Anda di halaman 1dari 1

LATAR BELAKANG Asumsi yang sering kita temukan bahwa perempuan adalah mahluk yang lemah, asumsi ini

ada karena penilaian karakter seorang perempuan dibandingkan karakter yang ada pada diri seorang laki-laki. Karakter perempuan yang lebih mengedepankan perasaan dibandingkan laki-laki yang lebih mengedepankan logika dalam berfikir dapat pula menjadi faktor psikologis yang membenarkan asumsi tersebut, hal ini menimbulkan satu fakta bahwa perempuan lebih bersifat sensitive dalam menghadapi suatu masalah, dan mereka lebih banyak menggunakan waktu untuk merenung dan berfikir apa yang salah dalam dirinya, dibandingkan dengan laki-laki yang biasanya lebih banyak menyikapi suatu makalah dengan logika berfikirnya. Fakta yang ada sekarang banyak sekali ditemukan kaum-kaum perempuan yang memperjuangkan hak-haknya sebagai mahluk Tuhan yang wajib pula terlindungi dari segala macam bentuk diskriminasi. Banyaknya kesadaran perempuan atas hak-haknya inilah yang membuat suatu lingkup di dalam masyarakat membentuk suatu gerakan tentang pemberdayaan perempuan, dimana sebagaimana kita tahu bahwa kata pemberdayaan adalah sebuah kata yang dapat mewakili satu keadaan yang dapat dikatakan lemah. Pemberdayaan perempuan dimaksudkan untuk membantu mengawal, menjaga dan mewakili segala macam bentuk hak perempuan yang memang seharusnya diperjuangkan. Fakta yang telah kita lihat bahwa perempuan seringkali menjadi korban diskriminasi karena perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah. Lemah dalam artian sempit adalah kurang mampu dalam satu hal. Apakah dalam segala hal perempuan dapat dikatakan lemah?, untuk membahas pertanyaan ini kita butuh pengkajian yang cukup panjang, adanya beberapa aspek kehidupan yang menunjang keseimbangan dalam bermasyarakat menjadi pokok bahasan yang sepertinya dapat menjadi jawaban atas pertanyaan di atas. Perspektif agama mengatakan bahwa derajat perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Mengapa demikian? Karena tugas seorang perempuan hanyalah sebagai pendamping bagi diri seorang laki-laki, dan disini laki-laki memiliki kewajiban menjaga seorang perempuan dari segala macam ancaman. Perempuan dalam organisasi merupakan satu contoh kecil yang dapat dibahas dalam masalah ini, Perempuan dalam satu organisasi seringkali terlihat tidak diperhitungkan kedudukannya. Asumsi ini didasarkan pada fakta yang terjadi dalam lingkup dan cakupan besar seperti pada rapat-rapat. Suara perempuan seringkali tidak diperhitungkan dalam rapat, terlebih dari itu semua perempuan menjadi kaum-kaum yang lebih sering diam sedangkan laki-laki yang terlihat lebih vokal, adapun kasus lain dalam organisasi yang bukan organisasi kewanitaan, pada struktural organisasi,eksistensi perempuan sangat minim dan hanya ada pada bidang dan seksi tertentu. Dapatkah perempuan menempati posisi strategis dalam organisasi?. Kita perlu mencari fakta yang hidup dalam masyarakat tentang suatu organisasi yang dipimpin seorang perempuan. Apakah selalu harus ada organisasi kewanitaan baru lah seorang perempuan ada pada posisi strategis dalam organisasi?. Organisasi kewanitaan yang ada sekarang berfungsi sebagai usaha pemberdayaan hak-hak kaum perempuan.

Anda mungkin juga menyukai