Anda di halaman 1dari 12

6

RISET ATMOSFER & IKLIM

81 Annual Report 2009

Contact Person Drs. Afif Budiyono, MT. Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Email : afifbd@yahoo.com Telpon : 022 6037445, 6037446 Fax. : 022 6037443, 6014998

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

B A B

82 Annual Report 2009

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Riset ATMOSFER DAN IKLIM

1. Operasi EAR (Equatorial Atmospheric Radar)

awasan atmosfer di atas ekuator Indonesia memiliki kontribusi sangat besar terhadap perubahan iklim secara global, untuk itu pemantauan atmosfer Indonesia harus dilakukan secara luas dan komprehensif. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang sejak tahun 1987 telah memprakarsai kerjasama melalui lembaga riset nasional guna melakukan

pemantauan atmosfer di Indonesia. Tahun 1992, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Pusat Pengetahuan Radio Atmosfer (Radio Atmospheric Science Center RASC) Universitas Kyoto Jepang melakukan kerjasama penelitian atmosfer dan menetapkan Kototabang sebagai lokasi pembangunan radar atmosfer, EAR (Equatorial Atmospheric Radar). Dengan adanya EAR dan alat-alat pendukung lainnya,

diharapkan dapat melengkapi informasi tentang atmosfer di kawasan Indonesia. Selain itu hasil yang diperoleh juga dapat menambah kelengkapan data atmosfer dari beberapa daerah yang terletak di atas kawasan antara Jepang dibelahan utara sampai Australia di belahan selatan. Data yang dihasilkan dari EAR dapat diaplikasikan untuk memantau angin di lapisan troposfer dan stratosfer, bahkan juga untuk mempelajari variasi struktur atmosfer di daerah ekuator.

2.  Riet Atmosfer

Riset Atmosfer Antar Intansi


a. HARIMAU H A R I M A U (The Hydrometeo-rological ARray for Isv-Monsoon Automonitoring), merupakan program kerjasama penelitian antara JAMSTEC Jepang, BPPT, LAPAN, BMKG. RISH-Kyoto University, dan ILTS-Hokkaido University, di bawah koordinasi Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA) BPPT. Beberapa radar atmosfer yang telah terpasang diantaranya, Boundary Layer Radar (BLR) di Puspitek, Serpong, Jawa Barat, BLR di GAW (Global Atmospheric Watch) BMKG, Kototabang-Sumatera Barat, MF (Middle Frequency) radar dan wind profiler radar di Pontianak, Biak dan Manado. Radar atmosfer ini digunakan untuk memantau parameter atmosfer, seperti angin dalam tiga dimensi dan curah hujan.

83 Annual Report 2009

Contoh hasil analisis Data WPR

Micro Rain Radar

WPR (Wind Profile Radar)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

b. OZON Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim-LAPAN merupakan satu institusi di Indonesia yang telah melakukan pemantauan dan penelitian ozon secara kontinyu, baik ozon permukaan, profil ozon maupun lapisan ozon. Penelitian ozon permukaan telah dilakukan sejak 1987 di Bandung dan Watukosek, sementara peluncuran Ozonsonde untuk mengukur kondisi ozon secara vertical sudah dilakukan sejak 1993. Peluncuran ozonsonde dilakukan secara kontinyu hingga saat ini, dilakukan di stasion peluncur baloon di Watukosek (7.5 S, 112.6 E) bekerja sama dengan Tokyo University dan NASDA Jepang. Pada tahun 1998, Watukosek menjadi bagian dari Program SHADOZ (Southern Hemisphere Additional Ozonesonde), data set dari SHADOZ ini di desain untuk memvalidasi data ozon dari satelit, riset proses dan pemodelan. Data set ozon dari program SHADOZ sudah digunakan untuk validasi satelit TOMS (Total Ozone Mapping Spectrometer) dan TTO (Tropospheric Total Ozone). Pada Desember 2004 data ozonsonde Watukosek dari SHADOZ ini digunakan pula untuk validasi Ozone Monitoring Instruments (OMI) yang dibawa satelit EOS-Aura. Di daerah ekuator, Watukosek menjadi stasiun kedua dengan data ozonsonde terpanjang setelah Natal (Brazil). Pemantauan kondisi ozon di Indonesia sebagai data penelitian tidak hanya dilakukan dengan peluncuran ozonsonde, akan tetapi juga di lakukan pemantauan menggunakan satelit, baik melalui TOMS dan OMI dan pemantauan dengan menggunakan Dobson spectrophotometer. Hasil pemantauan kondisi ozon di Indonesia juga menjadi satu parameter untuk Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) yang merupakan bagaian dari laporan rutin kementerian Lingkungan Hidup.

