Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Disusun Oleh : 1. Romi Yuliardi


2. Muhammad Rifqi 13110009 13110018

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia 2013

BAB III LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kualitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasihasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (Trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spsifikasi hubungan antara variable sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono,1999), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain : 1. Teori yang deduktif : memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah dimana data yang akan diterangkan. 2. 3. Teori yang induktif : cara menerangkannya adalah dari data ke arah teori. Teori yang fungsional : di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data. Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut : 1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya memiliki sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukan suatu

hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat konstan dan dapat diramal sebelumnya. 2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif). 3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis. Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. B. Tingkatan dan Fokus Teori Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu, mikro, meso, dan makro. Berikut adalah penjelasannya : 1. Tingkatan teori mikro : Teori yang mencakup sebagian kecil dari waktu, ruang, atau sejumlah orang. Konsep biasanya tidak terlalu abstrak. 2. Tingkatan teori meso : Teori yang menghubungkan teori tingkat makro dan mikro. Biasanya beroperasi pada bagian menengah. 3. Tingkatan teori makro : Teori ini menyangkut pengoperasian wilayah yang lebih besar seperti lembaga sosial, sistem seluruh budaya dan seluruh masyarakat. Teori ini lebih menggunakan konsep yang abstrak. Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan teori kisaran tengah. Berikut adalah penjelasannya : 1. Teori substantif dikembangkan untuk area spesifik dari kepedulian sosial.

2.

Teori formal dikembangkan untuk daerah konseptual dalam teori umum, seperti penyimpangan, sosialisasi atau kekuasaan.

3.

Teori kisaran menengah sedikit lebih abstrak dari generalisasi empiris atau hipotesis tertentu. Teori kisaran menengah bisa termasuk dalam formal atau substantif. Teori kisaran menengah terutama digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penyelidikan empiris.

C. Kegunaan teori dalam penelitian Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan untuk menggambarkan dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian. D. Deskripsi Teori Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasilpenelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti melalui uraian yang mendalam dan lengkap dari berbagai referensi. Variable-variabel yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variable yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagi berikut : 1. 2. 3. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya. Cari sumber bacaan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti. 4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. 5. 6. Baca seluruh isi topik buku, analisa, renungkan dan buat rumusan dengan bahasa sendiri. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.

E. Kerangka Berfikir Uma Sekaran, dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah dididentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel tersebut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas dua variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).

Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Memantapkan variabel yang diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hupotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. 2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP) Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, Journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. 3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP) Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian tertentu. 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teoriteori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak. 5. Analisis Komparatif terhadap teori dan hasil penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan yang lain, dan hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan yang lain, atau mereduksi jika dipandang terlalu luas. 6. Sintesa / Kesimpulan Selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir.

7. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang

asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif misalnya, jika begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif). 8. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir berbunyi jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktifitas kerja. Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut: 1. 2. Variabel variabel yang akan diteliti harus dijelaskan. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menjelaskan dan menunjukan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari. 3. Diskusi juga harus menunjukan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris,kausal atau interaktif (Timbal balik) 4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.

F. Hipotesis Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,sebuah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif tidak perlu sering merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis,tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis, Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistic.Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan diatas.Selanjutnya hipotesis statistic itu ada,bila penelitian bekerja dengan sampel.Jika penelitian tidak menggunakan sampel,maka tidak ada hipotesis statistic. Hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja.Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal,sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Contoh hipotesis penelitian : 1. 2. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah (hipotesis deskritif). Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat petani dan nelayan (dalam populasiitu/hipotesis komparatif). 3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli masyarakat.

Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik: 1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata masyarakat dalam sampel dengan populasi.Penghasilan maskarakat itu paling tinggi hanya Rp.500.000/bulan (hipotesis deskriptif). 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan nelayan (hipotesis komparatif) 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah payung yang terjual (hipotesis assosiatif/hubungan). Ada hubungan positif artinya, bila curah hujan tinggi, maka akan semakin banyak payung yang terjual.

Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negative.Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaiut hipotesis kerja dan hipotesis alternative.Parameter adalah ukuran ukuran yang berkenaan dengan populasi dan statistik disini diartikan sebagai ukuran ukuran yang berkenaan dengan sampel. Bentuk bentuk hipotesis : a. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,yaitu berkenaan dengan variable mandiri. Contoh: 1) Rumusan Masalah Deskriptif a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X?

2) Hipotesis Deskriptif Daya tahan lampu pijar merk X= 600 jam (Ho).Ini merupakan hipotesis nol,karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi . Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X 600 jam. Tidak sama dengan ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.

3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)


Ho Ha

: :

= 600
600

: Adalah nilai rata rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.

b. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi popluasi atau sampelnya yang berbeda,atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh: 1) Rumusan masalah Komparatif Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y? 2) Hipotesis Komparatif Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis dan alternative sebagai berikut: Hipotesis Nol:
1. Ho

: Tidak terdapat produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y ; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y ,atau : Produktivitas karyawan PT X besar atau sama dengan () PT Y (lebih besar atau sama dengan= paling sedikit). : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan () PT Y (lebih kecil atau sama dengan= paling besar)

2. Ho

3. Ho

Hipotesis Alternatif:
1. Ha

: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar ( atau lebih kecil) dari karyawan PT Y : Produktivitas karyawan PT X kebih kecil daripada () PT Y : Produktivitas Karyawan PT X kebih besar daripada () PT Y.

2. Ha 3. Ha

3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:


1) 2) 3)

Ho Ha Ho Ha Ha Ho

: : : : : :

= Rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT. X = Rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.Y

c. Hipotesis Assosiatif Hipotesis Assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan assosiatif,yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Contoh : 1) Rumusan Masalah Assosiatif Adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan pelayan dengan barang yang terjual. 2) Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan dengan barang yang terjual. 3) Hipotesis Statistik
Ho : Ha : = 0, = 0, 0 berarti tidak ada hubungan. tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan, = nilai korelasi dalam formulasi yang di hipotesiskan.

masalah

Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah dan hipotesis penelitian. a. Judul Penelitian Hubungan antara gaya kepemimpinan manager perusahaan dengan prestasi kerja karyawan.(gaya kepemimpinan adalah variable independen (X) dan prestasi kerja adalah variable dependen (Y)). b. Paradigma Penelitiannya adalah: X Y

c. rumusan masalah 1. Seberapa baik gaya kepemimpinan manajer yang ditampilkan (bagaimana X?): 2. Seberapa baik prestasi kerja karyawan ? (Bagaimana Y)

d. rumusan hipotesis penelitian 1. Gaya kepemimpinan yang ditampikan manajer (X) ditampilkan kurang baik,dan nilainya paling tinggi 60% dari criteria yang diharapkan. 2. Prestasi kerja karyawan (Y) kurang memuaskan dan nilainya paling tinggi 65.

Karakteristik hipotesis yang baik itu adalah sebagai berikut : 1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri,perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih 2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas,sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran 3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai