Anda di halaman 1dari 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu

mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Apa penyakit TB Paru itu? Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru? Bagaimana cara Penularan TB Paru? Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru? Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB Paru? Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dan manfaat pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Untuk mengetahui penyakit TB Paru Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TB Paru Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru

1.4 sistematika penulisan adapun sistematika laporan ini yang telah tertata adalah sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan dan menjelaskan tentang : Tuberkulosis, Faktor Risiko TB Paru,dan Riwayat TBC

BAB 3 PEMBAHASAN Menguraikan dan menjelaskan tentang : Diagnosis TBC,TBC Pada Anak,Pencegahan TBC,Pemberantasan,Pengobatan,dan Kasus TBC BAB 4 PENUTUP Menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari laporan yang telah disusun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis 2.1.1 Pengertian TBC Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.(11) Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

1. Penyakit TBC Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

2. Penyebab Penyakit TBC Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa.

a) Kuman TBC Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

b) Terjainya TBC Infeksi Primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 46 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer

tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadangkadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.

Tuberkulosis Pasca Primer Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Cirikhas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

3.Cara Penularan TBC Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paruparu. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya

menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentukbentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.

4. Fakto Orang Terkena TBC Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia. Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.

Gizi Buruk Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.

Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat pula.

2.1.2 Etiologi Penyakit (TBC) Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP). (12) Masuknya bakteri Mycobacterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen. (12) Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.(12)

2.1.3 Gejala TB Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru. (12) 1. Gejala umum (Sistemik) a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.

b. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. c. Penurunan nafsu makan dan berat badan. d. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

2. Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Gejala khusus (Khas) a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.(12)

Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.(12)

2.1.4 Perjalanan Penyakit TBC a. Infeksi Primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang

biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.(2) Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.(2) b. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.(2)

2.2 Faktor Risiko TB Paru 2.2.1 Host a. Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi, pekerjaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan Salah satu faktor yang berkaitan dengan penularan penyakit TB adalah jenis pekerjaan. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. Jenis

pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan

10

mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah).(15) c. Kebiasaan merokok Mereka yang merokok 3-4 kali lebih sering terinfeksi TB paru daripada yang tidak merokok. Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Adanya kebiasaan merokok ini akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB paru. Kebiasaan merokok juga meningkatkan angka kematian akibat TB paru sebesar 2,8 kali.(15)

2.2.2 Agent TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosa. Kuman ini ditemukam oleh Dr. Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin. Mycobacterium Tuberkulosa berbentuk batang, bersifat aerob, sehingga kuman ini ebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Mycobacterium Tuberkulosa mempunyai ukuran 1-4m dan tebal 0,3-0,6 m, sebagian besar terdiri dari lemak. Kandungan lemak yang tinggi menyebabkan kuman ini tahan terhadap asam sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini mudah mati pada sinar matahari langsung dan dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.(14)

2.2.3 Environment a. Kepadatan hunian kamar Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam saru rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian untk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m2 per orang. Lus minimum per orang sangat relative, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 10 m2/ orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m2/ orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang. Kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada penderita penyakit TB sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya.(16)

11

b. Ventilasi Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfir yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu ventilasi alami dan ventilasi buatan.(15) Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi utama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan untuk penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pathogen, misalnya kuman TB.(15)

2.3 Riwayat TBC 10 Fakta Penting Mengenai Tbc Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita dibandingkan penyakit menular lainnya. Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari. Setiap detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik, ada yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum terjangkit oleh penyakitnya. Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada sekitar 10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada saat seseorang yang menderita TBC batuk dan bersin, meludah atau berbicara. Kuman TBC biasanya menyerang paru-paru.

12

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Diagnosis TBC 1. Diagnosis Pada Orang Dewasa Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untukmendukung diagnosis TB. a) Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif. b) Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk

untuk difotorontgen dada.

2. Diagnosis melalui Test Kulit Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada lengan anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya positif, ini berartianda mungkin sudah terinfeksi TBC. Kadang kala, bila seseorangsudah terinfeksi kuman HIV dan TBC, bisa saja terjadi reaksinegatifdalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar. Petugas Kesehatan akan

13

menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC ataupenyakit TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.

