Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latara Belakang Al-Quran dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Quran dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbedabeda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Dalam proses pendidikan Islam pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertuan kepribadian? 2. Bagaimana proses pembentukan kepribadian muslim? 3. Bagaimana proses pembentukan kepribadian ? 4. Apa saja karakter seorang muslim ? 5. Apa manusia memiliki fitrah beragama ? 6. Bagaimana pengembangan fitrah ?

C. Tujan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam 2. Tujuan Khusus a. b. c. Untuk mengetahui pengertian dari kepribadian itu sendiri Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kepribadian Dapat mengetahui karakter seorang muslim

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN Kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti diri sendiri, atau perseorangan. Sedangkan dalam bahasa inggris digunakan istilah personality, yang berarti kumpulan kualitas jasmani, rohani, dan susila yang membedakan seseorang dengan orang lain. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut.. dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar penanamannya untuk membentuk kepribadian manusia itu. Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya. Seseorang yang islam disebut muslim. Muslim adalah orang atau seseorang yang menyerahkan dirinya secara sungguh sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa wujud pribadi muslim itu adalah manusia yang mengabdikan

dirinya kepada Allah, tunduk dan patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan adalah membentuk keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman, islam dan ikhsan.

Orang yang dapat dengan benar melaksanakan aktivitas hidupnya seperti mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan peperangan maka mereka disebut sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan sebagai orang yang benar. Hal ini merupakan pola takwa sebagai gambaran dari kepribadian yang hendak diwujudkan pada manusia islam. Apakah pola ini dapat mewujud atau mempribadi dalam diri seseorang, sehingga Nampak

perbedaannya dengan orang lain, karena takwanya, maka; orang itu adalah orang yang dikatakan sebagain seseorang yang mempunyai Kepribadian Muslim. Secara terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran islam dan bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah. Kepribadian muslim dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak famili dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak sengaja, dan sikap terpuji yang timbul dari dorongan batin. Kemudian ciri khas dari tingkah laku tersebut dapat dipertahankan sebagai kebiasaan yang tidak dapat dipengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan dengan sikap yang dimiliki. Ciri khas tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah terbentuk sebagai kebiasaan dalam waktu yang lama. Selain itu sebagai individu setiap muslim memiliki latar belakang pembawaan yang berbeda-beda. Perbedaan individu ini diharapkan tidak akan mempengeruhi

perbedaan yang akan menjadi kendala dalam pembentukan kebiasaan ciri khas secara umum

B. PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Pengaruh lingkungan cukup dominan dalam proses pembentukan kepribadian. Pengertian lingkungan di sini amat luas dan kompleks, mencakup lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, tempat kerja, nilai-nilai, norma-norma, serta lingkungan fisik, sosial, dan budaya. Lingkungan yang begitu luas dan kompleks itu mempengaruhi kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya. Manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan individu-individu lainnya, baik inteligensi, bakat, minat, sifat-sifat, maupun kemauan dan perasaannnya. Sebagai makhluk sosial, manusia bergaul dan berinteraksi sosial dengan manusiamanusia lain dalam memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya. Jadi, manusia mempunyai kebutuhan sosial, yang mencakup komunikasi, interaksi sosial, hubungan sosial, kerjasama sosial, dan sebagainya. Dalam berinteraksi sosial, setiap individu melakukan proses sosialisasi nilai dan norma sosial budaya. Secara biologic fisiologis, manusia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetatif. Tetapi hati nurani dan cita-cita pribadi tidak mungkin dapat terbentuk dan berkembang tanpa pergaulan dengan manusia-manusia lain. Tanpa pergaulan sosial, maka kepribadian manusia tidak akan dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya atau sebagai manusia yang beradab. Dalam proses sosialisasi inilah manusia dapat merealisasikan segala potensinya dalam kehidupan masyarakat. Tanpa sosialisasi dan komunikasi sosial maka individu tidak akan dapat mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, seperti bakat, minat, intelegensi, dan cita-citanya. Menurut aliran Kotwergensi, kepribadian (jiwa atau perilaku) merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal).

