BAB I PENDAHULUAN
Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan
55% tumor hidung dan sinus berasal dari sinus maxillary, 35% dari kavum nasi, 9% sinus ethmoid, dan 1% sinus frontal dan sphenoid dan septum
kekerapan jenis yang ganas sekitar 1 % dari keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher.
Bagian tulang rawan terdiri dari : Kartilago septum (kartilago kuadrangularis) Kolumela
Perdarahan
Bagian postero-inferior septum nasi diperdarahi oleh arteri sfenopalatina. Septum nasi bagian antero-inferior diperdarahi oleh arteri palatina mayor
Sinus Paranasal
Definisi
EPIDEMIOLOG I
Tumor ganas rongga nasal dan sinus paranasal : 1% dari seluruh neoplasma ganas manusia dan, 3% pada kepala dan leher 77% tumor maligna muncul di dalam sinus maksilaris, 22% di dalam sinus etmoidalis dan 1% di dalam sinus sfenoidalis dan frontalis.
ETIOLOGI
Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui pasti
Diduga akibat beberapa zat kimia atau bahan industri -> nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, isopropyl oil dan lain-lain Paparan pada pekerja industri kayu, terutama debu kayu keras (beech dan oak)-> faktor resiko utama tumor ganas sinonasal.
Gambaran Klinis
obstruksi hidung unilateral dan rinorea
gejala diplopia, proptosis, atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus, dan epifora. penonjolan/ ulkus di palatum atau di prosessus alveolaris
penonjolan pipi
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik Dengan penekanan pada regio sinonasal, orbita dan syaraf-syaraf kranial, juga harus dilakukan endoskopi nasal. Temuan lain seperti proptosis, kemosis, kelemahan otot ekstraokular, dan adanya massa di pipi, gingival atau sulkus gingivobuccal juga sangkaan adanya tumor sinonasal.
Radiologic Imaging Radiologic imaging penting untuk menentukan staging. 1. Plain film 2. Screening computed tomography (CT) scan 3. MRI 4. Positron emission tomography (PET) 5. Angiography dengan carotid-flow study
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Jika tumor tampak di kavum nasi atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan harus segera dilakukan melalui tindakan rinoskopi atau melalui operasi Caldwell-Luc yang insisinya melalui sulkus ginggivo-bukkal
Undifferentiated Carcinoma
Gambaran mikroskopik : proliferasi hiperselular dengan pola pertumbuhan yang bervariasi, termasuk trabekular, pola seperti lembaran, pita, lobular, dan organoid
Limfoma Maligna
infiltrat limfomatosa difus yang meluas ke mukosa nasal dan sinus paranasal, dengan pemisahan yang luas dan destruksi mukosa kelenjar sehingga memperlihatkan clear cell change
Gambar :. Nasal NK/T cell lymphoma. A. Mukosa intak dan terlihat sebaran infiltrat sel-sel limfoma. B. Infiltrat limfoid mukosa merusak kelenjar mukosa hingga tidak tampak lagi struktur kelenjar.
Adenokarsinoma
Simtom primer : hidung tersumbat, nyeri, massa pada wajah dengan deformasi dan/atau proptosis dan epistaksis, bergantung pada lokasinya.
Melanoma Maligna
Biasanya ditemukan pada usia 50 tahun. Secara makroskopik, massa polipoid berwarna keabuabuan atau hitam kebirubiruan pada 45% kasus
Cara penentuan stadium tumor ganas hidung dan sinus paranasal yang terbaru adalah menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) :
Stadium 0 Stadium I Stadium IIA Stadium IIB T1s T1 T2a T1 T2a T2b T1 T2a,T2b T3 T4 Semua T Semua T N0 N0 N0 N1 N1 N0,N1 N2 N2 N2 N0,N1,N2 N3 Semua N M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1
Stadium III
Penatalaksanaan
Pembedahan :
Drainage/Debridement Resection
Rehabilitasi
Terapi Radiasi
Kemoterapi
Prognosis
Pada umumnya prognosis kurang baik
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi prognosis keganasan nasal dan sinus paranasal, cara tepat dan akurat
seperti perbedaan diagnosis histologi, asal tumor primer, perluasan tumor, pengobatan yang diberikan sebelumnya, status batas sayatan, terapi adjuvan yang diberikan, status imunologis, dll
BAB IV KESIMPULAN
Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga beberapa zat kimia atau bahan industri diduga sebagai penyebabnya
Tipe histologi pada tumor ganas regio nasal dan sinonasal terdiri dari karsinoma sel skuamosa atau karsinoma epidermoid (46%), limfoma maligna (14%), adenokarsinoma (13%), dan melanoma maligna (9%)
TERIMA KASIH