84 Annual Report 2009

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Milestone kegiatan Penelitian ozon di Indonesia, (N. Komala)

3.  Pengembangan Alat Pengukur CO2 dan Pemantauan Polusi Udara


Pengembangan Alat Pengukur CO2 dan Sistem Jaringan Pengukur CO2 di wilayah Indonesia berbasis Web Telah dilakukan pengembangan sistem pemantau CO2 secara vertikal dan pengembangan sistem jaringan pemantau CO2 permukaan berbasiskan web-site di Indonesia, beberapa stasiun pemantau CO2 telah operasional seperti watukosek, Pontianak, Kototabang, Palembang dan Bandung sebagai sentral pengontrol data pemantauan.

Polusi Udara Oksida nitrogen (NOX = NO + NO2) dan CO merupakan komponen penting dalam polusi udara, oksida nitrogen dihasilkan dari aktivitas antropogenik, baik dari sumber tetap yaitu dari proses pembakaran bahan bakar fosil industri, sumber bergerak dan sumber alamiah seperti petir dan tanah. Sementara CO dihasilkan dari aktifitas pembakaran tidak sempurna. Ozon (O3) tidak diemisikan atau dihasilkan secara langsung dari sumbernya, tetapi terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia yang meliputi gas organic yang reaktif (ROG), oksida nitrogen (NOX) dan karbon dioksida (CO) Pemantauan konsentrasi ambien, polusi udara NOX (NO+NO2), CO telah dilakukan secara kontinyu sejak tahun 2008 hingga sekarang, sementara pengukuran ozon telah dilakukan sejak tahun 1985. Tujuan dari pengukuran ini untuk mengetahui karakteristik dan variabilitas kualitas udara baik ozon maupun prekursornya apakah ada perubahan dari konsentrasi komponen kimia atmosfer sebagai dampak dari akibat aktivitas antropegenik. Selain pemantuan polusi udara, parameter meteorologis, seperti P,T,Rh, radasi UV

dan indek UV juga dipantau secara kontinyu dan bersamaan dengan pemantauan polusi udara. Deposisi asam merupakan permasalahan lingkungan lintas batas, (transboundary enviromental problem). Indonesia mempunyai permasalahan yang cukup serius tehadap kondisi deposisi asam karena dampak polusi udara. Kegiatan penelitian dan pemantauan deposisi asam di Pusat Pemanfatan Sains Atmosfer dan Iklim telah dimulai sejak tahun 1984, yang dimulai dari satu titik pemantauan hujan asam di Bandung. Hingga saat ini ada 13 titik pemantauan deposisi asam baik deposisi kering maupun deposisi basah yang berada di wilayah cekungan Bandung. Satu titik pantau yang ada, merupakan titik pantau kerjasama antara LAPAN dan Pusarpedal- Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan merupakan satu titik pantau networking dari kegiatan EANET (Acid Deposition Monitoring in East Asia) yang dimulai sejak tahun 1998.

85 Annual Report 2009

Peralatan Pemantau Polusi udara (CO, NOX, SO2, dan TNMH Analizer) Pusfatsatklim -LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

