Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis besar garis hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor

hereditas/keturunan dan lingkungan tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi kepada faktor lingkungan karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis pada pola pengasuhan dan pendidikan anak. Sementara, faktor hereditas cukup untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan untuk menelusuri berbagai faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada manusia berhenti sesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya seperti kognitif, emosi, dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu. Perkembangan ini akan terus berlanjut sampai lahir dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan dan pendidikan.

Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah

bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan. Tentunya, aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan metakognitif.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang di maksud dengan metakognisi ? 2. Bagaimana menerapkan strategi metakognisi dalam pembelajaran ? 3. Apa fungsi metakognisi dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian metakognisi. 2. Untuk mengetahui fungsi metakognisi dalam pembelajaran. 3. Mengetahui penerapan metakognisi dalam pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang penelitian psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi saja. Namun demikian, pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Gredler (2011)

Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah suatu bentuk kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol aktif atas proses kognitif. Hal ini dapat hanya didefinisikan sebagai berpikir tentang berpikir atau kognisi seseorang tentang kognisi Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses imunisasi meliputi tingkat berpikir yang lebih tinggi, melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.

Flavell & Brown menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Sedangkan Moore (2004) menyatakan bahwa: Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang pengetahuannya, sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan

mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuankognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan regulasi-kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara efektif. Karena itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif,

prosedural, dan kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan, prediksi, monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi), pengecekan (pemeriksaan), dan evaluasi.

Berdasarkan beberapa pengertian metakognitif beberapa ahli di atas disimpulkan bahwa metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai thinking about thingking. Metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, yaitu (1) Pengetahuan deklatif, (2) Pengetahuan Prosedural, (3) Pengetahuan Kondisional. Pengetahuan metakognitif digunakan untuk meregulasi pemikiran dan pembelajaran, ada tiga macam keterampilan esensial yang memungkinkan kita untuk melakukannya (1) Planning, (2) Monitoring, (3) Evaluating. B. Strategi Metakognisi Dalam Pembelajaran a. Pengembangan Pengetahuan Deklaratif Dalam perspektif pemrosesan informasi, pengetahuan deklaratif adalah mengintegrasikan ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada dan mengonstruksikan sebuah pemahaman. Bagaimana menerapkan strategi ini dalam proses pembelajaran ? 1) Membuatnya Bermakna Pelajaran yang bermakna disajikan dengan kata-kata yang masuk akal bagi siswa. Istilah-istilah baru diklarifikasikan dengan dikaitkan dengan kata dan ide yang lebih familiar bagi siswa. Pelajaran yang bermakna diorganisasikan dengan baik, dengan hubungan yang jelas di antara berbagai elemen yang berbeda dalam pelajaran itu. Pelajaran yang bermakna memanfaatkan informasi lama untuk membantu siswa memahami informasi baru melalui contoh-contoh atau analogi.

Contoh : dalam satu hari ada 24 jam, maka pukul 13.00 diganti menjadi pukul 01.00 PM. PM bisa di buat lebih bermakna dengan istilah baru yaitu Palsu Men dan AM Asli Men yang artinya menunjukkan dalam rotasi waktu 24 jam menggantikan pukul 01.00 yang telah berlalu dibanding mereka harus memahami istilah AM (Antem Meridiam) yaitu antara jam 12 malam sampai jam 12 pagi, dan PM (Post Meridiam) yaitu antara jam 12 siang sampe jam 12 malam. 2) Gambaran Dan ilustrasi Visual Apakah sebuah gambar sepadan dengan 1000 kata dalam pelajaran ? Mayer mengkaji pertanyaan ini dan menemukan bahwa kombinasi yang tepat antara gambar dan kata-kata dapat menciptakan perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran siswa. Teori kognitif tentang multimedia mencangkup tiga ide yaitu Dual cading : Materi visual dan verbal diproses di sistem-sistem yang berbeda Limited Capacity : Working memory untuk materi verbal dan visual sangat terbatas Generative learning : Pembelajaran yang bermakna terjadi bila siswa memfokuskan diri pada informasi yang relevan dan menghasilkan atau membangun berbagai hubungan. Bagaimana membangun pemahaman kompleks yang mengintegrasikan informasi dari sumber visual dan verbal, mengingat keterbatasan working memory..? Pastikan bahwa informasi-informasinya tersedia pada saat yang sama atau terfokus pada potongan-potongan kecil. 3) Mnemonics Mnemonics adalah prosedur-prosedur yang sistematik untuk memperbaiki ingatan. Bila informasinya tidak mengandung makna maka mnemonics membangun maknanya dengan menghubungkan apa yang akan di pelajari dengan kata-kata atau gambaran-gambaran yang sudah terbentuk. Prosedure mnemonics yaitu (1) Loci method ; metode tempat, mengingat tempat dan menghubungkannya dengan informasi baru, (2)

