahai mahasiswa Islam, tinggalkanlah segala sikap hedonisme dan fanatisme akan sesuatu yang bukanlah ajaran Islam. Dan bersatulah dalam satu tujuan, yakni perjuangan penegakkan ideologi Islam sebagai asas bernegara! Bersatu dan bergerak demi tegaknya Ideologi Islam!

Demokrasi pertama-tama merupakan gagasan yang mengendalikan bahwa kekuasaan itu adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam pengertian yang lebih partisipatif demokrasi bahkan disebut sebagai konsep kekuasaan dari, oleh, untuk, dan bersama rakyat. Artinya, kekuasan itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah yang sebenarnya menentukan dan memberi arah serta yang sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan kenegaraan.
Keempat ciri itulah yang tercakup dalam pengertian kedulatan rakyat, yaitu bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, diselenggarakan untuk rakyat dan oleh rakyat sendiri, serta dengan terus membuka diri dengan melibatkan seluas mungkin

Buletin GEMA Pembebasan

Buletin GEMA Pembebasan

peran serta rakyat dalam penyelenggaraan negara.

Namun demikian, penerapan system demokrasi saat ini berbeda dengan penerapannya pada zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno, rakyat yang menjadi warga negara terlibat langsung dalam pemikiran, pembahasan, dan pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang menyangkut kehidupan negara. Demokrasi zaman Yunani kuno sering disebut dengan demokrasi langsung atau demokrasi murni. Penerapan sistem demokrasi dengan cara tadi tentunya tidak mungkin lagi untuk dilaksanakan, karena saat ini hampir setiap negara memiliki wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat besar. Kondisi itulah yang membuat setiap perkara kenegaran tidak mungkin dibicarakan secara langsung dengan seluruh rakyat. Oleh karena dilakukan secara perwakilan, maka sistem demokrasi seperti ini seiring disebut sebagai demokrasi tak langsung atau demokrasi perwakilan.
Islam Menolak Demokrasi Secara mutlak, Islam menolak sistem pemerintahan Demokrasi. Demokrasi memandang bahwa kedaulatan berada pada tangan rakyat, sementara Islam memandang bahwa Kedaulatan adalah berada pada tangan syara, yaitu Allah Taala, sesuai dengan firman-Nya: Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali Hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah, dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (TQS. Yusuf [12]: 40) Dalam system Demokrasi, legalisasi dan pembuatan hukum pun diatur oleh manusia. Hal ini sungguh bertentangan dengan al-Quran sebagai pedoman ummat Islam, Allah Taala menyatakan dalam alQuran agar kita semua memutuskan setiap perkara dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah yang tercantum dalam al-Quran, sebagaimana firman-Nya: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhatihatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosadosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik (TQS. Al-Maidah [5]: 49)

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kita sebagai ummat Islam agar memutuskan setiap perkara dengan hukum yang Allah tentukan, juga agar kita tidak mengikuti hawa nafsu mereka (para legislator hukum). Allah-pun sesungguhnya mencela orang-orang yang memutuskan suatu perkara (berhukum) bukan dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah Taala dengan celaan fasiq (TQS. al-Maidah[5]: 47), zhalim (TQS. al-Maidah[5] : 45), dan bahkan kafir (TQS. al-Maidah[5]: 44) bila suatu hukum Allah ditolak dan dianggap tidak relevan dengan zaman. Pemilu dalam Islam Pemilu atau pemilihan umum, baik itu memilih Pemimpin atau legislatif dalam Islam adalah akad wakalah atau akad perwakilan, yang mempunyai 4 rukun yaitu adanya yang mewakilkan, wakilnya, perkara yang diwakilkan, dan ucapan (redaksi) perwakilan. Bila semua akadnya terpenuhi maka akad tersebut sah, tapi apabila salah satunya tidak terpenuhi maka akadnya tidak sah (bathil). Pemilu dalam sistem Demokrasi sesungguhnya merupakan akad wakalah yang bathil, karena rakyat sebagai pemilih mewakilkan calon pejabat atau penguasa untuk menjalankan hukum atau bahkan membuat hukum yang sungguh tidak sesuai dengan hukum Islam. Maka akadnya telah bathil dan rusak karena dalam Islam yang seharusnya diwakilkan kepada calon pejabat atau penguasa adalah berupa hukum Islam yang telah Allah Taala tetapkan. Kemudian hukumnya adalah haram sesuai kaidah al-wasilatu ila al-harami muharamun menjadi perantara atau melakukan sebuah perantara kepada keharaman maka hukumnya adalah haram. Demokrasi bukan Jalan Perubahan Masih banyak orang mengira bahwa demokrasi adalah sebuah jalan menuju perubahan. Spesifiknya dalam menerapkan aturan-aturan Allah Taala dalam bernegara. Padahal sejarah membuktikan bahwa Demokrasi bukanlah jalan perubahan, Demokrasi bukanlah suatu alat perjuangan penerapan syariat Islam. Bila kita menelusuri perjuangan partai-partai Islam di dunia. Pertama, di Mesir, melalui jalan demokrasi, Muhammad Mursi memenangkan Pilpres pada tahun 2012. Komisi Pemilihan Mesir menyatakan bahwa Muhammad Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin terpilih sebagai presiden baru negara itu. Mursi dinyatakan menang dengan perolehan suara 51,7 persen atau 13,4 juta suara. Adapun penantang Mursi, Ahmed Shafiq, hanya kebagian 12,3 juta suara. Namun setahun kemudian, Mursi ditumbangkan oleh junta militer Mesir yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Abdul Fattah al-Sisi pada Rabu sore tanggal 3 Juli 2013. Padahal Mursi adalah penguasa yang legal karena terpilih melalui proses demokrasi. Para pemimpin Ikhwanul Muslimin pun ditangkap dan dipenjara.

Buletin GEMA Pembebasan

Buletin GEMA Pembebasan

Anda mungkin juga menyukai