Oleh :
Faruq Yufarriqu Mufaza
Halimatussadiah
Fitria Nurhayani N
Hana Qonita
Pembimbing :
dr. Alvin Kosasih, Sp.P
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, baik nikmat
iman, islam, dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah presentasi
kasus dengan tema Pneumonia dan Tuberkulosis Paru. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi
tauladan bagi kita semua. Kami menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka makalah ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh sebab
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Jakarta beserta jajarannya.
2. dr. Neni Sawitri, Sp.P, dr. Alvin Kosasih, Sp.P, dan dr. Fordiastiko, Sp.P
yang telah dengan sabar membimbing dan mengajar kami.
3. Seluruh jajaran staf dan karyawan RS Paru Dr. M Goenawan Partowidigdo.
4. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari bentuk sempurna. Segala
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan.
Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ 1
Kata Pengantar .......................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................... 3
BAB I LAPORAN KASUS ........................................................................ 5
1.1 Waktu Pengambilan Data .................................................................. 5
1.2 Identitas Pasien ................................................................................... 5
1.3 Anamnesis .......................................................................................... 5
1.4 Pemeriksaan Fisik............................................................................... 7
1.5 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 9
1.6 Diagnosis ............................................................................................ 12
1.7 Pemeriksaan Anjuran ......................................................................... 12
1.8 Penatalaksanaan.................................................................................. 12
1.9 Prognosis ............................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 15
2.1 Pneumonia ....................................................................................... 15
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Pneumonia ....................................... 15
2.1.2. Etiologi Pneumonia ................................................................ 17
2.1.3. Faktor Risiko Pneumonia ........................................................ 17
2.1.4. Patogenesis Pneumonia ........................................................... 18
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2.
: 18-01-2016
: 18-01-2016
: 19-01-2016
Identitas Pasien
No. Rekam Medik
: 2016249474
Nama
: Ny. A
Jenis kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 18-09-1970
Usia
: 45 tahun
Agama
: Islam
Alamat
1.3.
Status pernikahan
: Menikah
Bangsa
: Indonesia
Anamnesis
Keluhan utama :
Sesak napas sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien merasakan sesak sejak 1 minggu SMRS yang terus-menerus.
Sesak napas tidak disertai dengan suara seperti kucing maupun suara seperti
suara orang mendengkur. Sesak muncul terus-menerus tanpa ada faktor
pemicu tertentu. Sesak juga tidak disertai dengan rasa nyeri dada yang
seperti ditindih.
Selain itu pasien juga mengeluh batuk berdahak berwarna hijau
sejak 2 minggu SMRS. Dahak yang keluar tanpa disertai dengan darah.
Pasien mengeluh demam terus-menerus dan kadang-kadang menggigil
sejak 2 minggu yang lalu. Keringat malam juga dialami pasien bersamaan
dengan keluhan batuk. Pasien juga merasakan mual tanpa disertai muntah.
Rasa nyeri perut yang melilit disangkal. Pasien mengeluh buang air besar 4
x sehari dengan konsistensi cair dengan ampas tanpa ada darah, maupun
lendir. Pasien mengalami penurunan berat badan yang ditandai dengan
mengecilnya badan.
Pasien menyangkal adanya riwayat asma dan kebiasaan merokok.
Mengenai riwayat keluarga atau rekan dengan keluhan yang sama tidak
diketahui. Selama mengalami keluhan batuk berdahak, keringat malam, dan
demam, pasien tidak pergi berobat ke dokter selain di RS. PMI sebelum
akhirnya dirujuk ke RS Paru Dr. Goenawan P. Pasien juga sedang menderita
kencing manis sejak tahun 2005 dengan riwayat pengobatan sempat tidak
rutin namun saat ini sudah mulai rutin sejak pasien mengalami keluhan
utama.
