Anda di halaman 1dari 11

EFEK NEUROLOGIS PADA PENGGUNAAN HEROIN (PUTAUW)

Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedoktera !a"#a !eda$ U #%ers#tas Su&atera Utara

I'

PENDAHULUAN

Heroin di Indonesia dikenal dengan nama yang sama. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebutan putauw. Heroin didapatkan dari pengeringan ampas bunga opium yang mempunyai kandungan morfin dan kodein yang merupakan penghilang rasa nyeri yang efektif dan banyak digunakan untuk pengobatan dalam obat batuk dan obat diare. Heroin sedikitnya sudah dikenal oleh manusia sejak 6000 tahun lalu, dan dikenal berasal dari pohon kebahagiaan. Pada abad ke-7 atau ke- , diduga pedagang !rab membawanya ke "ina dan digunakan sebagai bahan pengobatan. #etelah itu, orang-orang Inggris dan Portugis memasok "ina dengan opium dan menempatkan Inggris sebagai heroin terbesar di dunia. $aru pada tahun % 7& orang membuat heroin dan pohon opium. 'etika itu, heroin dijual sebagai pengganti morfin yang aman dan tidak menimbulkan ke(anduan. )amun akhirnya disadari bahwa heroin juga menyebabkan ketergantungan yang tinggi, kemudian di Inggris dilarang pada tahun %*+0 dengan undang-undang, ,angerous ,rug !(t. Penggunaan heroin mulai meningkat sejak awal %**0 dan mengalami booming sejak %**6. -enurut )ational Household #ur.ey on drug abuse di /#! tahun %**6 sebanyak +,& juta orang pernah menggunakan heroin. ,i Indonesia jumlah penderita narkotika tahun %**0 adalah %10.000 orang 20,06034. Para pemakai narkoti ini kebanyakan anak-anak muda berusia 5 +6 tahun. !ngka kematian akibat penggunaan heroin di Indonesia men(apai %7,63. Heroin 2diasetilmorfin4 termasuk golongan opioid agonis dan merupakan deri.at morfin yang terbuat dari morfin yang mengalami asetilasi pada gugus hidroksil pada ikatan "1 dan "6. )ama lain dari heroin6 sma(k, junk, (hina ehirte, (hi.a, bla(k tar, speed balling, dope, brown, dog,negra, nod, white hores, stuff.

2002 digitized by USU digital


library

II'

FAR(AKOKINETIK

A)sor*s# Heroin diabsorpi dengan baik disubkutaneus, intramuskular dan permukaan mukosa hidung atau mulut. D#str#)us# Heroin dengan (epat masuk kedalam darah dan menuju ke dalam jaringan. 'onsentrasi heroin tinggi di paru-paru, hepar, ginjal dan limpa, sedangkan di dalam otot skelet konsentrasinya rendah. 'onsentrasi di dalam otak relatif rendah dibandingkan organ lainnya akibat sawar darah otak. Heroin menembus sawar darah otak lebih mudah dan (epat dibandingkan dengan morfin atau golongan opioid lainnya (eta)ol#s&e Heroin didalam otak (epat mengalami hidrolisa menjadi monoasetilmorfin dan akhirnya menjadi morfin, kemudian mengalami konjugasi dengan asam glukuronik menajdi morfin 6-glukoronid yang berefek analgesik lebih kuat dibandingkan morfin sendiri. !kumulasi obat terjadi pada pasien gagal ginjal. Ekskres# Heroin 7morfin terutama diekstresi melalui urine 2ginjal4. *03 diekskresikan dalam +& jam pertama, meskipun masih dapat ditemukan dalam urine & jam heroin didalam tubuh diubah menjadi morfin dan diekskresikan sebagai morfin.

