Anda di halaman 1dari 42

KURSUS PARA-PROFESI

KATA SAMBUTAN
Direktur Jenderal PNFI Depdiknas
Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional maupun global, sehingga mampu membangun insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dalam penyelenggaraan pendidikan nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu: 1) Pemerataan dan perluasan akses, 2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan 3) Peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, sebagai salah satu unit utama Departemen Pendidikan Nasional, dalam menindaklanjuti ketiga tema tersebut di bidang pembinaan kursus dan kelembagaan, mengembangkan program sebagai berikut: Tema Pertama: Pemerataan dan Perluasan Akses, dilaksanakan melalui penyelenggaraan berbagai program yang mengarah pada pembekalan kepada warga belajar tentang pengetahuan, keterampilan sikap, dan kepribadian profesional yang berbasis pada pendidikan kecakapan hidup, untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat baik pada spektrum pedesaan, perkotaan, nasional, dan internasional, yaitu: 1) Kursus Wirausaha Kota (KWK), 2) Kursus Wirausaha Desa (KWD), 3) Kursus Para Profesi (KPP), dan 4) Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) kerjasama SMK/Politeknik/BLK/Perguruan Tinggi. Selain itu pada tahun 2009 ini, Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga mengembangkan program kewirausahaan pemuda, antara lain: 1) Program Kewirausahaan Pemuda Melalui Lembaga Kepemudaan, 2) Program Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP), dan 3) Program Kewirausahaan Pemuda melalui Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP3). Tema Kedua: Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing, dilaksanakan melalui pengembangan berbagai standar kursus dan kelembagaan, seperti: Standar Kompetensi Lulusan melalui Uji Kompetensi, Peningkatan Mutu Penguji, Pembentukan Lembaga Sertifikasi Kompetensi, Pembentukan Tempat Uji Kompetensi (TUK), memfasilitasi Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Tempat Uji Kompetensi, serta kelembagaan kursus dan lembaga PNFI lainnya.

KURSUS PARA-PROFESI

Tema Ketiga: Peningkatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik, dilaksanakan melalui program subsidi dukungan operasional kursus dan kelembagaan serta pelatihan, Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lembaga Kursus dan Pelatihan, Kursus Kreatif, pembinaan organisasi profesi/mitra kursus, Pemberian Anugerah Widya Bakti Kursus, Penyelenggaraan Lomba Lembaga Kursus Berprestasi Tingkat Nasional, Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi Kursus dan Kelembagaan, serta program lain yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan citra publik lembaga PNFI di masyarakat. Misi dan tujuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal melalui program dan kegiatan tersebut di atas adalah memberikan bekal kecakapan hidup yang bermutu dan relevan dengan dunia usaha/ dunia industri, yang dapat dijadikan bekal bagi peserta didik untuk bekerja mencari nafkah demi peningkatan kualitas kehidupannya. Akhirnya dengan terbitnya pedoman ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi para pengelola PLS/PNFI, utamanya yang membidangi pembinaan kursus dan kelembagaan PNFI, sehingga kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam pedoman ini dapat terlaksana dengan baik.

Jakarta, 10 Februari 2009 Direktur Jenderal,

Hamid Muhammad, Ph.D NIP 19590512 198311 1 001


KURSUS PARA-PROFESI

ii

KATA PENGANTAR
Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PNFI Depdiknas
Data strategis BPS bulan Agustus 2008 menunjukkan jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 111,4 juta orang. Dari jumlah tersebut tercatat 9,42 juta (8,48%) orang, merupakan penganggur terbuka yang berdomisili di pedesaan 4.186.703 orang (44,4%) dan di perkotaan 5.240.887 orang (55,6%), Selanjutnya penduduk miskin Indonesia saat ini mencapai 34,96 juta orang (15,42%) dengan komposisi 22.189.122 orang (63%) berada di desa dan 12.770.888 orang (37%) di kota. Berdasarkan fakta diatas sangat diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Upaya yang ditempuh Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, Departemen Pendidikan Nasional yaitu dengan menyelenggarakan program Kursus dan Pelatihan yang berbasis pendidikan kecakapan hidup (Lifeskill). Program tersebut antara lain Kursus Wirausaha Desa (KWD), Kursus Wirausaha Kota (KWK), PKH kerjasama SMK/Poltek/ BLK/Perguruan Tinggi, Kursus Wirausaha Pemuda melalui Lembaga Kepemudaan, Kelompok Usaha Pemuda Produktif, Kursus Wirausaha melalui Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP3) yang mempunyai tujuan agar peserta didik dapat bekerja dan/atau usaha mandiri/berwirausaha, serta program Kursus Para-Profesi (KPP) yang diharapkan menghasilkan peserta didik yang dapat bekerja di dalam maupun di luar negeri. Berkaitan dengan hal tersebut, dipandang perlu menerbitkan pedoman untuk memberikan panduan kepada lembaga-lembaga yang berkeinginan untuk mengakses program-program di atas, serta stakeholder lainnya, Semoga upaya mulia kita ini, mendapat Ridho dari Allah SWT, amin. Jakarta, 9 Februari 2009 Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan,

