Anda di halaman 1dari 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Sedangkan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. (KemenKes RI, 2011) Pasien dengan diabetes mellitus menunjukkan kesehatan gingiva yang buruk dan tingkat indeks plak yang lebih tinggi dibandingkan dengan non diabetik. Salah satu dari kondisi periodontal tersebut dapat dikaitkan dengan diabetes mellitus. (Mealy,2003) Banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah karies, dengan mengetahui penyebabnya merupakan hal penting agar mengerti cara melakukan pencegahannya.1 Pencegahan karies dan penyakit periodontal dengan melakukan peningkatan kesehatan gigi telah menjadi tujuan utama dalam dunia kedokteran gigi, sejak diketahui plak gigi merupakan faktor yang mendominasi penyebab hilangnya gigi oleh karena karies dan penyakit periodontal.2 Menyikat gigi membantu kontrol plak dan merupakan langkah awal untuk mengontrol karies dan penyakit periodontal baik untuk individu maupun populasi.1,2 Pasta gigi merupakan salah satu bahan yang sangat dekat dengan dunia kedokteran gigi. Pasta gigi merupakan sebuah bahan yang membantu proses pembersihan gigi. salah satu dari bahan pasta gigi adalah Sodium Lauryl Sulfate. Sodium Lauryl Sulfate merupakan salah satu deterjen sintesis yang paling banyak digunakan sebagai zat aktif dalam pasta gigi, dengan konsentrasi dalam kisaran antara 1,5%-5%. Fungsi Sodium Lauryl Sulfate ini adalah untuk menurukan tegangan permukaan, membentuk mikroemulsi sehingga terbentuk busa yang turut mempermudah pelepasan sisa makanan dan plak yang melekat pada permukaan rongga mulut yang digunakan pada proses pembersihan secara mekanis.(3) Pasta gigi yang mengandung deterjen (sodium lauryl sulphate) akan memiliki efek samping menurunkan kerja enzim laktoperoksidase (Rochmawati, dkk, 2008). Sedangkan pada pasta gigi yang tidak mengandung deterjen akan meningkatkan kerja enzim yang sama sehingga pasta gigi ini lebih bekerja sesuai dengan fungsi

penolakan baik secara enzimatik maupun secara non-enzimatik dalam rongga mulut manusia (Amrogen, 1998). 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Manfaat Daftar pustaka 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. Tersedia pada: URL: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-jutaorang.html 2. Mealey, B.L. and Rethman, M.P. Periodontal disease and diabetes mellitus: bidrirectional relationship. Dentistry Today 2003; 22 (4): 107-113. 3. Rochmawati M, Irmawati A, Sunariani J, 2008, Perbedaan Derajat Keasaman (pH) Saliva akibat Pemakaian Jangka Panjang Pasta Gigi Berdeterjen Sodium Lauryl Sulphate 5% dengan Pasta Gigi Nondeterjen, Majalah Ilmu Faal Indonesia, 1 (8) 4. Amrogen AVN, 1998, Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Bagi Kesehatan Gigi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai