Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI APLIKASI TEGANGAN TINGGI SEBAGAI PENGURAI KARBONDIOKSIDA (CO2) PADA RUANGAN TERTUTUP

Disusun Oleh: AHMAD ATHOILLAH NPM : 209.05.3.0015

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM MALANG JUNI 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Manusia bisa hidup 5-6 minggu tanpa makanan, beberapa hari tanpa air, tetapi hanya beberapa menit tanpa udara. Nutrisi paling penting yang dibutuhkan oleh tubuh kita bukanlah protein, karbohidrat atau lemak, tapi udara. Sebagaimana api di pembakaran tidak dapat menyala tanpa adanya udara, demikian juga api dalam tubuh kita tidak dapat dijaga tanpa adanya udara yang banyak dalam tubuh kita. Cara kita bernafas akan mempengaruhi penampilan kita, bagaimana kita merasa, daya tahan kita terhadap penyakit, bahkan berapa lama kita akan hidup. Agar kita mempunyai darah yang baik, kita harus bernafas dengan baik. Udara murni yang memenuhi paru-paru kita akan membersihkan darah, lalu mengirimkannya ke seluruh bagian tubuh. Orang sakit lebih membutuhkan udara bersih daripada obat-obatan, dan lebih penting daripada makanan mereka. Bagi orang sakit, lebih baik kehilangan makanan daripada kehilangan udara bersih. Kehidupan di udara luar dengan lingkungan alami akan berakibat pada hal-hal ajaib bagi para penderita cacad yang tidak berdaya dan hampir tidak ada harapan. Beberapa penyakit dapat disembuhkan rata-rata melalui udara yang baik dan cukup. Contohnya, pengobatan yang paling berhasil bagi para penderita Tuberculosis (TBC) adalah udara bersih yang lebih banyak daripada biasanya, baik siang maupun malam. Beranda untuk tidur harus disediakan dan si pasien penderita TBC tersebut

hanya diperkenankan di dalam rumah hanya untuk makan dan keperluan lain. Ribuan orang yang seharusnya masih hidup meninggal karena kurangnya udara dan air bersih. Meskipun pada pada zaman yang semakin modern ini telah banyak bermunculan Air Conditioner (AC) yang berfungsi sebagai penyejuk udara serta sebagai filter udara dari debu-debu yang bertebaran di uadara. Namun teknologi ini tidak serta merta menyelesaikan masalah diatas tetapi justru timbul masalah baru, AC juga membuat berkurangnya kadar oksigen dalam ruangan. Sebab pemakaian AC biasanya dilakukan diruang tertutup (tidak ada sirkulasi udara). Bahkan Serangan utama akan menghampiri bagian paru-paru dan saluran pernapasan. Orang yang terlalu lama di dalam ruang AC setiap harinya, diketahui sebagian mereka mengalami infeksi pernapasan. Melihat permasalahan diatas penulis memiliki rancangan sebuah alat pengurai karbondioksida (CO2) dengan memanfaatkan tegangan tinggi pada ruangan yang minim ventilasi dan membutuhkan oksigen yang cukup banyak.

1.2. Rumusan Masalah Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, penulis merumuskan beberapa hal diantaranya: a) Bagaimana rangkaian ini bekerja? b) Apa pengaruh tegangan tinggi terhadap karbondioksida (CO2)?

1.3. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan ini, maka penulis perlu membatasi permasalahan dengan batasan-batasan sebagai berikut: a) Tidak membahas reaksi kimia karbondioksida (CO2) secara mendalam. b) Tegangan tinggi yang digunakan adalah tegangan DC. c) Perancangan pengurai karbondioksida. Pengurai karbondioksida adalah lempengan logam yang di sejajarkan dan dialiri aliran listrik tegangan tinggi DC agar dapat menarik atom-atom karbon yang terurai. d) Ambang batas karbondioksida adalah nilai karbondioksida pada ruangan terbuka.

1.4. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini ialah memperoleh sebuah desain pengurai karbondioksida pada ruangan tertutup agar kebutuhan oksigen terpenuhi.