Pembawaan bersumber dari dalam diri individu, seperti kecerdasan, bakat, minat, kemauan, dan sebagainya. Pengalaman bersumber dari pergaulan, pendidikan, dan pengaruh nilai-nilai dan norma sosial. Pelopor aliran Konvergensi ialah William Stern (1871-1938) seorang ahli Psikologi Jerman. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, antara lain warisan

biologis(pembawaan), lingkungan fisik, lingkungan sosial-budaya, pengalaman kelornpok, dan pengalaman pribadi yang unik. 1. Warisan Biologis Semua individu yang normal mempunyai persamaaan biologis, seperti pancaindera, kelenjar seks, dan syaraf otak. Warisan biologis ini bersifat unik, karena tidak seorang pun di dunia ini memiliki ciri-ciri fisik dan psikis yang sama. Orang umumnya beranggapan bahwa kepribadian tidak lebih dari sekedar penampilan warisan biologis. Dahulu orang beranggapan bahwa karakteristik kepribadian seperti sikap rendah hati, ambisi, kejujuran, kenakalan, kelainan seksual, dan lain-lain timbul karena warisan biologis, atau bersifat pembawaan. Namun sekarang tidak banyak orang yang beranggapan demikian. Perbedaan individual dalam hal kemampuan, prestasi, dan perilaku lain berhuhungan dengan warisan biologis dan pengaruh lingkungan hidupnya. Pada beberapa hal, warisan biologis memang lebih penting daripada faktor lingkungan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa IQ anak angkat ternyata lebih mirip dengan IQ orang tua kandungnya daripada orang tua angkatnya. Meskipun perbedaan IQ lebih banyak ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan, tetapi perbedaan lainnya ditentukan oleh lingkungan. Orang pada umumnya beranggapan bahwa orang gemuk sifatnya periang, orang dengan kening lebar adalah cerdas, orang berambut merah wataknya mudah marah, atau orang dengan rahang lebar mempunyai kepribadian yang kuat. Anggapan umum itu ternyata tidak tepat setelah diuji secara empiris, meskipun ditemukan hubungan yang signifikan. Seorang ahli riset, Bar (1977) membandingkan kelompok sampel yang berambut merah dengan kelompok kendali yang terdiri atas orang-orang dengan macam-macam warna rambut. Ia melaporkan bahwa watak si rambut merah

umumnya bersifat mudah marah dan agresif. Disebutkan bahwa ada hubungan genetis antara karakteristik fisik (rambut merah) dengan karakteristik kepribadian (mudah marah, agresif). Ada kemungkinan bahwa hubungan genetis betul-betul terjadi antara karakteristik fisik dengan sifat perilaku. Karakteristik fisik memang ada yang mempengaruhi sifat-sifat perilaku tertentu. 2. Lingkungan Fisik Perilaku manusia berhubungan dengan iklim dan lingkungan geografi. Sorokin menyatakan bahwa perbedaan perilaku kelompok sosial lebih banyak disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan lingkungan alam lainnya. Teori tersebut sesuai dengan kerangka etnosentris, karena pengaruh geografi memberikan keterangan yang cukup objektif terhadap sifat-sifat manusia. Jadi, lingkungan fisik cenderung mempengaruhi kepribadian seseorang. Suku bangsa Athabascans, misalnya, memiliki kepribadian dominan yang menyebabkan mereka dapat bertahan hidup dalam iklim yang dingin. Suku Qualla dari Peru digambarkan oleh Trotter (1973) sebagai sekelompok masyarakat yang berwatak paling keras di dunia. 3. Lingkungan Budaya Setiap kelompok masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada anggotanya. Akibatnya timbul konfigurasi kepribadian yang khas dari anggota kelompok tersebut. Itulah sebabnya setiap kelompok masyarakat tidak sama kepribadiannya. Sebabnya, kepribadian erat kaitannya dengan lingkungan sosial budaya yang mempengaruhinya. Sebagai contoh, kepribadian bangsa Indonesia tidak sama dengan kepribadian bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa Indonesia dikenal mempunyai ciri-ciri kepribadian, yang bersifat kekeluargaan, gotong royong, ramah tamah, toleran, dan sebagainya. 4. Pengalaman Kelompok Pengalaman kelompok sangat penting untuk ditiru oleh seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok referens. Pada awalnya, keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena merupakan satu-satunya kelompok social yang dimiliki oleh bayi selama masa-masa yang paling peka. Kepribadian individu dibentuk pada tahuntahun pertama dalam lingkungan keluarganya. Beberapa waktu kemudian, kelompok