3.2 TBC Pada Anak Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum diimunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi dan karena lingkungan yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi tuberkulosis atau bagaimana penyakit tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila ditemukan: 1. Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik kenaikan berat badan akan sangat berguna). 2. Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3 bulan. 3. Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan menggigil atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan. 4. Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas. 5. Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan pekak, pada salah satu sisi dada. 6. Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap bertahan setelah pemberian obat cacing. 7. Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah diberi obat cacing atau obat untuk giardiasis (dengan metronidazole). 8. Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk. 9. Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan. 10. Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau tulang atau sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera. 11. Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak nyeri, terkadang dengan beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur.

14

3.3 Pencegahan TBC 1. Tujuan Pencegahan a) Menyembuhkan penderita b) Mencegah kematian c) Mencegah kekambuhan d) Menurunkan tingkat penularan

2. P e n c e g a h a n T B C Pencegahan TBC harus dilakukan ketika salah seorang dari kerabat kita ada yang tertular penyakit TBC. Karena penyakit TBC merupakan salah satu penyakit menular yang bisa ditularkan melalui dahak penderita TBC. Selain itu makanan yang mengandung kuman TBC juga bisa menjadi penyebab menyebarkan penyakit TBC. Pencegahan TBC terkadang menjadi langkah yang dilupakan oleh sebagian orang. Jika seseorang memiliki tes positif untuk infeksi laten TBC, dokter mungkin menyarankan untuk mengkonsumsi obat untuk mengurangi resiko terkena tbc aktif. Satu-satunya jenis TBC yang menular adalah varietas aktif, saat itu mempengaruhi paru-paru. Jadi, jika dapat mencegah TBC dari menjadi aktif, penderita tersebut tidak akan mengirimkan TBC ke orang lain. Pencegahan TBC Dengan Melindungi Diri dan Orang lain Jika seseorang memiliki tbc aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberapa minggu pengobatan dengan obat tbc sebelum tidak menular lagi. Ikuti tips ini untuk membantu menjaga dan pencegahan penyakit TBC kepada teman dan keluarga dari infeksi bakteri:

Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk tbc aktif.

Ventilasi ruangan. Kuman TBC menyebar lebih mudah dalam ruang tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih
15

kurang, membuka jendela dan menggunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan luar.

Tutup mulut menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ketika di diagnosis tb merupakan langkah pencegahan TBC secara efektif. Jangan lupa untuk membuangnya secara tepat

Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)

Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan Menghindari udara dingin Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur

Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain

Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein Selain pencegahan TBC, menyelesaikan seluruh terapi obat sangat baik

untuk melawan infeksi sehingga lebih cepat sembuh. Ini adalah langkah yang paling penting yang dapat diambil untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari tbc. Bila penderita menghentikan pengobatan dini atau melewatkan dosis, bakteri tbc memiliki kesempatan untuk mengembangkan mutasi yang

memungkinkan mereka untuk bertahan hidup bahkan jika diberi obat tbc yang paling kuat sekalipun. Strain yang resistan terhadap obat yang dihasilkan jauh lebih mematikan dan sulit diobati. Di negara-negara di mana TB yang lebih umum, bayi divaksinasi dalam upaya pencegahan TBC berat pada anak. Vaksin BCG tidak direkomendasikan untuk penggunaan umum karena tidak sangat efektif pada orang dewasa dan hal itu menyebabkan hasil positif palsu pada tes kulit.Sistem imunitas yang kuat dapat juga menjadi cara pencegahan bagi tubuh terhadap kuman penyakit TBC. Dengan pola hidup sehat, daya tahan tubuh kita diharapkan akan cukup kuat. Walaupun terkena kuman TB, tetap akan bertahan sehingga tidak akan menimbulkan gejala.Pola hidup sehat dapat kita biasakan dengan mengonsumsi makanan

16

bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sinar matahari dapat masuk ke rumah sehingga tidak lembap, dan sirkulasi rumah yang baik. Tekanan stres dapat pula mempengaruhi daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu, kesehatan mental dan jiwa pun harus mendapatkan perhatian agar pencegahan TBC bisa lebih maksimal.

3.4 Pemberantasan TBC 1. Tujuan Pemberantasan Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih besar.

2. Pemberantasan Penyakit TBC a) Pengobatan pada penderita hingga sembuh b) Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor higiene lingkungan yang lain yang lebih baik. c) Sterilisasi Rumah pasca Penderita.