1.5. Sistematika Penulisan Untuk mencapai pada tujuan yang direncanakan, maka sistematika pembahasan yang akan dipakai adalah sebagai berikut: a) Bab I b) Bab II : pendahuluan. : Dasar-dasar teoritis perencanaan; berisi teori-teori yang

berhubungan dengan pemakaian komponen-komponen penunjang.

c) Bab III d) Bab IV e) Bab V

: Penentuan Perancangan pengurai karbondioksida. : Pengujian alat. : merupakan penutup yang membahas tentang hasil keseluruhan

dari pengujian alat.

5 BAB II DASAR TEORI

2.1. Ikatan kovalen Menurut G.N. Lewis, Unsur-unsur logam dan bukan logam cenderung membentuk senyawa ion untuk mencapai stabil melalui serah-terima elektron sehingga tercapai konfigurasi elektron seperti gas mulia. Atom-atom bukan logam dapat membentuk ikatan dengan atom-atom bukan logammelalui penggunaan

bersamapasangan atom valensinya. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom (James E. Brady, 1990). Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama. Untuk pembentukan ikatan kovalen rangkap dua dalam molekul CO2 seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Pembentukan molekul CO2 Sumber: perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/ikatan-kimia-terbaru.html

6 Konfigurasi elektron atom 6C= 2, 4 Untuk membentuk konfigurasi Ne (2, 8), diperlukan 4 elektron tambahan. Ke4 elektron ini diperoleh dari atom O. Setiap atom O menyumbang 2 elektron valensi sehingga membentuk dua buahikatan kovalen rangkap dua.

2.2. Gasifikasi Plasma Plasma merupakan kondisi gas terionisasi yang terjadi di alam. Namun, plasma juga dapat dibuat yakni dengan metode electrical discharge. Metode ini dilakukan dengan menambahkan atom.( Dr.Anto Tri Sugiharto) Gasifikasi plasma merupakan suatu metode efektif dalam menguraikan berbagai senyawa ydroge dan anorganik menjadi elemen-elemen dasar dari sebuah ydrog pada gas sehingga ydrogen terlucuti dari

senyawa, sehingga elemen-elemen tersebut dapat digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle). Senyawa adalah zat tunggal yang terbentuk dari beberapa unsur dengan melalui reaksi kimia dan senyawa tersebut juga dapat diuraikan lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia tersebut. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi pembentukan. Misalnya, karbondioksida (CO2) dihasilkan oleh reaksi karbon(C) dengan oksigen (O). Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi penguraian.

7 Senyawa mempunyai sifat yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Senyawa hanya dapt diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi kimia. Pada kondisi yang sama, senyawa dapat memiliki wujud berbeda dengan unsurunsur pembentuknya. Sifat fisika dan kimia senyawa berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Misalnya reaksi antara gas hydrogen dan gas oksigen membentuk senyawa air yang berwujud cair.

Gambar 2.2 Tabel Perodik Sumber: wikipedia.co.id

8 2.3. INTREGATED CIRCUIT 2.3.1. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR (Alf and Vegards Risc processor) dari Atmel ini menggunakan arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer) yang artinya prosesor tersebut memiliki set instruksi program yang lebih sedikit dibandingkan dengan MCS-51 yang menerapkan arsitektur CISC (Complex Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi prosesor RISC adalah instruksi dasar (belum tentu sederhana), sehingga instruksi-instruksi ini umumnya hanya memerlukan 1 siklus mesin untuk menjalankannya. Kecuali instruksi percabangan yang membutuhkan 2 siklus mesin. RISC biasanya dibuat dengan arsitektur Harvard, karena arsitektur ini yang memungkinkan untuk membuat eksekusi instruksi selesai dikerjakan dalam satu atau dua siklus mesin, sehingga akan semakin cepat dan handal. Proses downloading programnya relatif lebih mudah karena dapat dilakukan langsung pada sistemnya. Sekarang ini, AVR dapat dikelompokkan menjadi 6 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, keluarga AT90CAN, keluarga AT90PWM dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya, sedangkan dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka hampir sama. Sebagai pengendali utama dalam pembuatan robot ini, digunakan salah satu produk ATMEL dari keluarga ATmega yaitu ATmega8535.

