Anda di halaman 1dari 2

Patogenesis Keratitis Bakterialis Awal dari keratitis bakterialis adalah adanya gangguan dari epitel kornea yang intak

dan masuknya mikroorganisme patogen ke stroma kornea, dimana akan terjadi proliferasi dan menyebabkan ulkus. Faktor virulensi dapat menyebabkan invasi mikroba atau molekul efektor sekunder yang membantu proses infeksi. Beberapa bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada struktur fimbriasi dan struktur non fimbriasi yang membantu penempelan ke sel kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan infeksi dapat terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) mengelilingi ulkus awal dan menyebabkan nekrosis lamella stroma (Vaughan, 2010). Difusi produk-produk inflamasi di bilik posterior, menyalurkan sel-sel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya hipopion. Toksin bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase dan alkalin protease) dapat diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapat menyebabkan destruksi substansi kornea (Ilyas, 2006).

Tata laksana Keratitis Bakterialis Terapi dimulai dengan antibiotik spektrum luas sebab infeksi polimikrobial sering terjadi. Pemilihan regimen pengobatan dapat menggunakan terapi kombinasi. Aminoglikosida (gentamisin 1,5% atau tobramisin 1,5%) 1 tetes/jam dan sefalosporin (cefazolin 1 tetes/jam pada jam bangun selama lima hari atau cefuroxim 5%) atau monoterapi dengan fluorokuinolon seperti ciprofloksasin 0,3% 2 tetes/15 menit selama 6 jam diteruskan 2 tetes/30 menit selama 18 jam dan kemudian di tapp off sesuai respon pengobatan. Perbaikan kondisi terjadi pada 48 jam berikutnya (Ilyas, 2006). Terapi single drug dengan menggunakan flourokuinolon (misalnya ciprofloksasin, ofloksasin) menunjukkan efektiftivitas yang sama seperti terapi kombinasi. Tetapi beberapa patogen (misalnya streptococcus) dilaporkan mempunyai kerentanan bervariasi terhadap golongan florokuinolon dan prevalensi resistensi terhadap golongan florokuinolons tampaknya semakin meningkat (Ilyas, 2006). Moksifloksasin dilaporkan memiliki cakupan yang lebih baik terhadap bakteri gram positif dari florokuinolon generasi sebelumnya pada uji in-vitro (Aamna et al., 2008). Penggunaan steroid harus dihindari karena dapat mengganggu proses reepitelisasi dari kornea (Bowlling et al., 2011).

DAPUS Vaughan, Asbury. 2010. Oftalmologi Umum. Ed 17. Jakarta : EGC Aamna J, Aurengzeb S, Syed AH, Zia-ud-din S. Role of Moxifloxacin in Bacterial Keratitis. Pak J Ophthalmol, 2009. 25(2): 81-6. Bowlng E, Russell GE, Shovlin JP, Sindt CW. The Corneal Atlas. Review Of Optometry, 2011. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta, 2006.

Anda mungkin juga menyukai