III'

FAR(AKODINA(IK

(eka #s&e ker+a 8pioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor spesifik yang berlokasi di otak dan medula spinalis, sehingga mempengaruhi transmisi dan modulasi nyeri. 9erdapat 1 jenis reseptor yang spesifik, yaitu reseptor 2mu4, 2delta4 dan 2kappa4. ,i dalam otak terdapat tiga jenis endogeneus peptide yang akti.itasnya seperti opiat, yitu enkephalin yang berikatan dengan reseptor , endorfin dengan reseptor dandynorpin dengan resptor . :eseptor merupakan reseptor untuk morfin 2heroin4. 'etiga jenis reseptor ini berhubungan dengan protein ; dan berpasangan dengan adenilsiklase menyebabkan penurunan formasi siklik !-P sehingga akti.itas pelepasan neurotransmitter terhambat. E,ek # $#)#s# o*#at dala& *ele*asa eurotra s&#tter

Pele*asa oradre al# 8piat menghambat pelepasan noradrenalin dengan mengakti.asi reseptor yang berlokasi didaerah noradrenalin. <fek morfin tidak terbatas dikorteks,tetapi juga di hipokampus,amigdala, serebelum, daerah pera=uadiktal dan lo(us (ereleus.

2002 digitized by USU digital library

Pele*asa aset#kol# Inhibisi pelepasan asetikolin terjadi didaerah striatum oleh reseptor deltha, didaerah amigdala dan hipokampus oleh reseptor . Pelepasan dopamin Pelepasan dopamin diinhibisi oleh aktifitas reseptor kappa Te&*at Ker+a !da dua tempat kerja obat opiat yang utama, yaitu susunan saraf pusat dan .is(eral. ,i dalam susunan saraf pusat opiat berefek di beberapa daerah termasuk korteks, hipokampus, thalamus, hipothalamus, nigrostriatal, sistem mesolimbik, lo(us (oreleus, daerah periakuaduktal, medula oblongata dan medula spinalis. ,i dalam sistem saraf .is(eral, opiat bekerja pada pleksus myenterikus dan pleksus submukous yang menyebabkan efek konstipasi. E,ek ke s#ste& or"a la# -a

Susu a sara, *usat .' A al"es#a K$as#at a al"et#k d#dasarka atas / ,aktor0 a. meningkatkan ambang rangsang nyeri b. mempengaruhi emosi, dalam arti bahwa morfin dapat mengubah reaksi yang timbul menyertai rasa nyeri pada waktu penderita merasakan rasa nyeri. #etelah pemberian obat penderita masih tetap merasakan 2menyadari4 adanya nyeri, tetapi reaksi khawatir takut tidaklagi timbul. <fek obat ini relatif lebih besar mempengaruhi komponen efektif 2emosional4 dibandingkan sensorik (. -emudahkan timbulnya tidur 1' E,or#a Pemberian morfin pada penderita yang mengalami nyeri, akan menimbulkan perasaan eforia dimana penderita akanmengalami perasaan nyaman terbebas dari rasa (emas. #ebaliknya pada dosis yang sama besar bila diberikan kepada orang normal yang tidak mengalami nyeri, sering menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir disertai mual, muntah, apati, akti.itas fisik berkurang dan ekstrimitas terasa berat. /' Sedas# Pemberian morfin dapat menimbulkan efek mengantuk dan lethargi. 'ombinasi morfin dengan obat yang berefek depresi sentral seperti hipnotik sedatif akan menyebabkan tidur yang sangat dalam 2' Per a,asa Pemberian morfin dapat menimbulkan depresi pernafasan, yang disebabkan oleh inhibisi langsung pada pusat respirasi di batang otak. ,epresi pernafasan biasanya terjadi dalam 7 menit setelah ijeksi intra.ena atau 10 menit setelah injeksi subkutan atau intramuskular. :espirasi kembali ke normal dalam +-1 jam 3' Pu*#l Pemberian morfin se(ara sistemik dapat menimbulkan miosis. -iosis terjadi akibat stimulasi pada nukleus <dinger >estphal ). III 4' (ual da &u ta$ ,isebabkan oleh stimulasi langsung pada emeti( (hemore(eptor trigger ?one di batang otak.