9 2.3.2. ARSITEKTUR ATMEGA8535 Mikrokontroler ATmega8535 memiliki fitur-fitur utama, seperti berikut. 1. Saluran I/O sebanyak 32 buah yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. 2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran. 3. Tiga unit Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register. 5. Watchdog Timer dengan osilator internal. 6. SRAM sebesar 512 byte. 7. Memori Flash sebesar 8 kbytes dengan kemampuan Read While Write. 8. Unit interupsi internal dan eksternal. 9. Port antarmuka SPI. 10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 11. Antarmuka komparator analog. 12. Port USART untuk komunikasi serial. Mikrokontroler AVR ATMega8535 merupakan mikrokontroler produksi Atmel dengan 8 KByte In-System Programmable-Flash, 512 Byte EEPROM dan 512 Bytes Internal SRAM. AVR ATMega8535 memiliki seluruh fitur yang dimiliki AT90S8535. Selain itu, konfigurasi pin AVR ATMega8535 juga kompatibel dengan AT90S8535. Diagram blok arsitektur ATmega8535 ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Terdapat sebuah inti prosesor (processor core) yaitu Central Processing Unit, di mana terjadi proses pengumpanan instruksi (fetching) dan komputasi data. Seluruh register umum

10 sebanyak 32 buah terhubung langsung dengan unit ALU (Arithmatic and Logic Unit). Tedapat empat buah port masing-masing delapan bit dapat difungsikan sebagai masukan maupun keluaran. Media penyimpan program berupa Flash Memory, sedangkan penympan data berupa SRAM (Static Ramdom Access Memory) dan EEPROM (Electrical Erasable Programmable Read Only Memory). Untuk komunikasi data tersedia fasilitas SPI (Serial Peripheral Interface), USART (Universal Synchronous and Asynchronous serial Receiver and Transmitter), serta TWI (Two-wire Serial Interface).

Gambar 2.3 Arsitektur ATmega8535 Sumber: Wardhana, Lingga, Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535Simulasi, Hardware, dan Aplikasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006.

11 Di samping itu terdapat fitur tambahan, antara lain AC (Analog Comparator), 8 kanal 10-bit ADC (Analog to Digital Converter), 3 buah Timer/Counter, WDT (Watchdog Timer), manajemen penghematan daya (Sleep Mode), serta osilator internal 8 MHz. Seluruh fitur terhubung ke bus 8 bit. Unit interupsi menyediakan sumber interupsi hingga 21 macam. Sebuah stack pointer selebar 16 bit dapat digunakan untuk menyimpan data sementara saat interupsi. Mikrokontroler ATmega8535 dapat dipasang pada frekuensi kerja hingga 16 MHz (maksimal 8MHz untuk versi ATmega8535L). Sumber frekuensi bisa dari luar berupa osilator kristal, atau menggunakan osilator internal. Keluarga AVR dapat mengeksekusi instruksi dengan cepat karena menggunakan teknik memegang sambil mengerjakan (fetch during execution). Dalam satu siklus clock, terdapat dua register independen yang dapat diakses oleh satu instruksi.

2.1.3. KONFIGURASI PIN ATMega8535 terdiri atas 40 pin dengan konfigurasi seperti pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Deskripsi pin Nama Pin VCC GND Port A Fungsi Catu daya Ground Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal.

(PA7..PA0) Juga berfungsi sebagai masukan analog ke ADC (ADC0 s.d. ADC7)

12 Port B (PB7..PB0) Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal. Fungsi khusus masing-masing pin : Port Pin Fungsi lain PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 PB5 PB6 PB7 Port C (PC7..PC0) T0 (Timer/Counter0 External Counter Input) T1 (Timer/Counter1 External Counter Input) AIN0 (Analog Comparator Positive Input) AIN1 (Analog Comparator Negative Input) SS (SPI Slave Select Input) MOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input) MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output) SCK (SPI Bus Serial Clock)

Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal. Dua pin yaitu PC6 dan PC7 berfungsi sebagai oscillator luar untuk Timer/Counter2.

Port D

Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor pull-up internal.

