Anda di halaman 1dari 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Pelayanan Antental Perawatan Antenatal adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil dan perkembangan/ pertumbuhan janin dalam

kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.(Hariadi R, 2004) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).(Pudiastuti RD, 2011) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus. Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, komunikasi, informasi, dan edukasi, motivasi ibu hamil dan

rujukan.(Imbalo PS, 2006) Menurut Saifuddin 2006, tujuan antenatal care adalah: a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. c. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Keuntungan perawatan anenatal dapat mengetahui berbagai risiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit.(Manuaba,1998) Fungsi perawatan antenatal a.Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan. b.Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu. c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. Berdasarkan buku pedoman pelayanan antenatal di tingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal (ante = sebelum, natal = lahir) hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu: a. Pemeriksaan medis i. ii. iii. Diagnostik kehamilan Penemuan kelainan secara dini Pemberian terapi sesuai dengan diagnosis

b. Penyuluhan, komunikasi dan motivasi ibu hamil antara lain mengenai: i. ii. Penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya Pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya iii. Pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.

c. Rujukan Ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap.

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari: a. Kunjungan pertama i. ii. iii. iv. v. vi. vii. viii. Catat identitas ibu hamil Catat kehamilan sekarang Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium Pemeriksaan obstetrik Pemberian imunisasi toxoid (TT) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi ix. Penyuluhan/konseling

b. Jadwal kunjungan ibu hamil Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal: i. ii. Satu kali kunjungan selama trimester satu (<14 minggu) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 - 28) iii. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36).(Saifuddin dkk, 2002) iv. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam. (Pusdiknakes 2003) Joshua P. Vogel dan kawan-kawan (2013) melakukan analisis sekunder terhadap Uji Coba ANC WHO. Data menunjukkan terdapat peningkatan risiko kematian janin pada usia kehamilan 3236 minggu pada wanita dengan frekuensi antenatal yang kurang. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kurangnya kunjungan antenatal, perbedaan tempat, populasi atau isi dan kualitas dari

pelayanan serta waktu kunjungan juga memberikan peran.(Vogel JP, Habib NA, Souza JP, et al, 2013) Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting. a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14 i. Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil ii. iii. Mendeteksi masalah dan menanganinya Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan iv. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi v. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28. Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi edema periksa untuk apakah ada kehamilan ganda. c. Trimester ketiga antara minggu 28 36. Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. d. Trimester ketiga setelah 36 minggu. Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran ddi rumah sakit.(Saifuddin dkk, 2002) Tinjauan tentang kunjungan ibu hamil kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan.(Depkes RI, 2007)

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 7T a. (Timbang) berat badan b. Ukur (Tekanan) darah c. Ukur (Tinggi) fundus uteri d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan f. Tes terhadap penyakit menular sexual g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2002) Tujuan asuhan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal serta optimalisasi kembalinya kesehatan reproduksi ibu secara wajar. Keuntungan layanan antenatal sangat besar karena dapat mengetahui risiko dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Layanan antenatal dilakukan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang lebih intensif, pengobatan agar risiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat. Pelayanan yang dilakukan secara rutin juga merupakan upaya untuk melakukan deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dapat dengan segera dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan antenatap terdiri dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis

maupun

dengan

perawatan

berkala

terhadap

adanya

komplikasi

kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko bisa diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau

dihilangkan.(Prawirodiharjo S, 2006)

2. Kualitas Pelayanan Antenatal Kualitas pelayanan antenatal erat hubungannya dengan penerapan standar pelayanan kebidanan, yang mana standar pelayanan berguna dan penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil penilaian dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Mengukur tingkat kebutuhan terhadap standar yang baik input, proses pelayanan dan hasil pelayanan khususnya tingkat pengetahuan pasien terhadap pelayanan antenatal yang dikenal standar mutu.(Depkes RI, 2003) Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti berikut: a. Standar Identifikasi Ibu hamil Standar ini bertujuan mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Pernyataan standar : bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. b. Standar Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bertujuan

memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan diteliti dalam komplikasi. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin

dengan

seksama

untuk

menilai

apakah

perkembangan

berlangsung normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat padu setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. c. Standar Palpasi Abdominal Standar palpasi abdominal bertujuan memperkirakan usia, kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Secara tradisional perkiraantinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus atau prosesus sifoideus. Cara tersebut dilakukan dengan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan (perkiraan) tersebut hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi. Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus, para peneliti saat ini menyarankan penggunaan pita ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas simfisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat dan dapat diandalkan. Pengukuran tinggi fundus uteri tersebut bila dilakukan pada setiap kunjungan oleh petugas yang sama, terbukti memiliki nilai prediktif yang baik, terutama untuk mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan intrauterin yang berat dan kehamilan kembar. Walaupun pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita ukur

masih bervariasi antar operator, namun variasi ini lebih kecil dibandingkan dengan metoda tradisional lainnya. Oleh karena itu penelitian mendukung penggunaan pita ukur untuk memperkirakan tinggi fundus sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pada setiap kunjungan. d. Standar Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Standar ini bertujuan menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Bidan penanganan melakukan dan/atau tindakan pencegahan, kasus penemuan, pada

rujukan

semua

anemia

kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama

kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada kecenderungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan. Perubahan normal ini di kenal sebagai hemodilusi (Mohamed & Hytten 1989) dan biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan minggu ke-30. Oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilakukan pada awal kehamilan dan diulang kembali pada minggu ke-30 untuk mendapat gambaran akurat tentang status Hb. e. Standar Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Standar ini bertujuan mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. f. Standar Persiapan persalinan Standar persiapan persalinan dengan tujuan untuk

memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

3. Pengetahuan Pengatahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), (synthesis), dan evaluasi (evaluation). (Notoatmodjo, 2007) a. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif sintesis

mempunyai 6 tingkatan, meliputi : i. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya ii. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi atau objek harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari iii. Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya) iv. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. v. Sintesis (synthesis) Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada vi. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007) b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : i. Umur Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. ii. Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. iii. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi memberikan merupakan pengetahuan pertama salah satu faktor yang

seseorang. bagi

Lingkungan dimana

pengaruh

seseorang,

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. iv. Sosial Budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. v. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilainilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh pada umumnya, semakin tinffi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.(Notoatmojo, 1993) vi. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. vii. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah

tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, memperoleh atau pengalaman itu suatu Oleh cara untuk itu

kebenaran

pengetahuan.

sebab

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010) Pada wanita hamil, pengalaman dapat ditunjukkan dari kehamilannya baik kehamilan sebelumnya, kehamilan saat ini, ataupun kehamilan selanjutnya. c. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : i. Baik, bila 76-100%

ii. Cukup, bila 56-75% iii. Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008) d. Cara Memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau ilmiah i. Cara tradisional atau non ilmiah

Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu : a) Cara trial and error Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa

kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. b) Secara kebetulan Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang

bersangkutan. c) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya. d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan e) Cara akal sehat Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. f) Kebenaran melalui wahyu Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari pengetahuan

tersebut rasional atau tidak. g) Kebenaran secara intuitif Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. h) Melalui jalan pikiran Menggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan. Dengan berkembangnya jaman, cara berpikir manusia juga berkembang. i) Induksi Proses penarikan kesimpulan yang

dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. j) Deduksi Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. ii. Cara modern atau ilmiah Cara mengadakan untuk memperoleh pengetahuan kemudian dengan hasil

pengamatan

langsung,

pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan

membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010)

B.KERANGKA TEORI Lingkungan Pendidikan Usia Paritas ANTENATAL

Pengetahuan ibu hamil

C.KERANGKA KONSEP

Paritas

Usia

PELAYANAN ANTENATAL BERKUALITAS

Pengetahuan ibu hamil

Pendidikan Keterangan:

Lingkungan Status ekonomi Media massa Geografis Keluarga/ kerabat

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Variabel bebas Variabel terikat Variabel perancu

: Kualitas antenatal : pengetahuan ibu hamil : usia, paritas, pendidikan, lingkungan

D.HIPOTESIS PENELITIAN Pelayanan antenatal yang memenuhi standar pelayanan mempunyai kualitas yang sama pada berbagai pusat layanan antenatal.

Anda mungkin juga menyukai