Pasien akhirnya dating ke IGD RSPG pada tanggal 18-01-2016, di
IGD pasien mendapatkan perawatan inisial sesak berupa oksigen,
pemasangan infus, dan beberapa obat-obat suntik melalui infus. Saat ini
keluhan pasien adalah sesak ringan disertai dengan batuk berdahak. Selain
itu, pasien juga mengeluhkan keringat yang berlebih di siang dan malam
hari. Mual masih dirasakan sehingga tidak nafsu makan. Pasien juga
mengeluh adanya kelemahan dan nyeri di tubuh serta sering kesemutan di
kedua tungkai bawah.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah minum obat paru dua kali. Pertama pada 2008 selama
6 bulan minum obat paru yang membuat kencing merah dan dinyatakan
sembuh. Kedua, pada tahun 2015 berupa obat minum dan suntikan setiap
hari selama 2 minggu pada tahun 2015. Namun pengobatan kedua hanya
berlangsung selama 2 minggu karena pasien mengalami mual dan muntah
yang terus-menerus.
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat keluarga atau rekan dengan keluhan yang sama tidak
diketahui.
: Compos mentis
B. Tanda vital
a. Tekanan darah
: 100/60 mmHg
b. Frekuensi nadi
: 66 x / menit
c. Frekuensi napas
: 30 x / menit
d. Suhu
: 36 0 C
C. Kulit
a. Warna
: Sawo matang
: Hangat
d. Kelembapan : Lembab
e. Turgor
: Cukup
f. Pucat
: Tidak ada
g. Ikterus
: Tidak ada
h. Edema
: Tidak ada
D. Kepala
: Normosefali
E. Mata
F. Hidung
G. Leher
H. Paru
Paru depan
Inspeksi
dan
dinamis.
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
I. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
J. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
K. Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 3 detik, tidak ditemukan clubbing finger, edema
pada keempat ekstremitas tidak ada.
Nilai normal
Hb (gr/dL)
11,6
12-14
Leukosit ( /uL)
5460
5000-10000
Hematokrit (%)
34,1
37 - 46
Eritrosit (juta/uL)
4,50
4-5
Trombosit (ribu/uL)
463
150 400
75,8
82 92
25,8
27 31
34,0
32 36
414
200
KHER (MCHC)
(mg/dl)
GDS (mg/dl)
10
6. Paru kiri:
- Corakan bronkovaskular meningkat.
- Gambaran fibroinfiltrat pada lapang tengah dan atas paru kiri.
- Tidak ditemukan perselubungan.
7. Trakea posisi ditengah
8. Jantung :
- CTR < 50%
- Elongasi aorta tidak tampak
- Hilus kanan dan kiri tidak dapat dinilai.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu. Sesak
napas dirasakan terus-menerus. Pasien juga mengeluh batuk berdahak berwarna
hijau, demam yang terkadang sampai menggigil, dan berkeringat di malam hari
sejak 2 minggu yang lalu. Selain itu pasien mengeluh mual tanpa muntah dan
penurunan berat badan. Pasien juga mengeluh BAB 4 x sehari dengan konsistensi
cair berampas tanpa darah dan lendir. Pasien menyangkal adanya riwayat asma dan
kebiasaan merokok. Pasien sedang menderita kencing manis sejak tahun 2005
dengan pengobatan sempat tidak teratur namun sejak mengalami keluhan utama,
pasien meminum obatnya dengan teratur. Pasien pernah minum obat paru dua kali.
Pertama pada tahun 2008 selama 6 bulan berupa obat minum dengan dinyatakan
sembuh dan pada tahun 2015 berupa obat minum dan suntikan setiap hari selama 2
minggu pada tahun 2015. Namun pengobatan kedua hanya berlangsung selama 2
minggu karena pasien mengalami mual dan muntah yang terus-menerus.
Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis. Pemeriksaan
fisik didapatkan hasil tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 66 kali per
menit, frekuensi napas 30 kali per menit, dan suhu tubuh 36,0 0 C. Konjungtiva
kanan dan kiri tampak anemis. Pada pemeriksaan fisik paru di dapatkan suara
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi basah kasar pada paru kanan dan kiri. Pada
pemeriksaan hematologi pada tanggal 18-01-2016 pukul 14.30 didapatkan kadar
hemoglobin 11,6 gr/dL, hematocrit 34,1 %, trombosit 463000/uL, MCV 75,8 fl,
MCH 25,8 %, dan gula darah sewaktu 414 mg/dL. Pemeriksaan radiologi
11
1.6.Diagnosis
1. TB Paru lesi luas kasus kambuh BTA ?
2. Pneumonia
3. DM tipe II
1.8. Penatalaksanaan
A. Non medikamentosa
a. Tirah baring
b. Terapi nutrisi medis
TB = 150 cm
BB = 30 kg
BBI = 50 kg
Kebutuhan kalori: 25 x 50 = 1.250 kkal.
-
12
B. Medikamentosa
I. TB paru lesi luas kasus kambuh BTA (?):
OAT kategori 2, 2 (RHZE+S) /1 (RHZE) / 5 (RHE)
Streptomisin 1 x 450 mg IV
II. Pneumonia
Seftriakson 1 x 1 gram IV
13
Paracetamol 3 x 500 mg PO
Codein 3 x 15 mg PO
III. DM Tipe II
Glimepirid 1 x 20 mg PO
Avidra 10-10-10
Ad vitam
: Bonam
Ad fungtionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pneumonia
2.1.1.
oleh mikroorganisme (bakeri, virus, jamur, dan prasit). Jika peradangan terjadi oleh
karena unsur nonmikroorhanisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, oatobatan dan lain-lain) maka disebut sebagai pneumonitis.1
Klasifikasi dari pneumonia dapat berdasarkan klinis dan epidemiologinya,
mikroorganisme penyebab, serta predileksi infeksinya. Berdasarkan klinis dan
epidemiologinya, pneumonia dibagi menjadi:
a. Pneumonia komuniti (community-acquaired pneumonia)
Pneumonia komuniti merupakan pneumonia yang didapat di
masyarakat. Pneumonia komuniti banyak disebabkan oleh bakteri
Gram positif dan juga bakteri atipik. Namun terdapat beberapa
laporan yang menyatakan bahwa bakteri yang ditemukan dalam
pneumonia komuniti adalah Gram negatif.1
b. Pneumonia nosokomial
Pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah
sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk
rumah sakit.2
c. Pneumonia pada penderita immunecompromised
d. Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi merupakan akibat dari aspirasi bahan yang
mengandung mikroorganisme. Pneumonia aspirasi mengarah
kepada konsekuensi patologis akibat sekret orofaringeal, nanah,
atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah. Pada
banyak kasus pneumonia aspirasi disebabkan oleh bakteri
anaerob.1,4
15
16
Staphylococcus aureus 9 %
Enterobacter 5,26 %
Pemasangan ETT.
AIDS.
Riwayat merokok.
Alkoholisme.
Malnutrisi.
Inokulasi langsung
2.
3.
4.
2.
3.
4.
18
Dari keempat zona tersebut akhirnya dikenal dua macam hepatisasi, yaitu
red hepatization yang merupakan daerah perifer yang terdapat edema dan
perdaharan serta grey hepatization yaitu daerah konsolidasi yang luas.
2.1.5. Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pneumonia dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Gambaran klinik penderita pneumonia ditandai dengan demam,
menggigil, peningkatan suhu tubuh, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen dan kadang disertai darah, sakit tenggorok, nyeri otot dan
sendi, sesak napas, serta nyeri dada.1
2. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisik paru bergantung pada luas lesi di paru.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
laboratorium
yang
rutin
dilakukan
adalah
19
bilateral
atau
gambaran
bronkopneumonia,
Pneumonia atipik
Pneumonia tipikal
Onset
Gradual
Akut
Suhu
Kurang tinggi
Tinggi, menggigil
Batuk
Non produktif
Produktif
Dahak
Mukoid
Purulent
Gejala lain
suara
parau,
nyeri telinga
Gejala
di
luar Sering
Lebih jarang
paru
Pewarnaan Gram Flora normal atau spesifik
Kokus
negative
20
Gram
positif
atau
Radiologi
Laboratorium
Konsolidasi lobaris
rendah
Gangguan fungsi Sering
Jarang
hati
Terdapat perbedaan gejala klinis yang infeksi bakteri atipik dan tipik.