2002 digitized by USU digital library

E,ek *er#,er .' Salura 5er a o Pada lambung akan menghambat sekresi asam lambung, mortilitas lambung berkurang, tetapi tonus bagian antrum meninggi. o Pada usus beasr akan mengurangi gerakan peristaltik, sehingga dapat menimbulkan konstipasi 1' S#ste& kard#o%askular 9idak mempunyai efek yang signifikan terhadap tekanan darah, frekuensi maupun irama jantung. Perubahan yang tampak hanya bersifat sekunder terhadap berkurangnya akti.itas badan dan keadaan tidur, Hipotensi disebabkan dilatasi arteri perifer dan .ena akibat mekanisme depresi sentral oleh mekanisme stabilitasi .asomotor dan pelepasan histamin /' Kul#t -engakibatkan pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tampak merah dan terasa panas. #eringkali terjadi pembentukan keringat, kemungkinan disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah di kulit akibat efek sentral danpelepasan histamin 2' Traktus ur# ar#us 9onus ureter dan .esika urinaria meningkat, tonus otot sphinkter meningkat,sehingga dapat menimbulkan retensi urine.

I6'

JENIS HEROIN -a " ser# " d#*erda"a "ka adala$0

Je #s $ero#

.' !u)uk *ut#$ ,iperjualbelikan dalam kantung-kantung yang telah dikemas se(ara khusus dengan ukuran 1@%,0 (m, berisi %00 mg bubuk dengan kadar heroin berkisar antara %-%03. Pada saat ini kadar heroin dalam bubuk (enderung meingkat, rata-rata berkisar 103. $iasanya bubuk tersebut di(ampur dengan gula, susu bubuk atau kanji. $anyak diperjualbelikan di daerah !sia. 1' !u)uk 5oklat $entuk, kemasan dan kadar heroin mirip dengan bubuk putih, hanya warnanya yang (oklat. $anyak didapatkan di daerah -e@i(o /' !la5k Tar $anyak diperjualbelikan di /sa. >arna hitam disebabkan oleh metode prosesing. $entuknya ke(il-ke(il seperti ka(ang dan lengket. 'adar heroin didalamnya berkisar +0- 03. Pemakaian biasanya dilarutkan dengan sedikit air kemudian dihangatkan diatas api. #etelah dilarutkan dapat dimasukkan ke dalam alat suntik

2002 digitized by USU digital library

6'

7ARA PENGGUNAAN

.' I +eks# Injeksi se(ara intra.ena, subkutan atau intra muskular Injeksi lebih praktis dan efisien untuk heroin kadar rendah. Injeksi se(ara intra.ena dapat menimbulkan efek eforia dalam 7- detik,sedangkan se(ara intra muskuler efeknya lebih lambat yaitu 0- menit. Keru"#a # +eks#0 - ,apat menyebabkan septikemi daninf lain - ,apat menyebabkan hepatitis atau HIA - Injeksi nerulang dapat merusak .ena, menyebabkan trombosis dan abses 1' D#$#ru* $ubuk heroin ditaruh di aluminium foil dan dipanaskan diatas api, kemudian asapnya dihirup melalui hidung. <fek pun(ak dengan penggunaan se(ara dihirup7dihisap biasanya dirasakan dalam %0-%0 menit /' D#$#sa* &elalu# *#*a atau se)a"a# l# t# "a rokok Penggunaan heroin dengan kadar tinggi biasanya dengan (ara dihirup atau dihisap. Penggunaan heroin se(ara dihisap atau dihirup 2(hasing the dragon4 saat ini meningkat untuk menghindarkan efek yang terjadi akibat penyuntikan. Penggunaan se(ara dihisap lebih aman dibandingkan dihirup, oleh karena masuk ke dalam tubuh se(ara bertahap sehingga lebih mudah dikontrol. E,ek -a " t#&)ul ak#)at *e ""u aa $ero# -enurut national Institute ,rug !buse 2)I,!4, dibagi menjadi efek segera 2short term4 dan efek jangka panjang 2long term4 E,ek se"era (s$ort ter&) o o o o o o ;elisah ,epresi pernafasan Bungsi mental berkabut -ual dan muntah -enekan nyeri !bortus spontan E,ek +a "ka *a +a " (lo " ter&) o o o o o o !ddiksi HIA, hepatitis 'olaps .ena Infeksi bakteri Penyakit paru 2pneumonia, 9$"4 Infeksi jantung dan katupnya