sebaya/sepermainan, yaitu kelompok yang sama usia dan kedudukannya menjadi penting sebagai suatu kelompok referens. Kegagalan untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam kelompok sepermainan seringkali di ikuti oleh pola penolakan sosial. Masyarakat majemuk terdiri atas banyak kelompok sosial yang masingmasing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan kadang-kadang saling bertentangan. Dalam setiap kelompok, orang bergerak dan berinteraksi dengan sejumlah kelompok dengan standar nilai dan norma yang berbeda-beda, sehingga orang harus mampu menentukan cara untuk mengatasi tantangan yang serba bertentangan itu. 5. Pengalaman Pribadi yang Unik Apa sebab anak-anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang sama, tetapi ternyata memiliki kepribadian yang berbeda? Sebabnya, mereka tidak mendapatkan pengalaman yang benar-benar persis sama. Orang tua biasanya tidak memperlakukan anak-anaknya dengan cara yang persis sama. Pengalaman pribadi dalam keluarga ini kemudian diperluas di lingkungan sekolah dan teman sepermainannya. Hal itu disebabkan anak-anak memiliki kelompok teman sebaya yang berbeda, guru-guru yang berbeda, dan peristiwa yang berbeda-beda pula. Setiap individu mempunyai pengalaman pribadi masing-masing. Pengalaman pribadi setiap orang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkungan kehidupan dan kebudayaannya.

C. KARAKTER SEORANG MUSLIM

Karakter ini merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat islam maupun tertegaknya sistem islam dimuka bumi serta menjadi tiang penyangga peradaban dunia.Kesepuluh karakter seorang muslim : 1. Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik. 2. Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQuran dan Assunnah serta terjauh dari segala Bidah yang dapat menyesatkannya.

3.

Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).

4.

Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT.

5.

Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya. Qodirun alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

6.

7.

Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain. Haritsun ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT. Munazhom Fii Suunihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.

8.

9.

10. Naafiun Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.
D. MANUSIA MEMILIKI FITRAH BERAGAMA

Fitrah berasal dari kata fatara, yafturu, fatran. Fitratan, yang artinya bersih. Dalam kegiatan agama Islam kita mengenal idul fitri yang memiliki makna kembali kepada kesecian, sebab selama bulan ramadhan umat Islam yang menjalan ibadah

puasa seolah-olah meleburkan jiwanya pada dahaga, lapar, menjaga mata, telinga, bibir dan anggota badan lainnya dari perbuatan yang mengotori jiwanya. Maka setelah idul fitri tiba. Umat Islam yang menjalankan pusa tadi ada dalam keadaan suci tak bernoda, kembali pada fitrah semula dan disempurnakan dengan zakat fitrah yaitu dengan tujuan menyucikan harta kekayaannya. Sudah disepakati oleh seluruh umat islam bahwa fitrah memiliki arti bersih, suci tidak bernoda. Ada keserupaan dengan pendapat orang barat yang mengataklan bahwa ketika manusia lahir ke dunia ada dalam tabula rasa artinya seperti kertas putih yang sepenuhnya bergantung pada tulisan yang mengisinya kemudian jiwa akan dibentuk dan dikembangkan manusia yang lahir ada dalam keadaan fitrah (tabula rasa) tetapi ia dapat beragama atau tidak beragama (atheis) sekalipun dtentukan oleh faktor lingkungan. Dalam agam islam menjelaskan betapa luhurnya fitrah manusia yang berperan dalam meyakini keberadaan Tuhan dengan mereningi ciptaan-Nya. Sebagaimana. Alloh Swt. berfirman :

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Alloh); (tetaplah atas) fitrah Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. Ar-Rum :30) Sampai saat ini, Agama merupakan persoalan sentral di kalangan manusia pada umumnya sampai lahir dua agama garis besar, pertama adalah agama yang turun dari langit melalui perantaraan para malikat, dan kedua adalah agama yang didirikan oleh umat manusia. Pada hakikatnya kedua agama tersebut berada dalam peengaturan Alloh Swt. yang mana inti dari kedua agama tersebut adalah keselamatan. Namun titik letak kesalahan manusia dalam beragama adalah kesalahan dalam Itikad mereka dalam mengimani Tuhannya. Sehingga kotorlah agama yang mereka peluk dan terjilah pertentangan sengit diantara keduanya. Ada yang