Walaupun tidak selalu muncul.1
21
Pilihan antibiotik
Streptococcus Penisilin, TMP-SMZ, makrolid
sensitive
pneumoniae (PSSP)
Penisilin
Streptococcus Betalaktam,
resisten
sefotaksim,
seftriakson,
pneumonia (PRSP)
makrolid, florokuinolon
Pseudomonas aeruginosa
tikarsilin,
piperasilin,
resistant
aureus (MRSA)
TMP-SMZ,
Haemophilus influenza
azitromisin,
sefalosporin
Mycoplasma pneumonia
Chlamydia pneumoniae
22
Angka mortalitas
2.2. Tuberkulosis
2.2.1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis complex, yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru-paru.7,8
2.2.2. Epidemiologi Tuberkulosis
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) telah diterapkan di banyak negara
sejak tahun 1995.9
Dalam laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus
baru tuberculosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan
Asam) positif. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 182 kasus
per 100.000 penduduk. Di Afrika terdapat 350 kasus per 100.000 penduduk.
Sedangkan dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus
TB pada tahun 2012.7,9
Dalam laporan WHO tahun 2004, jumlah kematian TB di Asia tenggara
sebesar 625.000 orang atau angka kematian 39 orang per 100.000 penduduk. Angka
kematian tertinggi terdapat di Afrika sebesar 83 per 100.000 penduduk. WHO juga
melaporkan pada tahun 2013 bahwa diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada
tahun 2012 dengan jumlah kematian karena TB mencapai 410.000 kasus.7,9
Indonesia menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah
India dan China. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
penyakit TB merupakan penyebab kematian pertama pada golongan penyakit
infeksi. Menurut data Departemen Kesehatan tahun 2001, terdapat 50.443 penderita
BTA positif yang diobati. Tiga perempat dari kasus TB ini berusia 15-49 tahun.
Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya
3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%.7,9
23
2.2.3.
Etilogi Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
Terdapat
beberapa
spesies
Mycobacterium,
antara
lain:
Mengindap HIV/AIDS,
24
2.2.5.
2.2.6.
Patogenesis Tuberkulosis
1. Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Kuman TB akan masuk melalui saluran napas dan bersarang di jaringan paru.
Kuman TB yang dianggap benda asing oleh system imun tubuh akan segera
difagosit oleh makrofag. Proses fagositosis ini tidak akan membunuh kuman TB
secara keseluruhan bahkan makrofag bias dimatikan oleh kuman Tb dengan system
perlindungannya. Dengan proses tersebut maka kuman TB dapat hidup dan
berkembang biak dalam jaringan paru selama kurang lebih 2 minggu. 9
Selama masa berkembang biak, sel-sel Limfosit T akan mulai berkenalan
dengan kuman TB yang selanjutnya akan mengeluarkan berbagai jenis Limfokin
untuk merangsang limfosit dan makrofag untuk membunuh kuman TB. Limfokin
yang dikeluarkan antara lain Macrophage Activating Factor=MAF, Macrophage
Inhibitory factor = MIF, Chemotactic Factor dll. Selain itu tubuh juga akan
membentuk limfokin lain yaitu Skin Reactivity Factor (SRF) yang akan
25
Perkontinuatum
Kuman Tb akan menyebar ke sekitarnya. Salah satu contohnya adalah
epituberkulosis yaitu dimana terdapat penekanan bronkus oleh kelenjar
hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi hingga dapat terjadi
atelectasis. 9
Bronkogen
Kuman TB akan menyebar baik di paru yang terkena maupun paru yang
lainnya. Penyebaran ini juga dapat terjadi hingga ke usus. 9
26
system imun tidak kuat. Keadaan yang dapat timbul antara lain TB milier,
meningitis TB, typhobacillosis Landouzy ataupun dapat mengakibatkan
timbulnya TB pada organ lain selain paru. 9
27
Diagnosis
Penyakit Tuberkulosis dapat ditegakkan dari gejala klinis, pemeriksaan fisik,
Gejala klinis
Gejala klinis tuberkulosis dibagi menjadi 2 yaitu gejala respiratorik dan gejala
sistemik.