Dr. Wartanto NIP 131865020

iii

KURSUS PARA-PROFESI

DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang B.Pengertian KPP C.Tujuan Pedoman D.Tujuan Program : RUANG LINGKUP PROGRAM A.Penyelenggara Program KPP B.Peserta Didik C.Jenis Keterampilan/Vokasi D.Pendekatan Penyelenggaraan Program KPP E.Pemanfaatan Dana : PENYUSUNAN DAN PENGAJUAN PROPOSAL A.Penyusunan Proposal B.Mekanisme Pengajuan Proposal C.Waktu Pengajuan proposal i iii iv 1 1 2 3 3 4 4 6 7 8 9 11 11 12 12

BAB II

BAB III

KURSUS PARA-PROFESI

BAB IV : PENILAIAN PROPOSAL DAN PENETAPAN LEMBAGA A.Tim Penilai B.Mekanisme Penilaian Proposal C.Penetapan Lembaga Penyelenggara KPP D.Penyaluran Dana E.Pelaporan Kegiatan BAB V : INDIKATOR KEBERHASILAN DAN PENGENDALIAN MUTU A.Indikator Keberhasilan B.Pengendalian Mutu

13 13 14 15 16 17

18 18 18 20

BAB VI : PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS Agustus 2008, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9,39 juta orang (8,48%) dari total angkatan kerja sekitar 111,4 juta orang. Dari jumlah 9,39 juta orang penganggur tersebut sebagian besar berada di perkotaan serta sebagian kecil lainnya berada di pedesaan. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan para penganggur tersebut, 27,09% berpendidikan SD ke bawah, 22,62% berpendidikan SLTP, 25,29% berpendidikan SMA, 15,37% berpendidikan SMK dan 9,63% berpendidikan Diploma sampai Sarjana. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, diantaranya: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia (kesenjangan antara supply and demand). Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja (mismatch),

KURSUS PARA-PROFESI

KURSUS PARA-PROFESI

Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai (unskilled labour), dan Keempat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global. Dari keempat faktor tersebut, faktor pertama, kedua dan ketiga merupakan faktor dominan yang menyebabkan pengangguran di Indonesia. Dari gambaran tersebut di atas maka perlu dikembangkan program-program kursus dan pelatihan dalam rangka mempercepat penurunan angka pengangguran. Menyikapi kondisi tersebut, maka masalah pengangguran dan kemiskinan menjadi fokus sasaran program-program Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Ditjen PNFI. Salah satu program unggulan dalam upaya untuk menangani masalah pengangguran dan kemiskinan di atas melalui kursus dan pelatihan adalah program Kursus Para-Profesi (KPP). Berkaitan dengan hal tersebut maka pedoman program KPP ini disusun dalam upaya untuk memberikan acuan/panduan pada seluruh lembaga calon pelaksana program KPP dapat mengakses dan melaksanakan program sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pengertian KPP
Kursus Para Profesi (KPP) adalah program pelayanan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang diberikan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi di bidang keterampilan tertentu setingkat operator dan teknisi yang bersertifikat kompetensi sebagai bekal untuk bekerja. Program KPP dilaksanakan dengan pendekatan 4 in 1, yaitu (1) melalui analisis kebutuhan pelatihan (training need assessment-job order); (2) pelatihan berbasis

kompetensi ( competency based training/CBT ); (3) sertifikasi kompetensi; dan (4) jaminan penempatan kerja (job placement).

C. Tujuan Pedoman
Memberikan acuan yang jelas bagi lembaga kursus, pelatihan dan lembaga PNF lainnya serta stakeholders dalam proses perencanaan, pengusulan program, penyaluran dana, pengawasan, dan pelaporan penyelenggaraan program Kursus Para-Profesi (KPP).

D. Tujuan Program
Tujuan pemberian dana penyelenggaraan program Kursus Para-Profesi kepada lembaga kursus dan pelatihan serta lembaga PNF lainnya adalah: 1) memberikan kesempatan bagi para peserta didik usia produktif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental sesuai dengan kebutuhan/peluang pasar kerja yang tersertifikasi serta fasilitasi penempatan kerja pada dunia usaha/industri (DUDI) dalam negeri dan luar negeri; 2) memberikan peluang bagi lembaga kursus dan pelatihan serta satuan PNF lainnya untuk berpartisipasi dalam pengentasan pengangguran dan kemiskinan.

KURSUS PARA-PROFESI

BAB II RUANG LINGKUP PROGRAM


A. Penyelenggara Program KPP
1. Kriteria penyelenggara program Kursus Para-Profesi (KPP), adalah lembaga kursus dan pelatihan serta lembaga PNF lainnya yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berbadan hukum yang dibuktikan dengan Akta Notaris yang bergerak di bidang jasa pendidikan dan pelatihan. b. Memiliki ijin operasional dari instansi berwenang, seperti Dinas Pendidikan, Disnakertrans, Dinas Kesehatan, dll. c. Memiliki struktur organisasi kelembagaan yang jelas. d. Memiliki Job Order atau Demand Letter Attachement (pesanan tenaga kerja) dan bukan MoU magang. e. Sanggup melaksanakan analisis kebutuhan
KURSUS PARA-PROFESI