Pe "aru$ $ero# ter$ada* 8a #ta $a&#l0 o -enimbulkan komplikasi serius, abortus spontan, lahir prematur o $ayi yang lahir dari ibu pe(andu narkotik memiliki resiko tinggi untuk terjadinya #I,# 2#udden Infant ,eath #yndrome4 o $ayi yang lahir dari ibu pe(andu narkotik dapat mengalami gejala with drawl dalam +&-16 jam setelah lahir. ;ejalanya bayi tambah gelisah, agitasi, sering menguap, bersin dan menangis, gemetar, muntah, diare dan pada beberapa kasus terjadi kejang umum Ko&*l#kas# eurolo"#s -a " da*at ter+ad# ak#)at *e ""u aa $ero# 0 o <dema serebri o -yelitis o Postano@ia en(ephalopathy o "rush injury o ;angguan koordinasi, kesulitan untuk berbi(ara

2002 digitized by USU digital library

6I'

TOKSISITAS DAN EFEK LAIN 9ANG TIDAK DIINGINKAN DARI PE(AKAI HEROIN I toks#kas# akut (o%erdos#s) ,osis toksik, 000 mg untuk bukan pe(andu dan % 00 mg untuk pe(andu narkotik. ;ejala o.erdosis biasanya timbul beberapa saat setelah pemberian obat. Ge+ala # toks#kas# akut (o%erdos#s)0 o 'esadaran menurun, sopor - koma o ,epresi pernafasan, frekuensi pernafasan rendah +-& kali semenit, dan pernafasan mungkin bersifat "heyene stokes o Pupil ke(il 2pin poiny pupil4, simetris dan reaktif o 9ampak sianotik, kulit muka kemerahan se(ara tidak merata o 9ekanan darah pada awalnya baik, tetapi dapat menjadi hipotensi apabila pernafasan memburuk danterjadi syok o #uhu badan rendah 2hipotermia4 dan kulit terasa dingin o $radikardi o <dema paru o 'ejang 'ematian biasanya disebabkan oleh depresi pernafasan. !ngka kematian meningkat bila pe(andu narkotik menggabungkannya dengan obat-obatan yang menimbulkan reaksi silang seperti alkohol, tran=uili?er. - !ngka kematian heroin C alkohol &0 3 - !ngka kematian heroin C tran=uili?er 10 3

I ,eks# Kro #s Add#ks# $ero# &e u +ukka )er)a"a# se"#0 %. Habituasi, yaitu perubahan psikis emosional sehingga penderita ketagihan akan obat tersebut. +. 'etergantungan fisik, yaitu kebutuhan akan obat tersebut oleh karena faal dan biokimia badan tidak dapat berfungsi lagi tanpa obat tersebut 1. 9oleransi, yaitu meningkatnya kebutuhan obat tersebut untuk mendapat efek yang sama. >alaupun toleransi timbul pada saat pertama penggunaan opioid, tetapi manifes setelah +-1 minggu penggunaan opioid dosis terapi. 9oleransi akan terjadi lebih (epat bila diberikan dalam dosis tinggi dan inter.al pemberian yang singkat. 9oleransi silang merupakan karakteristik opioid yang penting, dimana bila penderita telah toleran dengan morfin, dia juga akan toleran terhadap opioid agonis lainnya, seperti metadon, meperidin dan sebagainya. (eka #s&e o)at ter+ad# -a tolera s# da keter"a tu "a

-ekanisme se(ara pasti belum diketahui, kemungkinan oleh adaptasi seluler yang menyebabkan perubahan akti.itas en?ym, pelepasan biogeni( amin tertentu atau beberapa respon immun. )ukleus lo(us (eruleus diduga bertanggung jawab dalam menimbulkan gejala withdrawl. )ukleus ini kaya akan tempat reseptor opioid, alpha-adrenergi( dan reseptor lainnya. #timulasi pada reseptor opioid danalpha-adrenergi( memberikan respon yang sama pada intraseluler. #timulasi reseptor oleh agonis opioid 2morfin4 akan menekan akti.itas adenilsiklase pada siklik !-P. $ila stimulasi ini diberikan se(ara terus menerus, akan terjadi adaptasi