(PD7..PD0) Fungsi khusus masing-masing pin : Port Pin Fungsi lain PD0 PD1 PD2 PD3 RXD (UART Input Line) TXD (UART Output Line) INT0 (External Interrupt 0 Input) INT1 (External Interrupt 1 Input)

13 PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output CompareB Match Output) PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output CompareA Match Output) PD6 PD7 RESET ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin) OC2 (Timer/Counter2 Output Compare Match Output)

Masukan reset. Sebuah reset terjadi jika pin ini diberi logika rendah melebihi periode minimum yang diperlukan.

XTAL1

Masukan ke inverting oscillator amplifier dan masukan ke rangkaian clock internal.

XTAL2 AVCC AREF AGND

Keluaran dari inverting oscillator amplifier. Catu daya untuk port A dan ADC. Referensi masukan analog untuk ADC. Ground analog.

Sumber: Wardhana,

Gambar 2.4 Konfigurasi pin ATMega 8535 Lingga, Belajar Sendiri Mikrokontroler

AVR

14 Seri ATMega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006.

2.2. OPERATINAL AMPLIFIER Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan noninverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Prinsip kerja sebuah operasional Amplifier (Op-Amp) adalah membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila kedua input bernilai sama maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output Op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional amplifier (Op-Amp) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input. Sebagai penguat operasional ideal , operasional amplifier (Op-Amp) memiliki karakteristik sebagai berikut : Impedansi Input (Zi) besar = Impedansi Output (Z0) kecil= 0 Penguatan Tegangan (Av) tinggi = Band Width respon frekuensi lebar = V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1. Karakteristik operasional amplifier (Op-Amp) tidak tergantung temperatur / suhu.

15 Penguat operasional (Op-Amp) merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier multiguna dalam bentuk IC dan memiliki simbol sebagai berikut :

Gambar 2.5 Oerational amplifier Sumber: http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/operasional-amplifier-opamp

2.3. IC NE555 2.3.1. Rangkaian Monostable IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan kapasitor luar (eksternal). IC ini memang bekerja dengan memanfaatkan prinsip pengisian (charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui resistor luar tersebut. Untuk menjelaskan prinsip kerjanya, coba perhatikan diagram gambar IC 555 dengan resistor dan kapasitor luar berikut ini. Rangkaian ini tidak lain adalah sebuah rangkaian pewaktu (timer) monostable.

16

Gambar 2.6 Rangkaian pewaktu monostable Sumber: http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2013/03/rangkaianpenghasil-clock.html

Prinsipnya rangkaian ini akan menghasilkan pulsa tunggal dengan lama tertentu pada keluaran pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu. Perhatikan di dalam IC ini ada dua komparator yaitu Comp A dan Comp B. Perhatikan juga di dalam IC ini ada 3 resistor internal R yang besarnya sama. Dengan susunan seri yang demikian terhadap VCC dan GND, rangkaian resistor internal ini merupakan pembagi tegangan. Susunan ini memberikan tegangan referensi yang masing-masing besarnya 2/3 VCC pada input negatif komparator A dan 1/3 VCC pada input positif komparator B. Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3 adalah 0 (ground atau normally low). Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu ON dan mencegah kapasitor eksternal C dari proses pengisisian (charging). Ketika ada sinyal trigger dari 1 ke 0 (VCC to GND) yang diumpankan ke pin 2 dan lebih kecil dari 1/3 VCC, maka serta merta komparator B men-set keluaran flip-flop. Ini pada gilirannya memicu transistor Q1 menjadi OFF.

