Anda di halaman 1dari 19

OTONOMI DAERAH

DEFINISI
Kemandirian suatu daerah dalam pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai daerahnya sendiri

3 ALASAN DIBUTUHKAN OTODA


Selama ini kehidupan bernegara bersifat sentralistis Pembagian kekayaan tidak merata Kesenjangan antara pusat dan daerahsangat mencolok

ALASAN PENTING OTODA


Untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas pemerintahan Sarana pendidikan politik Persiapan untuk karir politik lanjutan Stabilitas politik Kesetaraan politik Akuntabilitas publik

BENTUK OTODA
(Dennis Rondinelli dan G. Shabbir Cheema)

Dekonsentrasi
Pergeseran volume pekerjaan dari pusat ke daerah tanpa ada pengalihan dalam pengambilan keputusan

Delegasi
Pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan manajerial

Devolusi
Penyerahan fungsi pemerintahan secara lebih luas dan mandiri

BENTUK OTODA (2)


Privatisasi
Pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan sukarela, swasta & swadaya masyarakat

Tugas Pembantuan
Delegasi tugas kepada pemerintahan rendah untuk menjalankan tugas pemerinahan yang lebih tinggi

SEJARAH OTODA DI INDONESIA


UU No 1 tahun 1945
Mengatur Badan Perwakilan Rakyat Daerah melalui karesidenan, kabupaten dan kota

UU No 22 tahun 1948
Mengatur pemerintahan daerah yang demokratis, melalui 2 jenis daerah otonom:

1. Otonomi biasa 2. Otonomi Istimewa

SEJARAH OTODA DI INDONESIA


UU No. 1 tahun 1957
Pengaturan tunggal pertama yang berlaku seragam di seluruh Indonesia

UU No. 18 tahun 1965


Sistem otonomi yang seluas-luasnya

UU No. 5 tahun 1974


Mengatur pokok penyelenggaraan pemerintahan pusat di daerah

PEMBAGIAN KEKUASAAN
(11 KEWENANGAN DAERAH)

Pertanahan Pertanian Pendidikan dan Kebudayaan Tenaga kerja Kesehatan Lingkungan hidup

Pekerjaan umum Perhubungan Perdagangan dan Industri Penanaman modal Koperasi

Yang tidak diotonomikan (Pasal 10 UU 32/2004


Politik luar negeri Pertahanan Keamanan Yustisi Moneter dan fiskal Agama

Hak daerah dalam menjalankan otonominya (pasal 21)


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya memilih pimpinan daerah; mengelola aparatur daerah; mengelola kekayaan daerah; memungut pajak daerah dan retribusi daerah; mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya lainnya yang berada di daerah

BAGI HASIL PUSAT DAERAH MENURUT UU NO. 33 TAHUN 2004

PBB(90% UNTUK DAERAH)


16.2% : PROVINSI 64,8% : KABUPATEN 10% : (65% DIBAGIKAN MERATA, 35% INSENTIF PENCAPAIAN TARGET)

BPHTP 80 20
(Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
16% 64% 20% : PROVINSI : KABUPATEN : PUSAT UNTUK DIBAGI RATA

HAK PENGUSAHAAN HUTAN (80 20)


80 20 : Kabupaten : Pusat

DANA REBOISASI (60 40)


40 60 : Kabupaten : Pusat

PERTAMBANGAN UMUM (20-80)


20 80 : Pusat : Kabupaten

PERIKANAN (20-80)
20 80 : Pusat : Seluruh Kabupaten

MINYAK BUMI (84,5-15,5)


84,5 15.5 : Pusat : Daerah

GAS BUMI (69,5-30,5)


69,5 30.5 : Pusat : Daerah

PERTAMBANGAN PANAS BUMI


20 80 : PEMERINTAH : DAERAH

Anda mungkin juga menyukai