Peg-Type Mnemonics ; menggunakan daftar standar kata-kata, lalu berbagai peryataan yang di ingat dikaitkan dengan daftar standar kata-kata melalui gambaran atau cerita. Contoh satu ; sepatu, dst, (3) Akronim ; sebuah bentuk singkatan atau sebuah kata yang dibentuk dari huruf

pertama setiap kata dalam frasa, contoh warna pelangi mejikuhibiniu (merah, jingga , kuning, biru, nila,ungu), (4) Chain mnemonics ; metode yang menghubungkan pernyataan pertama yang akan di ingat dengan peryataan yang kedua, pernyataan kedua dengan ketiga, dst. Peryataan ini di hubungkan dengan asosiasi visual atau cerita tertentu. (5) keyword Method ; metode kata kunci atau sistem untuk mengasosiasikan kata atau konsep baru dengan kata-kata isyarat yang bunyinya mirip dan gambarangambaran

b. Pengembangan Pengetahuan Prosedural dan kondisional Strategi pengembangan pengetahuan prosedural dan kondisional yaitu : 1) Automated Basic Skill (Keterampilan Dasar Terotomatisasi) Para psikolog mengidentifikasi tiga tahapan dalam perkembangan keterampilan terotomatisasi yaitu kognitif, asosiatif, dan otonom. Apa yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswanya melalui ketiga tahapan ini dan menjadikan mereka sebagai para pembelajar yang lebih ahli..? Ada dua faktor kritis yaitu prerequisite knowledge, dan practice feedback 2) Domain Spesifik Strategies Domain Spesifik Strategies adalah keterampilan yang diterapkan secara sadar yang mengorganisasikan berbagai pemikiran dan tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mendukung jenis belajar ini guru perlu memberikan kesempatan di banyak situasi yang berbeda.

C. Fungsi Metakognsi dalam Pembelajaran 1) Keberhasilan Belajar Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut (Taccasu Project, 2008). a. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar. b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar. c. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide yang baru. d. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar. e. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar. f. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok. g. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu. h. Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu. i. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to learn maka hasil optimal akan mudah dicapai. Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru sebagai sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. Strategi

yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut (Taccasu Project, 2008).

2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan: a. Mendorong berpikirnya. b. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif. c. Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari. d. Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya. e. Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain. pembelajar untuk memonitor proses belajar dan

3) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik melalui : a. Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan : (1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di kelas dengan ceramah, diskusi, penugasan, praktik di laboratorium, belajar kelompok, dst)

b. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2) mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.

c. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan : (1) membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.

d. Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan : (1) mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat. Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula dilakukan dengan aktivitasaktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Perkembangan yang optimal pada segala aspek merupakan faktor kesuksesan seorang anak kedepan. Pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua, guru dan lingkungan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Dengan tanpa mengabaikan aspek lain, perkembangan kognitif menjadi salah satu fokus penting selain perkembangan fisik pada masa anak-anak.

Seiring dengan peningkatan kemampuan kognitif, anak mulai menyadari bahwa pikiran terpisah dari objek atau tindakan seseorang. Anak sudah dapat mulai mengatur pikirannya dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan penelitian Flavel, anak 3 tahun memiliki kemampuan untuk mengatur pikirannya. Kemampuan inilah yang disebut metakognitif, yaitu suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat di istilahkan sebagai thinking about thingking.

Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi tiga tahap berikuti, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari; memantau perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Strategi metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan mereka agar bisa secara sadar mengontrol proses berpikir dalam pembelajaran.

Untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa, guru dapat merancang pembelajaran berkaitan dengan kemampuan metakognitif tetapi secara infuse/ tambahan dalam pembelajaran atau bukan merupakan pembelajaran yang terpisah.

10

B. Saran (1) Di sarankan kepada seluruh unsur civitas akademika di Indonesia agar giranya dapat menuliskan gagasan yang berdasar pada penelitian mengenai perkembangan metakognisi agar dapat menjadi referensi dalam karya tulis mahasiswa; fungsi (2) Di harapkan kedepannya diadakan penelitian mengenai dalam pembelajaran yang lebih spesifik, tidak

metakognisi

menggambarkan metakognisi dalam pembelajaran secara umum agar dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran tertentu.

11

DAFTAR PUSTAKA
Woolfolk Anita., 2008, Educational Psychology, Active Learning

Edition, Pearson Education Inc., Boston. Gredler, M.E., 2011, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Kencana, Jakarta. http://www.careers.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm diakses pada 19 Mei 2013. http://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/metakognitif-dalam-pembelajaran/ di akses pada tgl 18 November 2013, Metakognisi Dalam Pembelajaran http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/metakognitif-belajar-bagaimanauntuk-belajar/ di akses pada tanggal 18 November 2013 http://blogfefti.wordpress.com/2012/05/03/strategi-metakognitif/ di akses pada tanggal 18 November 2013 http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajarpeserta-didik/ di akses pada tanggal 18 November 2013

12

Anda mungkin juga menyukai