17 Jika transistor Q1 OFF akan membuka jalan bagi resistor eksternal R untuk mulai mengisi kapasitor C (charging). Pada saat yang sama output dari pin 3 menjadi high (VCC), dan terus high sampai satu saat tertentu yang diinginkan. Sebut saja lamanya adalah t detik, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor C mencapai tegangan 2/3 VCC. Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang tidak lain merupakan input positif comp A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini tercapai, komparator A akan men-reset flip-flop dan serta merta transistor internal Q1 menjadi ON kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3 dari IC 555 tersebut kembali menjadi 0 (GND). Berapa lama pulsa yang dihasilkan amat tergantung dari nilai resitor dan kapasitor eksternal yang pasangkan. Dari rumus ekponensial pengisian kapasitor diketahui bahwa : Vt = VCC(1- e-t/RC) .. (1) Vt adalah tegangan pada saat waktu t. Jika t adalah waktu eksponensial yang diperlukan untuk mengisi kapasitor sampai Vt = 2/3 VCC, maka rumus (1) dapat disubstitusi dengan nilai ini menjadi : 2/3 = 1-e-t/RC 1/3 = e-t/RC ln(1/3) = -t/RC dan seterusnya dapat diperoleh t = (1.0986123)RC yang dibulatkan menjadi t = 1.1 RC Inilah rumusan untuk mengitung lamanya keluaran pulsa tunggal yang dapat dihasilkan dengan rangkaian monostable dari IC 555.

18 2.3.2. Rangkaian Astable Sedikit berdeda dengan rangkaian monostable, rangkaian astable dibuat dengan mengubah susunan resitor dan kapasitor luar pada IC 555 seperti gambar berikut. Ada dua buah resistor Ra dan Rb serta satu kapasitor eksternal C yang diperlukan. Prinsipnya rangkaian astable dibuat agar memicu dirinya sendiri berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya. Pada saat power supply rangkaian ini di hidupkan, kapasitor C mulai terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat tegangan ini tercapai, dapat dimengerti komparator A dari IC 555 mulai bekerja mereset flip-flop dan seterusnya membuat transistor Q1 ON. Ketika transisor ON, resitor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor C membuang muatannya (discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3 menjadi 0 (GND). Ketika discharging, tegangan pada pin 2 terus turun sampai mencapai 1/3 VCC. Ketika tegangan ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator B yang bekerja dan kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3 kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin3. Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger) kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3 VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi yang dihasilkan. Misal diasumsikan t1 adalah waktu proses pengisian kapasitor yang di isi melalui resistor Ra dan Rb dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan juga t2 adalah waktu discharging kapasitor melalui resistor Rb dari

19 tegangan 2/3 VCC menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan eksponensial dengan batasan 1/3 VCC dan 2/3 VCC maka dapat diperoleh : t1 = ln(2) (Ra+Rb)C = 0.693 (Ra+Rb)C dan t2 = ln(2) RbC = 0.693 RbC

Gambar 2.7 Rangkaian osilator astable Sumber:http://www.electronics-tutorials.ws/waveforms/555_oscillator.html Periode osilator adalah dapat diketahui dengan menghitung T = t1 + t2. Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari rumus t1/T. Jadi jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%, maka dapat digunakan resistor Ra yang relatif jauh lebih kecil dari resistor Rb. Satu hal yang menarik dari komponen IC 555, baik timer aplikasi rangkaian monostable maupun frekuensi osilasi dari rangkaian astable tidak tergantung dari

20 berapa nilai tegangan kerja VCC yang diberikan. Tegangan kerja IC 555 bisa bervariasi antara 5 sampai 15 Vdc. Tingkat keakuratan waktu (timing) yang dihasilkan tergantung dari nilai dan toleransi dari resistor dan kapasitor eksternal yang digunakan. Untuk rangkaian yang tergolong time critical, biasanya digunakan kapasitor dan resistor yang presisi dengan toleransi yang kecil. Pada banyak nota aplikasi, biasanya juga ditambahkan kapasitor 10 nF pada pin 5 ke ground untuk menjamin kestabilan tegangan referensi 2/3 VCC. Banyak aplikasi lain yang bisa dibuat dngan IC 555, salah satu aplikasi yang populer lainnya adalah rangkaian PWM (Pulse Width Modulation). IC 555 digunakan sebagai pembangkit sinyal clock untuk menentukan besar frekuensinya digunakan rumus:

1,44 +2 )

2.3. FLAYBACK TRANSFORMER Trafo Flyback atau Flayback Transformer (FBT) adalah transformator khusus yang dirancang untuk menghasilkan sinyal gigi gergaji yang tinggi. Trafo Flyback digunakan dalam pengoperasian perangkat CRT-display seperti TV dan monitor komputer CRT. Tegangan tinggi yang dihasilkan setiap Flyback berbeda-beda tergantung rangkaian dan perangkat yang digunakan, sebagai contoh, TV warna mungkin memerlukan 20-50 kV dengan frekuensi kisaran 15 kHz sampai 50 kHz. Setiap Flyback terdapat kaki atau terminal yang memiliki fungsi masing-masing.