10

memusuhi pembawa wahyu (jibril) yaitu agama Nasrani, dimana nasrani mengatakan bahwa jibril salah dalam menurunkan wahyu kepada keturunan ismail (Muhammad Saw) bukannya kepada Israil ( Ishaq, yakub, Musa, Isa as ) dan ada agama yang mengimani Wahyu Alloh Swt. yang diturunkan melalui jibril yaitu agama Islam. Ada pula agama yang tidak mengakui wahyu dalam bentuk apapun, agama tersebut lebih menekankan pada dewa-dewa dan peristiwa alam semesta yaitu agama Hindu dan Budha. Pada akhirnya diantara agama yang diakui oleh manusia meskipun sedikit ada empat agama yaitu : Agama Islam, Keristen, Hindu dan Budha. Sebab itu mereka memepertahankan keimanan mereka masing-masing. Sesungguhnya meraka berada dalam fitrah dirinya masing-masing selama tidak mengikuti pikiran (akal) jahatnya yang dalam istilah Islam disebut (tabiat Iblis). Fitrah merupakan naluri untuk bertauhid kepada yang Maha tinggi yaitu Tuhan, Islam menyebutnya dengan Alloh Swt. sehingga manusia yang hidup di dunia memiliki Fitrah untuk mempercayai Tuhan. Sebagaimana Alloh Swt. berfirman :

Artinya : (tetaplah atas) fitrah Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu (Q.S. Ar-Rum : 30)

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) (Q.S. al-Araf :172) Semejak kita berada di sulbi ibu kita (rahim) atau sebelum kita lahir ke dunia, diri kita, jiwa kita, kesaksian (akal) kita, dan potensi yang Alloh ciptakan kepAdamu

11

sebagai bekal dikehidupan dunia, sesungguhnya sudah berjanji dengan Alloh Swt. dan menyaksikan-Nya. Lalu, kenapa sewaktu kita lahir dalam kedaan fitrah itu menjadi lupa segala-galanya ?, Alloh Swt. berfirman dalam (Q.S. : Yasiin : 77-78) : Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!, Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya. Dalam keadaan yang demikian Fitrah keimanan seketika itu seolah olah terhijab (terhalangi) olah kehidupan baru dan lingkungan yang serba baru. Jika lingkungan menyadarkannya terhadap ajaran-ajaran Alloh Swt. maka ia akan sadar akan fitrah keimanannya sehingga mengakui Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi akan segala ciptaan-ciptaan-Mu, yang pada akhirnya ia berkata Tidak ada Tuhan Selain Alloh dan Muhammad (keturunan Ismail putera Ibrahim) adalah utusan Alloh masuk Islam. Sedangkan jika lingkungan tidak menyadarkan fitrah keimanannnya ia akan diperinngti Bukankah Aku ini Tuhanmu?, jika lingkungan belum juga menyadarkannya, maka ia akan terus menerus lupa pada dirinya dan tidak mengenal dirinya, sehingga yang muncul adalah merasa diri ada dengan kesombongan dan kejahatan mereka, dan merasa diri benar, sedangkan yang ada dan benar (Haq) adalah Alloh Swt.

Artinya : (Kuasa Alloh) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Alloh, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Alloh, itulah yang batil, dan sesungguhnya Alloh, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (al-Hajj :62) . Adapun bentuk kesalahan manusia dalam memahami fitrah antara lain : Cinta kasih dijadikan sebagai kemauan (syahwat) dan berpoya-poya belaka. Kemauan bukan manusiawi. Kasih-sayang yang tidak sehat. Mereka lupa siapa yang menciptkan fitrah itu. .
12

Artinya : Sesungguhnya bukan matanya yang buta, tapi mata hatinyalah (yang buta) yang ada dalam rongga dada. Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu. 1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Alloh, tetapi dia mencintai dunia. 2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya. Rasulullah S.A.W telah bersabda, Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima : Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur. Tetapi mansia sehrusnya Memfitrahkan Fitrah , artinya mensucikan siapa yang menciptakan suci itu, memuji siapa yang menciptakan puji itu, kagum siapa yang menciptkan kekaguman itu, bertauhid siapa yang menciptakan tauhid itu, mencintai siapa yang menciptakan cinta itu dengan

E. PENGEMBANGAN FITRAH

Manusia dibekali dengan fitrah keimanan kepada Allah SWT. Fitrah tersebut tidak akan mengalami perubahan, namun memiliki kemampuan untuk terus berkembang dan meningkat melalui pendidikan. Secara umum, fitrah dapat diartikan sebagai asal kejadian, bawaan sejak lahir, jati diri dan naluri manusiawi. Menurut
13