pelatihan, proses pelatihan, sertifikasi dan penempatan yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan Kesanggupan (contoh terlampir). f. Memiliki tenaga instruktur dan pembimbing yang berkompeten dibidangnya dengan jumlah yang memadai; g. Memiliki fasilitas pelatihan yang lengkap terutama untuk belajar praktek, sesuai jenis keterampilan/ vokasi yang diusulkan dan memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat pendidikan/ pelatihan; h. Memiliki rekening bank dan NPWP yang masih aktif atas nama lembaga (bukan rekening pribadi dan bukan NPWP pribadi). Alamat lembaga, rekening dan NPWP harus sama. i. Memperoleh rekomendasi dari organisasi yang relevan dengan lembaga pengusul j. Mendapat rekomendasi dari: 1) Subdin/Bidang PNFI atas nama Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota atau UPTD SKB setempat untuk proposal yang diajukan ke P2PNFI dan BPPNFI. 2) Subdin/Bidang PNFI atas nama Kepala Dinas Pendidikan Propinsi atau P2PNFI/ BPPNFI setempat, untuk proposal yang diajukan ke Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Ditjen PNFI, Depdiknas Jakarta 3) Pejabat pemberi rekomendasi wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Pendidikan perihal lembaga-lembaga yang diberikan rekomendasi. (Contoh surat rekomendasi terlampir). 2. Lembaga penyelenggara KPP diantaranya: a) lembaga penyelenggara Kursus (LPK), b) Lembaga pelatihan yang tergabung dalam APKPPI, dan lembaga PNF

KURSUS PARA-PROFESI

lainnya. Khusus dalam rangka pengembangan model, BPKB, BPPNFI dan P2PNFI dapat menyelenggarakan program KPP.
Catatan: Lembaga yang pernah menerima dana bantuan sosial PKH di tahun-tahun sebelumnya, apabila dinilai berhasil dalam pelaksanaan program serta telah menyampaikan laporan dan kisah sukses (success story) diperbolehkan untuk mengajukan proposal.

B. Peserta Didik
1. Kriteria Peserta Didik Kriteria sasaran (peserta didik) program Kursus ParaProfesi adalah: a. Penduduk usia produktif (18-35 tahun), perempuan maupun laki-laki, tidak sekolah/kuliah dan belum memiliki pekerjaan tetap. b. Prioritas pendidikan tamat SMP atau yang sederajat. c. Memiliki kemauan untuk belajar sampai tuntas dan bekerja, dibuktikan dengan Surat Pernyataan Kesanggupan peserta didik (contoh terlampir). d. Diprioritaskan bagi peserta didik yang berdomisili tidak jauh dari tempat penyelenggara KPP.
KURSUS PARA-PROFESI

Catatan: peserta didik program KPP tidak boleh siswa sekolah dan/atau siswa reguler di lembaga kursus/pelatihan penyelenggara KPP

2. Jumlah Peserta Didik Jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah pesanan tenaga kerja (job order) yang dimiliki oleh lembaga. 3. Rekruitmen dan Seleksi Peserta Didik a. Lembaga penyelenggara KPP dapat melakukan rekruitmen dan seleksi peserta didik sesuai dengan kriteria yang tersebut diatas.

b. Rekruitmen dan seleksi dilakukan setelah lembaga calon penyelenggara KPP ditetapkan sebagai penyelenggara KPP oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dan/atau P2PNFI/BPPNFI. c. Rekruitmen dan seleksi dapat dilakukan dengan bekerjasama: 1) PKBM, SKB dan satuan PNF lainnya, 2) Aparat desa/kelurahan.

C. Jenis Keterampilan/Vokasi
Keterampilan yang diselenggarakan dalam program KPP adalah jenis keterampilan yang sesuai dengan pesanan tenaga kerja (job order) yang dimiliki oleh lembaga penyelenggara KPP. Prioritas Jenis keterampilan yang dapat diselenggarakan melalui program KPP, antara lain : 1. Otomotif 2. Elektronika 3. Spa 4. Komputer 5. Akupunktur 6. PLRT plus 7. Garmen/menjahit 8. Baby Sitter 9. Care Giver 10. House Keeping 11. Pariwisata (perhotelan) 12. Jenis keterampilan lainnya sesuai job order.

KURSUS PARA-PROFESI

D. Pendekatan Penyelenggaraan Program KPP


Program KPP diselenggarakan dengan pendekatan 4 in 1 yang meliputi Analisis kebutuhan pelatihan (training need assesment/job order), pelatihan berbasis kompetensi (competency based training), sertifikasi(certification) dan penempatan kerja (job placement). Tujuan pendekatan ini adalah memberikan jaminan bahwa program KPP tidak sekedar memberikan keterampilan tetapi wajib menyalurkan lulusan ke dunia usaha/industri, sehingga dapat membantu mengurangi pengangguran. Pendekatan 4 in 1 tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesment/Job order) Jenis keterampilan yang dilaksanakan oleh lembaga kursus dan pelatihan harus berdasarkan atas hasil penilaian kebutuhan pelatihan yang dalam program KPP berupa job order oleh DUDI. Job order untuk pengiriman tenaga kerja ke luar negeri harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan untuk job order di dalam negeri bersifat tenaga kerja tetap bukan kontrak jangka pendek atau pekerjaan musiman. 2. Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training) Untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan oleh pemesan tenaga kerja (DUDI), maka pelatihan dilaksanakan harus berbasis kompetensi (CBT) serta menggunakan kurikulum dan bahan ajar minimal sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sesuai bidangnya. Pendekatan dan metode Pelatihan tersebut di atas diserahkan sepenuhnya kepada lembaga pengusul

KURSUS PARA-PROFESI

3. Serifikasi (Certification) Untuk membuktikan peserta didik telah memiliki/ menguasai kompetensi yang dipersyaratkan oleh DUDI, maka setiap LPK harus melaksanakan uji kompetensi kepada setiap lulusan. Uji kompetensi dapat dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK). 4. Penempatan Kerja (Job placement) Bagi peserta didik yang sudah tamat dan memperoleh sertifikat kompetensi wajib ditempatkan/ dipekerjakan sesuai job order. Proses penempatan lulusan dapat dilakukan dalam beberapa tahap hingga lulusan KPP dapat terserap semuanya, selama kurun waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah program pelatihan berakhir.