4.  Pemodelan Iklim dan Pemantauan Musim


Pengembangan Model Atmosfer indonesia telah dilakukan dengan mengintegrasikan skema parametrisasi konveksi, konveksi mempunyai peran yang penting dalam perpindahan panas dan distribusi massa dan energi di dalam medium atmosfer. Konveksi juga memungkinkan pembentukan awan dan hujan, yang merupakan salah satu mata rantai dalam siklus hidrologi. Proses konveksi merupakan penggerak utama dari sirkulasi atmosfer dan berperan dalam kesetimbangan radiasi-awan. Dengan demikian proses konveksi mempengaruhi hampir semua variabel atmosfer, fenomena konveksi juga berkaitan dengan topan badai, siklon tropis, Osilasi Medden-Jullian (MJO), gelombang di wilayah khatulistiwa terkait konveksi (CCEW), monsun, zone convergensi di wilayah tropis (ITCZ) dan interaksi tropis dengan ekstra tropis. Konveksi memainkan peran utama dalam perpindahan vertikal dari panas, uap air, momentum, dan zat kimia di dalam atmosfer. Beberapa data hasil pemantauan di stasiun pemantau atmosfer di Kototabang telah dilakukan untuk memahami mekanisme pemicuan konveksi berdasarkan seperti data EAR (Equatorial Atmospheric Radar), BLR (Boundary Layer Radar), SODAR (Sound Detection And Ranging), X-Band Radar, ORG (Optocal Rain Gauge), Radiometer, Radiosonde Campaign, Citra satelit GEOS-9. Pemodelan dilakukan untuk memformulasikan hasilhasil di atas kedalam sebuah algoritma fungsi emicu di dalam model skema parameterisasi konveksi. Sistem pemodelan yang digunakan berbasis General Circulation Model (GCM) dan Limited Area Model (LAM) yang dibangun oleh CSIRO Australia. Hasil pengembangan model dinamika atmosfer (software simulasi dinamika atmosfer global/regional) berbasiskan CSIRO-GCM/DARLAM ini, dinamakan GCM/LAM 1.0, software versi ini dikembangkan untuk pendidikan dan penelitian, yang dapat di operasikan pada sistem Personal Komputer biasa.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

86 Annual Report 2009

Profil Softfware Model Simulasi Dinamika Atmosfer GCM/LAM 1.0 LAPAN

5.  Riset Karakteristik Iklim Regional


A.  Karakteristik Atmosfer dan Iklim Sumatera Barat Letak geografis Sumatera Barat yang berdekatan dengan garis lintang nol derajat, dibatasi oleh lautan hindia disebelah barat dan bentuk permukaan yang tidak seragam (kombinasi antara dataran rendah dan dataran tinggi) menciptakan kondisi iklim yang cukup unik dan kompleks. Karakteristik atmosfer dan iklim Sumatera Barat telah dikaji berdasarkan atas variasi elemen atmosfer/iklim seperti temperatur, tekanan, kelembaban, angin dan curah hujan. Sedang dari sudut proses, kondisi iklim Sumatera Barat ditinjau dari aspek mikrofisis dan makrofisis. Aspek mikrofisis meliputi proses pembentukan awan sampai pembentukan hujan, sementara dari aspek makrofisis berkaitan dengan dinamika atmosfer skala lokal sampai global. Fenomena atmosfer Indian Ocean Dipole yang terjadi di lautan Hindia yang dekat dengan wilayah penelitian atau El Nino/La Nina yang meskipun terjadi di lautan Pasifik yang berada jauh dari Sumatera Barat tetapi mekanisme telekoneksi memungkinkan fenomena ini mempengaruhi variabel atmosfer Sumatera Barat, atau Osilasi Madden Julian dengan periode 30 60 harian diindikasikan juga berpengaruh pada variabel atmosfer Sumatera Barat dan merupakan faktor-faktor yang diperhatikan.

Kondisi temperatur udara musiman Sumatera barat periode 1948 sampai 2009 (Sumber: //www.esrl.noaa.gov/psd) Kondisi temperatur udara permukaan 6 jam-an 1 Januari 2009 (Sumber: //www.esrl.noaa.gov/psd)

Pola Kelembaban relatif di Padang Panjang dan Tabing a. Pengelompokan wilayah curah hujan di Sumatera barat

87 Annual Report 2009


b. Spektrum Curah Hujan Bulanan di sumatera barat c. Variasi Curah Hujan di Sumatera barat