Gejala respiratori diantaranya batuk lebih dari 3 minggu, batuk dengan atau
tanpa dahak, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala respiratori ini
sangat bervariasi mulai dari tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat
tergantung dari luas lesi.7
28
b.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pertama yang terlihat pada pemeriksaan fisik antara lain
ditemukan konjungtiva anemis, suhu badan subfebris (demam), dan berat
badan menurun. Keadaan yang terjadi bergantung pada luas lesi yang terjadi
di parenkim paru. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apeks dan segmen posterior(S1 dan S2), serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisikjasmani dapat ditemukan
suara napas bronchial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tandatanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. 7
Bila proses infitratif ini makin meluas dan menebal, juga akan didapatkan
fremitus yang menguat dengan redup pada perkusi, suara nafas bronkial. Bila
sudah terjadi kavitas akan ditemukan gejala-gejala kavitas,berupa timpani
pada perkusi disertai suara nafas amforis. Bila terjadi atelektasis (pada
destroyed lung), suara nafas setempat akan melemah sampai hilang sama
sekali. Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan suara pekak, paru yang terdapat cairan akan
tertinggal hingga suara napas yang melemah hingga hilang pada sisi yang
terdapat cairan. Pasien baru terduga TB jika terdapat kelainan radiologis dada
dan uji tuberculin positif.7
29
c. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi dilakukan untuk menemukan kuman tuberkulosis.
Penemuan kuman TB ini sangat penting bagi penegakan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor
cerebrospinal,
bilasan
bronkus,
bilasan
lambung,
bilasan
30
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai
kaviti.
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.7
e. Tes tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak. Biasanya digunakan tes
Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc Tuberkulin P.P.D (Purified
Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5. Pembacaan dilakukan 48-72
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transversal dari indurasi yang
terjadi.Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm(pada gizi baik), atau > 5
mm pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi
TB dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat
negatif pada anak TB berat dengan anergi ( malnutrisi, penyakit sangat berat,
pemberian imunosupresif dll).7
31
Klasifikasi Tuberkulosis
Pengelompokan pasien tuberculosis dapat didasarkan kepada banyak hal,
antara lain :
a. Berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan bakteriologis
Berdasarkan definisi ini pasien TB adalah seorang pasien TB
yang dikelompokkan berdasarkan hasil pemeriksaan contoh uji
biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau
tes diagnostic cepat yang direkomendasikan oleh Kemenkes RI
(missal : GeneXpert).
Berdasarkan hasilnya pasien TB dikelompokkan menjadi :
-
kriteria
terdiagnosis
secara
bakteriologis
tetapi
Tuberkulosis Paru
adalah TB yang terjadi di parenkim paru.
Catatan : Milier TB dianggap sebagai TB Paru karena lesinya
terdapat pada jaringan paru. Pasien TB paru baru yang juga
menderita TB ekstra paru dikelompokkan menjadi pasien TB
paru. Limfadenitis Tb yang meyerang rongga dada (hillus
33
Pasien baru TB
adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari
1 bulan ( dari 28 dosis).
Pasien kambuh
adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan
hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benarbenar kambuh atau karena reinfeksi).
34
Lain-lain
adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
Pasien
yang
riwayat
pengobatan
sebelumnya
tidak
diketahui
35
2.2.9
Komplikasi Tuberkulosis
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut. Komplikasi dini berupa pleuritis, efusi pleura, empiema,
laryngitis, usus, Poncet`s arthropathy. Komplikasi lanjut diantaranya
obdtruksi jalan napas: SOFT (Sindrom Obstruksi Paska Tuberkulosis),
kerusakan parenkim berat; SOPT , fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada Tb
milier dan kavitas TB.
Tahap awal
Pada tahap ini pengobatan diberikan tiap hari yang dimaksudkan
untuk menurunkan jumlah kuman secara efektif yang ada di dalam
36
tubuh pasien dan juga untuk meminimalisir pengaruh kuman yang telah
resisten sebelum pengobatan dimulai. Pengobatan tahap awal pada
pasien baru diberikan selama 2 bulan. Pasien yang secara teratur
mengkonsumsi obat setiap hari tanpa adanya factor penyulit akan
menurunkan daya penularan setelah 2 minggu pengobatan.
