τ r = c + σ tan φ .............................................(2.2)
dengan:
c = Kohesi (kN/m2)
φ = Sudut friksi (0)
σ = Tegangan normal pada permukaan kelongsoran potensial (kN/m2).
Gambar 2.2 Tipe Kelongsoran kaki lereng (toe circle) (Das, 1990)
2) Metode irisan
Dalam prosedur ini, tanah di atas permukaan kelongsoran dibagi menjadi
beberapa buah irisan vertikal yang paralel. Stabilitas setiap irisan dihitung secara
terpisah (Das, 1990). Para peneliti menemukan banyak jenis metode analisis
berdasarkan metode irisan dan variasi hasil perhitungan nilai faktor keamanan
antar metode-metode analisis ini adalah berkisar kurang lebih lima persen (5%)
(Singh, 1970 dalam Al-Karni dkk, 1999).
∆xi
bi = ………………………….…………………..(2.5)
cos α i
∆x
Fsi = N i tan φ + cb = (Wi ) cos α i tan φ + c …..…….(2.6)
cos α i
∆y
α i = arctan( ) ..............................................................(2.7)
∆x
dengan:
i = Nomor urut pias dihitung dari kiri gambar.
Wi= Berat pias ke –i (kN)
Ni = Beban tegak lurus pada dasar pias ke –i (kN)
Ti = Vektor gaya berat Wi sejajar dasar pias (kN)
Fsi = Gaya tahan geser (kN)
10
O
R
bi
R
i
Wi
Fsi
αi
Gambar 2.6 Pembagian massa tanah dalam beberapa irisan (Das, 1990)
Keseimbangan momen di sekitar titik O menggunakan penjumlahan semua
irisan yang ada di dalam lingkaran kelongsoran, dirumuskan dalam persamaan di
bawah ini (Bowles,1984):
ΣRFsi − ΣRWi sin α i = 0 ......……………………(2.8)
dengan:
R =Jari-jari lingkaran kelongsoran kritis (m)
Fsi = Gaya tahan geser tanah (kN)
Eliminasi R dan substitusi (2.6) untuk gaya tahan geser Fsi , menentukan:
11
cbi sin α i
Wi + ∆X i −
Fs
Ni = .......................................................................(2.12)
tan φ sin α i
cos α i +
Fs
tan φ sin α i
mαi = cos α i + ........................................................................(2.13)
Fs
Karena (Wi ) cos α i dalam persamaan (2.3) adalah Ni, maka dengan
mensubstitusikan persamaan (2.12) ke dalam persamaan (2.10) menghasilkan :
{Wi + ∆X i } − cbi sin α i
Fs
Σ cbi + tan φ
tan φ sin α i
cos α i +
Fs
Fs =
Σ(Wi ) sin α1
Fs
Σ [ cbi cos α i + tan φ {Wi + ∆X i } ]
Fs cos α i + tan φ sin α i
= ...............(2.14)
Σ(Wi ) sin α1
∆xi
persamaan (2.5) bi = , dan apabila gaya vertikal pada sisi pias dianggap nol
cos α i
Fs
Σ [ c∆xi + tan φ {Wi } ]
Fs cos α i + tan φ sin α i
Fs = ..........................(2.15)
Σ(Wi ) sin α 1
Wi = λ.b.hi = λ . Ai ..........................................................................(2.16)
dengan:
∆X i = Selisih gaya vertikal pada sisi-sisi pias ke –i. (N)
λ =Berat satuan tanah (kN/m3)
hi = Tinggi pias (m)
Ai = Luas pias (m2)
Menurut Bowles (1984), suatu analisis iteratif diperlukan untuk
menentukan Fs dalam persamaan (2.14) di atas, karena Fs terdapat di kedua sisi
persamaan. Pemrograman pada komputer akan memberikan pemecahan yang
cepat setelah beberapa putaran (biasanya 2 atau 3 kali). Cara iterasinya yaitu
dengan mengasumsikan Fs =1 (Fs bagian kanan persamaan) pada mulanya untuk
menentukan nilai dari Fs sebelah kiri persamaan. Kemudian nilai ini dibandingkan
dengan nilai yang diasumsikan. Jika tidak memadai, diperlukan perhitungan
berikutnya dengan menggunakan nilai Fs yang telah didapat. Proses ini diulang
terus hingga nilai Fs pada ruas kiri dan kanan persamaan (nilai Fs yang ditentukan
dan nilai Fs yang diasumsikan) sama atau hampir sama satu sama lain.
normal yang tidak rasional itu disebabkan oleh nilai mαi (persamaan 2.13) yang
tidak realistis (bernilai negatif). Ketidak realistisan nilai mαi biasanya terjadi
14
sebagai hasil dari sebuah bentuk permukaan gelincir (slip surface) yang
diasumsikan, yang mana tidak konsisten dengan teori tekanan tanah (earth
pressure theory). Masalah ini bisa diatasi dengan cara membatasi sudut
kemiringan permukaan gelincir pada puncak lereng (the active zone) dengan sudut
maksimum ( α max ) tanah aktif (the active state) (Gambar 2.8) (Fredlund dan
Rahardjo, 1993):
φ
α max = 45 + .............................................................(2.17)
2
dengan cara yang sama, sudut kemiringan permukaan gelincir pada kaki lereng
(the passive zone) dibatasi dengan sudut maksimum ( α max ) tanah pasif (the
passive state):
φ
α max = 45 − .............................................................(2.18)
2
Pusat rotasi
Zona retak tarik
Permukaan
kelongsoran
lingkaran
Gambar 2.8 Pembatasan kemiringan permukaan gelincir lereng pada puncak dan
kaki lereng (Fredlund dan Rahardjo, 1993)