2002 digitized by USU digital library

fisiologik di dalam neuron yang membuat le.el normal dari adeniliklase walaupun

2002 digitized by USU digital library

berikatan dengan opiat. $ila ikatan opiat ini dighentikan dengan mendadak atau diganti dengan obat yang bersifat antagonis opioid, maka akan terjadi peningkatan efek adenilsilase pada siklik !-P se(ara mendadak dan berhubungan dengan gejala pasien berupa gejala hiperakti.itas. ;ejala putus obat 2gejala abstinensi atau withdrawl syndrome4 terjadi bila pe(andu obat tersebut menghentikan penggunaanobat se(ara tiba-tiba. ;ejala biasanya timbul dalam 6-%0 jam setelah pemberian obat yang terakhir dan pun(aknya pada 16-& jam. >ithdrawl dapat terjadi se(ara spontan akibat penghentian obat se(ara tibatiba atau dapat pula dipresipitasi dengan pemberian antagonis opioid seperti nalo@ono, naltre@one. ,alam 1 menit setelah injeksi antagonis opioid, timbul gejala withdrawl, men(apai pun(aknya dalam %0-+0 menit, kemudian menghilang setelah % jam. ;ejala putus obat6 o 6 D %+ jam , lakrimasi, rhinorrhea, bertingkat, sering menguap, gelisah o %+ - +& jam, tidur gelisah, iritabel, tremor, pupil dilatasi 2midriasi4, anoreksia o +&-7+ jam, semua gejala diatas intensitasnya bertambah disertai adanya kelemahan, depresi, nausea, .ornitus, diare, kram perut, nyeri pada otot dan tulang, kedinginan dan kepanasan yang bergantian, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung,gerakan in.olunter dari lengan dan tungkai, dehidrasi dan gangguan elektrolit o #elanjutnya, gejala hiperakti.itas otonom mulai berkurang se(ara berangsurangsur dalam 7-%0 hari, tetapi penderita masih tergantung kuat pada obat. $eberapa gejala ringan masih dapat terdeteksi dalam 6 bulan. Pada bayi dengan ibu pe(andu obat akan terjadi keterlambatan dalam perkembangan dan pertumbuhan yang dapat terdeteksi setelah usia % tahun.

6II'

DIAGNOSA

D#a" osa d#te"akka )erdasarka 0 %. A a& esa o !uto anamnesa 2pengakuan jujur dari pasien4 o !lo anamnesa 2dari keluarga yang dapat diper(aya4 1' Pe&er#ksaa ,#s#k I to:#kas# akut0 o Penurunan kesadaran o ;anguan otonom, bradikardi, hipotermia, hipotensi, sianosis, pin point pupil o ,epresi pernafasan o <dema paru o 'ejang 2jarang4 o -ata, sklera dapat ikterik akibat komplikasi pemakaian opiat se(ara IA o $i(ara menjadi kaku, dismetri Ge+ala a)st# e s#a o ;elisah, insomnia, berkeringat, sering menguap, pupil dilatasi, takikardi, kram perut. $aik pada intoksikasi maupun abstinensia, pada kulit ditemukan bekas suntikan 2hiperpigmentasi4 di sepanjang pembuluh .ena lengan

2002 digitized by USU digital library

1. D#te&uka -a )e da;)e da yang berhubungan dengan penggunaan obat seperti jarum suntik, pipa, aluminium foil, bubuk heroin dan lain-lain disekitar penderita 2' Pe&er#ksaa la)orator#u& o /rine 2drug s(reening4 /ntuk mengetahui ?at yang dipakai oleh penderita. /rine harus diperoleh tidak lebih dari +& jam setelah pemakaian ?at terakhir. -etode pemeriksaan antara lain dengan (ara paper (hromatography, 9hin Eayer "hromatography, <n?ym Immunoassay o Ra&)ut ,engan metode Ei=uid (hromatography menggunakan ultra.iolet dapat dideterminasi adanya opiat pada rambut pe@(andu heroin 2opiat4. #eseorang dikatakan pe(andu heroin, bila pada rambutnya ditemukan kandungan %0 ng heroin7mg rambut.