E. Pemanfaatan Dana
Besar dana penyelenggaraan program KPP rata-rata yang disediakan oleh pemerintah adalah 2,5 juta per warga belajar, namun besaran dana tersebut dapat berubah (turun naik) disesuaikan dengan: 1) jenis keterampilan yang diusulkan, 2) indikator hasil yang dicapai (menyalurkan kerja ke luar/dalam negeri) dan 3) jumlah peserta didik. Besaran dana yang diusulkan digunakan untuk membiayai sebagian atau seluruh biaya pelatihan peningkatan kemampuan teknis dan/atau kemampuan berbahasa asing sesuai negara tujuan (minimal bahasa Inggris) yang meliputi : 1. Biaya Operasional (maksimal 50%), dipergunakan untuk rekruitmen peserta didik, honorarium pengelola, instruktur, pembimbing, bahan/buku/modul dan peralatan praktek, biaya sertifikasi lulusan, laporan dan kisah sukses (success story), bahan habis pakai termasuk ATK, dan biaya operasional tidak langsung seperti biaya daya dan jasa, pemeliharaan peralatan

KURSUS PARA-PROFESI

serta biaya operasional lainnya yang menunjang proses Pelatihan. 2. Biaya Personal (minimal 40%), dipergunakan untuk kepentingan peserta didik, misalnya: akomodasi/ konsumsi dan biaya penyaluran/penempatan kerja lulusan. 3. Biaya manajemen (maksimal 10%), dipergunakan untuk keperluan manajemen penyelenggaraan program, misalnya: penyusunan proposal, biaya rapatrapat, pemantauan, pembinaan selama pelatihan maupun pasca pelatihan dan biaya-biaya lain yang menunjang kelancaran penyelenggaraan program.
Catatan: Bantuan dana penyelenggaraan program Kursus Para-Profesi, sifatnya bantuan meringankan peserta didik untuk memperoleh keterampilan, dan sertifikasi oleh sebab itu tidak diperbolehkan untuk membiayai investasi lembaga.

10

KURSUS PARA-PROFESI

BAB III PENYUSUNAN DAN PENGAJUAN PROPOSAL


A. Penyusunan Proposal
1. Lembaga yang berminat sebagai penyelenggara program KPP wajib menyusun proposal. Penyusunan proposal dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang program yang akan dilaksanakan, antara lain meliputi; a) What: apa jenis keterampilan yang akan diusulkan dan apa tujuannya, b) Why: mengapa program itu diusulkan, c) Who: siapa/lembaga penyelenggaranya, siapa calon instruktur, dan siapa calon warga belajarnya, d) When: kapan program itu akan dilaksanakan, e) Where: dimana program akan dilaksanakan, dan f) How: bagaimana rencana penyelenggaraannya. (sistematika proposal terlampir) ; 2. Proposal dibuat dan ditandatangani oleh pimpinan lembaga calon penyelenggara program KPP, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung, dan memperoleh rekomendasi dari aparat yang berwenang sesuai persyaratan yang tercantum dalam Bab II.A.1. butir i dan j.

11

KURSUS PARA-PROFESI

B. Mekanisme Pengajuan Proposal


Anggaran untuk penyelenggaraan program KPP dialokasikan di Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, P2PNFI Regional I Bandung, P2PNFI Regional II Semarang dan BPPNFI Regional IV Surabaya : 1. Untuk Proposal yang diajukan ke P2PNFI/BPPNFI harus memperoleh rekomendasi dari subdin/bidang PNFI atas nama kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota atau UPTD SKB. 2. Untuk Proposal yang diajukan ke Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan harus mendapat rekomendasi dari Subdin/Bidang PNFI atas nama kepala Dinas Pendidikan Propinsi atau P2PNFI/ BPPNFI.
Catatan: Setiap lembaga tidak boleh mengajukan program KPP atau program bantuan sosial PKH lainnya secara bersamaan ke Provinsi, UPT dan Direktorat Pembinaan Kursus & Kelembagaan.

C. Waktu Pengajuan Proposal


Mengingat waktu yang tersedia untuk memilih lembaga dan menyalurkan dana bantuan sosial sangat singkat, maka dalam pengajuan proposal baik ke Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, P2-PNFI maupun BP-PNFI, diatur sebagai berikut : Periode I Februari s.d. Maret 2009 Periode II Mei s.d. Juni 2009 Periode III Agustus s.d. September 2009 Periode IV November 2009 Jika masih dianggap perlu dan kuota anggaran dana bantuan sosial masih ada, maka dimungkinkan untuk melakukan tahap berikutnya, yaitu tahap V.