Pola Curah Hujan Sumatera Barat dikelompokkan dalam 5 kelompok, yang mempunyai pola ekuatorial (dua puncak maksimum dan satu minimum dalam satu tahun), tetapi intensitas maksimum/minimum dan waktu kejadiannya berbeda. Kelompok pertama, puncak curah hujan pertama terjadi pada bulan Maret sedangkan puncak curah hujan kedua terjadi pada bulan September. Intensitas curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni hampir sama dengan curah hujan maksimum pertama (~ 150 mm). Kelompok kedua, puncak curah hujan pertama terjadi pada bulan April sedangkan puncak curah hujan kedua terjadi pada bulan November. Intensitas curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Kelompok ketiga, puncak curah hujan pertama terjadi pada

bulan April sedangkan puncak curah hujan kedua terjadi pada bulan November. Intensitas curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei. Kelompok keempat, puncak curah hujan pertama terjadi pada bulan April sedangkan puncak curah hujan kedua terjadi pada bulan Desember. Intensitas curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Kelompok kelima, puncak curah hujan pertama terjadi pada bulan April sedangkan puncak curah hujan kedua terjadi pada bulan Oktober. Intensitas curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Angin laut saat puncak musim dingin Januari dan puncak Musim panas Juni

88

B. Kalimantan Barat
Annual Report 2009

memungkinkan fenomena ini mempengaruhi variabel atmosfer di Kalimantan Barat. Kajian karakterisitik iklim regional Kalimantan Barat meliputi : kondisi pola temperatur dan hujan dalam periode waktu tertentu untuk mengetahui sifat iklimnya, pembagian musim, keterpengaruhan masyarakat terhadap variabilitas iklim dan atmosfernya dalam waktu 10-20 tahun terakhir. Hasil kajian pola curah hujan dengan menggunakan teori klustering dengam menggunakan data TRMM diperoleh pengelompokan sifat hujan secara spatial, ada 4 kluster pola curah hujan di Kalimantan Barat. K  laster pertama merupakan klaster yang beranggotakan grid-grid yang berkumpul di wilayah perairan Selat Karimata (lautan) dan Kalimantan Tengah bagian selatan (daratan) K  elompok kedua merupakan klaster yang beranggotakan grid-grid yang berkumpul di wilayah campuran (dataran tinggi dan dataran rendah) Singkawang dan Sanggau K  elompok ketiga merupakan klaster yang beranggotakan grid-grid yang berkumpul di dataran rendah Pontianak dan Ketapang K  elompok keempat merupakan klaster yang beranggotakan grid-grid yang berkumpul di wilayah dataran tinggi Kapuas Hulu

Kalimantan Barat terletak diantara Selat Karimata dan Laut Natuna di sebelah Barat, Kalteng dan Kaltim di sebelah Timur, Malaysia Timur (Serawak) di sebelah Utara dan Kalimantan Tengah serta Laut Jawa di sebelah Selatan. Provinsi ini dilalui oleh garis ekuator pada titik 00. Luas wilayah 146.807 km2 dan beriklim tropis. Kondisi Iklim Kalimantan Barat dengan temperatur rata-rata 22,60o C -33,80 C, kelembaban rata-rata 85,20 % dan penyinaran matahari 48 %. Kondisi tersebut memberikan anugerah yang besar berupa potensi sumber daya alam yang bervariasi yang meliputi berbagai sektor antara lain : pertanian, kehutanan, perkebunan, kelautan dan perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, dan pariwisata. Dengan jumlah penduduk sekitar 4 juta jiwa (+ 28 jiwa / Km2), Kalimantan Barat merupakan pasar yang besar sekaligus tempat peluang investasi yang menjanjikan. Kondisi iklim Kalimantan Barat dapat ditinjau meliputi proses pembentukan awan sampai pembentukan hujan yang berkaitan dengan pengaruh dinamika atmosfer dari skala lokal sampai global. Fenomena atmosfer Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di lautan Hindia atau El Nio/La Nia yang meskipun terjadi di Lautan Pasifik yang berada jauh dari Kalimantan Barat tetapi mekanisme telekoneksi

Pola temperatur di Kalimantan Barat

Badai Vamei pada Desember 2001 yang ditimbulkan oleh pusaran lemah di kalimantan yang dikenal sebagai Borneo Vortex

Angin yang mempengaruhi Kalimantan dari Laut Cina selatan

a. pola temperatur di daratan

b. pola temperatur di lautan

Pola tahunan Angin dan meridional di Pontianak hasil pengamatan WPR Pontianak

89 Annual Report 2009

a. Angin Zonal

b. Angin Meredional

Pola spatial curah hujan Kalimantan barat dari data reanalisis.