6III' PENATALAKSANAAN I toks#kas# akut (o%er dos#s) o Perbaiki dan pertahankan jalan nafas sebaik mungkin o 8ksigenasi yang adekua o )alo@one injeksi, dosis awal 0,& D +,0 mg IA 2anak-anak 0,0% mg7kg$$4 <fek nalo@ane terlihat dalam % D 1 menit dan men(apai pun(aknya pada 0-%0 menit. $ila tidak ada respon nalo@ane + mg dapat diulang tiap 0 menit hingga maksimum %0 mg. )alo@one efektif untuk memperbaiki derjat kesadaran, depresi pernafasan, ukuran pupil. Pasien masih harus diobser.asi terhadap efek nalo@one dalam +-1 jam. 8leh karena duration of a(tion yang pendek. /ntuk men(egah rekulensi efek opiat dapat diberikan infus nalo@one 0,&-0, mg7jam hingga gejala minimal 2menghilang4 I toks#kas# kro #s Hos*#tal#sas# Hospitalisasi dilakukan untuk pasien pasien adiksi ?at, terutama ditujukan untuk6 %. 9erapi kondisi withdrawl +. 9erapi detoksifikasi 1. 9erapi rumatan 2maintenan(e4 &. 9erapi komplikasi 0. 9erapi after(are ,engan masuknya pasien adiksi ke :#, e.aluasi medis fisik perlu mendapat prioritas. ,isamping pemeriksaan urine drug s(reen 2untuk mengetahui apakah pasien menggunakan ?at lain yang tidak diakuinya4, pemeriksaan laboratorium rutin 2termasuk fungsi faal hati, ginjal, danjantung4, juga dilakukan foto thorak. 9erapi detoksifikasi bertujuan agar pasien memutuskan penggunaan ?atnya dan mengembalikan kemampuan kognitifnya. 9idak ada bentuk terapi lain yang harus dilakukan sebelum kedua tujuan tersebut berhasil di(apai. 9ujuan hospitalisasi lainnya adalah membantu pasien agar dapat mengidentifikasi konsekwensi yang diperoleh sebagai akibat penggunaan ?at dan memahami resikonya bila terjadi relaps. ,ari segi mental, hospitalisasi membatu mengendalikan suasana perasaannya seperti depressi, paranoid, =uilty feeling

2002 digitized by USU digital library

karena penyesalan perbuatannya dimasa lalu, destruksi diri dan tindak kekerasan. Hospitalisasi jangka pendek sangat disarankan bagi adiksi ?at yang memang harus mendapatkan perawatan karena kondisinya. #elama perawatan jangka pendek, pasien dipersiapkan untuk mengikuti terapi rumatan. /ntuk kondisi adiksinya, pasien tidak pernah disarankan untuk perawatan jangka panjang. Fer&akotera*# Tera*# 8#t$dra8l o*#o#d o >ithdrawl opioid tidak mengan(am jiwa, tetapi berhubungan dengan gangguan fisikologis dan distress fisik yang (ukup berat. o 'ebanyakan pasien dengan gejala putus obat yang ringan hanya membutuhkan lingkungan yang mendukung mereka tanpa memerlukan obat o 'lonidin dapat digunakan untuk mengurangi gejala putus obat dengan menekan perasaan gelisah, lakrimasi, rhinorrhea dan keringat berlebihan. ,osis awal diberikan 0,%-0,+ mg tiap jam. 'emudian dapat dinaikkan bila diperlukan hingga 0, D%,+ mg7hari, selanjutnya dapat ditappering off setelah %0-%& hari. o 9erapi non spesifik 2simptomatik4 o ;angguan tidur 2insomnia4 dapat diberikan hipnotik sedatif o )yeri dapat diberikan analgetik o -ual dan muntah dapat diberikan golongan metoklopamide o 'olik dapat diberikan antispasmolitika o ;elisah dapat diberikan antiansietas o :hinorrhea dapat diberikan golongan fenilpropanolamin Tera*# detoks#,#kas# ad#ks# o*#o#d o -etadon merupakan drug of (hoi(e dalam terapi detoksifikasi adiksi opioid. )amun bila dosis metadon diturunkan, kemungkinan relaps sering terjadi. 'endala lain adalah membutuhkan waktu lama dalam terapi detoksifikasi, dan bila menggunakan opioid antagonis maka harus menunggu gejala abstinensia selama 0-7 hari. ,osis metadon yang dianjurkan untuk terapi detoksifikasi heroin 2morfin4 adalah +-1 @ 0-%0 mg perhari peroral. #etelah +-1 hari stabil dosis mulai ditappering off dalam %-1 minggu. o $uprenorphine dosis rendah 2%,0-0 mg sublingual setiap +-1 @ seminggu4 dilaporkan lebihefektif dan efek withdrawl lebih ringan dibandingkan metadone. o 9erapi alternatif lain yang disarankan adalah rapid deto@ifi(ation yang mempersingkat waktu terapi deteksifikasi dan memudahkan pasien untuk segera masuk dalam terapi opiat antagonis. Fenis teknik rapid deteksifikasi antara lain klinidin naltre@on. Tera*# ru&ata (&a# te a 5e) ad#ks# o*#o#d o -etadon dan Ee.o alfa a(etylGmethadol 2E!!-4 merupakan standar etrapi rumatan adiksi opioid. -etadon diberikan setiap hari, sedangkan E!!hanya 1 kali seminggu. Pemberian metadon dan E!!- pada terapi rumatan sangat membantu menekan prilaku kriminal. /ntuk terapi maintenan(e, dosis metadon dapat ditingkatkan 2biasanya &0-%00 mg7hari4. /ntuk menjaga pasien tetap menyenangkan dan diturunkan se(ara perlahan-lahan.