12

KURSUS PARA-PROFESI

BAB IV

PENILAIAN PROPOSAL DAN PENETAPAN LEMBAGA

A. Tim Penilai
Tim penilai proposal terdiri atas: 1. Tim Penilai Direktorat a. Tim penilai proposal dibentuk, ditetapkan, dan bertanggungjawab kepada Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Ditjen PNFI Depdiknas. b. Tim penilai minimal terdiri atas unsur organisasi mitra, praktisi, akademisi dan instansi yang relevan. c. Struktur tim penilai harus berjumlah ganjil, minimal terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan 3 (tiga) orang anggota serta didukung oleh tim sekretariat. d. Tim penilai proposal bekerja setelah mendapat Surat Keputusan dan melaporkan hasil penilaian kepada Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Ditjen PNFI Depdiknas. 2. Tim Penilai di P2PNFI/BP-PNFI: a. Tim penilai proposal dibentuk, ditetapkan, dan bertanggungjawab kepada Kepala P2PNFI/BPPNFI. b. Tim penilai minimal terdiri atas unsur organisasi mitra, praktisi, akademisi dan instansi yang relevan. c. Struktur tim penilai harus berjumlah ganjil, minimal terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan 3 (tiga) orang anggota serta didukung oleh tim sekretariat. d. Tim penilai proposal bekerja setelah mendapat Surat Keputusan dan melaporkan hasil penilaian kepada Kepala P2PNFI/BP-PNFI.

13

KURSUS PARA-PROFESI

3. Tim Penilai Direktorat dan P2PNFI / BPPNFI bertugas: a. Melakukan penilaian kelayakan jenis keterampilan yang diajukan oleh lembaga pengusul, b. Meneliti kelengkapan dokumen proposal yang diusulkan, c. Melakukan verifikasi ke lapangan. d. Memberikan rekomendasi hasil penilaian

B. Mekanisme Penilaian Proposal


Penilaian proposal dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pertama, seleksi kelayakan jenis keterampilan dan kompetensinya. Jenis keterampilan yang dianggap layak yaitu memiliki job order dari perusahaan/industri dan bukan merupakan pekerja kontrak jangka pendek ( kurang dari 1 tahun). 2. Tahap Kedua, verifikasi proposal meliputi : a. Kejelasan isi proposal sesuai dengan sistematika yang disyaratkan. b. Akta notaris/badan hukum lembaga. c. Surat rekomendasi sesuai dengan persyaratan. d. Rekening dan NPWP atas nama lembaga e. Surat izin operasional menyelenggarakan kursus dan pelatihan. f. Pesanan tenaga kerja (Job order /demand letter attachment). g. Struktur organisasi, instruktur dan fasilitas yang dimiliki. h. Dokumen-dokumen pendukung lainnya diantaranya; rekomendasi dari organisasi lembaga pengusul, foto-foto kegiatan atau piagam-piagam Proposal yang dinilai memenuhi persyaratan akan diverifikasi lapangan oleh tim penilai.

14

KURSUS PARA-PROFESI

3. Tahap ketiga : visitasi/verifikasi ke lembaga pengusul. Tim penilai melakukan kunjungan lapangan atau visitasi untuk memverifikasi : a.Lokasi lembaga, b.Kelayakan fasilitas; c.Kebenaran dokumen, d.Kompetensi dan kesungguhan calon penyelenggara. e.Kebenaran job order f.Kebenaran peserta didik g.Kesiapan kurikulum h.Kesiapan instruktur dan Pembimbing 4. Tahap keempat : penetapan lembaga penyelenggara program KPP. Tim penilai akan merekomendasikan kepada Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan atau Kepala P2PNFI/BPPNFI apabila : a. Memiliki job order yang jelas, b. Lolos verifikasi proposal dan c. Lolos verifikasi lapangan. Setelah memperoleh rekomendasi dari Tim Penilai, Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan atau Kepala P2PNFI/BPPNFI akan menetapkan lembaga penyelenggara program KPP.

Catatan: Setiap tahapan penilaian, mulai dari penilaian jenis keterampilan, verifikasi proposal dan visitasi lapangan akan dibuatkan Berita Acara Penilaian, yang ditandatangani oleh seluruh anggota Tim Penilai.

C. Penetapan Lembaga Penyelenggara KPP


1. Penetapan lembaga penyelenggara KPP oleh P2PNFI/ BPPNFI wajib mengundang Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan untuk menghindari terjadinya pemberian bantuan sosial ganda.

15

KURSUS PARA-PROFESI

2. Hasil penetapan wajib dikirimkan ke Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. 3. Lembaga kursus yang ditetapkan wajib melakukan rekruitmen peserta didik dan menyusun jadual penyelenggaraan program untuk dilampirkan pada saat penandatanganan akad kerjasama. 4. Penetapan lembaga penerima dana bantuan sosial program KPP, sedapat mungkin diatur :

Apabila pada periode pertama kuota anggaran sudah habis maka tidak akan dibuka untuk periode kedua dan seterusnya sebaliknya apabila pada akhir November masih ada kuota anggaran dana bantuan sosial dan masih ada lembaga yang mengajukan maka diperbolehkan melaksanakan penetapan tahap ke V, yaitu awal bulan Desember 2009.
KURSUS PARA-PROFESI

D. Penyaluran Dana
Mekanisme penyaluran dana program KPP dilakukan sebagai berikut : 1. Lembaga yang ditetapkan sebagai penyelenggara program akan menandatangani akad kerjasama antara Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan atau pejabat yang ditunjuk dengan pimpinan lembaga calon penyelenggara program KPP, dalam waktu 10 hari kerja setelah SK penetapan ditandatangani.