-
Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap pembunuhan sisa
kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
37
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori ini diberikan untuk pasien baru :
a. Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis,
b. Pasien TB paru terdiagnosis klinis
c. Pasien TB ekstra paru
38
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori ini diberikan pada pasien BTA positif yang pernah
diobat sebelumnya yaitu :
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up)
39
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus Ny. A, 45 tahun, mengeluh sesak sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien mengeluh batuk berdahak berwarna hijau sejak beberapa minggu sebelum
masuk rumah sakit. Dahak tidak disertai darah. Pasien juga merasa deman terus
menerus dan kadang mengigil, keringat dirasakan pada malam hari, berat badan
dirasakan menurun. Pasien juga merasakan mual tanpa disertai muntah, nyeri pada
bagian perut tidak ada, BAB cair dengan ampas tanpa darah dan lendir, frekuensi
4x/hari. Riwayat OAT diakui oleh pasien, yaitu pertama pada tahun 2008 pasien
pernah minum obat yang membuat urine pasien menjadi berwarna merah, dan tahun
2015 pasien mengaku pernah minum obat serupa ditambah dengan obat yang
disuntik dibokong namun berhenti karena setelah 2 minggu pengobatan tersebut
pasien mengeluh muntah-muntah dan akhirnya pasien menghetikan pengobatannya
tersebut. Dari hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan suhu 360 C, hasil tersebut
berbeda dengan keluhan pasien saat anamnesis di mana pasien mengeluh demam.
Pemeriksaan paru didapatkan bentuk dada normal, pergerakan dada simetri saat
stasis dan dinamis, vocal fremitus kanan dan kiri sama kuat, perkusi sonor, namun
saat auskultasi didapatkan suara napas vesikuler + /+, ronki terdengar di kedua
lapang paru, serta tidak terdengar wheezing. Pada pemeriksaan rontgen toraks
didapatkan gambaran fibroinfitrat di kedua lapang paru dan terdapat perselubungan
inhomogen di lapang tengah paru kanan. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar Hb normal, leukosit normal, trombosit normal, namun GDS
sebesar 414. Dari hasil tersebut akhirnya pasien didiagnosis dengan TB paru lesi
luas kasus kambuh bta (?) dengan pneumonia dan DM tipe II.
Penentuan diagnosis TB paru lesi luas kasus kambuh didapatkan dari
keluhan yang dirasakan pasien, riwayat pernah mendapatkan pengobatan OAT, dan
dari pemeriksaan radiologi. Namun, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa
pemeriksaan BTA untuk melengkapi diagnosis TB parunya. Untuk pasien ini kami
usulkan dilakukan pemeriksaan geneXpert dikarenakan riwayat pasien yang pernah
menjalani pengobatan OAT baik katagori 1 maupun katagori 2.
40
41
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumonia
merupakan
peradangan
paru
yang
disebabkan
oleh
diabetes mellitus.
Pasien dengan diagnosa tuberkulosis kategori 2 harus ditatalaksana dengan
obat anti tuberkulosis kategori II yaitu 2 HRZES / 1 HRZE / 5 HRE dengan dosis
disesuaikan dengan berat badan. Pasien dan keluarga harus diedukasi bahwa
pengobatan tuberkulosis harus diminum secara kontinu. Sedangkan infeksi
pneumoninya harus diobati dengan antibiotik spektrum luas selama hasil kultur
dahak belum keluar.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komuniti: pedoman
diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. PDPI. 2003: 4-16.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia nosocomial: pedoman
diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. PDPI. 2003: 2-13.
3. Nyoman BI, Putu SP, Bagus SI. Pneumonia atipikal. 2007: 138-9.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit
vol 2. Ed. 6. EGC: 2005.
5. Dhar R. Pneumonia: review of guidelines. JAPI: January 2012,60.
6. Musher DM, Thorner AR. Community-acquired pneumonia. N Engl J Med:
2014, 371:1619-28.
7. Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia.
Pedoman
penatalaksanaan
43