Pola angin annual dan diurnal di Pontianak dari pemanatuan WPR

b. Diurnal

a. Anual

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

6.  Variabilitas Iklim Indonesia :


Penelitian tentang variabilitas iklim Indonesia secara parsial berdasarkan data satelit cuaca telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan mengolah dan menganalisis empat parameter seperti : temperatur udara permukaan, tekanan udara permukaan dan kelembaban udara dari data satelit satelit AIR, selama periode 2002 2008, curah hujan yang diestimasi dari data satelit GMS/MTSAT, selama periode 1995 2009. Dari hasil analisis diperoleh bahwa wilayah Indonesia tampak tingkat variabilitas paling tinggi adalah curah hujan dibandingkan dengan ketiga parameter iklim lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar pada umumnya untuk penentuan iklim di Indonesia. Validasi data estimasi curah hujan dari satelit GMS/MTSAT terhadap data observasi permukaan menunjukkan hasil yang baik terutama untuk daerah dengan tipe hujan monsun seperti di Semarang dan Jakarta nilai korelasi R = 0,7. Sedangkan di beberapa daerah dengan tipe hujan ekuatorial seperti Medan dan Padang di mana nilai korelasi masing-masing tampak bervariasi, yaitu R=0,5 dan R=0,3. Demikian juga hasil validasi di daerah dengan tipe hujan lokal tampak kurang baik, seperti untuk Ambon dengan nilai korelasi R=0,5.

90 Annual Report 2009

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Rata-rata tahunan temperatur udara permukaan di wilayah Indonesia

Rata-rata tahunan tekanan udara permukaan di wilayah Indonesia.

Rata-rata tahunan Kelembaban udara permukaan di wilayah Indonesia.

Time series data bulanan curah hujan estimasi satelit GMS/MTSAT (warna merah) dan data observasi permukaan (warna hitam).

Rata-rata akumulasi tahunan curah hujan di wilayah Indonesia

91 Annual Report 2009

7.  Diseminasi dan layanan Informasi Sains Atmosfer


Kegiatan diseminasi dan layanan informasi sains atmosfer dilakukan untuk lebih memasyarakatkan hasil-hasil penelitian sains atmosfer yang dilakukan oleh para peneliti, dan untuk memperoleh feedback dari stake holder atau user potensial pengguna hasilhasil penelitian dan pengembangan sains atmosfer. Diseminasi sains atmosfer dilakukan guna menyampaikan hasil-hasil penelitian kepada user, seperti pemerintah pusat dan daerah, masyarakat ilmiah dan umum dalam bentuk seminar atau workshop serta memberikan layanan pencerahan kepada generasi muda tentang sains atmosfer dalam kunjungan studi lapangan siswa-siswa. Beberapa kegiatan diseminasi yang dilakukan tiap tahun adalah diseminasi hari Ozon, hari bumi dan penerimaan kunjungan tamu pelajar dan mahasiswa.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

8.  Pengembangan Radar Atmosfer TRAINER di Pameungpeuk


TRAINERS (Terrestrial Research of Atmosphere and Ionosphere using Radio wave System) merupakan program pengembangan radar atmosfer dan ionosfer yang dikembangkan oleh peneliti Pusfatsainsa dan Pusfatsatklim. Gagasan dan inisiatif LAPAN dimulai dengan membangun sendiri prototype radar VHF 150 MHz, dengan daya awal pemancar sebesar 1 kW untuk pemantauan parameter atmosfer dengan mitra diskusi dari DLR Jerman dan ISRO India. Kegiatan pengembangan radar TRAINERS dimulai dari proyek kerjasama multi-nasional dengan DLR
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jerman dan ISRO India, diharapkan radar ini menjadi komplemen radar yang sudah ada, seperti EAR (Equatorial Atmospheric Radar). Beberapa harapan target dari pengembangan radar VHF ini adalah untuk penelitian atmosfer dan ionosfer, seperti parameter cuaca dan iklim, kecepatan angin 3 dimensi untuk mendukung peluncuran roket, dan harapan lebih jauh adalah untuk mendeteksi parameter ionosfer, seperti irregularitas ionosfer pada lapisan E dan F seperti fenomena ES (E Sporadic) dan ESF (Equatorial Spread F) di daerah ekuator.

92 Annual Report 2009


Radar VHF TRAINER

Anda mungkin juga menyukai