21 2.3.1. Skematik bagian dalam Flyback Tranformator

Gambar 2.8 Konfigurasi Pin Kaki Flyback Transformer Sumber: nadabinangkit.blogspot.com/2011/09/fungsi-kaki-trafo-flyback.html

Sebuah flyback memiliki dua lilitan/kumparan utama yakni kumparan primer dan kumparan skunder, kumparan primer adalah bagian input dan kumparan sekunder adalah bagian output. Kaki atau terminal utama dan wajib dimilik oleh flyback adalah: HV, FOCUS, SCREEN, ABL, AFC, HOT, B+, dan GND.

2.3.2. Fungsi kaki Trafo Flyback 1. HV. Terminal ini terhubung ke Kop FLyback dan menghasilkan tegangan tinggi skitar 26kV yang menuju atas tabung 2. Focus. Terminal ini terhubung ke CRT (G3/G4) dan berfungsi untuk mengatur fokus gambar (kabur tidaknya gambar)

22 3. Screen. Terminal ini terhubung ke CRT (G2) dan berfungsi untuk mengatur terang gelap gambar 4. ABL (Automatic Brightness Liminter) terminal ini terhubung ke sirkuit ABL biasanya di IC Chroma, selain iti pin ABL ini terhubung HV (kop FBT) melalui beberapa buah dioda tegangan tinggi yang di seri. Tengannya yang keluar dai pin ABL ini tinggi sekali (jangan coba-coba mengukurnya), jika pin ini tidak tersambung biasanya akan mngeluarkan semburan api. Fungsinya dan tujuan utama adalah untuk membatasi level sinar elektron (brightness) yang menuju ke blok RGB secara otoumatis. sehingga tidak lebih dari kekuatan yang diijinkan dewan keamanan kesehatan 5. AFC (Automatic Frequency Control), ada juga yang menamakan FBP (Flyback Pulse) Terminal ini terhubung ke sikuit AFC/FBP biasanya di IC Chroma. Fungsinya adalah sebagai pengunci frekwensi osilator horizontal. Jika AFC ini tidak stabil maka gambar tidak akan normal dan warna pun hilang, AFC biasanya selain ada pin tersendiri pada FBT nya ada juga yang di gabung pada pin 180v, pin Heater dll. 6. HOT. Terminal ini terhubung keh transistor horizontal output (HOT), terminal ini kadang juga di tulis COL. Terminal ini akan putus dan nyambungkan (switch) ke GND dengan kecepatan tinggi (Frekuensi tinggi) 15 kHz sampai 50 kHz, dan pekerjaan ini dilakukan oleh transistor horizontal output (HOT)

23 7. B+. terminal ini terhubung ke power supply positive dengan tegangan antara 110130v sesuai sikuit masing-masing TV atau Monitornya. Jika tengangan yang masuk ke B+ ini tidak semestinya maka akan mempengaruhi kinerja sirkuit horizontal 8. GND. Terminal ini terhubung ke jalur groud (GND).

2.4. PWM (Pulse Width Modulation) Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda, untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Beberapa Contoh aplikasi PWM adalah pemodulasian data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect dan penguatan, serta aplikasiaplikasi lainnya.