3.5 Pengobatan TBC 1. Cara pengobatan Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari. 1. Pencegahan (profilaksis) primer Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
17

2. Pencegahan (profilaksis) sekunder Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o

Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Dosis obat antituberkulosis (OAT) Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari)

(mg/kgbb/hari) (maks. 900

INH

5-15 (maks 300 mg)

15-40 (maks. 900 15-40 mg) mg)

Rifampisin

10-20 mg)

(maks.

600 10-20 (maks. 600 15-20 mg) 50-70 (maks. 4 g) 50 (maks. 2,5 g) mg)

(maks.

600

Pirazinam id Etambutol Streptomisin

15-40 (maks. 2 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 15-40 (maks. 1 g)

15-30 (maks. 3 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in

18

Indonesia pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari. Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat. Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan). Pengobatan TBC pada orang dewasa

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4

19

bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
o o

Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada:


o o o

Penderita kambuh. Penderita gagal terapi. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada:


o

Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Pengobatan TBC pada anak Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu: 1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus: TB tidak berat INH Rifampisin : 5 mg/kgbb/hari : 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)

20

INH Rifampisin

: 10 mg/kgbb/hari : 15 mg/kgbb/hari

Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

2 Prinsip Obat Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu: a) Tahap intensif Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.

b) Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu selama 4 5 bulan.

3. Efek Samping Obat Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus

segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

21

3.6 Kasus TBC Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa dahak seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA.

Metode Penemuan Kasus TBC paru Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +,maka semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya. Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu: 1. Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan 2. Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali. 3. Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC. Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB)

22

BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan yang lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.

4.2 Saran 1. Perbaikan lingkungan (Pembuatan jendela, genting kaca dan kebersihan rumah/lantai). 2. Menutup mulut waktu batuk dan tempat khusus untuk dahak dan pembuangan dahak tidak sembarangan.

23

DAFTAR PUSTAKA

http://agnesstikeswh2012.blogspot.com/2012/11/makalah-tuberkulosistbc.html http://www.scribd.com/doc/48077229/isina http://paru-paru.com/cara-pencegahan-tbc/

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
    Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen12 halaman
    Proposal
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bab 7-8
    Bab 7-8
    Dokumen14 halaman
    Bab 7-8
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Tamba Han
    Tamba Han
    Dokumen6 halaman
    Tamba Han
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • PEMBANGKIT
    PEMBANGKIT
    Dokumen1 halaman
    PEMBANGKIT
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Namaar
    Namaar
    Dokumen8 halaman
    Namaar
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • TK207 041035 827 7
    TK207 041035 827 7
    Dokumen7 halaman
    TK207 041035 827 7
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • PEMBANGKIT
    PEMBANGKIT
    Dokumen1 halaman
    PEMBANGKIT
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Definisidefinisisistemkendali 131020103712 Phpapp01
    Definisidefinisisistemkendali 131020103712 Phpapp01
    Dokumen10 halaman
    Definisidefinisisistemkendali 131020103712 Phpapp01
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Sistem Kendatrilili
    Sistem Kendatrilili
    Dokumen4 halaman
    Sistem Kendatrilili
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bab 7-8
    Bab 7-8
    Dokumen14 halaman
    Bab 7-8
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Contoh Sistem Pengendalian
    Contoh Sistem Pengendalian
    Dokumen5 halaman
    Contoh Sistem Pengendalian
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bahasa Assembly
    Bahasa Assembly
    Dokumen4 halaman
    Bahasa Assembly
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Intel I8088
    Intel I8088
    Dokumen3 halaman
    Intel I8088
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Riwayat Hidup
    Riwayat Hidup
    Dokumen1 halaman
    Riwayat Hidup
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mesin Listrik 2
    Tugas Mesin Listrik 2
    Dokumen3 halaman
    Tugas Mesin Listrik 2
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Konsipasi
    Konsipasi
    Dokumen1 halaman
    Konsipasi
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Intel I8088
    Intel I8088
    Dokumen3 halaman
    Intel I8088
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Makalah Tuberculosis
    Makalah Tuberculosis
    Dokumen14 halaman
    Makalah Tuberculosis
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Baru
    Bab 2 Baru
    Dokumen5 halaman
    Bab 2 Baru
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Makalah Tuberculosis
    Makalah Tuberculosis
    Dokumen14 halaman
    Makalah Tuberculosis
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Baru
    Bab 2 Baru
    Dokumen5 halaman
    Bab 2 Baru
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen1 halaman
    Bab 4
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Chairuni Ariyani DGc
    Belum ada peringkat