16

2. Untuk P2-PNFI/BP-PNFI akad kerjasama ditandatangani antara Kepala P2PNFI/BPPNFI dengan pimpinan lembaga calon penyelenggara program KPP, dalam waktu 10 hari kerja setelah SK penetapan ditandatangani. 3. Setelah SK penetapan lembaga dan akad kerjasama ditandatangani, kemudian Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan atau P2PNFI/BPPNFI mengajukan usulan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk membayarkan/ menyalurkan dana ke rekening lembaga penerima, maksimal dalam waktu 10 hari kerja. 4. Setelah menerima dana, lembaga penyelenggara program KPP yang bersangkutan wajib melaksanakan program/kegiatan pelatihan sesuai dengan proposal yang telah disetujui (paling lambat 1 minggu setelah dana diterima).

E. Pelaporan Kegiatan
1. Lembaga penyelenggara KPP diwajibkan untuk membuat dan menyampaikan laporan (yang berisi laporan teknis dan keuangan) dengan dilampiri kisah sukses (success story) secara tertulis kepada Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dan/ atau P2PNFI/BPPNFI dengan tembusan kepada Subdin PLS Propinsi atau Subdin PLS Kab/Kota/ UPTD SKB; 2. Laporan disampaikan paling lambat 2 minggu setelah akhir masa program pelatihan. 3. Khusus untuk kisah sukses (success story) dapat dilaporkan secara bertahap sesuai rencana penempatan kerja lulusan.

17

KURSUS PARA-PROFESI

BAB V

INDIKATOR KEBERHASILAN DAN PENGENDALIAN MUTU

A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan program Kursus Para-Profesi dapat dilihat dari: 1. Adanya data peserta didik program KPP. 2. Adanya laporan penyelenggaraan program pelatihan, keuangan, dan kisah sukses (Success Story) Program KPP. 3. Minimal 90% peserta didik menyelesaikan program pelatihan dengan tuntas dan memperoleh sertifikat kompetensi. 4. Minimal 80% lulusan bekerja pada DUDI. 5. Adanya data lembaga penyelenggara program KPP 2009

B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu terhadap pelaksanaan program KPP oleh lembaga kursus dan pelatihan serta lembaga PNF lainnya dilakukan:
KURSUS PARA-PROFESI

18

1. Unsur Internal: a. Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan b. P2PNFI c. BPPNFI d. Dinas Pendidikan Propinsi e. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota f. Asosiasi/organisasi mitra 2. Unsur Eksternal: a. Inspektorat Jenderal Depdiknas b. BPKP/BPK/KPK c. Instansi lain yang ditugaskan oleh Ditjen PNFI Aspek pengendalian mutu meliputi: 1. Manajemen penyelenggaraan program, yaitu: a. Manajemen lembaga penyelenggara b. Pengelolaan dana oleh lembaga penyelenggara c. Mutu layanan Pelatihan Program KPP. d. Sertifikasi lulusan e. Penempatan kerja lulusan. 2. Laporan, yang meliputi: (sistematika laporan terlampir) a. Laporan Teknis, yang berisi minimal 1) Tingkat keberhasilan program 2) Masalah dan kendala yang dihadapi 3) Upaya penanggulangan permasalahan 4) Tindak lanjut terhadap lulusan 5) Rekomendasi program di masa depan b. Laporan Keuangan 1) Pembukuan pengelolaan keuangan/dana bantuan sosial 2) Tanda bukti pengeluaran anggaran c. Kisah Sukses (Success Story), berupa matrik terlampir.

19

KURSUS PARA-PROFESI

BAB VI PENUTUP
Pedoman ini merupakan acuan teknis bagi semua pihak yang berkepentingan dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan penyelenggaraan program Kursus Para-Profesi. Apabila ada hal yang belum jelas, dapat menghubungi Tim Teknis pada Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dengan nomor Telepon 021-5755503, Fax. 0215725503/5725041 dan dapat mengunjungi website www.infokursus.net Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini, akan ditindak lanjuti dengan Surat Edaran atau surat resmi Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan.

SISTEMATIKA PROPOSAL KURSUS PARA PROFESI (KPP)

20

KURSUS PARA-PROFESI

LAMPIRAN 1
1. Judul a. Judul program Kursus Para Profesi (KPP), Berisi informasi tentang : 1) Jenis keterampilan yang akan diselenggarakan 2) Karakteristik umum peserta didik 3) Nama, alamat, identitas dan perijinan lembaga Contoh :
PROPOSAL KURSUS PARA PROFESI Bidang : Spa Terapist Bagi Pemuda Putus Sekolah di Desa Karangrejo Kecamatan Pager, Kabupaten Tulung Betung Jawa Tengah

LEMBAGA PELATIHAN DAN KETERAMPILAN Pondok Bambu Jl. Jenderal Sudirman No. 1 Kec. Pager, Kab. Tulung Betung, Prov. Jawa Tengah Telp.0134-33445566