2002 digitized by USU digital library

10

o o

$uprenorphine dapat pul adigunakan sebagai terapi ruwatan dengan dosis antara + mg-+0 mg7hari. )altre@one digunakan untuk adiksi opioid yang mempunyai moti.asi tinggi untuk berhenti. )altre@one diberikan setiap hari 00-%00 mg peroral untuk + D 1 kali seminggu

Tera*# a,ter 5are -eliputi upaya pemantafan dalam bidang fisik, mental, keagamaan, komunikasi-interaksi sosial,edukasional, bertujuan untuk men(apai kondisi prilaku yang lebih baik dan fungsi yang lebih baik dari seorang mantan penyalahguna ?at. Peranan keluarga pada saat ini sangat diperlukan.

I<'

PENUTUP

Heroin merupakan golongan narkotik yang sangat kuat dalam menimbulkan toleransi, ketergantungan fisik dan fsikis. Penghentian obat yang tiba-tiba dapat menimbulkan gejala abstinesia 2putus obat4. Penggunaan heroin dapat pula menyebabkan gejala intoksikasi akut 2o.erdosis4, komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. /ntuk penanggulangan penderita pe(andu obat diperlukan penanganan yang terpadu antara dokter, pasien dan keluarga pasien karena memerlukan waktu yang (ukup lama untuk memulihkan badan pasien.

DAFTAR PUSTAKA 7o$a SL'"entral ner.ous system disturban(es and brain death nar(oti(s in (lini(al management of poisoning and drug o.erdose, ed. $y Haddad nd E-. + ed. Philadelphia 6 >$ #aunders, %**0 2%%46 ++1-7 Hu))ell K7'8piats and nar(oti(s in (lini(al management of poisoning and drug nd o.erdose, ed. $y Haddad E-. + ed. Philadelphia 6 >$ #aunders, %**0 21 46 706-%6 Kr#e"ste# '"hasing the dragon heroin use (an damage brain. )ew Hork6 :euteut Health, %***. Olso KR' -anagement of poisoned patient in $asi( and (lini(al pharma(ology. th 'at?ung $; 2ed4. 7 ed. #tamfort6 !ppleton, %** 20*46 *70-77 Rutte )er" AJ' <tiology heroin, related death. Fournal of Borensi( #(ien(e, 102&4 Fuli %**0G *0-*00 th Wa- EL' ,rugs of abuse in $asi( and (lini(al pharma(ology. 'at?ung $; 2ed4. 7 ed. #tamfort6 !ppleton, %** 21+46 0% -* Wa- WL' 8pioid analgosi(s and antagonists in $asi( and (lini(al pharma(ology. th 'at?ung $; 2ed4. 7 ed. #tamfort6 !ppleton, %** 21%46 &*6-0%&

2002 digitized by USU digital library

11

Anda mungkin juga menyukai