Anda di halaman 1dari 2

Gliserol (bahasa Inggris: glycerol, glycerin, glycerine) adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang

bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap, namun bersifat racun. Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari lemak hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses epiklorohidrin[1] serta proses pengolahan minyak goreng.
Gliserol merupakan senyawa alkohol yang memiliki 3 gugus hidroksil. Gliserol memiliki nama baku 1,2,3-propanatriol. Senyawa ini berwujud cair, tidak berwarna dengan titik didih 290 oC. Titik didih tinggi yang dimiliki oleh senyawa dengan bobot molekul 92,09 g/mol ini disebabkan adanya ikatan hidrogen yang sangat kuat antar molekul gliserol. Gliserol merupakan bahan baku pembentuk trigliserida, yang dapat membentuk ikatan ester dengan asam lemak.

Phenoxyethanol adalah alkohol eter aromatik. Dari bahan ini mulai keluarlah yang disebut fenol, suatu bubuk kristal putih yang beracun yang diciptakan dari benzena (karsinogen) dan kemudian diperlakukan dengan etilen oksida dan alkali. Pengawet Phenoxyethanol-eter glikol ini biasanya berasal dari sumber alami seperti tar batubara. FDA melaporkan bahwa produk ini dapat memperlambat sistem saraf pusat. Selain itu, bahan tersebut juga dapat mengiritasi kulit dan mata. Phenoxyethanol dalam nama kimia dikenal sebagai fenil eter etilena glikol atau etilen glikol eter monophenyl. Phenoxyethanol merupakan senyawa teretoksilasi yang mungkin terkontaminasi dengan racun karsinogenik 1,4 dioxane. Menurut Journal of Hygiene Industri dan Toksikologi, phenoxyethanol

mempengaruhi otak dan sistem saraf pada hewan pada dosis moderat. Pada tahun 1990 Journal of American College of Toxicology melaporkan bahwa phenoxyethanol juga bertindak sebagai disruptor endokrin yang dapat menyebabkan kerusakan pada kandung kemih dan edema paru akut pada hewan. Awal tahun 1980-an studi juga menunjukkan bahwa phenoxyethanol dapat menyebabkan mutasi DNA. Perlu dingat sekali lagi, hanya pada hewan. Phenoxyethanol adalah iritasi ilmiah terbukti pada kulit manusia dan mata (iritasi kulit perbandingan objektif dan sensorik) dari pengawet kosmetik dan dalam Uni Eropa diklasifikasikan sebagai gangguan. Di Jepang, penggunaan Phenoxyethanol juga dibatasi. Meskipun ada penelitian tersebut, penggunaan phenoxyethanol pada

konsentrasi hingga 1% di Amerika Serikat masih dianggap sangat aman. Material Safety produk Data Sheet (MSDS) mengatakan bahwa phenoxyethanol memang akan berbahaya jika tertelan, terhirup, atau diserap melalui kulit. Jika hal itu sampai

terjadi, akibat yang muncul adalah kerusakan reproduksi. MSDS mengacu pada konsentrasi 100%. Semakin rendah dosisnya, semakin lebih aman. Dalam bidang kosmetik, dalam batas konsentrasi 0,5% sampai 1% masih berada dalam tataran rasa aman. Phenoxyethanol keluar sebagai fenol dan asetaldehida, kemudian asetaldehida mengkonversi ke asetat. Fenol dapat menonaktifkan mekanisme respon utama sistem kekebalan. Studi inhalasi menunjukkan bahwa penggunaan phenoxyethanol sebagai anti-bakteri dalam vaksin dapat menyebabkan iritasi mata, kulit, dan saluran pernafasan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian binatang yang ditemukan phenoxyethanol menjadi racun reproduksi. Studi ini menemukan hal yang menjadi penyebab dermatitis kontak (kulit alergen). Phenoxyethanol itulah yang menjadi racun reproduksi. Hal ini menegaskan bahwa phenoxyethanol sebagai toksin ovarium tidak hanya bagi hewan asli terkena bahan itu, tetapi memang telah terbukti akan mempengaruhi perkembangan keturunannya. Mengkaji dari beberapa penelitian tersebut, phenoxyethanol merupakan zat berbahaya yang sebaiknya dihindari. Namun, hasil penelitian di Amerika Serikat dinyatakan bahwa penggunaan phenoxyethanol sebagai bahan kosmetik dalam konsentrasi 0,5 sampai dengan 1,0% masih menunjukkan rasa aman. Penggunaan phenoxyethanol dengan konsentrasi yang relatif masih sedikit ini tentu tidak menunjukkan dampak yang begitu terlihat pada tubuh manusia. Namun demikian, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan bahan ini. Hindari penggunaan di daerah sekitar mata karena bisa jadi produk ini menyebabkan iritasi pada mata. Phenoxyethanol pada penggunaannya dalam bidang kosmetik bertujuan sebagai pengawet anti-bakteri dan anti-oksidan dalam kosmetik. Penggunaan minyak esensial dan vitamin yang banyak dapat menjadi upaya yang lebih aman sebagai pengawet anti-bakteri dan anti-oksidan dalam kosmetik. Dalam bidang lainnya, bahan ini sangat tidak dianjurkan karena efek yang sangat serius ketika menggunakannya.
Phenoxyethanol, Merupakan bahan yang sering digunakan dalam produk dermatologi seperti cream kulit berfungsi sebagai antiseptic karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.

Anda mungkin juga menyukai