2. KATA PENGANTAR 3. HALAMAN REKOMENDASI

21

KURSUS PARA-PROFESI

Berupa surat rekomendasi yang menjelaskan bahwa proposal yang diajukan layak dipertimbangkan mendapatkan kesempatan untuk menjadi penyelenggara program KPP, surat rekomendasi (asli) dari : a. Subdin/bidang PNFI atas nama kepala dinas pendidikan Kab/Kota atau UPTD SKB untuk proposal yang diajukan ke P2PNFI dan BPPNFI. b. Subdin/bidang PNFI atas nama kepala Dinas Pendidikan Propinsi atau P2PNFI/BPPNFI, untuk proposal yang diajukan ke Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Ditjen PNFI, Depdiknas Jakarta c. Selain memiliki rekomendasi dari lembaga tersebut diatas, memperoleh rekomendasi dari Asosiasi Profesi yang relevan, akan memiliki nilai tambah. 4. Bukti pesanan tenaga kerja berupa Job Order/Demand Letter Attachement dari lembaga/perusahaan/negara baik dari luar negeri atau dalam negeri (dilegalisasi oleh lembaga yang berkepentingan).
KURSUS PARA-PROFESI

5. DAFTAR ISI 1. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang: Jelaskan cara memperoleh job order dan prospek kerja di DUDI yang diperoleh oleh lembaga pengusul. b. Pengertian: jelaskan pengertian bidang keterampilan yang akan dilatihkan sesuai job order. c. Tujuan: jelaskan tujuan penyelenggaraan program KPP dengan rumusan yang singkat, padat dan terukur serta relevan dengan Pendidikan

22

Kecakapan Hidup yang akan diselenggarakan 2. BAB II RUANG LINGKUP PROGRAM Berisi uraian tentang : a. Organisasi penyelenggara: lembaga penyelenggara dan struktur organisasinya, penanggungjawab program dilengkapi dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki. b. Sasaran : siapa sasarannya (kriteria sasaran: usia, pendidikan, dan latar belakang sosial ekonomi) c. Narasumber/Pendidik/Instruktur: (kualifikasi, kompetensi dan pengalaman dilengkapi dengan sertifikat yang dimiliki) d. Fasilitas yang dimiliki: jelaskan jenis dan jumlah serta kepemilikan gedung dan sarana prasarana pelatihan teori dan praktek. e. Tempat pelaksanaan: jelaskan lokasi Pelatihan teori dan praktek. f. Kurikulum: jelaskan kurikulum yang dipakai dalam proses Pelatihan harus berbasis kompetensi. g. Bahan ajar yang digunakan: jelaskan judul dan jenisnya. h. Evaluasi dan sertifikasi: jelaskan bentuk evaluasi dan sertifikasi yang akan dilakukan. i. Networking: rencana organisasi, lembaga yang akan diajak kerjasama.

23

KURSUS PARA-PROFESI

3. BAB III LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN a. Tahap persiapan Jelaskan tahap-tahap mulai dari memperoleh job order, penyusunan proposal, rekruitmen calon peserta didik, penyusunan kurikulum dan bahan ajar. b. Proses Pelatihan Jelaskan secara rinci tahap-tahap Pelatihan teori dan praktek termasuk waktu dan jadual. c. Proses sertifikasi Jelaskan dimana, kapan, dan lembaga sertifikasi. d. Proses penempatan Jelaskan proses dan jadual penempatan lulusan ke DUDI. e. Rencana pembinaan pasca penempatan 4. BAB IV RENCANA PENGGUNAAN ANGGARAN Jelaskan secara rinci penggunaan anggaran dengan mengacu pada pedoman. 5. BAB V INDIKATOR KEBERHASILAN a. Jelaskan perkiraan berapa jumlah peserta didik yang berhasil menyelesaikan kegiatan Pelatihan sampai tuntas (bersertifikat). b. Jelaskan perkiraan berapa jumlah peserta didik yang disalurkan bekerja. c. Jelaskan perkiraan berapa pendapatan lulusan tiap bulan setelah disalurkan bekerja.

24

KURSUS PARA-PROFESI

6. LAMPIRAN a. Legalitas lembaga: 1) Akta notaris/badan hukum lembaga. 2) Surat rekomendasi sesuai dengan persyaratan. 3) Rekening dan NPWP atas nama lembaga 4) Surat izin operasional menyelenggarakan kursus dan pelatihan. 5) Penghargaan/bukti sukses yang pernah dicapai lembaga b. Dokumen pendukung: 1) Struktur organisasi 2) Curriculum Vitae (CV) instruktur dan/atau pembimbing 3) Daftar fasilitas Pelatihan teori dan praktek yang dimiliki lembaga.
Catatan : daftar nama peserta didik dan jadual Pelatihan wajib dilampirkan pada saat penandatanganan AKAD kerjasama.

25

KURSUS PARA-PROFESI

LAMPIRAN 2
KOP LEMBAGA YANG MEMBERIKAN REKOMENDASI
REKOMENDASI Nomor: ....................... Berdasarkan hasil verifikasi lembaga dan dokumen proposal yang diajukan, dengan ini kami memberikan rekomendasi kepada: Nama lembaga : ................................................................... Penanggung jawab : ................................................................... Alamat lembaga : ................................................................... ................................................................... Telp......................... Fax........................... Untuk ikut berkompetisi sebagai calon penyelenggara program ...................., dengan jenis keterampilan .........................................
KURSUS PARA-PROFESI

Apabila proposal disetujui, kami bersedia ikut membina dan memantau pelaksanaan program oleh lembaga tersebut di atas. Demikian, rekomendasi ini diberikan untuk digunakan sebagaimana mestinya. ............, .................2009 Tanda tangan dan cap stempel lembaga Pemberi rekomendasi Nama lengkap NIP.