Abdullah Ulwan, fitrah dalam konsep islami adalah kecenderungan bertauhid secara murni, beragama secara benar atau beriman dan beramal sholeh. Fitrah bertauhid berupa kecenderungan untuk mengabdi kepada penciptanya, berakidah iman kepada Allah dan atas dasar kesucian serta tidak ternoda. Manusia memiliki fitrah bertuhan. Keimanan kepada Allah, pengakuan ke-Tuhanan dan keberadaan-Nya adalah masalah yang secara naluri terdapat pada setiap diri manusia.Salah satu bentuk fitrah manusia adalah kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan yang bersumber dari fitrah manusia, tidak dibentuk melalui diskursus-diskursus atau memori-memori fenomenal, tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah itu sendiri, memancar dari kedalaman diri manusia karena dorongan keingin-tahuan dilandasi kesucian, ketulusan dan tanpa pretense egoisme. Kecerdasan spiritual akan hidup jika isi dasar dan misi utamanya adalah sebagai abid (hamba) dan khalifah (fungsi kehambaan). Dengan adanya hal ini, diharapkan akan melahirkan manusia yang sanggup mengatasi pertentangan keinginan dirinya dengan tuntutan iklim budaya dan peradaban yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Manusia diciptakan dengan 2 unsur, yaitu jiwa dan tubuh, sehingga manusia memerlukan prinsip pendidikan yang dapat mengharmonisasikan tujuan lahiriah dan batiniah. Prinsip tersebut didasarkan pada agama atau sesuatu yang merupakan produk akal pikiran manusia. Karakter utama atau autentik prinsip pendidikan yang bersandar pada agama karena motif agama, adalah suatu hal alami dalam fitrah manusia dan fakta dalam dirinya sendiri yang nyaman dengan hasrat batiniah, sehingga bertambah kesadaran dari kekuatan ini menjadi lebih tunduk dengan ketetapan ini. Pemahaman faktorfaktor keberagamaan manusia (anak) dalam hal-hal yang berpengaruh atasnya akan memberi gambaran luas mengenai banyak hal. Misalnya kebersamaan dan kemasyarakatan. Manusia memiliki kemampuan atau potensi dasar pada dirinya, namun potensi yang ada itu bukan merupakan suatu hal yang konkrit dapat langsung terlihat, tetapi masih merupakan hal yang tersembunyi pada mulanya.

14

Potensi atau kemampuan tersebut dalam Islam disebut juga sebagai "Fitrah". Fitrah ini merupakan potensi dasar manusia yang dibawanya sejak lahir sebagai kemampuan dasar dan kecenderungan yang murni bagi setiap individu manusia. Setiap manusia yang lahir mempunyai kemampuan untuk dapat

menumbuhkembangkan potensi yang ada pada dirinya, fitrah yang ada itu akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan di sekitarnya. Selain dari pengaruh lingkungan sekitar, ada pula faktor lain yang dapat menumbuhkembangkan potensi dasar manusia tersebut, yaitu dengan proses pendidikan dan bahkan proses pendidikan ini dapat juga menentukan berkembang tidaknya potensi tersebut. Karena pendidikan merupakan proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik meliputi penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.

15

PENUTUP KESIMPULAN Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai Al-Quran dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Membentuk kepribadian dalam pendidikan islam dibutuhkan beberapa langkahlangkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan islam, artinya membicarakan cara untuk menjadi seseorang yang memiliki identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis agama.

16

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Islam dan Kajian Sains, Surabaya: Al-Ikhlas, 1994 Soeryosubroto, Soemadi, Psikologi Kepribadian, Yogyakarta: Raka Sorosin, tt.
http://satusaja23.wordpress.com/2010/12/12/3manusia-memiliki-fitrah-sehinggamanusia-bergantung-pada-ya http://rijalamirudin.blogspot.com/2012/05/kepribadian-muslim-dan-ciri-cirinya.html ng-lebih-tinggi/ http://elrazhie.blogspot.com/2010/12/pendidikan-sebagai-proses-pengembangan.html http://tulahan.blogspot.com/2012/02/10-sifat-peribadi-seorang-muslim.html

17

Anda mungkin juga menyukai