Gambar 2.9 Sinyal PWM Sumber : http://ini-robot.blogspot.com Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun duty cycle bervariasi (antara 0% hingga 100%)

24

Gambar 2.10 Sinyal PWM dan Persamaan Vout PWM Sumber : http://ini-robot.blogspot.com Dari persamaan diatas diketahui bahwa perubahan duty cycle akan merubah tegangan keluaran atau tegangan rata-rata seperti gambar dibawah ini

Gambar 2.11 Vrata-rata Sinyal PWM Sumber : http://ini-robot.blogspot.com Pulse Width Modulation (PWM) merupakan salah satu teknik untuk

mendapatkan signal analog dari sebuah piranti digital. Sebenarnya Sinyal PWM dapat dibangkitkan dengan banyak cara, dapat menggunakan metode analog dengan

25 menggunakan rankaian op-amp atau dengan menggunakan metode digital. Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan menggunakan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri. Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut. Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki variasi perubahan nilai sebanyak 28 = 256 variasi mulai dari 0 255 perubahan nilai yang mewakili duty cycle 0 100% dari keluaran PWM tersebut

Gambar 2.12 Duty Cycle dan Resolusi PWM Sumber : http://kecoakacau.blogspot.com)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. BLOCK DIAGRAM PERENCANAAN Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari skripsi yang penulis susun, berikut penulis gambarkan block diagram urutan kerja system yang penulis rancang. Sumber tegangan AC 220 V

LCD

Driver

Mikrokontroler

Oksigen
Tegangan Sensor karbondioksida

Pengurai Karbondioksida Udara dengan tingkat karbondioksida tertentu

Gambar 3.1 Blok Diagram System Sumber: perencanaan

Dari gambar block diagram dapat penulis jelaskan bahwa mikrokontroler bertugas sebagai otak untuk memberikan perintah kepada driver untuk menjalankan system utama pengurai karbondioksida yang terdiri dari exhaust fan dan pembangkit

26

27 tegangan tinggi DC. Mikrokontroler akan memberikan perintah untuk menghidupkan system setelah mendapatkan data karbondioksida di atas ambang batas dari sensor karbondioksida kemudian menvisualkan pada LCD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada flowchart di bawah ini.
START

Baca Sensor karbondioksida

Tampilkan ke LCD

Apakah nilai sensor > 1000ppm

Teg. Tinggi DC ON Motor Exhaust ON

N
Teg. Tinggi DC OFF Motor Exhaust OFF

END

Gambar 3.2 Flowchart System Sumber: perencanaan 3.2. PERANCANGAN ALAT Dalam setiap pembuatan sebuah alat diperlukan perencanaan yang benar-benar matang agar hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan dan meminimalisir

28 kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan.

3.2.1. Perancangan Perangkat Keras 3.2.1.1. Rangkaian Power Supply Power supply yang dibuat mempunyai beberapa macam output yaitu

5V untuk rangkaian sensor TGS 4160, 12 V untuk fan penghembus, 15V untuk rangkaian PWM, 18V untuk rangkaian driver flyback transformer. Konfigurasi power supply ditunjukkan pada Gambar 3.3 :

Gambar 3.3 Rangkaian power Supply Sumber: perencanaan 3.2.1.2. Driver Flyback Transformer Driver flyback transformer adalah pembangkit sinyal pulsa yang digunakan untuk proses switching pada trafo flyback sehingga tegangan input DC yang masuk pada trafo akan dicacah sehingga tegangan keluaran transformator menjadi lebih besar.

29 Bagian pembangkit clock merupakan bagian yang berfungsi untuk menghasilkan pulsa clock. Pulsa clock yang dihasilkan digunakan untuk driver flyback transformer. Frekuensi clock adalah frekuensi kerja dari sebuah sistem digital. Pada perancangan rangkaian pembangkit pulsa clock dapat digunakan IC NE555 sebagai komponen utama rangkaian pembangkit clock. IC NE555 dikonfigurasikan menjadi multivibrator astabil. Rangkaian pembangkit clock dengan IC NE555 selengkapnya ditunjukan pada gambar berikut. Rangkaian Pembangkit Pulsa Clock IC NE555 Rangkaian Pembangkit Pulsa Clock IC NE555 Frekuensi keluaran rangkaian pembangkit clock ditentukan oleh nilai resistor R16, R17 dan kapasitor C5. Gambar 3.3 Rangkaian PWM Sumber: http://elektronika-dasar.web.id/rangkaian/pembangkit-pulsa-clock-ic-ne555/

Anda mungkin juga menyukai