26

LAMPIRAN 3
SISTEMATIKA LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang: Jelaskan cara memperoleh job order dan prospek kerja di DUDI yang diperoleh oleh lembaga pengusul dan pengalaman dalam melaksanakan program KPP. B Pengertian: jelaskan pengertian bidang keterampilan yang akan dilatihkan sesuai job order. C Tujuan: jelaskan tujuan penyelenggaraan program KPP dengan rumusan yang singkat, padat dan terukur serta relevan dengan Pendidikan Kecakapan Hidup yang akan diselenggarakan BAB II RUANG LINGKUP PROGRAM Berisi uraian tentang : A Organisasi penyelenggara: lembaga penyelenggara dan struktur organisasinya, penanggungjawab program dilengkapi dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki. B Sasaran : jumlah sasaran/garapan yang dilatih sesuai akad kerjasama (kriteria sasaran: usia, pendidikan, dan latar belakang sosial ekonomi) C Narasumber/Pendidik/Instruktur: jelaskan narasumber selama proses pelaksanaan (kualifikasi, kompetensi dan pengalaman dilengkapi dengan sertifikat yang dimiliki)

27

KURSUS PARA-PROFESI

D Fasilitas yang dimiliki: jelaskan fasilitas yang digunakan selama proses pelatihan (jenis dan jumlah serta kepemilikan gedung dan sarana prasarana Pelatihan teori dan praktek). E Tempat pelaksanaan: jelaskan lokasi pelatihan teori dan praktek selama proses pelatihan. F Kurikulum: jelaskan kurikulum yang dipakai dalam proses pelatihan (harus berbasis kompetensi) yang telah dilaksanakan. G Bahan ajar yang digunakan: jelaskan judul dan jenis bahan ajar yang telah digunakan dalam proses Pelatihan. H Evaluasi dan sertifikasi: jelaskan bentuk evaluasi dan sertifikasi yang dilakukan. I Jaringan kerja : jelaskan dinas/instansi/organisasi/ dudi yang diajak bekerjasama dalam proses pelaksanaan kegiatan. BAB III LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN A Tahap persiapan Jelaskan tahap-tahap mulai dari memperoleh job order, penyusunan proposal, rekruitmen calon peserta didik, penyusunan kurikulum dan bahan ajar. B Proses Pelatihan Jelaskan secara rinci tahap-tahap pelatihan teori dan praktek termasuk waktu dan jadual yang telah dilaksanakan. C Proses sertifikasi Jelaskan dimana, kapan, dan dengan lembaga sertifikasi yang telah dilaksanakan. D Proses penempatan Jelaskan proses dan jadual penempatan lulusan ke DUDI.

28

KURSUS PARA-PROFESI

BAB IV HASIL KEGIATAN A Jumlah peserta didik yang memperoleh sertifikat. B Jumlah peserta didik yang disalurkan bekerja. BAB V PENGGUNAAN ANGGARAN A Jelaskan secara rinci penggunaan anggaran selama pelaksanaan kegiatan sesuai aturan keuangan yang berlaku. BAB VI PENUTUP A Masalah dan Kendala B Solusi untuk memecahkan masalah dan kendala C Usulan kebijakan LAMPIRAN A Fotocopy sertifikat peserta didik B Dokumen penempatan kerja C Matrik success story D Kuitansi-kuitansi penggunaan anggaran E Foto-foto atau VCD pelaksanaan kegiatan.

29

KURSUS PARA-PROFESI

LAMPIRAN 4
MATRIK KISAH SUKSES (SUCCESS STORY)

,2009 (..) Ketua/Pimpinan Lembaga.

1 : No urut 2 : Foto lulusan program KPP yang sudah bekerja


KURSUS PARA-PROFESI

3 : Nama lulusan yang sudah bekerja 4 : Jenis kelamin 5 : Alamat lulusan program yang telah bekerja 6 : Jenis Keterampilan 7 : Nama/alamat/telepon tempat kerja 8 : Jumlah penghasilan per bulan (rupiah) 9 : Pimpinan perusahaan/tempat kerja 10 : Keterangan pendukung yang diperlukan

30

LAMPIRAN 5
Contoh :

MATRIK PENGGUNAAN DANA PENYELENGGARAAN PROGRAM KPP

,2009 Ketua/Pimpinan Lembaga.

(..)

Keterangan: 1. Baris 1, diisi tanggal masuknya dana di rekening lembaga Baris 2, diisi besar dana bantuan sosial yang diterima 2. Diisi dengan no urut penarikan dari Bank. 3. Di isi tanggal penarikan dari bank. 4. Diisi dengan jumlah dana yang ditarik dari bank 5. Nomor urut pengeluaran/penggunaan dana, sekaligus dilampirkan bukti (kuitansi/nota) pengeluaran sebagai

31

KURSUS PARA-PROFESI

(6) (7) (8) (9)

bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Diisi dengan uraian/rincian pengeluaran/penggunaan dana. Diisi dengan banyak/jumlah pembelian/pembayaran, seperti: 2 rim, 3 orang, 5 buah, dst. Diisi dengan jumlah dana yang dikeluarkan. Sisa diisi dengan selisih antara kolom (1) dikurangi jumlah total pengeluaran.

32

KURSUS PARA-PROFESI

33

KURSUS PARA-PROFESI

Anda mungkin juga menyukai